Anda di halaman 1dari 14

KONSEP PEMIDANAAN DALAM

PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI

Oleh :
Dr. Andi Samsan Nganro

Pelaksanaan Pelatihan Sertifikasi Hakim Tindak Pidana Korupsi (TIPIKOR) Angkatan


XXI Bagi Hakim Karirndan Hakim AdhocnTingkat Pertama dan Banding Seluruh
Indonesia, Pada tanggal 4 s/d 19 Mei 2020
I. Pengertian

1. Konsep, secara umum diartikan: suatu representasi


abstrak dan umum tentang sesuatu yang bertujuan
menjelaskan suatu benda, gagasan atau peristiwa
2. Pidana sebagai terjemahan dari kata straf ( Belanda) yang
artinya sama dengan hukum; pemidanaan berarti
penghukuman
3. Pemidanaan bisa diartikan sebagai tahap penetapan sanksi
dan juga tahap pemberian sanksi dalam hukum pidana
– Konsep pemidanaan adalah konsep yang membahas mengenai
justifikasi atau tujuan pemidanaan.
– Proses dalam menegakkan dan melaksanakan hukum pidana
disebut “Sistem Peradilan Pidana”
II. Konsep Pemidanaan
1.Konsep Retributif
– Konsep ini biasa juga disebut dengan Teori Pembalasan. Konsep
Retributif dikembangkan oleh Immanuel Kant, yang memberikan
justifikasi dari pemidanaan karena semata-mata pelaku telah melakukan
kesalahan.
– Tujuan Pemidanaan menurut Teori Pembalasan adalah:
• semata-mata sebagai pembalasan
• pidana harus disesuaikan dengan kesalahan sipelaku
• pidana melihat kebelakang dari perbuatan dan tujuannya tidak untuk memperbaiki
kedepan bagi sipelanggar
– Konsep retributif tersebut mendapat kritikan bahwa tidak tepat kalau
tujuan pemidanaan itu dimaksudkan semata-mata sebagai pembalasan,
tetapi mestinya juga ada kemanfaatan bagi pelaku untuk meperbaiki diri
kelak kembali kemasyarakat.
2. Konsep Relatif (Deterensi)
– Kosep Relatif biasa juga disebut dengan Teori Tujuan.
Konsep ini memandang pemidanaan bukan sebagai
pembalasan atas kesalahan sipelaku tetapi sebagai
sarana mencapai tujuan bermanfaat untuk melindungi
masyarakat menuju kesejahtraan.
– Konsep relatif ini sebenarnya sejalan/identik dengan
Konsep Utilitarian.
3. Konsep Utilitarian
– Konsep ini dikembangkan oleh Jeremy Bentham, yang kemudian menjadi
dasar dari teori konsekuensialis, yang memandang bahwa pemidanaan
merupakan efekdari suatu perilaku yang mengakibatkan suatu kerugian
baik kepada masyarakat secara langsung ataupun negara.
– Pemidanaan dijatuhkan menurut konsep utilitarian ini dengan tujuan
pencegahan atas suatu tindak pidana dimasa datang (forward looking)
– Justifikasi pemidanaan menurut konsep utilitarian terletak pada tujuan
pemidanaanya yaitu suapaya orang tercegah tidak melakukan kejahatan,
dan bukan karena seseorang telah melakukan kejahatan. Jadi tujuan
pemidanaan adalah untuk mencegah terjadinya tindak pidana (detterence).
Oleh karena itu konsep pemidanaan ini disebut juga dengan Teori
Pencegahan
– Teori pencegahan terdiri dari “Pencegahan Umum” dan Pencegahan
Khusus
4. Konsep Integratif
- Konsep ini diperkenalkan oleh Muladi, yang
mengharapkan dari putusan hakim mempunyai
dimensi keadilan yang dapat dirasakan oleh
semua pihak yaitu terhadap pelaku, masyarakat,
korban akibat tindak pidana dan kepentingan
negara.
5. Konsep Perlindungan Sosial
- Ada empat pilar yang diemban negara untuk
memberikan perlindungan terhadap rakyat, yaitu:
a) Negara memberi makan rakyatnya;
b) Negara menyediakan pelayanan kesehatan dan
transportasi;
c) Negara menegakkan keadilan bagi segenap warga
negara
d) Negara menjaga territorial wilawahnya
- Konsep perlindungan sosial ini sebenarnya sejalan
dengan prinsip fungsi protektif
6.Konsep Fungsi Protegtif
Hukum pidana harus ditrasformasi ke ranah praxis penegakan hukum
sehingga rakyat tidak miskin karena korupsi yang rentan secara
ekonomi dapat memeroleh keadilan hukum (acces to justice) dan tidak
terdesak oleh pemilik modal. Korupsi sebagai kejahatan transnasional
dapat menjadi kendala struktur dalam upaya mencapai visi bangsa
Indonesia yaitu masyarakat yang aman dan sejahtera dalam bingkai
kadaulatan hukum. Untuk mencapai dataran ideal di mana visi dan
misi Indonesia tersebut tercapai, harue ditegakkan pilar-pilar ke
wibawaan yang mendukung fungsi protektif tersebut.
a.Prinsip fungsi protektif
Sebagaimana dikemukakan dalam konsep perlindungan sosial dimana ada
empat pialar perlindungan maka pilar-pilar tersebut juga menjadi pilar-pilar
kewibawaan yang mewujudkan fungsi protegtif hukum pidana. Tanpa bisa
menegakkan empat pilar tersebut, negara akan kehilangan kewibawaanya
dimata rakyat bahkan dunia internasional.
Dalam perspektif perangkat hukum, kendati telah ada perubahan dalam ranah
konstitusi (Kosmos) yaitu jaminan hak-hak asasi warga negara dalam
hubungannya dengan penegakan hukum, tetapi hukum materiel kita yaitu
KUHP sebagai nomologos dan KUHAP sebagai teknologos menuntut
b. Praktek pemidanaan fungsi protektif
Aparat penegak hukum dituntut untuk dapat memenuhi vareabel-
vareabel secara positif, dalam arti substansi hukum harus bersukma
keadilan dan berspirit kerakyatan, penegakan hukum dituntut untuk
dapat memenuhi hak-hak konstitusional rakyat, mengadopsi nilai-
nilai kearifan lokal dan meratifikasi konvensi-konvesi internasional,
kondisi sosial politik harus kondusif bagi pemenuhan hak-hak
strategis rakyat dan perlindungan kedaulatan negara.
dalam perkara tindak pidana korupsi yang diajukan ke pengadilan,
menuntut penanganan yang profesional dan harus dapat mengikis
skeptisisme masyarakat. Pengadilan yang berintegritas harus dapat
memulihkan defisit kewibawaan penegakan hukum tindak pidana
korupsi dan jangan sampai menimbulkan diskriminasi hukum
c. Fungsi Protektif Pemidanaan dalam Perkara Tindak Pidana
Korupsi
a) Konsep kerugian negara
- Konsep, prinsip dan pelaksanaan fungsi protektif yang bertujuan untuk mewujudkan
masyarakat yang tidak miskin harus memperhatikan mengenai masalah kerugian keuangan
negara. Undang-undang No 31 Tahun 1999 dan undang-undang perubahannya tentang
Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU PTPK) tidak mengatur
secara spesifik mengenai fungsi protektif. Tetapi ada dua pasal di dalam UU PTPK yang
unsurnya adalah kerugian negara yaitu, Pasal 2 Ayat 1 dan Pasal 3 UU PTPK.
- Tujuan pidana tambahan uang pengganti yang ada dalam penjelasan UUPTPK
sesungguhnya sudah sesuai dengan salah satu prinsip protektif pemidanaan.
- Pemahaman mengenai konsep kerugian negara penting dalam upaya pengembalian
keuangan negara.
- Upaya pemulihan kerugian keuangan negara baik melalui pidana tambahan uang
pengganti maupun melalui upaya penyitaan dan perampasan aset serta mekanisme gugatan
perdata perlu dilakukan dengan efektif. Aparat penegak hukum hendaknya memanfaatkan
semua ruang yang diberikan oleh undang-undang untuk memulihkan kerugian keuangan
negara.
b)Pidana tambahan uang pengganti dalam tindak pidana korupsi.
– Penjatuhan pidana tambahan berupa uang pengganti selain di atur dalam Pasal 18
ayat 1 huruf b UUPTPK juga di atur dalam Perma No 5 Tahun 2014 Tentang Pidana
Tambahan Uang Pengganti dalam Tindak Pidana Korupsi.
– Dalam hal menentukan jumlah uang pengganti, hakim hanya berwenang
menjatuhkan penentuan besaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-
banyaknya sama dengan harta benda hasil korupsi yang diperoleh terdakwa.
– Dalam hal tindak pidana korupsi dalakukan secara bersama-sama dan diadili secara
berbarengan, pidana tambahan uang pennganti tidak dapat dijatuhkan secara
tanggung renteng.
– Apabila harta benda yang diperoleh masing-masing terdakwa tidak diketahui secara
pasti jumlahnya, uang pennganti dapat dijatuhkan secara proporsional dan obyektif
sesuai dengan peran masing-masing terdakwa dalam tindak pidana korupsi yang
dilakukannya.
– Meskipun terdakwa terbukti melakukan tindak pidana korupsi namun harta benda
yang diperoleh terdakwa dari tindak pidana korupsi tersebut tidak dinikmati oleh
terdakwa, karena telah dialihkan kepada pihak lain, sedangkan pihak lain itu tidak
dilakukan penuntutan maka terdakwa tetap dapat dijatuhkan uang pennganti
c) Upaya pemulihan kerugian negara selain pidana tambahan uang
pengganti.
Upaya pemenuhan konsep harm focus sesunnguhnya tidak hanya
terbatas pada penerapan pidana tambahan uang pengganti, negara masih
ada peluang untuk mengembalikan kerugian keuangan negara dengan
cara melalui instrumen gugatan perdata kendati tersangka tidak tedapat
cukup bukti untuk diajukan sebagai perkara korupsi (Pasal 32 UU
PTPK).
d) Bentuk-bentuk pidana tambahan dan pencabutan hak-hak tertentu dalam
kasus tindak pidana korupsi
Selain pidana tambahan yang dimaksud, sebagai pidana tambahan adalah
perampasan aset, yang digunakan atau yang diperoleh dari tindak pidana
korupsi, selain itu juga berupa pembayaran uang pengganti untuk
memulihkan kerugian keuangan negara begitupula penutupan seluruh
atau sebagian perusahaan untuk waktu paling lama 1 tahun, kemudian
dapat pula berupa hak tertentu dari terdakwa.
Hal-hal Yang Memberatkan dan
Meringankan Pemidanaan

• Keadaan yang memberatkan dan meringankan terdakwa


wajib dimuat dalam putusan pemidanaan, bilamana hal
tersebut tidak termuat dapat mengakibatkan putusan
batal demi hukum (Pasal 197 KUHAP)
• Salah satu faktor yang mewarnai penentuan berat
ringannya pidana yang dijatuhkan terhadap terdakwa
adalah faktor keadaan yang dominan terhadap terdakwa
dari keadaan yang memberatkan atau meringankan
tersebut.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai