Anda di halaman 1dari 33

MK Isu Mutakhir Gizi dan Kesehatan TM 6

Farida Wahyu Ningtyias

farida.fkm@unej.ac.id
http://fkm.unej.ac.id/ Working in Harmony Nurturing the Future
farida.fkm@unej.ac.id
http://fkm.unej.ac.id/ Working in Harmony Nurturing the Future
kelaparan
• 5,7 juta anak di bawah 5 tahun
yang masuk dalam jurang
kelaparan. Jika datanya diperlebar
menjadi anak berusia di bawah 18
tahun, terdapat 13 juta anak yang
mengalami kelaparan ekstrem di
berbagai belahan dunia >>>Save
the children
• PENYEBAB > kemiskinan yang
berkelanjutan, perubahan iklim,
hingga konflik domestik/perang.

farida.fkm@unej.ac.id
http://fkm.unej.ac.id/ Working in Harmony Nurturing the Future
STUNTING

• World Health Organization (WHO),


terdapat estimasi yang tinggi anak
terkena stunting di berbagai belahan
dunia, yaitu sekitar 149,2 juta anak.
• Adapula beberapa negara yang
diketahui memiliki prevalensi
stunting yang tinggi seperti Burundi
(55,9 %), Eritrea (50,30 %), Timor
Leste (50,20 %), dan Papua Nugini
(49,50 %), dilansir Index Mundi.

farida.fkm@unej.ac.id
http://fkm.unej.ac.id/ Working in Harmony Nurturing the Future
Double-Duty Actions for Nutrition
BreastFeeding
Data WHO, 2020
• 3 in 5 not breasted, Globally, 3 in 5 babies are not breasfed in the first
hour of life.
• 820.000 children could be saved yearly if all childreb 0-23 months
were optimally breastfed.
• 41% of infant aged 0-6 months are exclusively breastfed.
WHAT CONTRIBUTES TO LOW RATES OF EXCLUSIVE
BREASTFEEDING GLOBALLY?
• caregiver and societal beliefs favouring mixed feeding (i.e.
believing an infant needs additional liquids or solids before 6
months because breast milk alone is not adequate); hospital
and health-care practices and policies that are not supportive
of breastfeeding;
• lack of adequate skilled support (in health facilities and in the
community);
• aggressive promotion of infant formula, milk powder and
other breast-milk substitutes;
• inadequate maternity and paternity leave legislation and other
workplace policies that support a woman’s ability to
breastfeed when she returns to work;
• lack of knowledge on the dangers of not exclusively
breastfeeding and of proper breastfeeding techniques among
women, their partners, families, health-care providers and
policy-makers.
PEKERJA ANAK
• UNICEF, 1 dari 10 anak di dunia masuk dalam
subjek pekerja anak. Beberapa diantaranya
harus bekerja dengan paksaan, bekerja di
lingkungan yang berbahaya, hingga menjadi
korban perdagangan orang.
• UNICEF juga malaporkan terdapat sekitar 160
juta anak yang masuk menjadi subjek pekerja
anak pada awal tahun 2020.
• Terdapat estimasi penambahan sebesar 9 juta
anak akibat dampak dari adanya pandemi
COVID-19.
• Terdapat banyak faktor mengapa mereka
menjadi pekerja, mulai dari kondisi keuangan
keluarga yang buruk, putus sekolah, masuk
dalam sindikat perdagangan orang, hingga
tradisi di wilyah setempat.

farida.fkm@unej.ac.id
http://fkm.unej.ac.id/ Working in Harmony Nurturing the Future
• PENDIDIKAN • KEKERASAN
• Data tahun 2018 dari Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan, sekitar 4,1 juta anak berusia enam hingga
12 tahun tidak sekolah;
• Health Organization (WHO),
• Berdasarkan survei dari National Socio Economy, sekitar
estimasi anak berusia 2—17
1 juta anak usia 7 hingga lima belas tahun tidak pergi tahun yang mengalami
sekolah dasar atau sekolah menengah pertama, dan tiga
setengah juta remaja usia 118 tahun tidak sekolah.
kekerasan fisik, seksual, dan
• Sekitar 258 juta anak yang putus sekolah di akhir
ditelantarkan mencapai angka 1
tahun 2018, dilansir UNESCO. Jika dijabarkan, miliar.
terdapat 59 juta anak keluar dari pendidikan dasar,
62 juta anak keluar dari pendidikan menengah, dan • Terdapat beberapa kekerasan
138 juta anak keluar dari pendidikan menengah yang rentan terjadi kepada anak
keatas.
• Terdapat banyak faktor yang menyebabkan angka
seperti perundungan, dipukul,
putus sekolah pada anak yang masih tinggi, mulai pemerkosaan, hingga
dari kemiskinan, pernikahan anak, dampak diskriminasi.
perubahan iklim, hingga konflik domestik.

farida.fkm@unej.ac.id
http://fkm.unej.ac.id/ Working in Harmony Nurturing the Future
Child health in the South-East Asia
Region

farida.fkm@unej.ac.id
http://fkm.unej.ac.id/ Working in Harmony Nurturing the Future
Child health in the South-East Asia Region

• Kematian terus menurun, diharapkan bisa memenuhi target pada tahun 2030, Sustainable
Development Goals (SDGs) 2030 yaitu AKI 70 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 12 per 1000
kelahiran hidup.
• Di Kawasan Asia Tenggara, 52 persen kematian terjadi pada 0 sampai 28 hari (neonatal), dengan
penyebab : komplikasi kelahiran prematur diikuti dengan pneumonia dan diare, yang paling sering
terjadi adalah premature, asfiksia dan infeksi neonatus.
• Intervensi berbasis data adalah penanganan yang efektif untuk menurunkan AKI AKB yang harus
disampaikan menyeluruh mulai di level rumah tangga sampai pelayanan kesehatan.
• Namun hasilnya masih menunjukkan disparitas yang cukup tinggi berdasarkan status ekonomi, tempat
tingga (desa/kota), tingkat Pendidikan ibu, status sosial keluarga baik teekait jumlah kematian maupun
cakupan intervensinya.
• Masalah lainnya adalah kualitas intervensi yang juga belum optimal, sistem data yang membutuhkan
penguatan untuk pemantauan program Kesehatan anak dan bayi baru lahir.

farida.fkm@unej.ac.id
http://fkm.unej.ac.id/ Working in Harmony Nurturing the Future
Birth Defect

• Pengelolaan infeksi neonatal, asfiksia dan cacat lahir akan


berpengaruh pada pengurangan kematian neonatal.
• Saat ini 3 juta kelahiran pada 10 RS dilaporkan, 3000 bayi diantaranya
lahir cacat.
• Program yang dilakukan untuk pencegahan lahir cacat antara lain
Nutrisi (suplementasi mikronutrien dan fortifikasi makanan),
imunisasi (vaksin rubella untuk eliminasi CRS), PTM dan Kesehatan
lingkungan. Sekaligus memperkuat program untuk perawatan dan
rehabilitasi anak lahir cacat.

farida.fkm@unej.ac.id
http://fkm.unej.ac.id/ Working in Harmony Nurturing the Future
PERAWATAN ANAK DIAWAL KEHIDUPAN

• Perawatan anak di awal kehidupan yang dikelola dengan baik akan berpengaruh kepada kesehatan anak dan produktifitas jangka
panjang di masa mendatang dan berkontribusi pada pembangunan nasional.
• Sejak pembuahan sampai beberapa tahun pertama kehidupan anak adalah periode dengan risiko sekaligus peluang terbesar untuk
membuat perubahan pada anak.
• Perkembangan otak yang cepat mempengaruhi mempengaruhi perkembangan kognitif dan sosial yang sangat penting untuk
memastikan hak setiap anak untuk bertahan hidup, berkembang serta memiliki produktivitas ekonomi jangka panjang.
• Tingkat stress yang tinggi pada masa kanak kanak akan mengganggu arsitektur otak, mempengaruhi organ lainnya dan menetapkan
ambang batas yang rendah terhadap respon imun yang akan bertahan sepanjang hidupnya--- risiko pentakit stress meningkat dan
ada gangguan kognitif hingga usia dewasa---70 juta anak dibawah 5 tahun di Asia Tenggara tidak bisa mencapai potensi penuh
mereka karena beberapa faktor yang merugikan terkait masalah gizi, Kesehatan dan sosial.
• Kerangka Kerja Perawatan Global yang diluncurkan tahun 2018 merekomendasikan Tindakan dalam 5 domain :
1. Nutrisi
2. Perawatan Responsif
3. Pembelajaran dini
4. Keselamatan
5. keamanan

farida.fkm@unej.ac.id
http://fkm.unej.ac.id/ Working in Harmony Nurturing the Future
• The Lancet Global Health Commission on High-Quality (2018)
melaporkan bahwa kualitas pelayanan saat ini merupakan masalah
yang lebih besar daripada non utilisasi atau non ketersediaan
perawatan.
• Kualitas perawatan dan pengalaman perawatan yang buruk dapat
menghilangkan kepercayaan di sektor Kesehatan formal dan
berdampak buruk pada perilaku mencari Kesehatan di masa depan.
• Peningkatan kualitas perawatan dalam kerangka kerja global antara
lain ENAP (Every Newborn Action Planning) dan EPMM (Mengakhiri
kematian ibu yang dapat dicegah)

farida.fkm@unej.ac.id
http://fkm.unej.ac.id/ Working in Harmony Nurturing the Future
Masalah gizi anak di indonesia

1. Wasting/kurus
Pada tahun 2018, prevalensi wasting atau anak balita kurus di
Indonesia adalah sebesar 10,19 persen (Kemenkes RI).
Anak-anak dikatakan mengalami wasting apabila
perbandingan berat badan dan tinggi badannya (BB/TB)
berada di bawah -3 sampai -2 standar deviasi (SD).
Kurus akibat gizi kurang dapat meningkatkan risiko berbagai
penyakit infeksi, dan gangguan hormonal, yang berdampak
buruk pada kesehatan. Masalah gizi ini dapat dicegah dengan
mengonsumsi makanan bergizi seimbang.
farida.fkm@unej.ac.id
http://fkm.unej.ac.id/ Working in Harmony Nurturing the Future
Riskesdas 2018 prevalensi obesitas pada Balita sebanyak 3,8% dan obesitas
usia 18 tahun ke atas sebesar 21,8%. Target angka obesitas di 2024 tetap
sama 21,8%,

2. Obesitas
• Bayi berusia 0-60 bulan dikatakan mengalami obesitas jika berat badan (BB)
atau tinggi badan (TB) lebih dari +3 SD.
• Sementara itu, anak berusia 5-18 tahun dikatakan obesitas apabila
perbandingan indeks massa tubuh dan usianya (IMT/U) lebih dari +2 SD.
• Riskesdas 2013, sekitar 8 dari 100 anak di Indonesia mengalami obesitas.
• Anak-anak di Indonesia biasanya kurang mendapat asupan serat sayur dan
buah, sering mengonsumsi makanan berpenyedap, dan kurang melakukan
aktivitas fisik.
• Obesitas dapat meningkatkan risiko anak terkena penyakit
hipertensi, diabetes melitus, kanker, osteoporosis, dan kondisi lainnya, yang
dapat menurunkan produktivitas dan usia harapan hidup.
• Akan tetapi, permasalahan gizi di Indonesia ini dapat dicegah dengan
mengatur pola dan porsi makan, mengonsumsi buah dan sayur, melakukan
aktivitas fisik, serta tidur yang cukup.
farida.fkm@unej.ac.id
http://fkm.unej.ac.id/ Working in Harmony Nurturing the Future
Masalah gizi anak di indonesia

3. Stunting • Masalah gizi di Indonesia ini juga dapat


menimbulkan berbagai dampak. Beberapa
• Anak dikatakan mengalami stunting jika di antaranya adalah penurunan kekebalan
perbandingan tinggi badan dan usianya tubuh, fungsi kognitif, hingga gangguan
(TB/U) berada di angka -3 sampai -2 standar sistem metabolisme.
deviasi (SD).
• Bahkan stunting disinyalir dapat mengurangi
• Rata-rata tinggi anak Indonesia pun lebih IQ sebesar 5-10 poin, memperoleh nilai yang
pendek daripada standar WHO. Mayoritas rendah di sekolah, dan mengurangi
anak laki-laki lebih pendek 12,5 cm. produktivitas anak dari waktu ke waktu.
Sementara itu, rata-rata anak perempuan
lebih pendek 9,8 cm. • Stunting pada masa kanak-kanak dapat
diakibatkan gizi buruk, infeksi berulang, dan
• Berikut adalah gejala stunting pada anak: stimulasi psikososial yang tidak memadai.
• Berbadan lebih pendek dari anak seusianya
• Proporsi tubuh cenderung normal, tetapi • Di Indonesia berdasarkan survei Studi Status Gizi
tampak lebih muda atau kecil untuk usianya Indonesia (SSGI) 2021 menyebutkan prevalensi
• Berat badan rendah untuk anak seusianya stunting sebesar 24,4%. Angka ini masih jauh dari
angka prevalensi yang ditargetkan dalam rpjmn
• Pertumbuhan tulang tertunda. 2020-2024, yakni 14%.
• Dilansir dari World Bank, antara tahun 2010
dan 2013, kejadian stunting di Indonesia
meningkat dari 35,6 menjadi 37,2 persen
atau sekitar 8,4 juta anak.
farida.fkm@unej.ac.id
http://fkm.unej.ac.id/ Working in Harmony Nurturing the Future
Masalah gizi anak di indonesia

4 Anemia
• Anemia pada anak sebagian besar diakibatkan oleh kekurangan zat besi.
Cukup banyak anak Indonesia yang mengalami anemia atau kekurangan
darah. Anemia dapat berdampak buruk terhadap penurunan imunitas,
konsentrasi, prestasi belajar, dan produktivitas.
• Akan tetapi, permasalahan gizi di Indonesia ini dapat dicegah dengan
mengonsumsi makanan tinggi zat besi, asam folat, vitamin A, vitamin C, dan
zinc.
• Anemia juga merupakan masalah nutrisi utama pada remaja. Kondisi ini
umumnya disebabkan pola makan yang salah. Dilansir dari Kemkes RI,
berdasarkan data Riskesdas prevalensi anemia tahun 2018 pada remaja
adalah sebesar 32 persen.
• Itu artinya, 3-4 dari 20 remaja di Indonesia mengalami anemia. Hal tersebut
dapat dipengaruhi oleh asupan gizi yang tidak optimal dan kurangnya
aktivitas fisik.

farida.fkm@unej.ac.id
http://fkm.unej.ac.id/ Working in Harmony Nurturing the Future
Masalah gizi anak di indonesia

5. KVA
• Kekurangan vitamin A termasuk ke dalam masalah gizi di Indonesia.
Walaupun masalah ini sudah dapat dikendalikan, kekurangan vitamin
A bisa berbahaya. Kondisi ini bisa menyebabkan gangguan
penglihatan hingga kebutaan pada anak-anak.
• Selain itu, kekurangan vitamin A juga meningkatkan risiko penyakit dan
kematian akibat infeksi berat, seperti diare dan campak.
• Namun, Indonesia telah melakukan penanggulangan dengan
pemberian kapsul vitamin A setiap bulan Februari dan Agustus di
Puskesmas atau Posyandu untuk masalah gizi pada balita ini.
• Suplementasi vitamin A Kapsul Biru (dosis 100.000 IU) diberikan untuk
bayi berusia 6-11 bulan, sedangkan vitamin A Kapsul Merah (dosis
200.000 IU) diberikan untuk anak berusia 12-59 bulan.

farida.fkm@unej.ac.id
http://fkm.unej.ac.id/ Working in Harmony Nurturing the Future
Masalah gizi anak di indonesia

6. GAKY
• Salah satu contoh masalah gizi di Indonesia adalah gangguan akibat
kekurangan iodium (GAKI). Kekurangan iodium (yodium) dapat
menyebabkan kerusakan otak pada anak-anak.
• Selain itu, kekurangan iodium pada anak juga dapat memicu
hipotiroidisme (rendahnya hormon tiroid) dan penyakit gondok.
• Berdasarkan data Kementerian Kesehatan pada tahun 2013, 15-25
persen anak usia sekolah, wanita usia subur, ibu hamil, dan ibu
menyusui mengalami kekurangan yodium.
• Penanggulangan GAKI dilakukan dengan mewajibkan semua garam
yang beredar harus mengandung iodium sekurang-kurangnya 30 ppm.
• Oleh sebab itu, pastikan Anda menggunakan garam beryodium unuk
mencegah masalah gizi di Indonesia ini.

farida.fkm@unej.ac.id
http://fkm.unej.ac.id/ Working in Harmony Nurturing the Future
PICKY EATER

• Anak tidak mau makan atau hanya mengonsumsi jenis


makanan tertentu
• Biasanya terjadi pada saat peralihan dari makanan cair ke
padat.
• Wajar jika terjadi dengan durasi 1 bulan.
• Terjadi karena adopsi perilaku makan di keluarga; bentuk
makanan tidak menarik; tidak ada variasi; suasana rumah tidak
kondusif; kurang perhatian dan kasih sayang orang tua.

farida.fkm@unej.ac.id
http://fkm.unej.ac.id/ Working in Harmony Nurturing the Future
Aki dan akb
• Angka kematian bayi di Indonesia 24 per 1.000. Artinya setiap
1.000 kelahiran yang mati 24. Kalau ada 100 orang melahirkan
yang mati antara 2 dan 3.
• Angka kematian ibu 230 per 100 ribu kelahiran hidup.
• Penyebab kematian :
• fase sebelum hamil yaitu kondisi wanita usia subur yang anemia, kurang
energi kalori, obesitas, mempunyai penyakit penyerta seperti tuberculosis
dan lain-lain.
• Pada saat hamil ibu juga mengalami berbagai penyulit seperti hipertensi,
perdarahan, anemia, diabetes, infeksi, penyakit jantung dan lain-lain.
• Data Sampling Registration System (SRS) tahun 2018 :
• 76 persen kematian ibu terjadi di fase persalinan dan pasca persalinan
dengan proporsi 24 persen terjadi saat hamil, 36 persen saat persalinan
dan 40 persen pasca persalinan. Dan lebih dari 62 persen kematian ibu
dan bayi terjadi di rumah sakit.
farida.fkm@unej.ac.id
http://fkm.unej.ac.id/ Working in Harmony Nurturing the Future
Terima kasih

farida.fkm@unej.ac.id
http://fkm.unej.ac.id/ Working in Harmony Nurturing the Future

Anda mungkin juga menyukai