Gangguan
Terapan
Hepatik
Dhia Larissa
“
Aisyah Nur Nabilah ST 2006623151
Corry Priscilliana Putri 2006623214
2006623284
Faradhya Annisa Prameswari 2006623366
Hamida Fatimah Zahra 1606924253
Isna Aura Dewayanti 2006623492
Muhammad Farhan Naufal Ma’as 2006623611
Rhima Melati 2006623782
Siti Aulia Mahmudah 2006623845
Pokok Bahasan
1 Fisiologi dan Fungsi Hepar
4 Sirosis Hepatis
Pengobatan dan Penatalaksanaan Kelainan
5 Fungsi Hepar
Fisiologi dan Fungsi
Hepar
Hati
‐ Hati merupakan kelenjar
terberat pada tubuh, dengan
berat sekitar 1,4 Kg pada rata-
rata orang dewasa.
‐ Hati dibagi menjadi 2 lobus
--> lobus kanan (yang besar)
dan lobus kiri
HEPATITIS C
• HEPATITIS D
• Hepatitis D merupakan jenis hepatitis
yang jarang terjadi, Virus hepatitis D
tidak bisa berkembang biak di dalam
tubuh manusia tanpa adanya hepatitis
B.
• Hepatitis D ditularkan melalui darah
dan cairan tubuh lainnya.
JAUNDICE
DIBAGI 3 :
Ø PRE-HEPATIK
Pre-hepatik Jaundice disebabkan oleh hemolisis. Hal ini terjadi karena kekurangan
membran plasma dari sel darah merah, sehingga menyebabkan hemolisis dan kenaikan
bilirubin.
ØINTRA-HEPATIK
disebabkan oleh kelainan hepatosit. Hal ini mengakibatkan terjadinya kelainan pada
pengikatan pada albumin, konjugasi, dan ekskresi.
ØPOST-HEPATIK
Penyebab dair post-hepatik Jaundice adalah terdapatnya permasalahan dalam jumlah
biliary dari sistem hepatobiliari. Sebab utama dari Jaundice ini adalah kehancuran extra-
hepatic biliary.
Aisyah Nur Nabilah ST - 2006623151
JAUNDICE
Aisyah Nur Nabilah ST - 2006623151
JAUNDICE
Fatty Liver Disease (Perlemakan
pada Hati)
‐ Perlemakan hati merupakan suatu kondisi
terjadinya penumpukan berbagai jenis lipid
(Sebagian besar trigliserida) di hati dengan
jumlah melebihi 5-10% dari total berat hati
normal atau > 30% sel hati dalam lobulus
‐ Hati tampak membesar, kuning, berlemak dan
secara mikroskopik di dalam sel hati terlihat
seperti vakuola besar
‐ Progresi penyakit dari perlemakan hati
mencakup spektrum yang luas, mulai dari
steatosis ke steatohepatitis, fibrosis, lalu
sirosis
Klinik:
Peningkatan ALP karena faktor hati terjadi pada kondisi : obstruksi saluran
empedu, kolangitis, sirosis, hepatitis metastase, hepatitis, kolestasis.
Peningkatan kadar ALT dapat terjadi pada obstruksi jaundice, lesi hati,
sirosis hepatik, penyakit paget, penyakit metastase tulang, osteomalasis,
hiperparatiroidisme, infus nutrisi parenteral dan hiperfosfatemia.
cont’
Peningkatan bilirubin yang disertai penyakit hati dapat terjadi pada gangguan hepatoseluler, penyakit sel parenkim, obstruksi
saluran empedu atau hemolisis sel darah merah.
Peningkatan kadar bilirubin tidak terkonjugasi dapat terjadi pada anemia hemolitik, trauma disertai dengan pembesaran
hematoma dan infark pulmonal.
Bilirubin terkonjugasi tidak akan meningkat sampai dengan penurunan fungsi hati hingga 50%.
Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat terjadi pada kanker pankreas dan kolelitiasis.
Peningkatan kadar keduanya dapat terjadi pada metastase hepatik, hepatitis, sirosis dan kolestasis akibat obat-obatan.
Obat-obat yang dapat meningkatkan bilirubin: obat yang bersifat hepatotoksik dan efek kolestatik, antimalaria (primakuin, sulfa,
streptomisin, rifampisin, teofilin, asam askorbat, epinefrin, dekstran, metildopa)
Obat-obat yang meningkatkan serum bilirubin dan ALP : Allopurinol, karbamazepin, kaptopril, klorpropamid, siproheptadin,
diltiazem, eritromisin, co-amoxiclav, estrogen, nevirapin, quinidin.
8. Laktat dehidrogenase (LDH)
‐ Nilai normal : 90-210 U/L
‐ Deskripsi : LDH merupakan enzim intraseluler, LDH terdistribusi secara
luas dalam jaringan, terutama hati, ginjal, jantung, paru-paru, otot
rangka. LDH bersifat non spesifik, tetapi membantu menegakkan
diagnosis infark miokard atau infark pulmonal bersamaan dengan data
klinik lain. LDH juga sangat bermanfaat dalam mendiagnosa distropi
otot atau anemia pernisiosa.
USG (Ultrasonografi)
‐ Prosedur non-invasif dengan risiko rendah dan
penting dalam penilaian awal penyakit hati.
‐ Menilai ukuran, bentuk, dan tekstur hati dan
skrining untuk adanya dilatasi saluran empedu.
‐ Pada pasien dengan penyakit hati kronis, USG
menilai keadaan vena porta dan dapat mendeteksi
tanda-tanda hipertensi portal misalnya pada
peningkatan ukuran limpa dan asites.
Mekanisme ultrasonografi: transduser mengirimkan gelombang suara frekuensi tinggi yang kemudian
memantul pada jaringan dan membuat gema. Gema dikirim ke komputer kemudian membuat citra yang
disebut sonogram.
Elastografi
‐ Prosedur non-invasif yang digunakan untuk
mengukur kekakuan hati.
‐ Mengukur kecepatan gelombang suara yang
melewati hati dan kemudian mengubah pengukuran
itu menjadi pengukuran kekakuan hati yang disebut
sebagai ultrasonografi elastografi hati.
‐ Pada kekakuan hati, kemungkinan terdapat fibrosis
sehingga dilakukan tes FibroScan.
‐ Hasil FibroScan berkisar antara 2,5 kPa - 75 kPa.
<7 kPa: sehat tanpa penyakit hati
>7 kPa: fibrosis yang signifikan, kekakuan hati
Isna Aura Dewayanti - 2006623492
Computed Tomography Scan (CT Scan)
‐ CT Scan digunakan untuk karakterisasi lebih lanjut dari setiap kelainan
yang diidentifikasi pada USG.
‐ Prosedur pencitraan non-invasif yang menggunakan kombinasi peralatan
sinar- X dan teknologi komputer untuk menghasilkan gambar dari
struktur tulang tubuh. Gambar yang diperoleh dari area tersebut
kemudian diperiksa pada monitor komputer atau dicetak.
‐ Tidak seperti ultrasonografi, ukuran tubuh pasien tidak membatasi
kualitas pencitraan dengan CT scan (Dipiro et al., 2008).
• CT scan pada hati dan saluran empedu (hati, kantong empedu, dan saluran empedu) memberikan informasi yang lebih
rinci tentang hati, kantong empedu, dan struktur terkait.
• Selain itu, CT scan hati dan saluran empedu juga dapat digunakan untuk memvisualisasikan penempatan jarum selama
biopsi hati atau selama aspirasi (penarikan) cairan dari daerah hati dan/atau saluran empedu.
‐ MRI dapat digunakan untuk mengukur fibrosis hati, besi dan steatosis yang
merupakan komponen penting dalam patologi hati.
Manajemen Terapi
2. HEPATITIS
‐ HEPATITIS A
Hasil Laboratorium
Elevasi Aminotransferase (ALT, AST) >1.000 IU/L (16.7 μkat/L) ALT> AST
2. Uji Neuropsikometri
• System The psychometric He score (PHes)
• The repeatable Battery for the assessment of neurological status (rBans)
4. Penilaian elektrofisiologi
• Critical flicker frequency test
• Elektro ensefalografi
Isna Aura Dewayanti - 2006623492
Hipertensi Portal
Hipertensi portal termasuk splenomegaly, dilatasi vena portal, oklusi vena
portal, pembentukan pembuluh darah kolateral, penurunan jumlah trombosit,
dan asites dengan serum albumin > 1,1 g/dL.
Kolesistitis
Berbagai modalitas pencitraan dapat digunakan untuk memverifikasi diagnosis:
‐ Cholescintigraphy (HIDA Scan) melibatkan suntikan radiolabeled hepatic 2,6-
dimethyliminodiacetic acid (HIDA) atau diisopropyl iminodiacetic acid (DISIDA), yang dalam
keadaan normal diambil oleh hati, diekskresikan di empedu, masuk ke kantong empedu, dan
diekskresikan ke duodenum dalam 1 sampai 2 jam. Tes ini sangat sensitif (95%) dan spesifik
(95%) untuk diagnosis kolesistitis akut, dengan pemindaian positif yang ditandai dengan
nonvisualisasi kandung empedu 1 jam setelah injeksi radioisotop, terkait dengan pengisian saluran
empedu dan duodenum.
‐ USG, CT, dan MRI abdomen menunjukkan pembesaran kandung empedu, penebalan dinding
kandung empedu (> 4 mm), dan adanya cairan pericholecystic.
‐ Pada pasien dengan kolesistitis akalkulus akut, USG biasanya dilakukan karena sensitivitasnya
yang tinggi (hingga 92%), spesifisitas tinggi (sekitar 90%), ketersediaan yang cepat, dan
kenyamanan untuk dapat melakukan penelitian di samping tempat tidur di pasien yang sakit kritis.
Sirosis Hati
Sirosis Hati
‐ Sirosis dapat didefinisikan sebagai pembentuka
n fibrosis hati hasil dari pembentukan nodul
dan perubahan fungsi hati, yang dihasilkan dari
respon penyembuhan luka berkepanjangan
yang disebabkan berbagai macam faktor.
‐ Kebanyakan kasus sirosis disebabkan oleh
hepatitis kronis dan konsumsi alkohol kronis
(Koda-Kimble, 2013)
- Albumin
Sintesis albumin dilakukan oleh sel parenkim hati, sehingga kadar albumin yang rendah dalam
darah dapat menjadi penanda kerusakan hati. Namun, tes ini tidak begitu spesifik (Koda-
Kimble, 2013)
- Protrombin Time
Faktor koagulasi disintesis di hati. Saat kadar faktor koagulasi berkurang dalam darah, maka
waktu pembekuan darah (Protrombin Time) akan semakin lama (Dipiro, 2008)
- Trombosit
Trombositopenia (trombosit darah < 150.000) terjadi karena penurunan jumlah trombopoeitin
karena sintesisnya di hati terhambat akibat kerusakan hati. Trombopoeitin berperan dalam
pembentukan platelet atau trombosit (Dipiro, 2008)
Diagnosis
Dhia Larissa - 2006623284
b. Tes Radiografi
USG dapat mendeteksi adanya batu empedu dan abnormalitas pada saluran empedu pada
pasien dengan nyeri akut dan icterus. Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography
(ERCP) dapat menjadi pemeriksaan pada pasien dengan choledocholithiasis. Endoskopi dapat
melihat adanya varises esophageal sebagai indikasi terjadinya hipertensi portal. Tomografi
terkomputasi dapat menjadi tes yang cukup sensitif dalam mendeteksi metastase hati dan
menjadi acuan dilakukannya biopsi hati (Dipiro, 2008)
c. Biopsi Hati
Tes ini menjadi tes yang paling penting dalam penentuan keparahan sirosis karena dapat
melihat langsung separah apa hati telah rusak (Dipiro, 2008)
d. Skor Child-Pugh
Skor Child-Pugh dapat mengklasifikasi hasil lab dan manifestasi klinis dari sirosis.
The Child-Pugh dan Klasifikasi Model for End-
stage Liver DIseases (MELD)
-The Child-Pugh dan Klasifikasi Model for
End-Stage Liver Diseases (MELD)
digunakan untuk mengklasifikasikan
keparahan penyakit dan evaluasi kebutuhan
untuk transplantasi
-The Child-Pugh dapat mengklasifikasi hasil
lab dan manifestasi klinis dari sirosis.
Rekomendasi penyesuaian dosis bagi pasien
sirosis bisa berdasarkan klasifikasi ini.
Semakin tinggi skor yang didapat semakin
parah kerusakan yang terjadi di hati. (Dipiro,
2008)
Hepatomegali, splenomegali
Jaundice
Malaise, anorexia
Encephalopthy
HIPERTENSI PORTAL
‐ Hipertensi portal adalah kenaikan tekanan darah pada sistem portal.
Darah di vena portal mengandung zat yang diserap dari usus dibawa
menuju hati untuk dimetabolisme. Darah dalam hati melintasi sistem
kapiler resistensi tinggi dalam sinusoid hati.
‐ Pada sirosis, peningkatan resitensi intrahepatik karena adanya
vasokonstriksi intrahepatik disebabkan oleh kekurangan nitrat oksida,
peningkatan aktivitas vasokonstriktor dan perubahan stuktural dari
regenerasi hati, kompresi sinusoidal, dan fibrosis. Hipertensi portal
dihasilkan dari peningkatan resistensi terhadap aliran portal dan
peningkatan aliran masuk kronis portal karena vasodilatasi limpa dari
peningkatan produksi nitrat oksida.
‐ Tekanan portal normal umumnya di bawah 6 mm Hg, dan pada pasien
sirosis, dapat meningkat menjadi 7 hingga 9 mm Hg. Hipertensi portal
yang signifikan secara klinis berkembang ketika tekanan portal melebihi
10 hingga 12 mm Hg, mengakibatkan komplikasi seperti varises
kerongkongan dan ascites.
HIPERTENSI PORTAL
Rhima Melati_2006623782
Rhima Melati_2006623782
Rhima Melati_2006623782
Rhima Melati_2006623782
Rhima Melati_2006623782
ENCEPHALOPATY HATI
Rhima Melati_2006623782
Rhima Melati_2006623782
Rhima Melati_2006623782
Rhima Melati_2006623782
ASCITES DAN SPONTANEOUS
BACTERIAL PERIOTONITIS
(SBP)
ASCITES
´Ascites adalah
akumulasi dari jumlah
cairan yang berlebihan
dalam rongga
peritoneum.
Pengobatan Ascites
SPONTANEOUS BACTERIAL
PERITONITIS (SBP)
SBP didefinisikan sebagai
infeksi spontan dari cairan
asites tanpa adanya sumber
infeksi atau peradangan intra-
abdominal yang
teridentifikasi. Kondisi ini
memiliki tingkat kematian
sekitar 30% hingga 50%.
Diagnosis
Diagnosis SBP didefinisikan oleh jumlah sel poli morfonuklear (PMN) lebih besar atau sama dengan
250 sel/μL atau kultur bakteri positif dari cairan asites. Basil enterik gram-negatif (paling umum oleh
spesies Escherichia coli dan Klebsiella) serta pneumokokus merupakan penyebab sebagian besar
episode SBP. Mekanisme utama untuk SBP adalah translokasi bakteri dari usus.
Faktor-faktor lain dalam patogenesis SBP mungkin termasuk ketidakmampuan usus untuk menampung
bakteri dan kegagalan sistem kekebalan tubuh untuk membersihkan organisme saat ditranslokasi. Sirosis
dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri yang berlebihan di usus, dan permeabilitas usus dapat
meningkat pada pasien sirosis karena hipertensi portal dan edema usus yang mendukung translokasi
bakteri ke vena porta atau limfatik.
Aktivitas antimikroba endogen berkurang atau tidak ada pada pasien dengan asites rendah protein, dan
jika sistem kekebalan gagal untuk menghancurkan bakteri, bakteri (kultur dari cairan asites positif tetapi
jumlah PMN <250 sel / μL) dalam beberapa kasus dapat berkembang menjadi SBP (kultur positif dan
PMN ≥250 sel / μL) (Koda Kimble).
Dhia Larissa - 2006623284
TERAPI FARMAKOLOGI
‐ Pasien SBP harus menerima profilaksis antibiotik jangka panjang dengan norfloxacin 400 mg
setiap hari atau trimethoprim-sulfamethoxazole kekuatan ganda.
‐ Profilaksis jangka panjang juga harus dipertimbangkan untuk pencegahan SBP pada pasien
dengan asites rendah protein (kurang dari 1,5 g / dL) yang juga memiliki salah satu dari
kreatinin serum lebih besar dari atau sama dengan 1,2 mg / dL, nitrogen urea darah lebih besar
dari atau sama dengan 25 mg / dL, natrium serum kurang dari atau sama dengan 130 mEq / L,
atau skor ChildPugh lebih besar dari atau sama dengan 9 dengan bilirubin lebih besar dari atau
sama dengan 3 mg / dL.
‐ Profilaksis jangka pendek (7 hari) diindikasikan pada pasien dengan sirosis dan perdarahan
gastrointestinal. Ringkasan rekomendasi perawatan berbasis bukti mengenai asites dengan
ditemukannya SBP (Pharmacotherapy a Pathophysiologic Approach 8th Ed).
Gangguan Empedu
KOLELITIASIS KOLESISTITIS
Gabungan beberapa unsur Peradangan saluran empedu
yang membentuk suatu
material mirip batu ang
terbntuk di dalam kandung
empedu (koledokolitiasis) atau
pada dua-duanya.
1. Hepatitis A (HAV)
A. Tujuan terapi: Mengurangi komplikasi, normalisasi fungsi hati, mengurangi infektivitas dan transmisi.
Terapi farmakologis
a. Preventif (Imunoprofilaksis)
1. Pre-exposure profilaksis
o Vaksin Hepatitis A
‐ Untuk menginduksi pembentukan antibodi
‐ Menggunakan vaksin hepatitis A. vaksin heptitis A ini berisi virus hepatitis A yang sudah di inaktivasi.
‐ Diberikan sebelum terinfeksi Hepatitis A
‐ Imunisasi Hepatitis A dilakukan dengan cara pemberian vaksin Hepatitis A sebanyak dua kali dengan jarak 6
sampai 12 bulan di atas usia 2 tahun.
‐ Efek samping:
ringan dan sementara yaitu reaksi pada tempat penyuntikan (sakit, tenderness, eritema, bengkak, warmth), lemas,
sakit kepala dan sakit abdomen.
Nurafifah Nirmala Dewi - 2006623725
Nurafifah Nirmala Dewi - 2006623725
2. Post-exposure profilaksis
o Immunoglobulin
‐ Memberikan perlindungan dengan transfer antibodi pasif.
‐ Digunakan pada seseorang pra atau sudah terinfeksi HAV dimana vaksin bukan
pilihan (adanya kontaindikasi).
‐ Paling efektif diberikan saat terinfeksi pada masa inkubasi atau ≤ 5 bulan setelah
terinfeksi dengan dosis awal 0.02 mL/kg intramuscular. Dilanjutkan dengan dosis
0.06 mL/kg pada 6-18 bulan setelahnya
‐ Untuk yang sudah terpapar tapi sebelumnya belum divaksin, Ig dapat digunakan
untuk pasien diantara 2 tahun sampai 40 tahun, immunocompromised, gangguan hati
kronis, kondisi medis dan kontraindikasi dengan vaksin.
Nurafifah Nirmala Dewi - 2006623725
Vaksin HBV
‐ Pro-exposure imunoprofilaksis
1. Vaksin rekombinan turunan ragi
Mengandung HBsAg sebagai immunogen
2. Vaksin terjadwal
a. Engerix-B : via i.m. protein HBsAg dengan dosis 20 μg untuk dewasa and 10 μg
untuk bayi, anak-anak sampai usia 19 tahun. Ulangi 1 dan 6 bulan setelahnya. Untuk
pasien hemodialisis dosis sebesar 40 μg (dosis ganda dari 20 μg diberikan pada
bulan 0,1,2 dan bulan keenam.
b. Recombivax HB: via im. Protein HBsAg dengan dosis 10 μg untuk dewasa, 5 μg
untuk anak-anak sampai usia 19 tahun diulangi 1 dan 6 bulan setelahnya. Anak-anak
usia 11-15 tahun diberikan dosis 10 μg pada 4-6 bulan. Pasien hemodialisis 40 μg 3
dosis terjadwal.
‐ Post-exposure imunoprofilaksis
Mengandung immunoglobulin yang mengandung anti-HBs yang tinggi
1. Untuk orang yang kontak erat dengan penderita
‐ Diberikan HBIG 0.04 sampao 0.07 mL/kg sedini mungkin setelah terpapar. Vaksin kedua dan ketiga diberikan 1 dan 6
bulan setelahnya.
2. Nenotatus dari ibu yang HBsAg positif yang teridentifikasi selama kehamilan
‐ Diberikan 0.5 mL dalam 12 jam setelah lahir atau 5-10 μg dalam 12 jam setelah lahir, diulangi vaksin di bulan ke 1
dan ke 6.
3. Pencegahan penularan ibu-anak
Terapi farmakologis
Immune-mediating agent
1st line:
‐ Interferon (IFN)- Alfa
‐ pegylated (peg) IFN-alfa.
Interferon merupakan protein yang dihasilkan oleh tubuh dan bersifat sebagai imunomodulator.
Mekanisme kerja interferon:
‐ menghambat berbagai tahap replikasi virus meliputi saat virus masuk dalam sel tubuh,
uncoating, sintesis mRNA dan sintesis protein.
‐ Pegylated ditambahkan dalam formula obat untuk membuat interferon bertahan lebih lama
di dalam tubuh.Manfaat lainnya meliputi penurunan toksisitas, meningkatkan stabilitas
obat, perlindungan terhadap proteolisis dan memperbaiki daya larut
‐ Diberikan dalam jangka maksimal 1 tahun
Obat Golongan Mekanisme Dosis Efek samping
Lamivudine Analog Nukleosida Inhibitor enzim reverse 100 mg/hari Pengobatan jangka panjang
transcriptase dapat menyebabkan
resitensi antivirus, sakit
kepala, sakit tenggorokan,
berkeringat malam, weight
loss
Telbivudine Analog nukleosida Inhibitor kompetitif 600 mg/hari Gatal-gatal, kulit
spesifik HBV reverse transcriptase dan mengelupas, nyeri
polimerasi DNA punggung, detak jantung
meningkat,
Adefovir asiklik nukleosida Menghambat polymerase 10 mg/hari dalam Asidosis laktat, urin pekat,
DNA dari HBV 1 tahun lemas, kelelahan, mual.
Hindari alcohol
Tujuan terapi:
Terapi Farmakologis:
IFN-α2b 5 juta unit/tiga kali seminggu dalam 4 bulan. Dilanjutkan 3 juta unit/tiga kali seminggu dalam 8 bulan
atau placebo
PegIFN-α 1.5 mcg/kg seminggu dalam 12 bulan). Bisa monoterapi ataupun dikombinasi dengan ribavirin.
Kombinasi PegIFN- 180 mcg/kg seminggu dengan adefovir 10 mg/ plasebo
α2a
Adevofir 10 mg selama 48 minggu. Tindak lanjut tambahan 24 minggu
Perawatan supportif
5. Hepatitis E (HEV)
Preventif: Sanitasi lingkungan harus bersih dan lebih baik di daerah endemis.
Mengkonsumsi air minum yang matang untuk mencegah HEV, pemanasan masakan
sampai ke 850C
Cuci tangan
‐ Obat antivirus untuk hepatitis B kronis ‐ Pada kebanyakan kasus, penatalaksanaan difokuskan pada
pengobatan komplikasi yang timbul pada keadaan sirosis
‐ Penurunan berat badan dan modifikasi faktor (ensefalopati hepatik, asites, bakteri spontan)
risiko (pengelolaan diabetes melitus dan
hiperlipidemia) pada penyakit perlemakan hati ‐ Vaksinasi pasien sirosis terhadap hepatitis A dan B dianjurkan
nonalkohol jika pasien kekurangan bukti serologis imunitas.
‐ Proses mengeluarkan darah untuk ‐ Semua pasien sirosis harus disarankan untuk menghindari
hemochromatosis alkohol dan hepatotoksin lainnya
Terapi Farmakologi untuk Peritonitis Bakteri Spontan adalah antibakteri yang dapat
mengatasi tiga bakteri yang paling umum ditemui yaitu Escherchia coli, Klebsiella
pneumoniae dan Streptococcus pneumoniae. Obat pilihan adalah sefotaksim atau
sefalosporin generasi ketiga lainnya.
Terapi Non Farmakologi meliputi terapi diet, asupan protein harian 1,2-1,5
g/kg/hari
Terapi dengan Antibiotik Metronidazol 400-800mg per oral per hari dalam dosis
terbagi atau Neomisin 2-4g peroral perhari dalam dosis terbagi dicadangkan untuk
pasien yang tidak memberikan respon terhadap terapi laktulosa dan diet.
Terapi supportif lainnya adalah Zn pada dosis 600mg/hari diberikan pada pasien
yang kekurangan Zn.
Terapi Endoskopi.