Anda di halaman 1dari 10

EVALUASI KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH KOMUNAL KAWASAN

DAUH PALA KABUPATEN TABANAN

Tjokorda Ananta Wira Dharma1*, Ni Made Pertiwi Jaya2 dan ida Ayu Rai Widhiawati3
1
Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Udayana, Bali, Indonesia
*e-mail : anantamataram@gmail.com

ABSTRAK

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal Kawasan Dauh Pala Kabupaten Tabanan mulai
beroperasi pada tahun 2017. IPAL ini dirancang untuk mengolah air limbah domestik dengan daerah pelayanan
yaitu, Desa Dajan Peken, Desa Dauh Peken dan Desa Delod Peken. Kapasitas IPAL dirancang dengan debit 160
m3/hari, pelayanan saat ini menampung 108 m3/hari. Hasil pengujian kualitas air limbah IPAL komunal Kawasan
Dauh Pala tahun 2020 dan 2022 menunjukkan parameter TSS melebihi baku mutu yang ditetapkan pada Permen
LHK No.68 Tahun 2016. Parameter lainnya seperti BOD, COD, Minyak dan Lemak, Amoniak juga perlu
diperhatikan sesuai persyaratan kualitas air limbah. IPAL Komunal di Kawasan Dauh Pala menggunakan sistem
pengolahan utama yaitu biofilter aerobik.. Penyisihan parameter pencemar pada unit biofilter aerobik IPAL saat
ini adalah TSS sebesar 35%, BOD sebesar 84,97%, dan COD sebesar 76,65%. Waktu tinggal unit biofilter
aerobik adalah 8,93 jam, sedangkan kriteria desain menunjukkan waktu tinggal optimal adalah 10-40 jam.
Alternatif peningkatan kinerja IPAL direncanakan dengan mempercepat pengurasan IPAL yang semula
dilakukan setiap 6 bulan (180 hari) menjadi 3 bulan (90 hari) dan menambah jumlah kompartemen pada unit
pengolahan biofilter aerobik. Karena keterbatasan lahan, penambahan unit baru tidak memungkinkan. maka,
dilakukan penggantian pada unit tangki pengendap akhir dengan unit tangki baru yang memiliki kompartemen
biofilter aerobik dan pengendap akhir. Dengan penambahan jumlah kompartemen dari 10 menjadi 11,
peningkatan Hydraulic Retention Time (HRT) menjadi 11,78 jam, untuk meningkatkan efisiensi khususnya TSS
sebesar 45%, BOD sebesar 86,63%, dan COD sebesar 82,50%.

Kata kunci: Air Limbah Domestik, Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal, Biofilter Aerobik,
Efektivitas Kinerja IPAL, Perhitungan Desain IPAL, Kawasan Dauh Pala

ABSTRACT

Installation of Waste Water Treatment (WWTP) Komunal Dauh Pala Regency Tabanan began operation in
2017. This IPAL is designed to process domestic wastewater with ministry areas namely, Dajan Peken Village,
Dauh Peken Village and Delod Peken Village. WWTP capacity is designed with 160 m3/day discharge, the current
service houses 108 m3/day. The results of quality testing of IPAL Dauh Pala Region 2020 and 2022 showed that
the parameters of TSS exceed the quality raw set at Candy LHK No.68 of 2016. Other parameters such as BOD,
COD, Oil and Fat, Ammoniac also need to be considered according to the quality requirements of wastewater.
WWTP uses the main processing system namely aerobic biofilter. The setup of pollutants parameters in IPAL’s
IPAL Aerobic Biofilter unit Dauh Pala Region is currently TSS of 35%, BOD of 84.97%, and COD of 76.65%.
The stay time on the aerobic biofilter unit is 8.93 hours, while the design criteria indicate the optimal stay time is
10-40 hours. An alternative WWTP performance improvement is planned by accelerating the drain of IPAL that
was originally performed every 6 months (180 days) to 3 months (90 days) and increasing the number of
compartments in the aerobic biofilter processing unit. Due to land limitations, the addition of new units is not
possible. hence, a replacement is made on the final settler tank unit with a new tank unit which has aerobic biofilter
compartment and final settler. With the addition of compartments from 10 to 11, the increase in Hydraulic
Retention Time (HRT) to 11.78 hours, to improve the efficiency of TSS by 45%, BOD by 86.63%, and COD by
82.50%.

Keywords: Domestic waste water, Installation of waste water treatment komunal, aerobic biofilter, Performance
effectiveness, WWTP Design Calculation, Dauh Pala region
PENDAHULUAN

Kabupaten Tabanan memiliki tempat pengolahan limbah cair terpusat yang terletak di Kecamatan
Tabanan, tepatnya di sebelah barat Pasar Dauh Pala. IPAL komunal Kawasan Dauh Pala dibangun pada
tahun 2016 oleh Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan mulai beroperasi
pada tahun 2017. IPAL komunal Kawasan Dauh Pala dirancang dengan kapasitas pelayanan untuk 400
Kepala Keluarga (KK) yang mencakup 3 desa, yaitu Desa Dauh Peken, Desa Dajan Peken, dan Desa
Delod Peken. Sistem pendistribusian air limbah dari sambungan rumah menuju lokasi IPAL
menggunakan sistem gravitasi, sehingga dari ketiga desa yang menjadi daerah pelayanan, hanya rumah
yang memiliki elevasi yang lebih tinggi dari lokasi IPAL yang dapat terlayani (Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Tabanan, 2023).
IPAL komunal Kawasan Dauh Pala menggunkan sistem biofilter aerobik yang terdiri dari
beberapa komponen yaitu, grase trap, bak ekualisasi, reaktor IPAL sistem biofilter, dan kolam indikator.
Grease trap berfungsi untuk menyisihkan komponen-komponen ringan seperti minyak dan lemak.
Kemudian terdapat bak ekualisasi yang berfungsi sebagai pengendap padatan tersuspensi dalam air
limbah. Bak ekualisasi digunakan dalam menangani masalah operasional yaitu, variasi debit dan beban
air limbah (Dinda Syifa Sakinah dan Ipung Fitri Purwanti, 2018). Air limbah dari bak ekualisasi
dialirkan ke sistem utama dari IPAL yaitu reaktor IPAL yang menggunakan sistem biofilter. Biofilter
adalah sistem pengolahan air limbah menggunakan proses biologi melalui mikroorganisme yang tumbuh
berkembang dengan melekat pada permukaan media kontak yang telah tersedia kemudian membentuk
lapisan lendir yang disebut lapisan biofilm (Kerkly A. Turangan, Isri R. Mangangkaet et all, 2021).
Berdasarkan hasil pengujian kualitas efluen IPAL komunal Kawasan Dauh Pala pada tahun 2020
dan 2022, diperoleh bahwa parameter Total Suspended Solid (TSS) melebihi baku mutu kualitas air
limbah domestik sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.68/Menlhk-Setjen/2016. Adapun kandungan Total Suspended Solid (TSS) sebesar 41-260 mg/l,
dimana batas maksimum sesuai baku mutu adalah 30 mg/l. Disamping itu, terdapat parameter lainnya
yang perlu diperhatikan mengacu pada persyaratan kualitas air limbah, seperti Biological Oxygen
Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), minyak dan lemak, amoniak dan parameter biologi
(total coliform). Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui kondisi eksisting dan efisiensi Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal Kawasan Dauh Pala terhadap parameter pencemar pada air
limbah, mengetahui kesesuaian desain unit pengolahan utama Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
komunal Kawasan Dauh Pala dengan kriteria desain Biofilter aerobik, mengetahui alternatif
peningkatan kinerja pengolahan air limbah instalasi pengolahan air limbah (IPAL) komunal Kawasan
Dauh Pala.

METODE PENELITIAN

Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara pengumpulan data primer dan data sekunder.
Data primer dalam penelitian ini berupa wawancara dengan pihak teknisi/pengelola instalasi pengolahan
air limbah kawasan Dauh Pala. Lalu dilakukan observasi lapangan. observasi lapangan yang dilakukan
berupa pengambilan gambar dari IPAL meliputi gambar grease trap, tangki unit biofilter aerobik, dan
pengambilan serta pengujian sampel inlet IPAL yang dilakukan di Laboratorium Unilab. Sedangkan,
data sekunder yang dikumpulkan, yaitu jumlah Sambungan Rumah (SR), ukuran kompartemen pada
unit IPAL, dan SOP pengoperasian dan pemeliharaan IPAL.
Cara analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan Perhitungan kebutuhan air dan debit air
limbah sesuai dengan SNI 19-6728.1-2002. Lalu dilakukan evaluasi kinerja IPAL terhadap efisiensi
pengolahan air limbah komunal Kawasan Dauh Pala untuk parameter BOD5, COD, TSS, minyak dan
lemak, amonia, total coliform, dan detergen. Data parameter kualitas air limbah inlet dan outlet
dibandingkan untuk menghitung penurunan kadar parameter pencemar pada air limbah. Perhitungan
teknis terhadap desain IPAL yang terbangun sesusai dengan kriteria desain biofilter aerobik. Berikut
peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Kondisi Eksisting IPAL Komunal Kawasan Dauh Pala

Data eksisting IPAL (Instalasi Pengolahan Air LimbaH) kawasan Dauh Pala diperoleh dari
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabanan. dan observasi di lapangan. Pengujian parameter
pencemar dilakukan di laboratorium UNILAB Kondisi Eksisting meliputi kapasitas IPAL, Unit Proses
IPAL, Efisiensi IPAL berdasarkan nilai parameter pencemar inlet dan otlet, Dimensi IPAL, serta
Operasional IPAL.
A. Kapasitas IPAL
Kapasitas IPAL Komunal Kawasan Dauh Pala dengan Sistem Biofilter Aerobik
dirancang untuk dapat mengolah air limbah domestik di daerah pelayanan dengan cakupan
pelayanan sejumlah 400 Kepala Keluarga (KK). Cakupan pelayanan ini ditentukan berdasarkan
daerah yang dapat terlayani secara gravitasi menuju ke IPAL. Namun demikian, kapasitas
pelayanan eksisting IPAL Komunal Dauh Pala saat ini adalah 270 KK (Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten Tabanan, 2017).
B. Unit Proses IPAL
Pada Limbah IPAL komunal Kawasan Dauh Pala, tahap awal proses pengolahan
adalah bak penangkap lemak, dimana lemak, sisa lemak dan benda yang terapung dibersihkan
pada unit ini. Selanjutnya, yaitu air limbah masuk ke unit ekualisasi melalui pipa yang telah
dilengkapi dengan saringan agar air limbah tidak tercampur saat masuk ke unit ekualisasi.
Setelah bak ekualisasi, air limbah akan masuk ke dalam tangki reaktor yang berisi kompartemen
pengendap awal dan biofilter aerobik. Paramter Pencemar akan diolah dalam tangki tersebut
lalu dialirkan menuju kolam indikator. Unit IPAL komunal Kawasan Dauh Pala dapat dilihat
pada Gambar 2.
Gambar 2. Unit IPAL komunal Kawasan Dauh Pala

C. Efisiensi Pengolahan IPAL


Air limbah yang telah melalui pengolahan pada unit proses yang terdapat dalam IPAL,
selanjutnya akan disalurkan menuju badan air dalam hal ini sungai yang merupakan tempat
pembuangan air hasil olahan. Air hasil olahan dimanfaatkan untuk mengoperasikan incenerator
dan mengisi air pada kolam ikan yang menjadi indikator biologis hasil pengolahan air limbah.
Berdasarkan hasil analisis laboratorium, kualitas effluent IPAL Komunal Kawasan Dauh Pala
adalah seperti yang terdapat pada Tabel 1

Tabel 1. Kualitas Influen dan Efluen IPAL Komunal Kawasan Dauh Pala

Parameter Influent Efluent Baku Mutu Efisiensi removal


(mg/L)* (mg/L) (mg/L)** (%)
pH 7 7 6-9 -
TSS 68 41 30 39,71
BOD 76 12 30 84,21
COD 292 58 100 80,14
Minyak&Lemak 12 1,8 5 85
Amoniakk 22 9 10 59
Sumber: *) Hasil Pengujian Laboratorium, 2023; **) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.68
Tahun 2016

Berdasarkan data kualitas efluen IPAL Komunal Kawasan Dauh Pala yang diperoleh dari
hasil analisis laboratorium, dapat dilihat bahwa parameter pH, BOD, COD, Minyak Lemak, dan
Amoniak telah memenuhi baku mutu air limbah domestik yang ditetapkan pada Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup No.68 Tahun 2016. Namun demikian, terdapat satu parameter yang
belum memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan, yaitu parameter TSS. Lebih lanjut, efisiensi
instalasi pengolahan limbah cair IPAL Komunal Kawasan Dauh Pala dapat dihitung
berdasarkan perbandingan kualitas influen dan efluen IPAL. Hasil perhitungan efisiensi
pengolahan untuk masing-masing parameter kualitas air limbah, dapat diketahui bahwa efisiensi
penyisihan parameter TSS sebesar 39,17% tergolong rendah. Sementara itu, untuk parameter
lainnya, yaitu pH, BOD, COD, Minyak Lemak, dan Amoniak memiliki efisiensi lebih dari 50%.
Efisiensi yang tinggi ditunjukkan dari penyisihan Minyak Lemak, BOD dan COD yaitu sebesar
80 -85%.
D. Dimensi IPAL
Dimensi IPAL terbangun pada IPAL Komunal Kawasan Dauh Pala dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Dimensi eksisting IPAL komunal Kawasan Dauh Pala

Unit Pengolahan Panjang (m) Lebar (m) Tinggi (m)


Grease trap 1 0,5 1
Bak Ekualisasi 1 1 0,6 2
Bak Ekualisasi 2 1 0,6 2
Bak Ekualisasi 3 0,7 0,7 2
Bak Ekualisasi 4 0,7 0,7 2
Bak Pengendap Awal 1,1 2 2,3
Biofilter Aerobik 1,8 2 2,3

2. Kesesuaian Desain Unit Pengolahan Utama IPAL Dengan Kriteria Desain Biofilter Aerobik

A. Perhitungan Kapasitas IPAL


Debit pengolahan limbah cair yang masuk ke unit IPAL ditentukan berdasarkan pemakaian
air bersih dari jumlah penduduk di daerah pelayanan, yaitu 80% dari penggunaan air bersih.
Metode ini adalah metode umum yang digunakan dalam menghitung debit aliran. Berikut
variabel perhitungan debit kapasitas IPAL dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Variabel perhitungan debit kapasitas IPAL


Variabel Nilai Kapasitas Nilai eksisting Satuan
Cakupan Pelayanan 400 270 KK
Jumlah Penduduk 2000 1350 Jiwa
layanan
L/orang/hari (SNI 19-
Kebutuhan Air Bersih 100 100 6728.1-2002)

Jumlah Jiwa 5 5 Jiwa (SNI 03-1733-


2004)
Debit Air Limbah 160 108 m3

Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa debit limbah cair yang masuk ke unit IPAL
adalah 108 m3/hari. Hal ini masih lebih rendah apabila dibandingkan dengan debit maksimum
limbah cair yang dapat di tampung oleh unit IPAL, yaitu 160 m3/hari

B. Perhitungan efisiensi unit IPAL


Perhitungan efisiensi IPAL dilakukan untuk mengetahui presentase removal dan hasil efluen
pada masing-masing unit IPAL. Hasil Perhitungan influen, efluen, dan removal pada masing-
masing unit IPAL dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Perhitungan efisiensi IPAL


Parameter
No. Item
TSS (mg/L) COD (mg/L) BOD (mg/L)
A. Influen 68 292 76
B. Bak Pengendap Awal
Masuk (mg/L) 68 292 76
Removal (%) 34,9 32,9 34,8
Keluar (mg/L) 44,2 195,88 49,48
C. Bak Aerobik Filter
Masuk (mg/L) 44,2 195,88 49,48
Parameter
No. Item
TSS (mg/L) COD (mg/L) BOD (mg/L)
Removal (%) 35 76,65 84,97
Keluar (mg/L) 24,31 45,75 7,44
D. Bak Pengendap Akhir
Masuk (mg/L) 24,31 45,75 7,44
Removal (%) 34,9 32,9 34,8
Keluar (mg/L) 15,80 30,69 4,8
E. Efluen (mg/L) 15,80 30,69 4,8
Hasil Pengujian
D.
Laboratorium (mg/L) 12 58 41
E. Keterangan Belum Sesuai Belum Sesuai Belum Sesuai

Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui perbadingan dengan hasil uji efluen IPAL,
dimana parameter pencemar BOD, COD, dan TSS efluen pada hasil perhitungan lebih rendah
dibandingkan hasil uji laboratorium.

C. Kesetimbangan Massa
Kesetimbangan massa digunakan dalam menggambarkan perubahan massa yang terjadi pada
saat proses pengolahan air limbah. Hasil Perhitungan kesetimbangan massa pada unit IPAL
dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kesetimbangan massa pada unit IPAL


Unit IPAL Parameter Massa Inlet Massa outlet Massa tersisihkan
(Kg/hari) (Kg/hari) (Kg/hari
Bak pengendap awal TSS 10,88 7,07 3,81
COD 46,72 31,34 15,38
COD 12,16 7,97 4,24
Biofilter aerobik TSS 7,07 3,89 3,18
COD 31,34 7,32 24,02
BOD 7,94 1,19 6,72
Bak pengendap akhir TSS 3,89 2,5 1
COD 7,32 4,9 2,4
BOD 1,19 0,8 0,4

D. Kesesuaian Dimensi Dengan kriteria Desain


Beberapa aspek pada hasil perhitungan dimensi harus memenuhi kriteria desain yang telah
ditentukan, sehingga menunjang proses pengolahan.
1. Bak Pengendap Awal
Bak pengendap awal memiliki fungsi untuk mengendapkan partikel diskrit yang
bisa menyebabkan clogging pada media filter. Kriteria desain bak pengendap awal pada
rangkaian IPAL adalah sebagai berikut.
Organic Loading Rate (OLR) < 4 – 5 kg COD/m3.hari
HRT settler = 2 jam
Uraian perhitungan kompartemen pengendap awal dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil perhitungan kriteria desain bak pengendap awal


Kriteria desain Hasil Perhitungan Keterangan
Organic loading rate (OLR) 1,18 kg COD/m3.hari memenuhi
HRT settler 2 jam memenuhi
Interval pengurasan lumpur pada bak pengendap awal IPAL komunal Kawasan Dauh Pala
yaitu setiap 6 bulan, Berikut hasil perhitungan volume lumpur dan volume bak pengendap
awal :
Diketahui :
Massa TSS, BOD, COD Tersisihkan = 3,8 kg/hari
Spesific gravity (Sg) = 1,02
ρair = 1.000 kg/m3
%solid = 5%
Hasil perhitungan debit lumpur, volume lumpur, volume lumpur terkompaksi, dan volume
bak ditunjukan pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil perhitungan debit lumpur, volume lumpur, volume lumpur terkompaksi, dan
volume bak
Item Nilai
Debit lumpur 0,46 m3/hari
Volume Lumpur 82,6 m3
Volume lumpur terkompaksi 8,26 m3
Volume bak 7,9 m3
Volume Lumpur yang dihasilkan pada bak pengendap awal dengan interval pengurasan
lumpur setiap 6 bulan lebih besar dibandingkan volume bak.

2. Bak Biofilter Aerobik


Pada Bak aerob terdapat media filter yang memerlukan suplai udara (aerasi).
Menurut Casey (2006) dan Sasse (2009), kriteria desain untuk biofilter aerobik adalah sebagai
berikut.
Organic Loadfing Rate (OLR) < 5 – 6 kg COD/m3.hari
Up-flow Velocity (Vup) < 2 m/jam
HRT biofilter aerobik = 10 – 40 jam
Uraian perhitungan kompartemen biofilter aerobik dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Hasil perhitungan kriteria desain bak aerob


Kriteria desain Hasil Perhitungan Keterangan
Organic loading rate (OLR) 1,12 kg COD/m3.hari memenuhi
HRT biofilter aerobik 8,93 jam Tidak memenuhi
Up-flow Velocity (Vup) 1,89 m/jam memenuhi

3. Bak pengendap akhir


Dalam bak pengendap akhir, mikroorganisme yang terkandung dalam lumpur,
tetap dalam proses pemisahan dari air limbah yang sudah diolah (Said, 2006). Berdasarkan
SNI 6774-2008 tentang Tata Cara Perencanaan Unit Paket Instalasi Pengolahan Air, kriteria
desain unit bak pengendap akhir adalah sebagai berikut.
Beban permukaan = 0,8 – 2,5 m3/m2.jam
Waktu detensi = 1,5 – 3 jam
Uraian perhitungan bak kompartemen dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Hasil perhitungan bak pengendap akhir


Kriteria desain Hasil Perhitungan Keterangan
Beban permukaan 0,71 m3/m2..jam memenuhi
HRT settler 2,81 jam memenuhi
3. Alternatif Peningkatan Kinerja IPAL

A. Perhitungan volume lumpur dengan interval pengurasan 3 bulan


Alternatif peningkatan kinerja pengolahan air limbah direncanakan dengan mempercepat
interval pengurasan lumpur yang pada awalnya dilakukan setiap 6 bulan sekali, dipercepat
menjadi 3 bulan sekali. Berikut perhitungan interval pengurasan lumpur selama 3 bulan :
Diketahui :
Massa TSS, BOD, COD Tersisihkan = 3,8 kg/hari
Spesific gravity (Sg) = 1,02
ρair = 1.000 kg/m3
%solid = 5%
Hasil perhitungan debit lumpur, volume lumpur, volume lumpur terkompaksi, dan volume
bak ditunjukan pada Tabel 10.

Tabel 10. Hasil perhitungan debit lumpur, volume lumpur, volume lumpur terkompaksi, dan
volume bak
Item Nilai
Debit lumpur 0,46 m3/hari
Volume Lumpur 41,35 m3
Volume lumpur terkompaksi 4,1 m3
Volume bak 7,9 m3

Volume Lumpur yang dihasilkan pada bak pengendap awal dengan interval pengurasan
lumpur setiap 3 bulan lebih kecil dibandingkan volume bak.

B. Perhitungan dimensi bak aerob


Alternatif peningkatan juga dilakukan dengan menambah jumlah kompartemen unit
pengolahan biofilter aerobik, yang sebelumnya terdapat 10 menjadi 11 kompartemen. Berikut
hasil perhitungan bak aerob dan perhitungan kriteria desain dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Hasil Perhitungan dimensi bak aerob dan perhitungan kriteria desain

Hasil Nilai Satuan Kriteria Desain Keterangan


Tinggi bak 2,3 m - -
Lebar bak 2 m - -
Ketinggian 0,8 m - -
media filter
Volume bak 86,7 m3 - Volume Bak dengan
11 kimpartemen
Panjang 1,8 m - -
kompartemen
HRT 11,78 jam 10-40 Sesuai kriteria desain
Vup 1,18 m/jam <2 Sesuai kriteria desain
OLR 1,12 kg <5-6 Sesuai kriteria desain
COD/m3.hari

C. Perhitungan dimensi bak pengendap akhir


Tangki pengendap akhir yang direncanakan menyesuaikan dengan ukuran tangki eksisting
dan penambahan kompartemen unit biofilter aerobik pada tangki. Berikut hasil perhitungan bak
pengendap akhir dan perhitungan kriteria desain dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Hasil Perhitungan dimensi bak pengendap akhir dan perhitungan kriteria desain

Hasil Nilai Satuan Kriteria Desain Keterangan


Tinggi bak 2,3 m - -
Lebar bak 2 m - -
Volume bak 10 m3 - -
Panjang kompartemen 2,9 m - -
Waktu retensi 1,7 jam 1,5-3 Sesuai kriteria
desain
Beban permukaan 1,15 m3/m2.jam 0,8-2,5 Sesuai kriteria
desain

D. Tingkat efisiensi unit biofilter aerobik


Dengan adanya Penambahan jumlah kompartemen dan peningkatan HRT, efisiensi unit IPAL
biofilter aerobik mengalami peningkatan. Perbandingan efisisensi removal setelah penambahan
kompartemen dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Perbandingan efisiensi sebelum dan sesudah penambahan unit biofilter aerobik

Parameter Sebelum penambahan Setelah penambahan


TSS 35% 45%
COD 84,97% 86,63%
BOD 76,65% 82,50%

E. Gambar desain modifikasi unit IPAL

Berdasrkan hasil perhitungan unit biofilter aerobik dan unit pengendap akhir, berikut hasil
modifikasi IPAL dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Tangki unit biofilter aerobik dan pengendap akhir


SIMPULAN

Unit pengolahan utama IPAL sistem aerobik belum memenuhi kriteria untuk waktu tinggal 8,93
jam (< 10-40 jam). Sementara itu, untuk Organic Loading Rate (ORL) sudah memenuhi kriteria sebesar
1,12 kg COD/m3.hari (< 5-6 kg COD/m3.hari). Alternatif peningkatan kinerja IPAL mempertimbangkan
aspek teknis dan ketersediaan lahan, dilakukan pengurasan lumpur dengan interval 3 bulan dan
mengganti unit pengendap akhir (reaktor 6) dengan unit yang memiliki 2 kompartemen, terdiri dari
biofilter aerobik dan tangki pengendap akhir dengan dimensi sama dengan kompartemen lainnya.
Dengan penggantian tersebut diperoleh efisiensi pengolahan TSS maksimum sebesar 45% sehingga
memenuhi baku mutu, dan peningkatan efisiensi BOD dan COD berturut-turut menjadi 86,63% dan
82,50%.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standardisasi Nasional. 2002. Penyusunan neraca sumber daya Bagian 1: Sumber daya air
spasial .Standar Nasional Indonesia, SNI 19-6728.1-2002
Badan Standardisasi Nasional. 2008. Tentang Tata Cara Perencanaan Unit Paket Instalasi Pengolahan
Air .Standar Nasional Indonesia. SNI 6774:2008
Casey, TJ. 2006. Unit Treatment Process in Water and Wastewater Engineering. Blackrock: Aquavarra
Research Limited
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabanan. 2017. Buku Panduan Standart Operasional Prosedur
Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL Kawasan Dauh Pala Kabupaten Tabanan. Bali. Hal : 1
Dinda, S.,& Ipung, F. 2018. Perencanaan IPAL pengolahan Limbah Cair Industri Pangan Skala Rumah
Tangga. Jurnal Teknik ITS. Vol.7, No.1
Kerkly A. Turangan, Isri R. Mangangka dan Roski R. I. Legran. 2021. Tinjauan Kinerja Instalasi
Pengolahan Air Limbah Metode Biofilter Di Kelurahan Malendeng Kecamatan Paal 2 Kota
Manado.Jurnal Tekno Volume: 19, nomor 77
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor:
P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, 2016
Said, Nusa Idaman, 2006. Paket Tehnologi Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit dengan Sistem
Biofilter Anaerob-aerob, http://ejurnal.bppt.go.id , tanggal mengunduh 30 Januari 2012
Sasse, L. 2009. Desentralised Wastewater Treatment in Developing Countries. Delhi: Bremen Overseas
Research and Development Association.

Anda mungkin juga menyukai