Anda di halaman 1dari 64

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Dalam (Antono, 2018) Bahwa berdasarkan keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942/Menkes/SK/2003, makanan

jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pedagang kaki

lima dimana tempat penjualan atau yang dijual untuk umum selain yang

disajikan oleh restoran, jasa boga maupun hotel.

Menurut (Rahmi, 2018) makanan jajanan adalah makanan yang

dijajankan oleh penjaja makanan dengan berbagai rasa,warna yang

berbeda sehingga menarik perhatian orang untuk membelinya. Dalam

bahasa Indonesia jajanan makanan yaitu jenis makanan yang dijual dikaki

lima, pinggiran jalan, pasar, disekolah, dan tempat pemukiman lainnya.

Jajanan anak sekolah ini sedang mendapat sorotan khusus , karna selain

banyak dikonsumsi oleh anak juga banyak bahaya yang mengancam dari

konsumsi makanan jajanan. Dampak positif dari mengkonsumsi jajanan itu

sendiri adalah dapat mengganti kalori yang hilang saat beraktifitas

disekolah, adapun dampak negatif dari konsumsi jajanan yaitu timbulnya

diare dan beresiko tinggi untuk mengalami keracunan diakibatkan karena

kebersihan yang kurang terjamin.

Anak-anak sangat rentan terinfeksi penyakit. Maka dari itu peran

utama pengasuhan dan perawatan anak selalu memperhatikan

optimalisasi kualitas hidup dan kesejahteraan anak. Apalagi dimasa

pandemic Covid-19 saat ini, sangat penting untuk mendorong peran aktif
keluarga, terutama orang tua agar anak tidak mudah sakit.

(Rakhmawati,2020).

Kebutuhan nutrisi harus sangat diperhatikan oleh orang tua

apalagi di masa pandemic sekarang ini dengan belanja makanan yang

bergizi dan juga dimasak sendiri. Dan juga mengajarkan kepada anak

untuk rajin mencuci tangan, memakai masker, selalu menjaga jarak

dengan orang lain dan yang peling penting hindari makanan yang tidak

sehat (Harsono,2020).

Menurut Whyuti (2009) dalam Prystianti (2017) kebiasaan jajanan

adalah kebiasaan atau perilaku seseorang yang sangat sulit untuk

berubah. Selain jajanan yang disediakan orang tua dirumah, Anak akan

lebih mudah menemukan jajanan baru disekitaran sekolah maupun

ditempat mereka bermain tanpa memperhatikan sehat atau tidaknya

jajanan tersebut. Umumnya, anak menghabiskan seperempat waktunya

disekolah setiap hari dan menggunakan uang sakunya untuk membeli

makanan di kantin dan pedagang kaki lima disekolah.

Dalam penelitian Jesica S.Lonto (2019) perilaku jajan anak

dipengaruhi oleh faktor lingkungan karena anak belum bisa membedakan

jajanan yang baik dan tidak baik. Peran orang tua adalah faktor

lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap perilaku jajan anak.

Pengambilan keputusan yang tepat akan berdampak terhadapat

kesehatan yang baik untuk seluruh anggota keluarga. Menurut Singgih

D.Gunarso (2004) pola asuh orang tua merupakan perlakuan dalam

interaksi yang menunjukkan kekuasaaannya dalam memperhatikan


keinginanan anak pada pola asuh yang diterapkan. Banyak orang tua

tidak memperhatikan kecukupan gizi untuk anaknnya karena mereka

melihat anaknya masih sehat dan bisa melakukan aktivitas seperti biasa,

tetapi dibalik itu mereka tidak mengetahui bahwa kecukupan gizi untuk

anaknya masih kurang dan jutru akan menambah timbunan berbagai

penyakit yang diakibatkan oleh jajanan yang mereka konsumsi.

“Menurut penelitian badan pengawasan obat dan makanan

(BPOM) tahun 2004, sebagian makanan jajanan itu mengandung bahan

kimia berbahaya. Dari 163 sampel jajanan anak yang diuji di 10 provinsi,

sebanyak 80 sampel atau 50% tidak memenuhi syarat mutu dan

keamanan. Kebanyakan jajanan yang bermasalah itu mengandung

boraks, formalin, zat pengawet zat pewarna berbahaya, serta tak

mengandum garam beryodium. Sedikitnya 19.465 jenis makanan dijadikan

sampel pengujian tersebut. Hasilnya, sebanyak 5,6% sampel tidak layak

diedarkan. Sebanyak 185 item mengandung pewarna berbahaya, 94 item

mengandung boraks, 74 item mengandung formalin, dan 52 item

mengandung benzoat atau pengawet dalam kadar berlebih. Badan POM

kemudian menariknya dari peredaran untuk dimusnahkan. Disamping itu

badan POM juga memeriksa sebanyak 1.335 unit sarana industri

makanan. Hasilnya sebanyak 36 dari 267 industri yang terdaftar

produknya belum memenuhi persyaratan” dalam buku dr. Merryana

adryan,dkk (2015)”.

Dalam (Hartono, Wilujeng, & Andarini, 2015) mengemukakan

bahwa mengkonsumsi makanan yang tidak sehat akan menimbulkan

dampak negatif bagi kesehatan anak misalnya diare, kekurangan gizi, dan
gangguan pertumbuhan seperti shunting. Dikutip dari RISKESDES thn

2010, prevelensi shunting yang terjadi pada anak usia 6-12 tahun masih

sangat tinggi yaitu sebesar 34,6%. Dengan demikian sangat berdampak

pada konsetrasi belajar anak. Makan dari itu pendidikan gizi sangat

dibutuhkan agar anak dapat memahami dapat memilih jajanan yang baik

dan sehat untuk mereka konsumsi.

Menurut penelitian (Hartono, Wilujeng, & Andarini, 2015) Jajanan

yang sehat dan aman adalah makanan yang tidak mengandung bahan-

bahan yang berbahaya yang dapat merugikan kesehatan orang yang

mengkonsumsinya. Dikutip oleh Hidayanti dalam penelitian Purnamasari

mengenai jajanan di SDN 1Pamijen sukaraja menemukan bahwa

sebagian besar jajanan yang dijajankan ditempat tersebut tidak memenuhi

nilai gizi yang diharapkan (energy sekitar 1600-1800 kkal, dan protein

sekitar 35-50 gram). Makanan seperti cilok, sosis bakar, bakwan, memiliki

berat perporsi hanya 5-30 gram, dengan nilai energy 0-95 kkal, dan

protein 0-3,2 gram. Dengan demikian menandakan bahwa kandungan gizi

pada jajanan tersebut masih sangat jauh dari yang diharapkan.

Pandemic penyakit akibat virus corona telah mengubah

kehidupan banyak keluarga diseluruh dunia. Penutupan sekolah, serta

pergerakan yang terbatas membuat orang tua mereka harus

menyeimbangkan kehidupan dengan berbagai peran dirumah. Keadaan

juga bertambah berat karena sebagaian orang memborong stok makanan,

sementara sistem pasokan pangan tergangu. Akibatnya, bebarapa jenis

pangan mungkin langka. Dalam situasi sulit ini, dapat dimengerti jika
orang tua cenderung mengandalkan makanan siap saji atau makanan

olahan sebagai pilihan cepat dan terjangkau (Unicef,2020)

Anak-anak pada umunya akan jajan satu atau dua kali sehari agar

tetap bertenaga. Ganti pilihan kudapan manis atau asin seperti permen

dan keripik, dengan makanan yang lebih sehat : berbagai kacang, keju,

youghurt (idealnya tanpa tambahan gula) jajan pasar seperti ketimus,

nagasari, arem-arem, atau buah potoh, telur rebus, opsi kudapan sehat

lain yang tersedia. Pilihan-pilihan ini lebih bergizi, lebih mengenyangkan,

dan membantu membantu membangun makanan sehat sejak kecil

(Unicef,2020).

Saat ini belum ada bukti bahwa makanan atau kemasan makanan

berperan dalam penularan penyakit akibat virus corona (Covid-19).

Penularan virus memang akan terjadi apabila seseorang menyentuh

sesuatu yang telah terkontiminasi dengan virus lalu menyentuh wajah

mereka. Namun, interaksi dengan orang lain menjadi faktor yang lebih

berisiko. Misalnya saat berbelanja makanan atau menerima

pesanan,dalam keadaan apapun kebersihan sangat penting saat

menyiapkan makanan untuk mencegah penularan penyakit melalui

makanan. Untuk karena itu, kemasan luar segera buang ketempat

sampah yang bertutup (Unicef,2020).

Oleh karena itu edukasi kesehatan sebaiknya diberikan sedini

mungkin, dimana usia anak yang sesuai untuk diberikan edukasi adalah

anak yang berada diusia 6-14 tahun, karena pada usia ini anak mulai

matang secara seksual dan matang untuk belajar serta merupakan


periode intelektual. Dari rentang usia tersebut yang paling tepat diberikan

pendidikan gizi adalah usia 11 tahun karena pada usia tersebut anak

berada dalam tahapan operasional formal yaitu, mampu berfikir secara

abstrak, menalar secara logis, dan mampu menarik kesimpulan dari

informasi yang diberikan menurut penelitian (Hartono, Wilujeng, Andarini,

2015).

Dalam metode pendidikan gizi ada beberapa metode. Yaitu

dengan menggunakan media animasi karena dapat membuat orang lebih

cepat untuk memahami apa yang disampaikan oleh pemberi informasi,

selain itu dapat menghadirkan daya tarik bagi anak terutama animasi

yang dilengkapi dengan suara.

Dalam penelitian Syam, Indahsari, & Ibnu, (2018) dikutip WHO

menjelaskan bahwa salah satu faktor yang yang mengakibatkan tingginya

angka kematian yang disebabkan oleh kanker dan jantung coroner dalah

pola makan yang tidak sehat. Konsekuensi jangka pendek yang

diakibatkan dari pola makan yang tidak sehat adalah obesitas, dan

konsekuensi jangka panjang yang diakibatkan adalah kanker,diabetes,

dan berbagai macam penyakit kronik lainnya.

Dari latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk mengangkat

judul “Pengaruh Edukasi Menggunakan Media Animasi Terhadap Tingkat

Pengetahuan dan kebiasaan jajan anak selama pandemik covid-19 di

RT.001 RW.005 Kel.Mangasa Kec.Tamalate kota Makassar” yang

terdapat 47 rumah dengan 74 kartu keluarga (KK) yang 28 diantaranya

memiliki anak usia 6-10 tahun dengan jumlah 34 Anak. Dimana


dilingkungan ini terdapat banyak jajanan yang beranekaragam tersedia

dimana-mana seperti cimol, asinan, pentolan, popice, dan masih banyak

lagi. Apalagi dimasa pandemi sekarang sekolah diliburkan dan mereka

dianjurkan untuk belajar dirumah sehingga anak-anak mempunyai waktu

lebih banyak untuk jajan tanpa memperhatikan protokol kesehatan.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah dalam penelitian ini

ialah :

1. Ada pengaruh pengetahuan dan kebiasaan anak sebelum diberikan

edukasi mengenai jajanan selama pandemic covid-19.

2. Ada pengaruh pengetahuan dan kebiasaan anak sesudah diberikan

edukasi mengenai jajanan selama pandemic covid-19.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui adanya pengaruh edukasi mengenai jajanan selama

pandemic covid-19 pada anak di RT.001 RW.005 Kel.Mangasa

Kec.Tamalate kota Makassar.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui ada pengaruh pengetahuan dan kebiasaan anak

sebelum diberikan edukasi mengenai jajanan selama pandemic

covid-19.
b. Diketahui ada pengaruh pengetahuan dan kebiasaan anak

setelah diberikan edukasi mengenai jajanan selama pandemic

covid-19 menggunakan media animasi.

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi peneliti

Untuk menambah pengalaman dan wawasan peneliti khususnya

dibidang kesehatan tentang pengaruh edukasi menggunakan media

animasi terhadap tingkat pengetahuan dan kebiasaan jajan selama

pandemic covid-19.

b. Bagi institusi pendidikan

Hasil peneltian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan bahan

bacaan diperpustakaan STIKES Gunung Sari Makassar dan juga

sebagai acuan dan masukan untuk penelitian berikutnya.

c. Bagi tempat penelitian

Dapat dijadikan bahan informasi dalam mendidik anak untuk

berperilaku jajan yang baik dimasa pandemik sekarang ini.

e. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan sebagai

bahan literatur bagi peneliti selanjutnya mengenai pengaruh edukasi

menggunakan media animasi terhadap tingkat pengetahuan dan

kebiasaan jajan anak selama pandemic covid-19.

E. Penelitian sejenis

2.1 Tabel penelitian sejenis


No Judul Metode Hasil Persamaan Perbedaan

. penelitian penelitian

1. Dampak Penelitian Hasil dari Persamaan Pada

penyuluhan kuantitatif penelitian ini sama-sama penelitian

jajanan dengan menunjukka memberikan sebelumnya

terhadap desain n bahwa ada penyuluhan tidak

tingkat penelitian peningkatan tentang menggunakan

pengetahua Quasi pengetahuan perilaku media apapun

n anak eksperimentd responen memilih tetapi pada

sekolah engan setelah jajanan anak penelitian ini

dasar di rancangan dilakukan disekolah menggunakan

madrasah one grub penyuluhan. dasar. media

ibtidaiyah pretest and Sehingga animasi.

al-fitrah posttest dapat

kampong design. menunjukka

nelayan n bahwa

kupang penyuluhan

memberikan

dampak

yakni

meningkatka

pengetahuan

siswa

tentang
bagaimana

cara

pemilihan

jajanan yang

sehat.

2. Peningkata Penelitian Terjadi Sama-sama Perbedaan

n kuantitatif penigkatan memberikan dari penelitian

pengetahua dengan pengetahuan pengetahuan sebelumnyaaa

n siswa rancangan siswa tentang dalah terletak

mengenai pre- dengan perilaku pada media

jajanan experiment I melakukan memilih yang

sehat dengan penyuluhan jajanan anak digunakan

menggunak model one menggunaka disekolah yaitu pada

an media grub pretest n media dasar. penelitian

minicard posttest. minicard sebelumnya

karena menggunakan

media media

minicard ini minicard dan

sudah pada

dimodifikasi penelitian ini

berisi media yang

gambar dan digunakan

informasi adalah media

tentang animasi.

jajanan
sehat

sehingga

anak

mengalami

ketertarikan

untuk

memahami.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang jajanan

1. Makanan jajanan
Jajanan dan anak adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan,

makanan yang dijajankan dipinggir jalan, stasiun, pasar, serta

tempat-tempat lainnya yang sejenis. Jenis makanan jajanan sangat

banyak dan beragam dalam bentuk, keperluan dan harga. Makanan

yang dijual oleh pedagang kaki lima adalah makanan dan minuman

yang disiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima dijalanan atau

tempat keramaian lainnya yang langsung dimakan dan tidak diolah

lebih lanjut lagi (Antono,2018)

Menurut mudjajanto (2005) makanan jajanan dibagi kedalam 4

bagian yaitu kelomook pertama yaitu makanan utama contohnya nasi

remes, pecel, gado-gado,nasi goreng dan lain-lain. Yang Kedua

adalah snack contohnya berbagai jenis kue, onde-onde, cimol, cilok,

pisang goreng dan lain-lain.Ketiga golongan minuman contohnya es

buah, es dawet, popice, teh dan sebagainya. Dan yang Keempat

buah-buahan contohnya mangga, jambu, apel, jeruk dan sebagainya

(Rahmi, 2018).

a. Menurut koentjaraningrat (1984) dalam (Santoso, & Ranti,

2004) menyatakan bahwa kebiasaan makan individu,

masyarakat, dan keluarga di pengaruhi oleh :

b. Faktor perilaku masyarakat itu sendiri seperti cara berfikir,

berperasaan, dan cara pandangnya terhadap suatu makanan.

Kemudian dinyatakan dalam tindakan dalam memilih

makanan, hal ini akan terus berulang hingga menjadi

kebiasaan mereka.
c. Faktor lingkungan sosial, dari segi kependudukan, tingkat

serta sifat-sifatnya.

d. Faktor lingkungan ekonomi, ketersediaan uang, daya beli dan

sebagainya.

e. Faktor perkembangan teknologi seperti biotegnologi yang

menghasilkan makanan siap saji dan praktis, yang bergizi,

menarik, awet, dan lainnya.

2. Usia anak

Menurut Undang-undang no 23 tahun 2003 tentang

perlindungan anak, yang masuk dalam usia anak adalah dia yang

usianya sebelum 18 tahun dan yang belum menikah. Sedangkan

menurut WHO 2002 Anak adalah mereka yang memiliki usia 7-12

tahun (Safriana, 2012)

Anak adalah kelompok masyarakat yang perlu dibina sedini

mungkin karena mereka merupakan aset Negara dalam membantu

pembangunan Negara yang akan datang. Jadi dalam pembentukan

gizi anak sehingga bisa lebih baik hal ini menjadi langkah yang baik

karena dampaknya dapat berpengaruh dengan pencapaian SDM

yang berkualitas (Haris, 2017).

B. Konsep jajanan berbahaya

1. Definisi
Jajanan berbahaya adalah jajanan yang banyak mengandung

zat kimia yang tidak boleh dicampurkan kedalam makanan dan cara

pengolahannya pun tidak bersih/sehat.

Badan POM (Pengawas Obat Dan Makanan) sebagian besar

jajanan masih mengandung bahan yang berbahaya untuk kesehatan

seperti formalin dan boraks. Kesimpulan tersebut berdasarkan hasil

uji petik yang dilakukan pada sekitar 4.500 sekolah dasar disejumlah

kota besar di Indonesia (Redaksi Healt Secret, 2013).

Jajanan yang disajikan dalam bentuk yang menarik dan warna-

warna yang mencolok akan membuat anak tergoda untuk

mencicipinya. Apalagi jika semua temannya membeli dan jajanan

yang dijajankan di pinggir jalan itu terhitung murah tanpa berfikir

panjang anak-anak langsung membeli dan mengunyahnya. Tetapi

dibalik bentuk dan warna yang mencolok tersebut terdapat zat

pewarna testik yang dapat menimbulkan keracunan dan diare

(Redaksi Health Secret,2013).

“Menurut penelitian badan pengawasan obat dan makanan

(POM) tahun 2004, sebagian makanan jajanan itu mengandung

bahan kimia berbahaya. Dari 163 sampel jajanan anak yang diuji di

10 provinsi, sebanyak 80 sampel atau 50% tidak memenuhi syarat

mutu dan keamanan. Kebanyakan jajanan yang bermasalah itu

mengandung boraks, formalin, zat pengawet zat pewarna berbahaya,

serta tak mengandum garam beryodium. Sedikitnya 19.465 jenis

makanan dijadikan sampel pengujian tersebut. Hasilnya, sebanyak

5,6% sampel tidak layak diedarkan. Sebanyak 185 item mengandung


pewarna berbahaya, 94 item mengandung boraks, 74 item

mengandung formalin, dan 52 item mengandung benzoat atau

pengawet dalam kadar berlebih. Badan POM kemudian menariknya

dari peredaran untuk dimusnahkan. Disamping itu badan POM juga

memeriksa sebanyak 1.335 unit sarana industry makanan. Hasilnya

sebanyak 36 dari 267 industri yang terdaftar produknya belum

memenuhi persyaratan dalam buku dr. Merryana adryan,dkk (2015)”.

2. Tipe-tipe bahaya pada jajanan makanan

ISO 22000 Food Safety Management System membagi tipe-tipe

bahaya makanan sebagai berikut :

a. Bahaya secara fisik

Hal ini terjadi apabila dalam makanan terdapat benda-

benda asing seperti rambut, kuku, perhiasa, logam, batu,

krikil, kayu, yang terbawa dengan makanan karena saat

dikonsumsi dapat menyebabkan luka disaluran pernafasan.

b. Bahaya secara biologis

Hal ini lebih mengarah pada keracunan makanan yang

diakibatkan oleh mikroba yang mencemari produk pangan.

Ada beberapa tipe mikroba yang sering dijumpai pada

produk makanan diantaranya kapang (jamur) dan bakteri.

Makanan yang tidak aman secara biologis, dapat berakibat

untuk kesehatan seperti :

a. Mikroba yang masuk ke tubuh akan berkembang

biak dan dapat berakibat infeksi saluran

pencernaan.
b. Racun dan toksin yang masuk yang disebabkan oleh

mikroba pangan (food poisoning) tidak selalu disertai

masuknya makanan di tubuh.

c. Bahan kimia misalnya cemaran pestisida, HCN

dalam singkong racun akan mengakibatkan mual,

muntah, dan pusing. Sebagian besar toksin

penyebab penyakit tidak berasa dan tidak

dihancurkan dengan proses pemasakan.

c. Bahaya secara kimia

Bahan-bahan kimia berbahaya tersebut antara lain:

i. Cairan pembersih, pestisida.

ii. Komponen kimia yang berasal dari alat masakan

yang kemudian masuk kedalam pangan.

iii. Penggunaan bahan berbahaya yang disalahgunakan

untuk kepentingan pribadi seperti, pewarna testil

(rhodaim B, metanil yellow) dan pengawet

(formalin,boraks).

Efek kimia yang masuk ditubuh kita dapat terjadi akut

apabila bahan kimia yang masuk kedalam tubuh kita memberikan

efek pusing, mual muntah atau bahkan kematian.

Ada beberapa bahan makanan yang berbahaya apabila

ditambahkan pada makanan, antara lain :

a) Formalin
Formalin merupakan nama dagang dari larutan 30-40%

formaldehid dalam air. Yang paling sering digunakan untuk

mengawetkan tahu dan mie basah, pengaruh pada kesehatan

terjadi bila akumulasi formalin yang tinggi dalam tubuh akan

menyebabkan keluhan rasa gatal pada mata, susah bernafas,

batuk, iritasi akut pernafasan (Redaksi Healt Secret,2013).

b) Boraks

Boraks merupakan bahan pengenyal yang berbahaya dan

sering digunakan pada bakso. Pengaruh boraks pada

kesehatan bila terdapat dalam makanan dan dikonsumsi dalam

jangka waktu yang lama maka akan menyebabkan akumulasi

(penumpukan) pada hati,lemak dan ginjal. Dan pemakaina

dalam jumlah yang banyak akan menyebabkan

demam,depresi,kerusakan ginjal, nafsu makan berkurang,

gangguan pencernaan,pingsan,koma, bahkan kematian

(Redaksi healt Secret, 2013).

c) Siklamat

Merupakan bahan pemanis buatan yang biasa digunakan

pedagang dalam pembuatan sirup. Dan dapat menyebabkan

pengecilan testicular dan kerusakan kromosom (Redaksi healt

Secret, 2013).

d) Metanil yellow

Bahan pewarna makanan yang berbahaya yang sering

digunakan untuk pewarna kerupuk, makanan ringan, kembang

gula, manisan. Pewarna makanan ini warnanya lebih terlihat


terang dan memiliki rasa yang agak pahit. Dan dapat

menyebabkan kanker, keracunan, iritasi paru-paru, mata dan

tenggorokan (DR. Merryana adryani,dkk 2015).

e) Monosodium glutamate (MSG)

Asupan MSG dalam jumlah banyak yang terus menerus dalam

jangka pendek akan membuat anak-anak jadi haus, pusing, dan

bahkan muntah.

Menurut (Irianto, K, 2007) jajanan sangat mengandung banyak

risiko, makanan yang tidak ditutp lalu dimakan yang sudah dihinggapi

lalat, debu-debu dapat menyebabkan masalah pada pencernaan. Dan

apabila ketersediaan air terbatas maka alat-alat seperti sendok, garpu,

gelas dan piring tidak dicuci dengan bersih. Hal ini yang orang

konsumsi dapat mengakibatkan tifus, ataupun penyakit perut lainnya

(Yulistina Nur DS,dkk 2019).

3. Ciri-ciri jajanan berbahaya

Umumnya jajanan yang kurang sehat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Warnanya mencolok,karena makanan yang penuh warna

umumnya anak-anak akan lebih tertarik.

b. Rasanya sangat tajam.

c. Dibungkus kertas Koran karena makanan dapat tercemar dari

bungkusan Koran tersebut yang tidak bersih.

4. Faktor yang mempengaruhi anak konsumsi jajanan yg tidak sehat


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga anak

mengkomsumsi jajanan yang tidak sehat antara lain :

a. Para orang tua cenderung kurang mengawasi anak-

anaknya sehingga melakukan jajanan sembarangan

b. Bagi para penjual yang hanya memikirkan kepentingan

pribadi tidak memikirkan efek yang akan ditimbulkan dari

bahan-bahan berbahaya yang digunakan pada

makanannya. Bagi penjual yang penting jajananannya

laku.

c. Kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh si anak yang

mereka lihat hanyalah cover dari jajanan itu karena mereka

hanya ingin membeli karena jajanan itu dikemas dengan

menarik.

d. Pihak sekolahnya yang kurang memperhatikan siswanya

yang jajanan diluar sekolah. yang mana harusnya mereka

melakukan tindakan melarang demi kesehatan siswa-

siswinya.

5. Dampak negatif mengkonsumsi jajanan berbahaya.

Menurut Irianto, K, 2007 mengkonsumsi jajanan berbahaya dapat

memberikan dampak negatif, antara lain:

a. Makanan yang tidak higienis akan menimbulkan berbagai

penyakit

b. akan mengakibatkan kurang gizi pada anak

c. Nafsu makan menurun


d. Obesitas pada anak

e. Terlalu banyak mengkonsumsi permen dapat mengganggu

kesehatan gigi pada anak (Yulistina Nur DS,dkk 2019).

C. Kebiasaan jajan anak

1. Kebiasaan jajan

Menurut Wahyuti dalam Febrianty (2009) kebiasaaan jajan

merupakan suatu perilaku yang cendereung sangat sulit untuk diubah

(Safriana,2012).

Jajanan anak pada umumnya merupakan makanan yang siap

saji, dan sebagian besar anak mengkonsumsi secara rutin. Karena

banyaknya pedagang di sekitar rumah dan uang jajan yang diberikan

akan mendukung mereka membeli jajanan sesuai keinginannya

(Fikawati, Syafiq, & Veratamala, 2017).

Menurut Yunita (2009) dalam Prystianti (2017) mengemukakan

bahwa kebiasaan jajan merupakan istilah yang digukanan untuk pada

kebiasaan dan perilaku seseorang yang berhubungan dengan makan

seperti frekuensi, jenis dan kepercayaan terhadap makanan

(pantangan), dan cara pemilihan makanan. Anak akan terus

melakukan jajan dilingkungan rumah maupun disekolah sampai

mereka mengerti pentingnya hal-hal yang akan terjadi bagi kesehatan

apabila mengkonsumsi jajanan yang tidak sehat

“Kebiasaan mengkonsumsi jajanan sangat popular dikalangan

anak-anak. Kebiasaan tersebut sangat sulit untuk dihilangkan.

Biasanya makanan jajanan yang mereka sukai adalah makanan


dengan warna, penampilan, tekstur, aroma, dan rasa yang menarik.

Mereka juga pada umumnya membeli jenis jajanan yang kandungan

zat gizinya kurang beragam beragam yaitu hanya terdiri dari

karbohidrat saja atau karbohidrat dan lemak. Kegemaran anak-anak

akan hal yang manis dan gurih sering dimanfaatkan oleh para penjual

untuk menarik perhatian anak-anak. Jajanan yang ditawarkan belum

tentu meyehatkan, karena kebanyakan dari penjual makanan jajanan

belum sepenuhnya memperhatikan kebersihan, keamana dan

kandungan gizi makanan yang dijajankan. Hasil penelitian yayasan

lembaga konsumen Indonesia (YLKI) menyebutkan bahwa makanan

jajanan anak SD yang berharga murah dan berbentuk makanan

basah siap konsumsi yang dijual pedagang disekitar rumah masih

dicampur dengan berbagai zat bahaya ( Andhika 2010)”.

Dalam penelitian Jesica S.Lonto (2019) faktor lingkungan

merupakan faktor yang dapat mempengaruhi anak untuk melakukan

jajan sembarangan karena mereka belum mengetahui mana jajanan

yang baik dan yang tidak baik untuk kesehatan mereka. Peran orang

tua juga menjadi faktor utama dalam perilaku jajan anak. Orang tua

yang mampu mengambil keputusan yang tepat akan sangat

berpengaruh terhadap kehidupan seluruh anggota keluarga dan akan

menjadi pola asuh yang baik dan benar. Menurut Singgih D.Gunarso

(2004) pola asuh orang tua merupakan perlakuan dalam interaksi

yang menunjukkan kekuasaaannya dalam memperhatikan

keinginanan anak pada pola asuh yang diterapkan. Banyak orang tua

tidak memperhatikan kecukupan gizi untuk anaknnya karena mereka


melihat anaknya masih sehat dan bisa melakukan aktivitas seperti

biasa, tetapi dibalik itu mereka tidak mengetahui bahwa kecukupan

gizi untuk anaknya masih kurang dan jutru akan menambah timbunan

berbagai penyakit yang diakibatkan oleh jajanan yang mereka

konsumsi.

Ibu bisa mengimbangi pengaruh lingkungan ini dengan

menyediakan jajan yang menarik. Sajikan kue-kue kecil yang dibentuk

lucu sesuai selera anak, beri hiasan warna-warni, tata dipiring mungil

yang indah. Hal ini bisa menjadi alternatif pemecahan masalah agar

anak tidak lagi membeli jajanan diluar. Sesekali membuat minuman

ekstra yang digemari anak-anak, dalam buku (Irawati setiadi 2020)

2. Fakto-faktor yang mempengaruhi kebiasaan jajan

Selain karena faktor lingkungan rasa suka terhadap makanan

akan sangat berpengaruh pada kebiasaan seseotang untuk

melakukan jajan. ( Prystianti,2017)

Susanto (1986) mengemukakan bahwa banyak alasan anak

untuk jajan yaitu:

a. Anak yang tidak sarapan pagi karena orang tua yang tidak

menyiapkan sarapan untuk anaknya.

b. Faktor psikologi anak melihat temannya jajan.

c. Faktor kebutuhan biologis anak yang harus dipenuhi

walaupun dirumah anak sudah sarapan tetapi kegiatan fisik

disekolah memerlukan tambahan energi (Safriana, 2012).


Sedangkan menurut penelitian Bondika tentang faktor yang

behubungan dengan pemilihan jajanan pada anak tahun 2011 dalam

Prystianti (2017) antara lain :

a. Pengetahuan orang tua terutama ibu dalam memberikan

arahan kepada anaknya dalam pemilihan makanan

jajanan yang baik dan sehat.

b. Uang saku, semakin banyak uang saku yang diberikan

orang tua maka akan lebih tinggi potensi anak untu

melakukan jajan.

c. Media massa berupa radio, surat kabar serta iklan-iklan

berpengaruh besar dalam pembentukan opini dan

kepercayaan seorang anak.

D. Konsep Covid 19

COVID-19 telah dinyatakan sebagai pandemic dunia oleh WHO

(WHO,2020) dan juga telah dinyatakan kepala Badan Nasional

Penanggulangan Bencana Nasional melalui keputusan nomor 9 A tahun

2020 sebagai suatu keadaan tertentu darurat bencana wabah penyakit

Virus Cororna di Indonesia. Pada masa pandemic sekarang ini

pemerintah harus mencegah penyebaran COVID-19 di sisi lain untuk

tetap memperhatikan upaya-upaya menurunkan angka kematian anak

(Kemenkes,2020).

Coronavirus atau virus corona merupakan keluarga besar virus

yang menyebabkan infeksi saluran pernafasan atas ringan hingga


sedang, seperti penyakit flu,. Banyak orang terinfeksi virus ini, seridaknya

satu kali dalam hidupnya ( Fadli 2020 ).

Covid-19 bisa menyerangsiapa saja baik itu anak-anak hingga

dewasa. Namun menurut penelitian yang dilakukan di China,yang paling

rentan terkena corona adalah orang tua dari usia 70 tahun keatas. Dan

anak-anak menjadi golongan aman dari kemungkinan virus ini. Penelitian

dilakukan pada lebih dari 72.000 pasien yang terjangkit virus corona.

Menuruit data saat ini tidak a ak-anak yang meninggal dunia karena virus

ini, mereka hanya akan menunjukkan gejala ringan (News 2020).

Meskipun jumlah infeksi covid-19 pada anak tidak sebanyak

orang dewasa namun anak-anak dan lansia termasuk kelompok yang

rentan. Bahkan gejala covid-19 yang gmenyerang anak-anak ternyata

berbeda. Studi terbaru telah menenmukan bahwa infeksi covid-19 pada

anak-anak tidak diawali dengan gejala berupa batuk (Rakyat 2020).

Sejumlah kasus infeksi covid-19 pada anak-anak umumnya

terjadi karena penularan anggota keluarga atau orang yang tinggal

bersama mereka. Namun infeksi coronavirus pada anak-anak biasanya

lebih ringan ketimbang orang dewasa. Para peneliti menemukan bahwa

gejala infeksi corona yang dialami anak-anak justru tak sedikit yang

mengalami diare. Gejala ini juga diikuti dengan timbulnya demam,

bahkan riset itu juga menemukan banyaknya gejala gastrointestinal yang

kemudian diketahui akibat infeksi virus SARS-Cov-2 yang menyebabkan

penyakit Covid-19 pada anak. Serangan ini justru menyasar saluran

pencernaan (Rakyat 2020)


Anak-anak dengan tingkat usia mereka sangat penting untuk

mengetahui tindakan yang dapat diambil untuk mencegah dari tertularnya

virus yaitu dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Anak akan

merasa heran jika melihat orang berjalan keluar rumah dengan

menggunakan masker, apabila anak bertanya orang tua baiknya

memberikan hiburan dan meyakinkan mereka, berikan fakta dasar terkait

virus ini karena anak tidak memerlukan informasi yang bertele-tele.

Memberikan penjelasan tentang virus corona dengan mengaitkan

penyakit yang mereka ketahui bahwakan mereka pernah alami hinggaa

anak benar-bemar mengerti bahwa virus tersebut memang serius (News

2020).

Berikan anak makanan bergizi seperti buah dan sayuran.

Ajarkan anak untuk tidak memegang wajahnya saat atangan dalam

keadaan kotor dan rajin cuci tangan sebelum dan setelah makan, setelah

bermain, saat masuk rumah dan setelah memegang hewan. Anak anak

lebih memahami apa yang kita sampaikan apabila anak melihat contoh

langsung, karena anak akan maniru apa yang dilakukan oleh orang

tuanya dalam mejaga kesehatan (News 2020).

E. Kebiasaan jajan selama pandemic covid-19

Anak-anak sangat rentan terinfeksi penyakit. Maka dari itu peran

utama pengasuhan dan perawatan anak selalu memperhatikan

optimalisasi kualitas hidup dan kesejahteraan anak. Apalagi dimasa

pandemic Covid-19 saat ini, sangat penting untuk mendorong peran aktif

keluarga, terutama orang tua agar anak tidak mudah sakit.

(Rakhmawati,2020).
Walaupun sekolah diliburkan dan diganti dengan pembelajaran

online dirumah akan tetapi anak akan tetap jajan karena kebiasaan ini

sangat susah untuk diubah. banyak penjaja yang akan di jumpai di

sekitaran rumah yang belum tentu bisa dipastikan kebersihannya.

Anak akan keluar jajan tanpa mematuhi protokol kesehatan

seperti tidak memakai masker, melakukan kontak langsung dengan

penjaja makanan, dan memegang makanan tanpa cuci tangan terlebih

dahulu. Tindakan ini tidak menutup kemungkinan bisa menyebabkan

tertularnya penyakit covid-19.

Maka dari itu sangat orang tua sangat berperan dalam

memberikan pemahaman kepada anaknya. Hal yang bisa dilakukan

adalah sediakan cemilan sehat dirumah agar anak tidak lagi jajan diluar,

jadikan acara memasak dan makan sebagai rutinitas menyenangkan

bersama keluarga. Rutinitas yang terstruktur dan terjadwal bisa

membantu mengatasi agar anak tetap berada dirumah karena pada saat

anak berada diuar rumah sangat besar kemungkinannya untuk dia

melakukan jajanan sembarangan.

F. Media Pendidikan Kesehatan

1. Pengertian

Pendidikan kesehatan merupakan suatu tindakan yang

sangat berpengaruh terhadap tindakan yang memiliki tujuan agar

dapat sangat berpengaruh terhadap sikap dan tindakan seseorang

baik itu dilungkungan masyarakat sehingga dapat meningkatkan

kesehatan sebagaimana yang diharapkan (Wahyuningsih, 2015

dalam Antono, 2018).


Menurut Sadiman (2003) dalam suiraoka (2012) Media

merupakan jalan lain dalam memberikan pesan yang diberikan

oleh pengirim kepenerima pesan itu senditi. Maka dari itu dapat

disimpulkan bahwa pendidikan keshatan ialah suatu proses

komunikasi antara penerima dan pengirim pesan dimana pesan

yang disampaikan tersebut dilakukan menggunakan pengantar,

sehingga media pendidikan adalah pengantar dari pesan tersebut

(Antono, 2018).

2. Ciri-ciri media pendidikan

Ciri-ciri media pendidikan dapat ditentukan berdasarkan

kemampuannya untuk meningkatkan ransangan pada indera

penglihatan, pendengaran, perabaan dan sebagainya. Dengan

demikian ciri-ciri umum dari media adalah bahwa media itu dapat

diraba, dilihat didengar dan diamati melalui panca indera. Selain

itu, ciri-ciri media dapat dilihat menurut lingkup sasarannya dan

juga tiap-tiap media mempunyai karakteristik yang perlu dipahami

oleh pengguna (Suiroka, 2012 Dalam Antono, 2018).

Menurut Suiraoka (2012) dalam Antono (2018) media memiliki

3 ciri dan mengapa media digunakan sehingga dapat membantu

media tersebut yaitu :

a) Ciri fiksatif

Yaitu Ciri yang menggambarkan bahwa media dapat

merekam suatu peristiwa. Contohnya audio tape,

fotografi, video tabe, film dan lain-lain.

b) Ciri Manipulative
Yaitu dimana media menginformasikan suatu kejadia

yang dapat memakan waktu berhari-hari atau bahkan

lebih lama lagi, dengan media ini kita dapat

menyajikannya hanya dalam waktu beberapa menit saja.

c) Ciri distributive

Media ini dapat menginformasikan suatu kejadian

tertentu secara bersamaan. Dan disajikan kepada

sasaran yang jumlahnya cukup besar dengan

pengalaman yang relative sama.

3. Manfaat media

Manfaat media menurut suiroka (2012) dalam Antono (2018)

antara lain :

a) Media dapat memperjelas penyajian pesan sehingga

dapat lebih mudah untuk dipahami.

b) Media dapat mengakses keterbatasan ruang,waktu dan

daya indera

c) Media dapat membuat bahan ajaran lebih menarik

perhatian,sehingga menumbuhkan motivasi anak untuk

belajar.

d) Memudahkan untuk audiens menerima pesan yang

disampaikan.

e) Mendorong keinginan orang agar mencari tau, dan dapat

lebih memahami dari apa yang disampaikan oleh

pengirim pesan.
Menurut (Sinta, 2011 dalam Antono, 2018) media dibagi menjadi 3

yaitu :

a. Media cetak

Media cetak digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan yang

bervariasi yaitu sebagai berikut :

a. Booklet, bentuk penyampaian pesan dalam bentuk buku, baik

itu tulisan maupun gambar.

b. Laeflet, bentuk menyampaikan informasi melalui lembaran yang

dilipat dimana isinya dapat berupa gambar maupun kalimat dan

juga dapat di kombinasikan.

c. Flyer, sama seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan.

d. Flip chart, bentuk menyampaikan informasi dalam bentuk timbal

balik, bisa dalam bentuk buku dimana tiap lembar berisi gambar

dan dibaliknya berisi kalimat.

e. Rubrik atau tulisan pada surat kabar atau majalah kesehatan

atau hal-hal yang berkaitan dengan masalah kesehatan.

f. Poster merupakan selembaran yang ditempel ditempat umum

maupun dikendaraan.

b. Media elektronik
a) Televisi, bentuk menyampaikan informasi dapat berupa bentuk

sandiwara,sinetron, forum diskusi atau Tanya jawab sekitar

masalah kesehatan.

b) Radio dapat beruba obrolan (Tanya jawab), dan sebagainya.

c) Video

d) Slide, dapat juga digunakan untuk menyampaikan informasi

kesehatan

e) Media animasi

c. Media papan yang dipasang ditempat-tempat umum dapat dipakai dan

diisi dengan pesan-pesan atau informasi kesehatan.

5. Media animasi

a) Pengertian animasi

Animasi adalah gambar yang bergerak yang berasal dari kumpulan

objek yang disusun secara khusus sehinggga dapat bergerak

sesuai dengan alur yang ditentukan, adapun objeknya dalah dapat

berupa manusia, tulisan, hewan, tumbuhan dan sebaginya.

b) Manfaat media animasi

Menurut (Pietono, 2014) manfaat media animasi yaitu:

a) Dengan Media animasi dapat membuat orang lebih mudah

untuk menyampaikan dan menerima pesan yang diberikan.

b) Media animasi mendorong keinginan seseorang untuk

mengetahui lebih lanjut hal-hal yang telah disampaikan dan

mereka dapat mempelajarinya lebih lanjut.

c) Media animasi sudah dikenal dan berkembang

dimasyarakat
d) Media animasi dapat menghindari dari masalah salah

pengertian

Menurut Artawan (2010) dalam Pietono (2014) kelebihan media

animasi dalam pembelajaran adalah :

a) Memotivasi anak untuk lebih memperhatikan apa yang disampaikan

oleh pengirim pesan karena menghadirkan daya tarik bagi anak

terutama animasi yang dilengkapi dengan suara.

b) Dapat memberikan informasi yang lebih kompleks dan secara

visual sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami.

c) Memiliki lebih dari satu media misalnya menggabungkan unsur

suara dan gambar sehingga lebih menambah daya tarik anak untuk

belajar.

d) Bersifat mandiri, yaitu dapat memberikan kemudahan dan juga dari

segi kelengkapan isinya yang sedemikian rupa sehingga

penggunya dalam menggunakannya bisa tanpa bimbingan orang

lain.

G. Tinjauan Umum Tentang Variabel Yang Diteliti

1) Pengetahuan

a. Pengertian pengetahuan

Pengetahuan ialah hasil dari “tahu” hal ini dapat terjadi apabila

seseorang telah melakukan pengindraan terhadap suatu objek baik itu

melalui indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba

dengan sendiri. Yang sebagaian besar pengetahuan manusia itu


didaptkan dari mata dan telinga (Notoatmodjo,2003 dalam A.wawan &

Dewi, 2010).

b. Jenis pengetahuan

Menurut (Setiawan, 2016) dalam Agusta, 2019) pengetahuan

secara umum terdiri atas :

1) Pengetahuan non ilmiah / pengetahuan biasa

Pengetahuan non ilmiah adalah pengetahuan yang

didapatkan dalam kehidupan sahari-hari.

2) Pengetahuan ilmiah

Dapat dikatakan bahwa pengetahuan ilmiah merupakan

pengetahuan yang lebih sempurna karena dari segi

berfikir yang khas dan telah memenuhi syarat-syarat

tertentu.

3) Pengetahuan agama

Pengetahuan agama adalah pengetahuan yang hanya

didapatkan dari Tuhan dan para Nabi dan Rasul-Nya

yang bersifat mutlak dan wajib diikuti oleh setiap

umatnya.

c. Tingkat pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2003) Dalam A.wawan & Dewi (2010)

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya. Tingkat pengetahuan ini

adalah termasuk kedalam tingkat pengetahuan yang

paling rendah.
2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui

atau yang telah didapatkan, dan dapat memaparkan

materi tersebut dengan benar.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan bahwa apabila seseorang telah

melakukannya di kehidupan yang nyata ilmu-ilmu yang

telah diajarkan. Aplikasi ini dapat dikatakan sebagai

aplikasi hukum-hukum,rumus, metode dan sebagainya.

4) Analisi (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen,

tetapi masih didalam suatu struktur organisasi dan masih

ada kaitannya dengan yang lain.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis ditunjukan kepada kemampuan untuk

memberikan bentuk-bentuk yang baru pada objek

tertentu.

6) Evaluasi (Evaluation)

Kemampuan ini berkaitan dengan kemampuan justifikasi

atau penelitian terhadap suatu materi atau objek.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

(Wawan & Dewi, 2010) menjelaskan bahwa ada beberapa

faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu :


1) Pendidikan

Pendidikan adalah bimbingan yang diberikan seseorang

kepada sehingga orang lain dapat menuju kearah cita-

cita yang diinginkan. Pendidikan sangat berpengaruh

terhadap pola hidup terutama dalam memotivasi dan

pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang

maka akan lebih mudah untuk menerima informasi.

2) Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003)

pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan

terutama untuk menunjang kahidupan seseorang beserta

kelurganya.

3) Umur

Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003) usia

adalah umur individu yang dihitung mulai saat dlahirkan

sampai berulang tahun. Dari segi kepercayaan

masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari

orang yang belum tinggi kedewasaannya.

4) Pendidikan

a. Pengertian pendidikan

Kurniadi & Machali (2014) dalam Agusta (2019)

mengatakan pendidikan adalah pengalaman belajar yang

berlangsung dalam berbagai lingkungan dan sepanjang hidup.

b. Tujuan pendidikan
Secara umum, tujuan pendidikan adalah untuk

mengembangkan potensi manusia agar dapat berkembang

secara baik dan mampu melakukan tugas serta kewajiban

sehinggga dapat menjamin kebahagiaan hidup sekarang

maupun dimasa yang akan datang (Rulam,2017 dalam Agusta,

2010).

c. Pendidikan formal, informal, dan nonformal

Pendidikan formal merupakan pendidikan resmi yang

disebut dengan sekolah. Pendidikan ini jauh lebih ketat

dibandingkan dengan pendidikan informal dan nonformal.

Pendidikan informal adalah pendidikan yang berlangsung

dalam kehidupan sehari-hari dan bersifat alamiah. Pendidikan

nonformal adalah pendidikan yang terorganisasi diluar system

persekolahan. (Rulam 2017 dalam Agusta 2019).

d. Hubungan sekolah dengan masyarakat

Hubungan pendidikan dengan masyarakat merupakan

hubungan yang timbal balik. Skolah memberikan kontribusi

untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat,sebaliknya

masyarakat memberikan kontribusi penyelenggara pendidikan

sehingga pendidikan berjalandengan efektif (Rulam 2017

dalam Agusta 2019).

e. Pengertian pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah pendidikan yang bertujuan

untuk memepengaruhi orang lain, baik individu,kelompok, atau


masyarakat sehingga dapat melakukan seperti apa yang

diharapkan oleh pelaku pendidikan kesehatan. (Fitriana,2011

dikutip oleh Septiana,2014 oleh Agusta 2019).

f. Ruang lingkup pendidikan kesehatan

Ada beberapa dimensi dalam ruang lingkup pendidikan

kesehatan, antara lain (Fitriana,2011 dikutip oleh Septiana,

2014 oleh Agusta, 2019) :

1) Dimensi sasaran

a. Pendidikan kesehatan individu dengan sasaran

Individu.

b. Pendididkan kesehatan Kelompok dengan sasaran

kelompok.

c. Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran

masyarakat luas

2) Dimensi tempat pelaksanaan

a. Pendidikan kesehatan disekolah dengan sasaran

murid

b. Pendidikan kesehatan dirumah sakit atau tempat

pelayanan kesehatan dengan sasaran pasien beserta

keluarga pasien.

e. Pendidikan kesehatan ditempat kerja dengan sasaran

buruh atau karyawan.

g. Media pendidikan kesehatan


Menurut Era (2003) dalam Agusta (2019) media adalah alat

yang mempunyai fungsi untuk menyampaikan pesan. Adapun

syaratnya adalah :

a) Harus bisa meningkatkan subjek untuk belajar

b) Merangsang pembelajaran agar dapat mengingat

kembali apa yang sudah dipelajari sebelumnya.

c) Mendorong pembelajaran untuk melakukan praktek-

praktek yang benar

H. Kerangka teori
Pengetahuan
tentang jajanan Kebiasaan jajan

Faktor yang - Pengetahuan


mempengaruhi : - Faktor psikologis
- Faktor kebutuhan
- Pendidikan biologis
- Informasi - Media massa
- Lingkungan
- Sosial ekonomi

Sumber : A.wawan dan Dewi (2010) Kebiasaan jajanan


selama covid-19

- Tidak mematuhi
protokol kesehatan
Edukasi jajanan
- Kontak langsung
menggunakan
dengan penjaja
media animasi
makanan
- Tidak cuci tangan
sebelum memegang
makanan

Sumber : Prystianti (2017)

Gambar 2.1 kerangka teori

I. Kerangka konsep
- Pengetahuan
- Tidak sarapan
pagi
- Faktor psikologis
Independen - Faktor kebutuhan
Dependen
biologis
- Kebiasaan
membawa bekal
Tingkat pengetahuan dan
Edukasi jajanan kebiasaan jajanan anak
selama pandemik covid-
menggunakan media animasi
19

Gambar 2.2 kerangka konsep

Keterangan :

: Variable Independen

: Variabel Dependen

: Pengaruh antara Variabel yang diteliti

J. Definisi operasional
2.2 tabel Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala

Operasional

Dependen

1. Pengetahu Pengetahuan Kuesioner Baik : jika Guttman

an yang dimaksud jawaban

disini adalah benar 76-

pengetahuan 100%

siswa tentang Cukup :

cara memilih jika

jajanan baik itu jawaban

jenis, ciri, benar

maupun efek 55%-75%

yang akan Kurang

ditimbulkannya baik : jika

jawaban

benar

<55%

2. Kebiasaan Kebiasaan Kuesioner Baik : jika Guttman

anak dalam jawaban

melakukan benar 76-

jajanan baik itu 100%


dilingkungan Cukup :

sekolah jika

maupun jawaban

dilingkungan benar

masyarakat 55%-75%

Kurang

baik : jika

jawaban

benar

<55%

Independen

1. Edukasi Edukasi

jajanan peningkatan

menggunk pengetahuan

an media mengenai

animasi jajanan

dengan

menggunkan

media animasi

karena anak

akan lebih

cepat dan lebih

mudah

memahami
informasi yang

diberikan

sehingga anak

dapat memeilih

makanan yang

sehat untuk

mereka

konsumsi baik

itu

dilingkungan

sekolah

maupun di

masyarakat.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Pra-

Eksperimen dengan rancangan Design one Group Pretest-postest

(Riyanto, 2011 Dalam penelitian Agusta 2019 ).

B. Waktu Dan Tempat Penelitian

1. Waktu penelitian

Penelitian ini direncakan akan dilaksanakan pada .... 2020.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RT.001 RW.005 Kel.Mangasa

Kec.Tamalate kota Makassar

C. Jenis dan Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini adalah menggunakan desain one grub

pretest-postest. Yang dilakukan pada anak di RT.001 RW.005

Kel.Mangasa Kec.Tamalate kota Makassar dimanana peneliti

memberikan perlakuan berupa intervensi dalam bentuk edukasi

kesehatan.

Bentuk rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 2.3 Rancangan One Group pre-post test design

Pre test Perlakuan Post test

O1 X O2
Keterangan :

O1 : Pengukuran sebelum diberikan perlakuan bertujuan untuk

mengetahui pengetahuan mengenai jajanan dengan

menggunakan kuesioner yang disebar melalui google

form (pretest)

O2 :Pengukuran setelah diberikan perlakuan kepada

responden berupa edukasi jajanan dengan media

animasi dengan menggunakan kuesioner

X :Pemberian edukasi kesehatan tentang jajanan

menggunakan media animasi yang diberikan dalam

bentuk daring melalui aplikasi zoom.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbandingan

tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan berupa

edukasi kesehatan mengenai jajanan. Pengukuran dilaksanakan dua

kali, melalui kuesioner yang diberikan sebelum pemberian edukasi

kesehatan (Pretest) dan kuesioner setelah pemberian pendidikan

kesehatan (Post test) yang digunakan untuk mengukur perbedaan

tingkat pengetahuan setelah dilakukannya intervensi berupa edukasi

kesehatan.
D. Populasi, Sampel dan Sampling

1) Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah anak yang tinggal di

RT.001 RW.005 Kel.Mangasa Kec.Tamalate kota makassar

yaitu sebanyak 34 orang.

2) Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah Anak yang tinggal

RT.001 RW.005 Kel.Mangasa Kec.Tamalate kota Makassar

yaitu sebanyak 34 orang.

3) Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

total sampling yaitu teknik pengambilan sampel dimana jumlah

sampel sama dengan populasi (Suryanto,2011).

E. Pengumpulan Data

Pada penelitian ini pengumpulan data disesuaikan dengan jenis

berikut :

1. Data primer

Data yang dikumpulkan peneliti dengan menggunakan Aplikasi

google form yang disebar melalui alamat Web dibawah ini :

https://bit.ly/2X5kagh

2. Data sekunder

Dalam penelitian ini data sekunder yang didapatkan dari tempat

penelitian (RT).
F. Instrumen Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan alat pengumpul data kuesioner.

Dalam hal ini kuesioner dibagi menjadi 2 bagian yaitu data

responden berupa nama (Inisial), jenis kelamin, umur. Pertanyaan

berkaitan dengan pengetahuan anak tentang jajan, dan kebiasaan

anak dalam melakukan jajan. Pembagian kuesioner diberikan

kepada 34 responden yang telah dipersiapkan peneliti. Adapun

instrument yang disedikan peneliti adalah :

1. Kuesioner A

Berisi 25 pertanyaan tentang pengetahuan anak

mengenai jajanan. Pengisian dilakukan dengan memberikan

tanda ceklis () diantara pilihan “YA” dan “TIDAK” sesuai

dengan jawaban yang menurut responden benar. Jawaban

yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0.

Hasil ukur pengetahuan adalah Baik : hasil presentasi 76-

100%. Cukup : hasil presentasi 55-75%. Kurang baik : hasil

presentasi <55%.

2. Kuesioner B

Berisi 20 pertanyaan tentang kebiasaan jajan anak,

Pengisian dilakukan dengan memberikan tanda ceklis ()

diantara pilihan “YA” dan “TIDAK” sesuai dengan jawaban yang

menurut responden benar. Jawaban yang benar diberi skor 1

dan jawaban yang salah diberi skor 0. Hasil ukur dari

kebiasaan yaitu Baik : hasil presentasi 76-100%. Cukup : hasil

presentasi 55-75%. Kurang baik : hasil presentasi <55%.


3. Uji validasi

Uji validasi menunjukkan derajat ketepatan antara data

yang sesungguhnya terjadi dengan data yang dikumpulkan

oleh peneliti. Untuk mencari sebab item, kita mengkolerasikan

skor item dengan item-item tersebut. Jika koefisien antara item

dengan total item sama atau diatas 0,3 maka item tersebut

dinyatakan valid, tetapi jika nilai kolerasinya dibawah 0,3 maka

item tersebut dinyatakan tidak valid. Uji validasi ini dilakukan

dengan menggunakan alat bantu SPPS. Uji validasi dilakukan

apakah kuesioner layak untuk diteliti.

4. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah

kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan

tingkat ketepatan, keakuratan, dan konsistensi meskipun

kuesioner ini digunakan dua kali atau lebih pada lain waktu. Uji

reliabilitas dilakukan terhadap item pernyataan dalam

kuesioner yang telah dinyatakan valid. Nilai reliabilitas

dinyatakan dengan Alpha Cronbach berdasarkan kriteria batas

rendah reliabilitas yaitu 0,6. Bila kriteria penguji dterpenuhi

maka kuesioner dinyatakan reliable.

G. Pengolahan Data

Pengolahan data hasil penelitian dilakukan melalui tahap-tahap

sebagai berikut :

1) Editing
Proses editing (penyuntingan data) dilakukan secara langsung

oleh peneliti terhadap kuesioner. Tujuan editing ini adalah untuk

memastikan bahwa data yang diperoleh yaitu kuesionernya semua

telah diisi,relevan dan dapat dibaca dengan baik (Dalam penelitian

Rusli 2018, h.45).

2) Coding

Coding yaitu hasil jawaban setiap pertanyaan diberi kode sesuai

dengan petunjuk coding. Ini dilakukan untuk memudahkan dalam

pengolahan data, semua jawaban atau data perlu disederhanakan

yaitu memberikan simbol-simbol tertentu untuk setiap jawaban

(pengkodean) (Dalam penelitian Rusli 2018, h.45).

3) Tabulating

Tabulating adalah mengelompokkan data dalam bentuk tabel,

untuk memudahkan dalam pengolahan data, memuat sifat-sifat yang

dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian (Dalam penelitian Rusli

2018, h.45).

H. Analisa Data

Setelah data terkumpul kemudian ditabulasi dalam table yang

hendak diukur. Analisa data dilakukan melalui tahap editing, coding,

tabulasi, dan uji statistik yang dilakukan adalah univariat dan bivariat

dengan serta menggunakan jasa computer SPSS.

1) Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran

distribusi dan frekunsi dari variabel dependen dan


independen . Data disajikan dalam bentuk tabel untuk

mengetahui presentase dari masing-masing variabel

penelitian.

2) Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan terhadap tiap variabel hasil

penelitian dengan responden. Data yang diperoleh dalam

bentuk kuesioner di analisa dengan menggunakan teknik uji

square dengan tingkat kemaknaan α=0,05 Dalam

melakukan analisa data diolah menggunakan komputer

dengan program SPSS.

I. Etika Penelitian

(Dalam penelitian Rusli 2018, h.47) Etika dalam penelitian

merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan sebuah

penelitian, mengingat penelitian keperawatan akan berhubungan

langsungdengan manusia. Oleh karena itu,segi etika penulisan

harus diperhatikan karena manusia mempunyai hak asasi dalam

kegiatan penelitian. Masalah etika penelitian meliputi :

1. Informed consent (Persetujuan)

Lembar persetujuan diberikan kepada subjek yang akan diteliti.

Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan riset yang telah dilakukan

serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah

pengumpulan data. Jika responden bersedia diteliti, maka mereka

harus menandatangani lembar persetujuan tersebut.

2. Anonemety (Tanpa nama)


Untuk menjaga kerahasiaan identitas peneliti, peneliti tidak akan

mencantumkan nama subjek pada lembar alat ukur. Lembar

tersebut hanya diberi nomor kode tertentu.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin

oleh peneliti.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

1. Gambaran Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di Kel.Mangasa Kec.Tamalate Kota

Makassar. Namun dalam skripsi ini peneliti hanya fokus pada salah

satu RT yang berada di Kel.mangasa yaitu RT.001 RW.005.

Sebelumnya peneliti akan mendeskripsikan secara umum tentang

kelurahan mangasa terlebih dahulu.

Kelurahan Mangasa merupakan salah satu kelurahan yang

terdapat di Kecamatan Tamalate. Luas wilayah Kelurahan Mangasa

tercatat 2,03 km2, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Mannuruki

b. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Gunungsari

Kecamatan Rappocini

c. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Gunungsari

Kecamatan Rappocini

d. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa.

Setelah Mangasa masuk dalam wilayah Kota Makassar,

Mangasa berbatasan langsung dengan Kabupaten Gowa dibagian

selatan Kota Makassar. (Kantor Lurah Mangasa,2010)

2. Keadaan Topografi dan Klimatologi

Kelurahan Mangasa merupakan salah satu daerah di

Kecematan Tamalate yang tidak termasuk daerah pantai dengan

topografi dibawah 500 meter dari permukaan laut. Hal ini menandakan
Mangasa pada masa awal bergabung dengan Makassar memiliki

topografi berbentuk rawa2 dan beberapa daerah persawahan. (Badan

Pusat Statistik,2017)

Pola iklim Kelurahan Mangasa sama dengan iklim yang ada

pada daerah-daerah yang terdapat dikota Makassar yang dikenal

dengan dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau. Musim

hujan biasanya berlangsung dari bulan November hingga April,

sedangkan musim kemarau dimulai dari bulan Mei hingga Oktober.

Temperatur udara di Kelurahan Mangasa rata-rata setiap

harinya sekitar 33ºC dengan rata-rata kelembapan udara 80% dan

curah hujan sekitar 198 mm. Curah hujan terbesar terjadi pada awal

tahun dan akhir tahun, sedangkan penyinaran matahari terbesar terjadi

pada pertengahan tahun. (Kantor Lurah Mangasa, 2018).

3. Jumlah penduduk

Dari data yang diperoleh RT.001 RW.005 terdapat 47 rumah

dengan 74 KK, 28 diantaranya memiliki anak usia 6-10 tahun dengan

jumlah 34 anak dan untuk jumlah keseluruhan warga yang ada disana

yaitu 166 jiwa.

B. HASIL PENELITIAN

1. Karasteristik Responden

Tabel 4.1 Distribusi Karasteristik Responden

Karasteristik N %
Jenis kelamin
1 Laki-Laki 14 41,2
2 Perempuan 20 58,8
Total 34 100
Umur
1 5 tahun 5 14,7
2 6 tahun 5 14,7
3 7 tahun 6 17,6
4 8 tahun 9 26,5
5 9 tahun 5 14,7
6 10 tahun 4 11,8
Total 34 100

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah sampel adalah 34

responden. Adapun distribusi jenis kelamin anak 14 responden laki-laki

(41,4%) dan 20 responden perempuan (58,8%). Distribusi respoonden

umur anak yang paling banyak 8 tahun sebanyak 9 responden

(26,5%), umur 5, 6 & 9 tahun masing-masing sebanyak 5 responden

(14,7%), umur 7 tahun sebanyak 6 responden (17,6%), umur 10 tahun

sebanyak 4 orang (11,8%) dan umur 5-10 tahun termasuk masa

kanak-kanak.

2. Hasil Analisis Univariat Distribusi Skor Pengetahuan dan

Kebiasaan Jajan Anak Selama Pandemik Covid-19

Tabel 4.2: Tingkat pengetahuan dan kebiasaan Jajan Anak Selama


Pandemik Covid-19 sebelum edukasi dengan animasi.

Pre Test
No Variabel Pengetahuan Kebiasaan
N % N %
1 Kurang Baik 23 67,6 32 94,1
2 Cukup Baik 8 23,5 2 5,9
3 Baik 3 8,8 0 0
Total 34 100 34 100

Pada tabel diatas menggambarkan pengetahuan dan kebiasaan jajan

anak selama pandemik covid-19 sebelum dan sesudah edukasi


menggunakan animasi di RT.001 RW.005 Kel.Mangasa. Adapun distribusi

tingkat pengetahuan sebelum edukasi yaitu kategori kurang baik sebanyak 23

responden (67,6%), kategori cukup baik sebanyak 8 responden (23,5%),

kategori baik sebanyak 3 responden (8,8%). Adapun distribusi tingkat

kebiasaan sebelum edukasi menggunakan media animasi yaitu pada kategori

kurang baik sebanyak 32 responden (94,1%), pada kategori cukup baik

sebanyak 2 responden (5,9%).

Tabel 4.3: Tingkat pengetahuan dan kebiasaan Jajan Anak Selama


Pandemik Covid-19 sesudah edukasi dengan animasi.

Post Test
No Variabel Pengetahuan Kebiasaan
N % N %
1 Kurang Baik 3 8,8 3 8,8
2 Cukup Baik 3 8,8 4 11,8
3 Baik 28 82,4 27 79,4
Total 34 100 34 100

Sedangkan pada tabel 4.3 pada kategori pengetahuan setelah edukasi

menggunakan media animasi yaitu pada kategori kurang baik sebanyak 3

responden (8,8%), kategori cukup baik sebanyak 3 responden (8,8%), pada

kategori baik sebanyak 28 responden (82,4%). Adapun distribusi kebiasaan

jajan anak setelah edukasi yaitu kategori kurang baik sebanyak 3 responden

(8,8%), kategori cukup baik sebanyak 4 responden (11,8%) sedangkan

kategori baik 27 responen (79,4%).

3. Hasil Analisis Bivariat.

Pada analisis bivariat menggunakan uji paired sample t test, yang

digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata dua


sampel yang berpasangan. Dua sampel yang dimaksud adalah yang sama

namun mempunyai dua data (Kadir, 2019).

a. Pengetahuan sebelum dan sesudah menggunakan media animasi

Tabel 4.4: Uji T

Variabel T Df Sig.(2-tailed)
Pre Test Pengetahuan
-8,591 33 0,000
Post Test Pengetahuan

Pada tabel 4.4 disajikan hasil uji paired sample t test pada pre test

pengetahuan dengan post test pengetahuan diperoleh harga t = -8,591, df =

33 dan nilai sig.(2-tailed) = 0,000, berarti nilai p-vlue = 0,000 < 0,05 H o

ditolak. Dengan demikian, terdapat perbedaan pengetahuan sebelum dan

sesudah diberikan edukasi menggunakan media animasi. Sehingga dapat

disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan antara pengetahuan anak

terhadap edukasi kesehatan.

b. Kebiasaan sebelum dan sesudah menggunakan media animasi

Tabel 4.5: Uji T

Variabel T Df Sig.(2-tailed)
Pre Test Pengetahuan
-9,115 33 0,000
Post Test Pengetahuan

Pada tabel 4.5 disajikan hasil uji paired sample t test pada pre test

kebiasaan dengan post test kebiasaan diperoleh harga t = -9,115, df = 33 dan

nilai sig.(2-tailed) = 0,000, berarti nilai p-vlue = 0,000 < 0,05 H o ditolak.

Dengan demikian, terdapat perbedaan kebiasaan jajan anak sebelum dan

sesudah diberikan edukasi menggunakan media animasi. Sehingga dapat


disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan antara kebiasaan anak

terhadap edukasi kesehatan.

C. PEMBAHASAN

1. Pengetahuan dan Kebiasaan Anak Sebelum Diberikan Edukasi

Mengenai Jajan Selama Pandemik Covid-19

Hasil penelitian menunjukkan distribusi responden berdasarkan

pengetahuan sebelum dilakukan edukasi yaitu kategori kurang baik sebanyak

23 responden (67,6%) terdapat 18 anak yang tidak mengetahui bahwa

jajanan mereka beli mengandung pengawet dan dapat berakibat menurunkan

konsentrasi belajar, dan 5 anak yang tidak memperhatikan tanggal

kadaluarsa dari jajanan yang mereka beli. Sedangkan kategori cukup baik

sebanyak 8 responden (23,5%) Anak tersebut sudah b erada pada usia yang

bisa memahami dan bisa membedakan mana yang baik dan benar,

sedangkan kategori baik sebanyak 3 responden (8,8%) selain karena usia

mereka yang mulai memahami tentang baik buruknya makanan yang

dikonsumsi untuk kesehatan mereka juga terbiasa untuk memperhatikan

kandungan dari jajanan yang mereka beli.

Dari hasil penelitian tingkat kebiasaan sebelum edukasi menggunakan

media animasi yaitu pada kategori kurang baik sebanyak 34 responden

(85,3%) terdapat 19 anak yang terbiasa keluar rumah tanpa memakai masker

dan malas mencuci tangan, sedangkan 15 anak lainnya terbiasa membeli

jajanan yang mengandung penyedap rasa dan pengawet yang banyak serta

makanan yang tidak tertutup. Dan Sebanyak 2 responden (5,9%) Lebih suka
makanan dirumah dari pada jajan diluar dan termasuk pada kategori cukup

baik.

Berdasarkan hasil analisis distribusi frekuensi diketahui bahwa hasil

Pre-test sebelum diberikan penyuluhan nilai mean pengetahuan hanya

menghasilkan 1.41 dan nilai mean untuk kebiasaan jajan hanya 1.24.

Berdasarkan hasil tersebut bahwa pengetahuan dan kebiasaan jajan anak

masih sangat kurang dimana banyak salah menjawab dalam pengisian

kuesioner pre-test. Sehingga perlu segera diberikan edukasi.

“Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini

terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh

melalui mata dan telinga. (Notoadmodjo. S, 1993 di kutip oleh Hasmi, 2016)”

Rendahnya pengetahuan siswa pada saat pre-test sejalan dengan

penelitian Woda (2010) dalam Arimurti (2012) yang menunjukkan bahwa

pada saat pre-test rata-rata skor pengetahuan pada siswa kelas IV dan V di

SD Mardi Yuana Depok masih berada dalam kategori rendah yaitu sebesar

31.69.

“Menurut Purwanto dalam Syofya,dkk (2014) kebiasaan adalah

pandangan yang disertai dengan kecenderungan untuk bertindak terhadap

suatu objek. Menurut Alport dalam Notoatmodjo (2010) kebiasaan yang

terbentuk pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa komponen diantaranya

dalah komponen kognitif yang berhubungan dengan kepercayaaan dan

pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek. Dalam hal ini, kebiasaan
anak dalam pemilihan jajan yang sehat dipengaruhi oleh pengindraan

terhadap gambar atau objek pada animasi yang diberikan selama proses

penyuluhan”

Hal ini sejalan dengan penelitian Nununk Suryani dkk (2016) dalam

penelitiannya mengatakan bahwa dengan edukasi dapat mempengaruhi

peningkatan kebiasaan anak untuk menjadi lebih baik, faktor yang dapat

mempengaruhi kebiasaan seseorang adalah salah satunya pengetahuan, dan

pengetahuan dapat diperoleh melalui edukasi. Edukasi kesehatan yang

diberikan kepada anak dapat merubah sikap dari belum paham menjadi

paham Dan merubah kebiasaan yang awalnya bersifat negatif yang

maksdunya melakukan jajan sembarangan diluar rumah bisa berubah

menjadi sikap yang bersifat positif.

Jadi peneliti berasumsi masih sangat rendahnya tingkat pengetahun

anak terhadap resiko apabila melakukan jajan sembarangan diluar rumah

apalagi dimasa Pademi sekarang ini, Salah satu penyebab rendahnya

pengetahuan anak dan kebiasaan yang terus menerus dilakukan oleh anak

adalah kurangnya sosialisasi dan pengetahuan mengenai makanan yang

sehat dan dampak yang ditimbulkan apabila melakukan jajanan sembarangan

diluar rumah.

2. Pengetahuan dan Kebiasaan Anak Sesudah Diberikan Edukasi

Mengenai Jajan Selama Pandemik Covid-19

Setelah dilakukan penyuluhan dengan media animasi, diperoleh hasil

post-test pengetahuan yaitu pada kategori kurang baik sebanyak 3 responden

(8,8%) Hal ini dipengaruhi karena anak tersebut terlambat hadir pada saat
edukasi dilakukan. Kategori cukup baik sebanyak 3 responden (8,8%) Anak

tersebut memahami edukasi yang disampaikan dan mulai belajar

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pada kategori baik sebanyak

28 responden (82,4%) sudah mulai paham dan memperhatikan kandungan

jajanan yang akan dibeli dan memperhatikan tanggal kadaluarsa sebelum

membelinya.

Setelah dilakukan penyuluhan dengan media animasi, diperoleh hasil

post-test kebiasaan jajan anak yaitu kategori kurang baik sebanyak 3

responden (8,8 Hal ini dipengaruhi karena anak tersebut terlambat hadir pada

saat edukasi dilakukan. Kategori cukup baik sebanyak 4 responden (11,8%)

anak tersebut mulai membiasakan diri memakai masker pada saat keluar

rumah namun masih suka jajan sembarangan. Sedangkan kategori baik 27

responen (79,4) karena anak sudah paham, mereka mulai membiasakan diri

keluar rumah dengan menggunakan masker,mencuci tangan sebelum makan,

dan tidak jajan sembarangan. Dari hasil analisis uji t pada pre-test

pengetahuan dengan post-test pengetahuan diperoleh nilai sig.(2-tailed) =

0,000, berarti nilai p-vlue = 0,000 < 0,05 H o ditolak. Dengan demikian,

edukasi menggunakan media animasi terdapat perbedaan terhadap tingkat

pengetahuan jajan anak selama pandemik covid-19 pada data pre-test dan

post-test.

Dan hasil analisis uji t pre-test kebiasaan dengan post-test kebiasaan

diperoleh nilai sig.(2-tailed) = 0,000, berarti nilai p-vlue = 0,000 < 0,05 H o

ditolak. Dengan demikian, edukasi menggunakan media animasi terdapat

perbedaan terhadap tingkat kebiasaan jajan anak selama pandemik covid-19

pada data pre-test dan post-test.


Menurut Hovlend et al,. dalam Azwar (2011) berpendapat bahwa efek

suatu komunikasi tertentu akan tergantung pada sejauh mana komunikasi itu

diperhatikan, dipahami, dan diterima. Salah satu yang dapat mempengaruhi

pengetahuan seseorang adalah informasi yang didapatkan baik dari

pendidikan formal maupun non formal.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Noviana

(2013) ” Pengaruh penyuluhan makanan jajanan terhadap tingkat

pengetahuan dan sikap mengenai makanan jajanan pada siswa SD Negeri di

Surakarta” Memperoleh hasil penelitian terdapat peningkatan pengetahuan

sebelum dan setelah edukasi yaitu 85 meningkat menjadi 90. Untuk mean

sikap didapatkan peningkatan setelah penyuluhan yaitu 75,44 menjadi 76,19.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan pengetahuan dan sikap

setelah dilakukan penyuluhan.

Dan juga penelitian yang dilakukan oleh Andini (2015) “Peningkatan

pengetahuan siswa menganai jajanan sehat menggunakan media Minicard”

yang memperoleh hasil rata-rata (mean) pengetahuan setelah diberikan

penyuluhan dengan media minicardi dari yang awalnya nilai tata-rata 60,6

menjadi 91,9.setelah dilakukan intervensi responden telah mengetahui

pengertian jajanan sehat, jenis jajanan sehat, dampak dari jajanan yang tidak

sehat dan cara mencuci tangan dengan benar. Hal ini dapat disimpulkan

bahwa terjadi peningkatkan pengetahuan pada post-test setelah diberikan

intervensi berupa penyuluhan gizi dengan media minicard, sehingga

penyuluhan gizi dengan menggunakan media minicard efektif dalam

peningkatan pengetahuan tentang jajana sehat pada siswa kelas IV & V SDN

02 Mulyoagung
Pada kondisi pandemic covid-19 saat ini orang tua harus tetap

memberikan nutrisi yang baik dengan belanja makanan yang bergizi serta

dimasak sendiri. Orang tua juga mengajarkan perlindungan yang baik kepada

anak sebagaimana protokol kesehatan yang berlaku, seperti memintanya

memakai masker, rajin cuci tangan, jaga jarak dan menghindari makanan

yang tidak sehat (Harsono, 2020).

Oleh karena itu dalam pengasuhan dan pengawasan anak selalu

memerhatikan optimalisasi kualitas hidup dan kesejahteraan anak. Apalagi

dimasa pandemic covid-19 saat ini, perawat anak juga perlu mendorong aktif

keluarga, terutama orang tua agar anak tidak mudah sakit (Rakhmawati,

2020).

Kebiasaan jajan diluar sangat meningkat pada post-test, serta terdapat

perbedaan yang signifikan antara pre-test dan post-test disebabkan karena

diluar rumah saat ini sangat berbahaya akibat adanya virus yang menyebar,

yaitu covid-19. Orang tua akan memperhatikan makanan yang akan

dikonsumsi oleh anak, dan anak juga akan memerhatikan protokol kesehatan

yang sering disiarkan pada televisi, radio, dan internet.

Hasil penelitian memperlihatkan peningkatan nilai pengetahuan dan

kebiasaan responden setelah dilakukan edukasi menggunakan media

animasi, hal ini menunjukkan bahwa edukasi ini memiliki dampak yakni

meningkatkan pengetahuan dan kebiasaan responden yang kemudian

setelah dianalisis secara statistic peningkatan yang terjadi adalah signifikan,

pada taraf kepercayaan 0,05. Pada penelitian ini metode penyampaian materi

menggunakan video animasi secara umum upaya mengubah perilaku dapat


di golongkan menjadi tiga macam yaitu menggunakan kekuatan atau

kekuasaan, memberikan informasi dan partisipasi.

D. Kekurangan Penelitian

Meskipun penelitian ini dilakukan secara optimal, namun peneliti

menyadari bahwa penelitian ini tidak terlepas dari adanya kekurangan. Hal

ini disebabakan adanya keterbatasan dan hambatan dalam penelitian yaitu :

a. Karena adanya pandemic covid-19 peneliti melakukan edukasi

secara daring melalui aplikasi zoom dan menyebarkan kuesioner

melalui google formulir.

b. Esukasi dilakukan selama 45 menit dan ada 3 orang anak yang

hanya 20 menit mengikuti jalannya edukasi.

c. Masih banyak kekurangan yang terdapat pada media animasi yang

digunakan salah satunya hanya menjelaskan 1 jenis jajanan saja.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan tujuan dan hasil penelitian mengenai pengaruh edukasi

menggunakan media animasi terhadap tingkat pengetahuan dan kebiasaan

jajan anak selama pandemic covid-19 di RT.001 RW.005 Kelurahan Mangasa

Kec. Tamalate Kota Makassar maka dapat di simpulkan sebagai berikut:

A. Kesimpulan

1. Pengetahuan dan kebiasaan anak sebelum diberikan edukasi

mengenai jajanan selama pandemic covid-19 berada pada kategori

kurang baik.

2. Pengetahuan dan kebiasaan anak setelah diberikan edukasi mengenai

jajanan selama pandemic covid-19 berada pada kategori baik.

3. Terdapat pengaruh edukasi menggunakan media animasi terhadap

tingkat pengetahuan dan kebiasaan jajan anak selama pandemic

covid-19 dengan nilai p = 0,000 < α (0,05).

B. SARAN

Adanya berbagai keterbatasan dalam penelitian ini, maka penulis

memberikan saran sebagai berikut :


1. Diharapkan media animasi dapat diterima anak-anak sebagai media

baru dalam proses pembelajaran dalam pemilihan jajan baik makanan

maupun minuman

2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut bukan hanya untuk meningkatkan

pengetahuan dan kebiasaan jajan yang baik, melainkan bagaimana

mengembalikan, mencintai dan menghargai masakan orang tua tanpa

harus jajan.

3. Bagi pemerintah hendaknya menyusun kurikulum pendidikan dengan

menyisipkan materi-materi pendidikan gizi, terutama pada tingkat

sekolah dasar, sehingga akan memberi pemahaman dalam pemilihan

makanan yang sehat.

Anda mungkin juga menyukai