Anda di halaman 1dari 8

1. Hubungan perilaku makan dengan kejadian apendisitis di 2.

Hubungan pemanfaatan saluran komunikasi dengan pengetahuan dan sikap tentang upaya pemberantasan penyakit demam berdarah dengue (dbd) pada mahasiswa akper xxx 3. Hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar anak (usia 3-5 tahun) di tk 4. Hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat keberhasilan toilet training pada anak usia pra sekolah di tk xx 5. Gambaran pengetahuan dan sikap remaja putri tentang menarche di smp negeri x 6. Pengetahuan remaja awal (11-13 tahun) tentang pengertian dan perubahan fisik pubertas di smp x 7. Pengetahuan remaja putri kelas iii tentang seks sekunder di smp x 8. Pengetahuan remaja putri masa pubertas tentang dysmenore di smp x 9. Pengetahuan remaja putri tentang menstruasi di smp x 10. Hubungan identitas diri dengan perilaku kenakalan remaja (juvenile delinquency) di lembaga pemasyarakatan anak xxx 11. Hubungan cara menyikat gigi terhadap kesehatan gigi pada anak sekolah dasar negeri 16 seluma kecamatan seluma kota kabupaten seluma 12. Perbedaan efektivitas kompres dingin dengan kompres hangat dalam menurunkan suhu tubuh klien infeksi di pusat pelayanan kesehatan sidoarjo.
13. Perbandingan kompres dingin dan kompres hangat terhadap penurunan suhu tubuh pada

penderita demam typoid dengan pengobatan anti peretika di ruang anak rs arafah sukodono-sidoarjo.
14. hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar anak (usia 3-5 tahun) di tk dharma

wanita panjunan, sukodono-sidoarjo. 15. Perbedaan perkembangan anak usia toddler (1-3 tahun) antara ibu bekerja dan tidak bekerja di posyandu xx. 16. Hubungan persepsi dan sikap remaja tentang merokok dengan perilaku merokok remaja di smu kota masohi maluku tengah 17. Hubungan tingkat pengetahuan tentang menstruasi dengan upaya penanganan dismonore pada siswi sman 1 jetis bantul di yogyakarta 18. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat mahasiswa semester vii program studi ilmu keperawatan untuk melanjutkan ke program ners di sekolah tinggi ilmu kesehatan wira husada 19. Hubungan antara pola makan sehari-hari di rumah dengan terjadinya gastritis pada pasien yang dirawat di rsu xx 20. hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar anak (usia 3-5 tahun) di tk

21. Hubungan pengetahuan tentang efek rokok bagi kesehatan dengan sikap remaja terhadap rokok di smk xx 22. Hubungan peran keluarga dalam memenuhi kebutuhan gizi anak dengan status gizi anak usia prasekolah
1. KEBIASAAN BEROLAHRAGA DAN KEBIASAAN MEROKOK SECARA NYATA MEMBERIKAN PENGARUH TERHADAP DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI SISWASISWI SMA 2 PAYAKUMBUH
Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Asuh Demokratis Orang Tua Dengan Redigiusltas Pada Siswa Kelas Ii Sma Muhamadiyah I Purwakerta Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Asuh Orang Tua Otoriter Dengan Kecenderungan Emotional Focused Coping Pada Remaja Agresi Resasional Remaja Ditinjau Dari Jenis Kelamin Dan Asal Sekolah Efektifitas Komunikasi Interpeksional Orang Tua Dan Keharmonisan Keluarga Hubungannya Dengan Penyesuaian Dari Pada Siswa Sma Piri Ii Yogyakarta Tahun Ajaran 92/93 (,92) Pendidikan

2. 3. 4.

Fenomena Gizi Ganda Membayangi Kesehatan Anak Indonesia


Awal Juni adalah waktu yang tepat untuk merenungkan nasib anak bangsa, sesuai momentum hari anak internasional yang jatuh setiap tanggal 1 bulan ini. Untuk itu, marilah kita menoleh sejenak, bergotong royong merampungkan berjuta masalah yang melingkari generasi penerus kita ini. Salah satu yang utama adalah permasalahan gizi ganda. Penyebab utama kematian anak di Indonesia hingga saat ini masih dipegang oleh penyakit infeksi, yaitu pneumonia dan diare. Yang sering luput dari perhatian kita, malnutrisi sebenarnya ada di balik semua itu. Global Strategy for Infant and Young Child (IYCF) 2003 bahkan secara tegas menyatakan bahwa 60% dari 10,9 juta kematian balita di dunia disebabkan oleh malnutrisi. Malnutrisi inilah yang membuat daya tahan anak menjadi suboptimal dan rentan terkena infeksi. Lebih lanjut, fenomena gizi ganda di Indonesia semakin mencuat ke permukaan. Di satu sisi, Indonesia harus memerangi status gizi buruk yang menjadi dasar timbulnya berbagai penyakit infeksi, di sisi yang lain terdapat masalah kelebihan gizi yang menjadi penyebab meningkatnya prevalensi penyakit akibat gaya hidup dengan beragam komplikasi sistemik saat anak beranjak dewasa. Permasalahan gizi kurang di Indonesia sebenarnya sudah dimulai sejak masa kandungan. Ketika berada di dalam kandungan, janin bergantung sepenuhnya pada asupan nutrisi ibu. Itulah sebabnya, ibu hamil dengan kekurangan energi kronis (KEK) berisiko 5 kali lebih besar melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dibandingkan ibu hamil dengan status gizi yang baik. Depkes melaporkan prevalensi ibu hamil dengan KEK masih tinggi, yakni mencapai 16,7% pada 2003. Hal ini diperkirakan berkorelasi dengan 350 ribu bayi BBLR yang lahir di Indonesia setiap tahunnya. Bukan hanya KEK masalah gizi yang dialami ibu selama hamil. Anemia defisiensi besi (ADB) juga menjadi masalah tersendiri. Buktinya, 50% ibu hamil di Indonesia mengalami ADB. Padahal, selain berkontribusi dalam hal tingginya angka kematian ibu, ADB juga meningkatkan risiko BBLR.

Di sisi ekstrem lainnya, terdapat bukti bahwa prevalensi kelebihan berat badan (overweight) dan obesitas meningkat sangat tajam di seluruh dunia, termasuk di kawasan Asia Pasifik. Sayangnya, hingga saat ini belum ada data nasional mengenai obesitas pada anak. Namun, beberapa survei lokal dapat kita jadikan patokan. Prevalensi obesitas pada anak SD mencapai 9,7% di Yogyakarta dan 15,8% di Denpasar. Angka-angka di atas seyogyanya menjadi genderang pengingat bagi kita bahwa obesitas dan segala implikasinya adalah ancaman serius bagi kesehatan anak. Obesitas dapat menyebabkan beberapa penyakit kronis pada anak, meliputi diabetes melitus tipe 2, dislipidemia, steatosis hepatik, gangguan gastrointestinal, dan obstruksi saluran napas. Selain itu, obesitas juga menyebabkan gangguan psikososial dan menurunkan kepercayaan diri anak. Baik gizi kurang maupun gizi lebih masih menjadi bayang-bayang menakutkan dalam kesehatan anak di Indonesia. Peran praktisi medis sangat diharapkan dalam hal ini, mulai dari edukasi hingga penatalaksanaan malnutrisi. Mari berbenah diri dan berpartisipasi aktif dalam mencari solusi fenomena gizi ganda ini. Bersediakah Anda?

Hubungan Peran Keluarga Dalam Memenuhi Kebutuhan Gizi Anak Dengan Status Gizi Anak Usia Prasekolah
http://keperawatanonline.wordpress.com/2012/09/03/hubungan-peran-keluarga-dalam-memenuhi-kebutuhangizi-anak-dengan-status-gizi-anak-usia-prasekolah/

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dalam keluarga, kelompok dan masyarakat. Peran keluarga sangatlah penting bagi anak usia pra sekolah, terutama terhadap status gizi mereka. Adapun perannya adalah sebagai pendidik dan penyedia. Anak-anak pra sekolah pada umumnya berperilaku makan yang tidak sehat dan mereka makan supaya tidak lapar. Tetapi pilihan makanan mereka masih berubah-ubah. Tetapi pada kenyataannya masih banyak orang tua kurang memperhatikan status gizi anak,khususnya pada orang tua yang sibuk bekerja di luar.mereka hanya memberikan uang saku tanpa membekali makanan yang bergizi dari rumah (Promise gold,2006). Mereka terpengaruh iklan makanan dan makanan ringan yang kelihatan menarik tetapi miskin gizi. Mereka makin sering makan di luar,karena itu orang tua harus lebih memperhatikan gizi anak dan memberikan gizi yang seimbang dan tidak membiasakan anak jajanan di luar. (Promise gold,2006). Masa prasekolah ditandai dengan perkembangan sosial dan kognitif. Kelompok anak prasekolah (berusia antara 3-5 tahun) dan kelompok anak mulai bersekolah memiliki dua faktor yang sama, yaitu semakin mandiri dan mudah terpengaruh faktor luar keluarga. Kedua faktor ini bisa menyebabkan mereka kekurangan gizi. Oleh karena itu, peran keluarga sebagai pendidik dan penyedia kebutuhan anak berupa makanan yang bergizi sangat

menentukan perkembangan mereka (anak prasekolah ) (promise gold,2006). Pemberian gizi yang paling tepat bagi anak-anak adalah tetap berpedoman pada slogan Empat sehat lima sempurna. Menurut para pakar, pemenuhan nutrisi pada anak dipengaruhi beberapa faktor seperti pengetahuan seperti pengetahuan gizi keluarga (terutama ibu), daya beli keluarga, kondisi fisik anak, dan lain-lain.Selain peran status gizi dipengaruhi oleh keluarga dan daya beli keluarga. Kode File : K099 File skripsi ini meliputi : a. Halaman depan b. Bab I V (pendahuluan penutup) lengkap c. Daftar Pustaka d. Lampiran2 Harga : Rp. 70.000,-

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dengan Tingkat Pengetahuan Tentang Gizi Pada Ibu Yang Mempunyai Balita Di Posyandu XX
http://keperawatanonline.wordpress.com/2012/09/11/hubungan-antara-tingkat-pendidikan-dengan-tingkatpengetahuan-tentang-gizi-pada-ibu-yang-mempunyai-balita-di-posyandu-xx/

Faktor penyebab kasus gizi buruk akhir-akhir ini adalah masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan gizi balita. Disamping itu secara kumulatif berkurangnya konsumsi sehari-hari menyebabkan melemahnya daya tahan tubuh terhadap infeksi, keadaan ini memperburuk status gizi. Agar kasus gizi buruk tidak bertambah diperlukan upaya agar keluarga mempunyai pemahaman yang baik tentang gizi, mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari dengan kecukupan pangan dan konsumsi gizi. Salah satu indikator keberhasilan dari kegiatan posyandu diantaranya adalah jumlah balita yang ditimbang setiap bulan di posyandu, jumlah balita yang naik berat badannya. Pendidikan merupakan proses belajar mengajar yang dapat menghasilkan perubahan tingkah laku yang diharapkan. Hasil pendidikan yang berupa perubahan tingkah laku meliputi bentuk kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Selanjutnya menurut Binkesmas Depkes RI pendidikan mempengaruhi seseorang untuk menerima apa yang diberikan. Pendidikan yang rendah mempengaruhi daya serap dalam menerima pengetahuan yang diberikan.Dalam menanamkan pengertian merubah kebiasaan yang dilakukan dalam usaha perbaikan gizi sering kali pula dihambat oleh faktor rendahnya

tingkat pendidikan masyarakat, sebab masyarakat yang pendidikannya rendah masih sulit untuk menerima pengetahuan yang diberikan. Kode File : K242 File skripsi ini meliputi : Daftar isi Bab 1-5 lengkap (Pendahuluan s/d penutup) Daftar Pustaka Lampiran2 (instrumen, dll) Bentuk file : Ms.Word (Doc) Donasi : Rp. 75.000,-

Hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar anak (usia 3-5 tahun) di TK
http://keperawatanonline.wordpress.com/2012/09/14/hubunganantara-status-gizi-dengan-prestasi-belajar-anak-usia-3-5-tahun-di-tk/

Masalah gizi adalah masalah kesehatan yang penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Prestasi belajar pun juga ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, baik internal (dari dirinya) maupun eksternal (dari luar dirinya), dimana prestasi belajar merupakan interaksi antara berbagai faktor tersebut. Karena kematangan fisik dan psikis dalam bentuk jasmani yang sehat dan kecerdasan yang dapat mempengaruhi prestasi belajar itu diantaranya berhubungan erat dengan pola makan dan status gizi. Maka dari itu pentingnya makanan dengan gizi yang baik, selain itu pertumbuhan badan anak supaya tumbuh dengan sehat, juga untuk perkembangan (maturasi jaringan dan fungsinya) yang juga menuntut nutrisi yang baik untuk menunjang otak yang merupakan motor utama dari yang dinamakan perkembangan. Sehingga anak memiliki perkembangan intelektual yang baik dan menjadi generasi penerus bangsa yang unggul. Permasalahan gizi buruk merupakan permasalahan yang sering dialami di negara di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Hal ini juga sangat berpengaruh pada prestasi belajar anak usia prasekolah di taman kanak-kanak karena pembentukan otak sejak kecil terhambat, sehingga berpengaruh pada kemampuan anak belajar di taman kanakkanak, yang mengakibatkan di suatu taman kanak-kanak ada beberapa anak yang dinyatakan tidak lulus dalam proses belajar mengajar di sana.

Masalah gizi kurang dan gizi buruk ini bila tidak ditangani secara serius akan mengakibatkan bangsa Indonesia akan mengalami Los Generation, keterlibatan keluarga yang selama 24 jam mendampingi anak, perhatian cukup dan pola asuh anak yang tepat akan memberi pengaruh yang besar dalam memperbaiki status gizinya. Karena anak merupakan salah satu golongan penduduk yang berada dalam situasi rentan dalam kehidupannya di tengah masyarakat, yang memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap orang tua. Jika orang tua lalai menjalankan tanggung jawabnya, maka anak akan menghadapi masalah. Karena anak yang kurang diperhatikan status gizinya, maka harapan orang tua yang ingin/ berharap anaknya bisa menjadi anak yang berguna dan membanggakan besar kemungkinan tidak akan tercapai, bahkan anak tersebut selain pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya akan terganggu, juga akan menjadi anak yang lemah, tidak periang dan tak bergairah. Kode file : K246 File skripsi ini meliputi : - Bagian depan (daftar isi, dll) - Bab 1-5 lengkap (pendahuluan s/d penutup) - Daftar pustaka Bentuk file : Ms.Word Donasi : Rp. 80.000,-

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tentang K.E.P (Kurangenergi Protein) Dengan Perilaku Orang Tua Dalam Meningkatkan Status Gizi Balita Dengan K.E.P
http://keperawatanonline.wordpress.com/2012/09/01/hubungan-pengetahuan-dansikap-tentang-k-e-p-kurangenergi-protein-dengan-perilaku-orang-tua-dalammeningkatkan-status-gizi-balita-dengan-k-e-p-2/
K.E.P (Kurang Energi Protein) menjadi problem nasional yang serius pada masa krisis ini. Dalam meningkatkan status gizi balita dengan K.E.P bukan hanya melalui pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja, tetapi juga menyangkut aspek pengetahuan, sikap dan

perilaku orang tua. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang K.E.P dengan perilaku orang tua dalam meningkatkan status gizi balita dengan K.E.P Design yang digunakan pada studi ini adalah Cross Sectional dengan populasi orang tua yang mempunyai balita dengan K.E.P diwilayah kerja Puskesmas Ngrambe Kab. Ngawi. Sampel pada penelitian ini berjumlah 48 responden dan pengambilan sampel dengan menggunakan metode sampling random. Variabel independen adalah pengetahuan dan sikap orang tua tentang K.E.P dan variabel dependen adalah perilaku orang tua dalam meningkatkan status gizi balita dengan K.E.P. Metode pengumpulan data dengan kuesioner. Analisa data yang digunakan Sperman Rank Corelation test dengan tingkat kemaknaan p 0,005. Dari hasil penelitia didapatkan ada hubungan antara tingkat pengetahuan orang tua tentang K.E.P dengan perilaku orang tua dengan korelasi rendah dengan nilai p = 0,034 dan r = 0,307 dan ada hubungan antara sikap orang tua tentang K.E.P dengan perilaku korelasi sedang dengan nilai p = 0,004 dan r = 0,411. Dari penelitain ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap orang tua tentang K.E.P berhubungan dengan perilaku orang tua dalam meningkatkan status gizi balita dengan K.E.P dengan korelasi rendah dan sedang. Kode File : K012 File skripsi ini meliputi : a. Halaman depan (abstrak, kata pengantar, daftar isi, dll) b. Bab I V (pendahuluan penutup) lengkap c. Daftar Pustaka d. Instrumen, dll Donasi: Rp. 75.000,-

Perbedaan Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun Antara yang Diasuh Ibu Bekerja dan Ibu Tidak Bekerja. http://grahacendikia.wordpress.com/2010/12/05/perbedaan-perkembangan-anak-usia-3-5tahun-antara-yang-diasuh-ibu-bekerja-dan-ibu-tidak-bekerja/

Posted on 5 Desember 2010 by grahacendikia

Dampak negatif dari ibu bekerja adalah tidak dapat memberikan perhatian yang penuh pada perkembangan anaknya, sedangkan ibu yang tidak bekerja cenderung memiliki waktu pengasuhan lebih banyak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan perkembangan anak usia 3-5 tahun yang diasuh ibu bekerja dan tidak bekerja. Desain penelitian ini menggunakan desain deskriptif komparatif dengan pendekatancase control. Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia 3-5 tahun, sampel 65 responden yang dipilih dengan teknik purposive Sampling. Variabel Independentdalam penelitian ini adalah status pekerjaan dan variabel dependent adalah perkembangan anak usia 3-5 tahun. Dari hasil analisa data, digunakan uji Chi-Square dengan program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan anak yang diasuh ibu bekerja memiliki perkembangan normal terbesar yaitu 15 anak (71%). Sedangkan anak yang diasuh ibu tidak bekerja perkembangan normal sebesar 8 anak (33%). Hasil dari pengolahan data menggunakan rumus Chi-Square dengan bantuan program SPSSadalah 6,512 dengan taraf signifikan 0,039. sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dari perkembangan anak usia 3-5 tahun antara yang diasuh ibu bekerja dan yang diasuh oleh ibu tidak bekerja. Diharapkan kepada ibu yang bekerja maupun tidak bekerja agar selalu memperhatikan kebutuhan fisik, emosi dan stimulasi mental anak selama tahap perkembangannya.

Anda mungkin juga menyukai