Anda di halaman 1dari 27

DISTRIBUSI NORMAL DAN PELUANG

DISTRIBUSI NORMAL
Tujuan Pembelajaran
• Menjelaskan karakteristik data berdistribusi normal yang berkaitan dengan
data berdistribusi normal.
• Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan distribusi normal dan
penarikan kesimpulannya.

BAB 5
•   Distribusi Normal ....
5.1
5.1.1 Fungsi Distribusi Normal dan Kondisi Kurvanya
Pada Bab 4, kita telah mempelajari tentang distribusi binormal yang bersifat/
berkarakteristik diskrit. Selanjutnya, pada bab ini kita akan membahas tentang
distribusi normal yang berkarakteristik kontinu.
Distribusi normal mempunyai model kurva berbentuk simetris atau setangkup
yang menyerupai lonceng atau gunung berapi . Terdapat suatu nilai yang bertepatan
dengan puncak kurva. Distribusi normal sering disebut distribusi Gauss yang juga
menemukan persamaan kurva normal saat dia meneliti galat dalam pengukuran
yang berulang – ulang mengenai bahan yang sama. Distribusi normal atau distribusi
Gauss bersifat kontinu. Distribusi peluang variabel acak normal bergantung pada dua
parameter, yaitu rataan () dan simpangan baku (), dimana fungsi probabilitas
dinyatakan dengan ).
 
•Distribusi
  normal: fungsi probabilitas variabel acak dengan rataan () dan simpangan baku () .
Bentuk umum :
= .

Begitu dan diketahui, maka seluruh nilai pada kurva normal dikatahui. Sebagai contoh, jika = 50 dan,
maka ordinat dapat dengan mudah dihitung untuk berbagai nilai x sehingga kurvanya dapat
digambarkan. Gambar 5.2 memperlihatkan dua kurva distribusi normal yang mempunyai simpangan baku
yang sama, tetapi titik tengahnya terletak di tempat yang berbeda disepanjang sumbu horizontal (sumbu
x).

Pada gambar 5.3 terlukis dua kurva distribusi normal dengan rataan ( yang sama, tetapi simpangan baku
(yang berbeda. Terlihat bahwa kedua kurva mempunyai titik tengah yang sama pada sumbu horizontal
(sumbu x), tetapi kurva dengan simpangan baku ( yang lebih besar tampak lebih rendah dan lebih
melebar. Perhatikan bahwa luas dibawah kurva peluang distribusi normal harus sama dengan 1, sehingga
jika kumpulan data semakin berbeda, maka puncak kurva semakin rendah dan kurvanya semakin
melebar.
•   Karakteristik Data Berdistribusi Normal
5.1.2
kita akan memperoleh 5 sifat/karakteristik data pada distribusi normal yang
dikenal sebagai 5 sifat dasar kurva normal sebagai berikut.
1. Modus () titik pada sumbu horizontal (sumbu x) yang memberikan nilai
maksimum kurva fungsi terdapat pada
2. kurva setangkup terhadap sumbu tegakyang melalui rataan Artinya, kurva
mempunyai bentuk simetris terhadap
3. Kurva mempunyai titik belok pada , cekung ke bawah jika dan cekung ke atas
untuk nilai x lainnya.
4. Kedua ujung kurva normal mendekati asimtot sumbu horizontal jika nilai x
bergerak menjauhi baik kekiri maupun kekanan .
5. Seluruh luas dibawah kurva yang dibatasi oleh sumbu horizontal sama dengan 1.
Sifat (5) menunjukkan bahwa :
•  
Kita akan mulai melakukan perhitungan terhadap rataan (sebagai berikut.
....(1)
Misalkan : .....(2)
=1 .....(3)
Subtitusi persamaan (2) dan (3) ke persamaan (1).
.
=
=
•  
5.2 Peluang Distribusi Normal ....
5.2.1 Peluang Distribusi Normal
kurva setiap distribusi peluang dari variabel/perubah kontinu atau fungsi
probilitas dihitung berdasarkan luas dibawah kurva diantaranya kedua absis dan ,
luas tersebut ditentukan oleh formula/rumus berikut.
)=
=
jika X menyatakan variabel acak untuk dua distribusi I dan II, berarti peluangnya
ditunjukkan oleh luas antara dua distribusi tersebut. Kita dapat membuat nilai yang
berlainan untuk setiap nilai dan menggunakan transformasi normal Z dengan rataan
0 dan variansi 1, yaitu :

  𝑥−𝜇
𝑧=
𝜎
•  
Berikut cara menggunakan tabel luas kurva normal pada lampiran .
• Misalkan kita akan mencari nilai peluang bahwa Z kurang dari 1,74 pertama kali lihat kolom sebelah
kiri nilai Z yang bernilai 1,7 kemudian bergeraklah mendatar sampai kolom dibawah 0,04 sehingga
ditemukan bilangan desimal 0,9591. hal ini berarti,
• Untuk menemukan nilai Z jika diketahui nilai peluangnya, dilakukan proses kebalikannya . Sebagai
contoh, untuk menemukan nilai Z yang luasnya 0,2148. carilah nilai dibawah kurva sebelah luas Z
secara mendatar dengan nilai 0,2148, sehingga ditemukan nilai -0,79. artinya,
Contoh : Memahami pembacaan tabel luas di bawah kurva normal
Berdasarkan tabel luas di bawah kurva normal pada lampiran, cari nilai K yang mengakibatkan :

Pembahasan :
Berdasarkan tabel luas di bawah kurva normal pada lampiran, diperoleh :
a. Luas daerah terarsir di bawah kurva normal pada gambar sama dengan 0,3015 ke sebelah kanan.
Haruslah membuat luas = 1 – 0,3015 = 0,6985 di sebelah kiri . Dari tabel luas di bawah kurva normal
pada lampiran, diperoleh nilai K = 0,52.
b. Luas daerah yang diarsir di bawah kurva normal pada gambar di samping sama dengan 0,4197. dari
tabel distribusi normal di sebelah kiri – 0,18 diperoleh 0,4286. hal ini berarti luas dibawah kurva
sebelah kiri K harus sebesar 0,4286 – 0,4197 = 0,0089. berdasarkan tabel luas dibawah kurva normal,
diperoleh nilai K = - 2,37.
 
•• 5.2.2
  Aplikasi Distribusi Normal Pada Kehidupan Sehari-Hari
Masalah kontekstual pada kehidupan sehari – hari yang berkaitan dengan distribusi
normal dapat dilihat pada beberapa contoh berikut.
Contoh 1: Mencermati penyelesaian peluang umur baterai
suatu jenis baterai mobil rata-rata berumur 3,0 tahun dengan simpangan baku 0,5 tahun.
Jika dianggap umur baterai berdistribusi normal, tentukan peluang suatu baterai tertentu akan
berumur kurang dari 2,3 tahun.
Pembahasan :
Pada masalah kontekstual tersebut, mula-mula kita lihat sketsa kurva normal seperti pada
gambar disamping. Daerah terarsir merupakan dasar untuk menghitung .
Dengan menggunakan transformasi normal baku : dengan dan iperoleh :
= -1,4

Hal ini berarti :

dengan nilai peluang diatas, berarti dapat ditarik kesimpulan bahwa umur baterai mobil
harus ditingkatkan lagi atau dibuat baterai mobil baru dengan mengubah nilai dan yyu
•  
Contoh 2: Memahami perhitungan peluang dan penarikan kesimpulan
Dalam suatu proses industri, diameter suatu laher merupakan bagian yang penting.
Pembeli menetapkan ketentuan mengenai diameternya, yakni sebesar 3,0 0,01 cm.
Maksudnya adalah bahwa tidak ada laher yang ukurannya diluar ketentuan ini akan
diterima. Diketahui bahwa proses pembuatan diameter laher tersebut berditribusi
normal dengan rataan dan simpangan baku berapa rata-rata banyaknya laher yang
akan terbuang ?
Pembahasan :
Sketsa permasalahan kontekstual diatas dengan = 2,99 dan = 3,01 serta dan terlihat
pada gambar berikut.
Berdasarkan transformasi normal baku diperoleh :  
dan 300
0,0228

0,0228

2,99 300 3,01


•  
Hal ini berarti :

Dari tabel luas daerah dibawah kurva pada lampiran


Diperoleh:

Dapat disimpulkan bahwa rata-rata 4,56% dari laher yang diproduksi tidak terpakai
atau gagal produksi
TURUNAN FUNGSI TRIGONOMETRI

• TURUNAN FUNGSI SINUS DAN KOSINUS


• turunan fungsi trigonometri adalah sebuah turunan dari suatu fungsi pada titik
tertentu menjelaskan sifat-sifat fungsi yang mendekati nilai input. Turunan
trigonometri adalah persamaan turunan yang melibatkan fungsi – fungsi
trigonometri seperti sin, cos, tan, cot, sec dan csc.

BAB 2
RUMUS TURUNAN
•  
Rangkuman rumus-rumus Turunan fungsi trigonometri
Rumus Turunan Fungsi Trigonometri
Berikut ini adalah beberapa turunan dasar trigonometri yang wajib diketahui
sebelum anda memecahkan persoalan turunan trigonometri:
• f(x) = sin x → f ‘(x) = cos x
• f(x) = cos x → f ‘(x) = −sin x
• f(x) = tan x → f ‘(x) = sec2 x
• f(x) = cot x → f ‘(x) = −csc2x
• f(x) = sec x → f ‘(x) = sec x . tan x
• f(x) = csc x → f ‘(x) = −csc x . cot x.
Perluasan Rumus Turunan Fungsi
Trigonometri I
Misalkan u merupakan fungsi yang dapat diturunkan terhadap x, dimana u’
adalah turunan u terhadap x, maka :
• f(x) = sin u → f ‘(x) = cos u . u’
• f(x) = cos u → f ‘(x) = −sin u . u’
• f(x) = tan u → f ‘(x) = sec2u . u’
• f(x) = cot u → f ‘(x) = −csc2 u . u’
• f(x) = sec u → f ‘(x) = sec u tan u . u’
• f(x) = csc u → f ‘(x) = −csc u cot u . u’.
Perluasan Rumus Turunan Fungsi Trigonometri II

Berikut ini adalah turunan dari fungsi-fungsi rumus sin cos tan
trigonometri dalam variabel sudut ax +b, dimana a dan b adalah bilangan
real dengan a≠0 :
• f(x) = sin (ax + b) → f ‘(x) = a cos (ax + b)
• f(x) = cos (ax + b) → f ‘(x) = -a sin (ax + b)
• f(x) = tan (ax + b) → f ‘(x) = a sec2 (ax +b)
• f(x) = cot (ax + b) → f ‘(x) = -a csc2 (ax+b)
• f(x) = sec (ax + b) → f ‘(x) = a tan (ax + b) . sec (ax + b)
• f(x) = csc (ax + b) → f ‘(x) = -a cot (ax + b) . csc (ax + b)
CONTOH SOAL
• Diberikan fungsi f(x) = 3 cos x
Tentukan nilai dari f ' ( π/2).

Pembahasan
• Perhatikan rumus turunan untuk fungsi trigonometri berikut ini:
• f(x) = 3 cos x
f '(x) = 3 (−sin x)
f '(x) = −3 sin x

Untuk x = π/2 diperoleh nilai f '(x)


f '(π/2) = −3 sin ( π/2) = −3 (1) = −3
TURUNAN FUNGSI TRIGONOMETRI
LANJUTAN(ATURAN RANTAI)
• Aturan
  rantai digunakan untuk menentukan
turunan fungsi komposisi. Misalnya kita akan
mencari turunan dari . Misalkan Jika y = f ◦ g
sedemikian hingga y = f(g(x)) di mana f dan g
adalah fungsi-fungsi yang mempunyai
turunan, maka y juga mempunyai turunan
sehingga:
DAPAT DIURAIKAN
•  Misalnya:
• z = g(x),  g'(x) = dz/dx dan f ′. (g(x)) = f ′(z) = dy/dz
• sehingga y' = f ′(g(x)) ⋅ g'(x)
• dy/dx = dy/dz ⋅ dz/dx
• Jadi:
CONTOH SOAL
• Tentukan turunan pertama dari y = (4x 3 + 5x2–x+4)12
Penyelesaian:
• Misal:
• z = 4x3 + 5x2–x+4 → dz/dx = 12x2 + 10x - 1
• y = z12 → dy/dz = 12z11
• y' = (dy/dz).(dz/dx)
•  y' = 12z11⋅(12x2 + 10x - 1)
• y' = 12(4x3 + 5x2–x+4)11(12x2 + 10x - 1)
• y' = 12(12x2 + 10x - 1)( 4x3 + 5x2–x+4)11
NOTASI LEIBNIZ
TURUNAN TINGKAT TINGGI
TURUNAN IMPLISIT
Notasi Leibniz
Pada gambar di bawah, tampak bahwa pertambahan sebesar ∆x pada
menyebabkan pertambahan sebesar ∆y pada y, dengan
∆y = f(x + ∆x) – f(x).
Bagi kedua ruas dengan ∆x,kita peroleh

Jika ∆x → 0, maka

G. Leibniz menggunakan lambang dy/dx untuk


menyatakannya
CONTOH
Jika diketahui y = x3 + x, maka dy/dx = 3x2 + 1.
Dengan notasi Leibniz, Aturan Rantai berbunyi:
Jika y = f(u) dan u = g(x), maka:
TURUNAN TINGKAT TINGGI
Diberikan sebuah fungsi f, kita turunkan f ’, yang
juga merupakan fungsi. Dari f ’ dapat kita
turunkan
f ’’ = (f ’)’, yang disebut turunan kedua f , dan
dari
f ’’ kita dapat memperoleh turunan ketiga f , yakni
f ’’’ = (f ’’)’, dst.
Turunan ke-n dari y = f(x) dilambangkan dengan
f (n) atau dny/dxn.
TURUNAN IMPLISIT
Penurunan Implisit
Misalkan kita mempunyai persamaan
7y3 + y = x3
dan ingin menentukan persamaan garis singgung
pada grafik persamaan tersebut di (2,1).
Masalahnya adalah bagaimana menghitung dy/dx,
padahal kita tidak mempunyai rumus eksplisit untuk
y dalam x.
•   implisit, kita dapat menurunkan kedua ruas terhadap x
Secara
dengan
menggunakan Aturan Rantai (dengan mengingat bahwa y adalah
fungsi dari x):
21y2.dy/dx + dy/dx = 3x2

Dengan demikian kita peroleh

Jadi persamaan garis singgungnya adalah

Atau
CONTOH SOAL DAN PENYELESAIAN TURUNAN TINGKAT TINGGI

Diketahui f’(x) = 5x2+3x+7.


Nilai f ’’(-2)
Jawab :
f’(x) = 5x2– 3x + 7f ’’(x) = 10x – 3
Maka untuk f 1(-2) adalah…f 1(-2) = 10(-2)+3f 1(-2)
= -20+3f 1(-2) = -17

Anda mungkin juga menyukai