Anda di halaman 1dari 10

HUKUM KESEJAHTERAAN ANAK MENGENAI KESEJAHTERAAN ANAK

PADA SUKU ANAK DALAM DI MASA PANDEMIC COVID 19

Agnes Odelia 010001800025


Nanda Septianingtyas 010001800376
Nyoman Lanang Arda Primananda 010001800398
Latar Belakang
• Di Indonesia terdapat kurang lebih ada seribu tiga ratus empat puluh
(1.340) kelompok suku bangsa tersebar dilebih dari dua belas ribu
pulau dan sekitar 1,8 persen jumlah penduduknya hidup tradisional.
Salah satunya yang berada di Provinsi Jambi, suku yang tinggal di
daerah pedalaman yaitu Suku Anak Dalam.
• Suku Anak Dalam merupakan suku minoritas yang memiliki ciri-ciri
tertentu yang membedakannya dengan masyarakat sekitar, salah
satu ciri yang menjadi simbol Suku Anak Dalam adalah berbahasa.
Suku Anak Dalam memiliki kekerabatan yang serumpun, hal ini
merupakan pola kehidupan bersama yang dibangun secara terpisah
oleh golongan-golongan yang lebih besar. Pola kekerabatan Suku
Anak Dalam adalah kehidupan bersama dalam satu
kampung/pemukiman dan Suku Anak Dalam pada dasarnya
bertempat tinggal di dalam hutan.
• Maka dari itu anak-anak yang berada dalam suku tersebut sangat
rentan dalam terkena virus covid-19 karena kurangnya perlindungan
dan kurangnya perhatian terhadap anak-anak adat tersebut.
Rumusan Masalah
• Berdasarkan topik tentang “Kesejahteraan Anak Pada Suku
Anak Dalam Di Masa Pandemic Covid 19” yang menjadi pokok
permasalahan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Kesejahteraan anak pada suku adat anak dalam
terkait Pendidikan di masa pandemic covid 19?
2. Bagaimana Kesejahteraan anak pada suku adat anak dalam
terkait Kesehatan di masa pandemic covid 19?
3. Bagaimana Upaya pemerintah pada kesejahteraan anak
pada suku anak dalam di masa pandemic covid 19?
Kesejahteraan anak pada suku adat anak
dalam terkait Pendidikan di masa pandemic
covid 19
• Selama adanya pandemi corona bukan hanya mengubah kebiasaan Orang
Rimba dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari tapi juga dalam hal untuk
mendapatkan pendidikan. Seperti yang diketahui, Orang Rimba menikmati
pendidikan dari Sokola Rimba yang merupakan sekolah untuk anak-anak
suku terasing. Tetapi akibat wabah Covid-19 maka sekolah tersebut di
tiadakan sementara. Sehingga selama libur sekolah, anak-anak rimba
masuk ke hutan menemui orangtua masing-masing dan bekerja.
• Oleh karena itu banyak tenaga pendidik yang ingin membantu dalam hal
pemberian pembelajaran kepada suku anak dalam disaat pandemic
sekrang ini. Seperti Yohanna yang meluncur ke pedalaman hutan. Tepatnya
awal April tahun ini. Sebelum menemui anak-anak rimba, Yohana
melakukan karantina mandiri selama 20 hari. Tiba di kaki Bukit Duabelas,
Yohana berdiam rumah singgah KKI Warsi, tepatnya di Desa Bukit Suban,
Kecamatan Air Hitam. Kemudian Yohana pun keluar masuk hutan
menjemput anak-anak, untuk dikumpulkan di rumah singgah KKI Warsi
Jambi.
Kesejahteraan anak pada suku adat anak
dalam terkait Pendidikan di masa
pandemic covid 19
• Yohana membuat suasana belajar layaknya di rumah (hutan).
Fokus pada pendidikan dasar calistung yakni baca, tulis, dan
hitung. Metode mengajar Yohana biasanya belajar sambil
bermain. Artinya tidak ada jadwal belajar khusus. Anak rimba
belum paham waktu seperti anak lainnya. Hampir semua
anak-anak Orang Rimba sangat semangat belajar. Setelah
belajar tengah malam, mereka tidur 4 hingga 5 jam, lalu
menjelang subuh anak-anak bangun untuk belajar sampai
matahari terbit. idak hanya belajar sambil bermain, melainkan
anak-anak juga belajar membuat kerajinan tangan. Bahkan
anak-anak juga langsung belajar bercocok tanam, menanan
sayuran.
Kesejahteraan anak pada suku adat anak
dalam terkait Kesehatan di masa
pandemic covid 19
• Permasalahan kesehatan suku anak dalam perilaku
hidup bersih dan sehat dapat menimbulkan beberapa
penyakit yang di hadapi yaitu kekurangan gizi, muntaber,
malaria dan penyakit gatal-gatal yang sering diderita
sebagian masyarakat SAD. Di Daerah ini pun tidak ada
fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama. Tidak ada
dokter praktek, tidak ada bidan dan tenaga kesehatan
lainya. Hal tersebut menyulitkan bagi suku anak dalam
untuk mengakses pelayanan kesehatan.
• Walaupun demikian, tetapi dilakukannya kegiatan pelayanan
kesehatan seperti pengobatan masal, dan penyuluhan
kesehatan. Secara khusus posyandu atau UKBM lainya
belum dibentuk oleh puskemas.
Kesejahteraan anak pada suku adat anak
dalam terkait Kesehatan di masa
pandemic covid 19
• Posyandu, Posbindu dan lainya merupakan hal terpenting
dalam meningkatkan kesadaran masyarakat suku anak
dalam. Dengan adanya posyandu maka masyarakat akan
di berikan edukasi tentang kesehatan, gizi, dan kebersihan
diri terutama kesehaan anak-anak.
• Terkait kondisi wabah Covid-19 dalam sistem besesandingon,
Orang Rimba yang menderita penyakit juga harus dikarantina.
Orang sakit tidak diperbolehkan digabung dengan Orang
Rimba yang sehat. Orang Rimba yang sakit harus dikarantina
dan menjalani besesandongon selama dua pekan sampai
dinyatakan benar-benar sehat.
Upaya pemerintah pada kesejahteraan
anak pada suku anak dalam di masa
pandemic covid 19
• Kementerian Sosial (Kemensos), sedikitnya 1.341 orang warga
masyarakat suku terasing atau suku anak dalam di Jambi,
mencakup orang rimba, suku Bathin Sembilan dan suku Talang
Mamak yang ikut terdampak pandemi Covid-19, akhirnya
mendapatkan bantuan tunai langsung tiga bulan sekaligus.
• Penyerahan bantuan paket sembako sebanyak 718 paket
untuk 718 KK ini dibagi menjadi 2 (dua) tahap, yang pertama
untuk Komunitas Orang Rimba/SAD yang secara administrasi
berada di Kabupaten Tebo dan Kabupaten Sarolangun
sebanyak 8 (delapan) kelompok yang terdiri dari 583 KK, dan
tahap kedua yaitu untuk Komunitas Orang Rimba di Kabupaten
Batanghari sebanyak 131 KK.
Upaya pemerintah pada kesejahteraan
anak pada suku anak dalam di masa
pandemic covid 19
• Dalam hal pendidikan juga pemerintah memberikan fasilitas dengan
mendatangkan guru/tenaga pengajar ke daerah tertentu. Persoalan
ini butuh proses karena pendidikan menjadi kunci penting agar suku
Anak Dalam tak tertinggal dalam ilmu pendidikan.
• pemerintah daerah juga memberikan fasilitas dalam program “SAD
Care” yaitu Mobil yang melakukan pelayanan ini sekaligus dapat
menjadi FKTP sehingga setelah mendapat rujukan dari pelayana
khusus ini masyarakat suku anak dalam dapat melanjutkan
pelayanan ke tingkat berikutnya. Hal ini untuk memudahkan
masyarakat suku anak dalam untuk mengakses pelayanan kesehatan
mobil yang di disain ini. Kendaraan ini dapat bergerak sesuai dengan
kebutuhan mengingat masyarakat suku anak dalam yang menyebar
dan sulit di jangkau namun mereka butuh pelayanan kesehatan,
apalagi dalam pandemic ini.
PENUTUP
A. Kesimpulan
•Indonesia telah mengatur berbagai kebijakan dan program demi menjaga dan
melindungi kehidupan anak-anak di Indonesia yang dimulai dari Undang-Undang Dasar
1945, dan juga telah diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 4 tahun 1979 tentang
kesejahteraan anak yang dimaksud dalam pasal 1 angka 1 bahwa Kesejahteraan Anak
adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang dapat menjamin
pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani
maupun sosial. Suku anak dalam merupakan suku yang hidup nomaden, bergantung
pada alam untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mengingat pendidikan adalah
barang asing bagi mereka, membaca dan menulis pun bukanlah hal yang lazim bagi
mereka. Penolakan sempat datang dari kebanyakan kepala keluarga SAD yang tinggal di
lingkungan tersebut. Baca-tulis bukan hal yang menarik bagi anak-anak ini, ia paham
bahwa hanya alam lah yang paling dekat dengan mereka. Hakikatnya, berinteraksi
dengan orang luar saja merupakan sebuah pelanggaran adat, apalagi mendapat
pendidikan, dan berasal dari orang asing.

B. Saran
•Untuk meningkatkan kesejahteraan suku anak dalam di masa pandemic covid 19 ini,
dibutuhkan peran orang tua, tenaga pendidik, dan masyarakat terhadap hak
kesejahteraan suku anak dalam salama pandemi Covid-19, dalam bidang Pendidikan
seperti memberikan fasilitas dan memberikan pendidikan terhadap suku anak dalam,
dalam bidang kesehatan disediakannya fasilitas kesehatan untuk menjamin kesehatan
suku anak dalam di masa pandemic covid 19 ini.

Anda mungkin juga menyukai