Anda di halaman 1dari 13

KELOMPOK 8

KORUPSI YANG TERJADI DI


RS. USU

DI SUSUN OLEH :
• BIMA SAKTI
• MALKIT KAUR
• FANDY RAMADHAN
• WAHYU SYAPUTRA
• WINDY ASWINTA
• FADILLAH INNAYAH
• SITI RAHMADANI
• MEGA ANANDA PUTRI
KENAPA KORUPSI TERJADI DI MANA-MANA?. KENAPA
PENJARA TIDAK MENJADIKAN BANYAK ORANG TAKUT
MELAKUKAN KORUPSI?

Pertama, sudah menjadi anggapan banyak orang bahwa seseorang terendus


melakukan korupsi hanya karena faktor nasib sial semata. Dari ribuan kasus,
yang bernasib sial paling-paling hanya lima ratus orang. Jadi tingkat
keberhasilan untuk menjadi kaya dengan uang hasil korupsi jauh lebih tinggi
dari pada kegagalan.
Kedua, hukuman penjara bagi koruptor sangat ringan.
Ketiga, para koruptor sudah semakin lihai menyamarkan tindak korupsi yang
mereka lakukan. Yang mereka takutkan paling-paling hanya KPK. Sedangkan
aparat dari kepolisian dan kejaksaan diduga masih bisa diajak kerjasama
dalam bentuk bagi hasil.
KENAPA KORUPSI TERJADI DI MANA-MANA?. KENAPA
PENJARA TIDAK MENJADIKAN BANYAK ORANG TAKUT
MELAKUKAN KORUPSI?

Keempat, seluruh rezim pemerintahan terdahulu gagal menciptakan sistem


yang menjadikan korupsi tidak bisa atau hampir tidak mungkin dilakukan
tanpa ketahuan. Yang paling sederhana saja, sistem hukum di Indonesia tidak
mampu mencegah gratitifikasi, khususnya dalam bentuk komisi dalam
persentase yang semakin besar, bisa mencapai 20-30% dari nilai proyek, yang
harus disetorkan pihak kontraktor kepada panitia proyek.
Kelima, Indonesia menganut prinsip hukum “praduga tak bersalah”. Pihak
aparat hukum yang harus membuktikan bahwa seseorang melakukan
kejahatan korupsi. Dengan tameng itu, semuanya bisa berkelit tidak pernah
melakukan korupsi. Kekayaan melimpah yang mereka miliki adalah hasil jerih
payah dan juga warisan orang tua, mertua atau dari nenek moyang mereka
yang sudah dari sononya kaya raya.
Kalau begitu, tunggulah kehancuran Indonesia.
KORUPSI YANG TERJADI DI RS. USU

Anggaran pembangunan dan pengadaan sarana prasarana Rumah Sakit


Pendidikan (RSP) Universitas Sumatera Utara (USU) yang berlokasi di Jalan Dr
Mansyur Medan diduga telah dikorupsi.Akibatnya, rumah sakit berskala
internasional itu hingga kini belum menunjukkan tanda-tanda bakal
beroperasi dan tidak menuai manfaat bagi masyarakat. Padahal gedung
megah yang dibangun dengan menelan biaya 39,4 juta dolar AS atau Rp390
miliar bersumber dari dana APBN dan Islamic Development Bank (IDB) itu,
fisiknya telah rampung sejak Juni 2011 lalu, namun belum juga diresmikan
karena tak dilengkapi sarana prasarana medis.Komisi Pemberantas Korupsi
(KPK) juga masih menelusuri adanya indikasi korupsi dalam proses
pembangunan fisik dan mengadaan sarana prasarana rumah sakit tersebut.
Juru bicara KPK, Johan Budi, Jumat malam, membenarkan pihaknya telah
mendapatkan laporan adanya indikasi penyalahgunaan keuangan negara
dalam proses pembangunan RS USU.
KORUPSI YANG TERJADI DI RS. USU

Namun, Johan Budi mengatakan belum bisa memberikan penjelasan lebih


detail terkat persoalan tersebut, karena masih harus berkonsultasi dengan
tim penyidik KPK yang menangani kasus itu. Termasuk saat ditanya , siapa-
siapa saja oknum yang telah dipanggil atau yang bakal dijadikan sebagai
tersangka, Johan masih enggan untuk memberikan keterangan.“Tunggu,
kasih saya waktu. Setelah mendapat informasi dari tim penyidik akan saja
sampaikan,” ujarnya.Rektor USU, Prof Dr Syahril Pasaribu, yang dihubungi via
seluler langsung mematikan telepon genggamnya saat  mempertanyakan
persoalan RS USU tersebut. Padahal, orang nomor satu di USU ini masih
membuka pembicaraan, bahkan sempat bertanya apa yang bisa dibantu.
Lucunya, ketika meminta penjelasan terkait RS USU, rektor langsung
memutus komunikasi.Sebelumnya,  juga telah mencoba konfirmasi beberapa
pihak di USU mengenai jadwal peresmian rumah sakit tersebut, namun
belum mendapatkan jawaban pasti. Direktur Utama RSP USU, Prof dr Chairul
Yoel, hanya membalas lewat pesan singkat yang berbunyi: “Lagi di luar kota,
kembali 30/8”.Beberapa bulan lalu,  Chairul Yoel pernah menjelaskan
penyebabnya adalah ketidaklengkapan peralatan yang dimiliki untuk
beroperasi.
KORUPSI YANG TERJADI DI RS. USU

“Mungkin sekitar bulan Maret 2013 alat-alatnya datang. Tapi itu juga belum
pasti,” katanya.Humas RS USU, M Zeini Zen, ketika dikorfirmasi juga terkesan
mengelak dan hanya menyarankan membuka situs USU. Sebagaimana
diketahui, RS USU direncanakan memiliki fasilitas 28 klinik spesialis/sub
spesialis, rawat inap dengan kapasitas 474 bed (108 ward), Instalasi Gawat
Darurat dengan pelayanan 24 jam, 12 kamar bedah, 18 ruang persalinan, 42
bed perawatan intensif (ICU, ICCU, PICU, NICU), dan 25 bed unit
hemodialise.RSP USU juga akan mempersiapkan berbagai layanan
komprehensif dengan keunggulan pada layanan Gastroenterologi, Nefrologi,
Orthopedic, Traumatologi, Burn Unit, dan Infeksi Tropis.
KORUPSI YANG TERJADI DI RS. USU

Kegiatan didukung oleh berbagai tenaga spesialis dan subspesialis yang


berada di bawah 18 Departemen Medik yang akan menyelenggarakan
fungsi-fungsi pelayanan, pendidikan, dan riset. Teknologi dan sistem
informasi rumah sakit ditata secara maksimal untuk mengakomodasi seluruh
kegiatan administrasi dan penyelenggaraan fungsi pendidikan /riset.Dari
situs usu, disebutkan RSP USU direncanakan akan mulai beroperasi sekitar
medio 2012. Rumah sakit itu juga diproyeksikan menjadi unggulan dalam
tiga layanan medis, yakni ginjal, penyakit tropik, dan “Traumatic
Centre”.Meski bangunan fisik sudah selesai dan serah terima dari
pengembang telah dilakukan, tetap saja rumah sakit yang luas bangunannya
38.242 meter persegi itu belum bisa beroperasi karena harus tetap
menunggu peresmian dari pusat dan IDB setelah dilengkapi sarana prasarana
medis.
KORUPSI YANG TERJADI DI RS. USU

Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejaksaan Agung, Tony T


Spontana, menegaskan, jumlah tersangka kasus dugaan korupsi di Universitas
Sumatera Utara (USU), kini berjumlah tujuh orang, setelah sebelumnya
Kejagung menetapkan dan menahan tersangka Abdul Hadi selaku pejabat
pembuat komitmen (PPK) pada kegiatan pengadaan peralatan farmasi di
Fakultas Farmasi USU tahun 2010.
“Sekarang jumlah tersangka untuk kasus korupsi di USU itu menjadi tujuh
orang. Antara lain untuk pengadaan peralatan farmasi di Fakultas Farmasi,
pengadaan lanjutan peralatan farmasi dan kasus dugaan tindak pidana
korupsi pengadaan peralatan etnomusikologi pada Fakultas Sastra Fakultas
USU,” katanya kepada JPNN di Jakarta, Kamis (6/11).
KORUPSI YANG TERJADI DI RS. USU

Menurut Tony, untuk perkara pengadaan farmasi, Kejagung menetapkan


Dekan Fakultas Farmasi, Sumadio Hadisaputra, 61, sebagai tersangka
berdasarkan nomor print-91/F.2/Fd.1/10/2014, tertanggal 17 Oktober lalu.
Untuk kasus pengadaan lanjutan peralatan farmasi, ditetapkan masing-
masing tersangka Suranto dengan nomor print 92/F.2/Fd.1/10/2014, Nasrul
dengan nomor print 93/F.2/Fd.1/10/2014, Siti Ombun Purba
94/F.2/Fd.1/10/2014 dan Elisnawaty Siagian dengan nomor print 95/
F.2/Fd.1/10/2014. Kedua nama terakhir berstatus sebagai ibu rumah tangga.

Untuk kasus tindak pidana korupsi dalam pengadaan peralatan


etnomusikologi pada Fakultas Sastra USU, Kejagung kembali menetapkan
Suranto sebagai tersangka. Bersamanya juga turut ditetapkan Nasrullah
selaku pegawai negeri sipil (PNS) di Fakultas Sastra sebagai tersangka.
“Dalam kasus ini Rektor USU Syahril Pasaribu dan Pembantu Umum Rektor II,
Armansyah Ginting, Selasa (4/11) telah diperiksa sebagai saksi,” ujarnya.
KORUPSI YANG TERJADI DI RS. USU

Demikian juga dengan sejumlah nama-nama pejabat lainnya, juga turut


dipanggil untuk diperiksa sebagai saksi. Sayangnya Tony mengaku tidak hafal,
karena terdapat sejumlah nama. Meski begitu untuk perkembangan
penyelidikan, pada Kamis kemarin, Tony menegaskan, Kejagung kembali
memanggil sejumlah nama untuk diperiksa sebagai saksi.
Mereka diperiksa terkait tindak pidana korupsi pengadaan etnomusikologi.
Masing-masing Philipus Sitepu, Isro'i, Darwani, Harun Jufanudin dan Budi
Syahputra selaku PNS di lingkungan Universitas Sumatera Utara (USU).
“Kejagung cukup serius mengungkap kasus ini. Kita harapkan dapat segera
dirampungkan proses penyelidikan dan penyidikannya, agar dapat segera
dilimpahkan ke pengadilan,” katanya.
Sebagaimana diketahui, dalam kasus dugaan korupsi di tubuh USU, Kejagung
sebelumnya telah menahan Abdul Hadi, setelah disangkakan melakukan
pelanggaran pasal 2 Ayat 1 jo Pasal 3 UU Nomor 31 Tahun 1999, tentang
pemberantasan tindak pidana korupsi dan melanggar Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2001, tentang perubahan atas UU Nomor 31 Tahun 1999.
KORUPSI YANG TERJADI DI RS. USU

Pria kelahiran Pekantan, Mandailing Natal, 20 Januari 1963 diduga melakukan


korupsi atas pengadaan peralatan farmasi yang bersumber dari anggaran
pendapatan dan belanja negara 2010, Daftar Isian Pelaksana Anggaran (DIPA)
USU Nomor 0120/023-04.2/iI/2009. Dengan pagu anggaran Rp
25.000.000.000. Dan proyek pengadaan lanjutan dengan nilai Rp
14.770.184.000.
Dari dugaan korupsi dalam proyek dua pengadaan ini, negara diduga
mengalami kerugian sebesar Rp 7.308.200.921.
KORUPSI YANG TERJADI DI RS. USU

Kejaksaan Agung akan melimpahkan berkas kasus dugaan tindak pidana


korupsi pengadaan peralatan farmasi dan peralatan farmasi lanjutan di
Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara Tahun Anggaran 2010 ke
Kejaksaan Negeri Medan, hari ini, Kamis (5/3).
 
Menurut Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejaksaan Agung,
Tony T Spontana, pelimpahan berkas akan dilakukan setelah sebelumnya
Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejagung menyatakan berkas penyidikan
dinyatakan lengkap.
 
“Berkasnya telah dinyatakan lengkap oleh Jaksa Penuntut Umum
sebagaimana Surat dari Direktur Penuntutan Tindak Pidana Khusus selaku
Penuntut Umum. Masing-masing Nomor B–210/F.3/Ft.1/02/2015, tanggal 25
Februari 2015, untuk Tersangka SOP (Siti Ombun Purba). Kemudian Nomor B–
19/F.3/Ft.1/02/2015, untuk tersangka SH (Dekan Fakultas Farmasi Sumadio
Hadisaputra),” ujarnya di Jakarta, Rabu (4/3) seperti dilansir JPNN.com.
 
KORUPSI YANG TERJADI DI RS. USU

Berkas lainnya yang dinyatakan lengkap juga terhadap tersangka Nasrullah


(N) dengan Nomor B–15/F.3/Ft.1/02/2015, tanggal 23 Februari 2015.
Kemudian Nomor B–14/F.3/Ft.1/02/2015, tertanggal 23 Februari 2015, untuk
tersangka Suranto (S).
 
“Sesuai Pasal 8 Ayat (3) b, Pasal 138 Ayat (1), dan Pasal 139 KUHAP, Penyidik
akan melaksanakan tahap II atau penyerahan tanggung jawab para tersangka
dan barang bukti ke Kejaksaan Negeri Medan, agar perkara dapat secepatnya
disidangkan,” ujarnya.
 
Kerugian negara dalam perkara ini diperkirakan mencapai Rp.
10.462.944.777,74. Pelimpahan berkas dilakukan setelah sebelumnya
Kejagung menyerahkan berkas atas Abdul Hadi yang perkaranya telah lebih
dulu disidangkan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Medan

Anda mungkin juga menyukai