Anda di halaman 1dari 19

TRANSFORMASI

STRUKTURAL
ASPEK-ASPEK TRANSFORMASI, KONDISI INDONESIA
DAN KENDALA-KENDALA DALAM TRANSFORMASI
PENGERTIAN
 Proses perubahan struktur perekonomian dari sektor pertanian (primer)
ke sektor industri (sekunder) atau jasa (tersier), dimana masing-masing
sektor akan mengalami proses transformasi yang berbeda-beda;

Sektor Sektor Sektor


Primer Sekunder Tersier

 Penelitian yang dilakukan Hollis Chenery tentang transformasi


struktural menunjukkan bahwa sejalan dengan peningkatan
pendapatan perkapita, perekonomian suatu negara akan bergeser dari
yang semula mengandalkan sektor pertanian menuju ke sektor
industri. (Mudrajad Kuncoro,1997, 58).
LIMA TAHAPAN TRANSFORMASI
(ROSTOW)
1. Masyarakat Tradisional: pertanian masih mengandalkan tenaga semata,
teknologi terbatas, masih adanya kelas (kasta) di masyarakat dan tidak terdapat
mobilisasi sosial
2. Pre-Kondisi ke Tahap Take-Off: makin produktif dan berparadigma
komersialnya sektor pertanian, makin terdapat investasi dalam bidang
infrastruktur (contoh: sistem irigasi, pelabuhan dsb), perubahan struktur sosial,
terdapatnya mobilisasi sosial di mana orang miskin dapat memperbaiki
hidupnya, terbentuknya negara bangsa
3. Take-Off: mulai adanya urbanisasi, teknologi industri mulai dikembangkan
(sektor sekunder); produk-produk yang biasa diproduksi dalam masa ini adalah
hasil industri tekstil dan pakaian
4. Menuju Kedewasaan: diversifikasi industri, industri barang modal mulai
bergeser pada industri untuk barang konsumsi sehari-hari, infrastruktur
transportasi bertumbuh pesat, infrastruktur sosial seperti pendidikan mulai
bertumbuh pesat
5. Konsumsi Masal: sektor industri menjadi fokus perekonomian, nilai tambah dari
barang konsumsi (produk-produk berteknologi tinggi diproduksi seperti otomotif),
mulai adanya kesadaran masyarakat untuk menabung
PERGESERAN SEKTOR EKONOMI
 Bahwa sejalan dengan peningkatan pendapatan perkapita, perekonomian suatu
negara akan bergeser dari yang semula mengandalkan sektor pertanian menuju
ke sektor industri. (Mudrajad Kuncoro,1997, 58).

Proses Akumulasi
Proses yang menyertai
pergeseran sektor
Proses Alokasi
ekonomi dan peningkatan
pendapatan pekapita
(Chenery & Syrquin, 1975) Proses Demografi

Proses Distribusi
PROSES AKUMULASI
 Proses pemanfaatan
sumber daya untuk 2 Hal Penting untuk Menjelaskan
meningkatkan kapasitas Proses Akumulasi
produksi seiring dengan
peningkatan pendapatan
perkapita suatu Negara.

 Akumulasi dapat ditelusuri


lewat peningkatan Pendidi
physical capital kan
(infrastruktur) dan human
capital (tenaga kerja)
Proses
Akumulasi
PROSES ALOKASI
 Proses alokasi yang dimaksud Hollis & Chenery (1975)
menghasilkan perubahan sistematis dalam komposisi permintaan
dan produksi domestik, serta perdagangan internasional

 Ketika Pendapatan perkapita meningkat, proporsi permintaan


masyarakat akan bergeser dari produk pangan ke non-pangan

 Permintaan tersebut akan dipenuhi sektor produksi, sehingga


sektor produksi bergeser dari sektor primer ke sektor non primer
(sekunder & tertier)

 Sektor primer akan mengalami penurunan dalam PDB sementara


sektor non-primer akan meningkat. Begitu juga serapan tenaga
sektoral menunjukan fenomena yang sama
PROSES DEMOGRAFI
 Peningkatan pendapatan perkapita juga membawa
perubahan mendasar dalam struktur penduduk

 Transisi kependudukan bukan hanya penurunan


angka kematian, namun juga menunjukan
peningkatan intensitas urbanisasi

 Urbanisasi itu sendiri bukan hanya dipicu


perpindahan fisik manusia dari desa ke kota, namun
juga perubahan status daerah dari pedesaan
menjadi perkotaan
PROSES DISTRIBUSI
 Kuznets (1963) mengutarakan bahwa peningkatan
pendapatan perkapita di awal pembangunan secara
bersamaan dengan distribusi pendapatan antar
kelompok masyarakat yang memburuk, sebelum
kemudian pada titik tertentu peningkatan pendapatan
akan disertai oleh pemerataan distribusi
 Ketimpangan distribusi pendapatan disebabkan 2 hal :
1. Perbedaan produktivitas faktor produksi di sektor
pertanian dan non pertanian
2. Pendapatan di sektor industri dan jasa biasanya tidak
merata
Bagaimanakah Proses Transformasi Struktural di
Indonesia? (Studi 1967 – 2009; Jan Luiten van
Zanden & Daan Marks, 2012)
Struktur Ekonomi Indonesia
(Kontribusi Terhadap PDB)
Pergerakan Tiga Sektor Utama
(% dalam PDB)
Pergerakan Tiga Sektor Utama
Cont’d
 sejak tahun 1967 – 1973, sektor pertanian berkontribusi paling
besar terhadap pertumbuhan total diikuti oleh sektor perdagangan;
 antara tahun 1973 sampai 1981, kontribusi sektor pertanian dan
perdagangan turun sedangkan sektor manufaktur dan sektor publik
lainnya naik (konstruksi, transportasi dan kepemilikan tempat
tinggal);  Kecuali manufaktur, sektor-sektor yang naik adalah
golongan non-traded goods and services
 Pasca 1973: remunerasi pegawai negeri  meningkatnya
propensity to consume untuk non-food goods dan jasa (durable
goods dan perumahan) (Booth,1998: 80)
Cont’d
“Keengganan para petani untuk membeli
pupuk, peralatan modern, dsb., adalah
sangat besar sehingga sepertinya tidak
tampak modernisasi substansial pertanian
yang terjadi pada satu atau dua dekade ke
depan (David Penny, 1969: 264).”
Struktur Mata Pencaharian
EDUCATIONAL BACKGROUND vs
ECONOMIC SECTOR
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
re n g g t n s er s
tu tio in rin an tio ice at ice
l c in tu ur a er
v rv
icu tr u M ac sta
un
ic
lS ,W Se
Ag
r ns uf e a as s
Co an l, R m n y,
G es
M o te Co
m
er
so cit sin
,H e, ,P ctr i Bu
e ag ial e,
ad or c Ele an
c
Tr , St So ur
s
on In
ti g,
rta cin
spo an
an Fin
Tr

Higher Secondary Basic Share of Employment


Cont’d (Penjelasan)
 Hampir 40% pekerja di sektor pertanian
namun sekitar 90% berkategori low-skilled
 Sektor-sektor jasa; ketenagalistrikan, gas, air
dan finansial memerlukan skilled labor
(pendidikan tinggi). Lainnya didominasi
pekerja dengan modal pendidikan dasar

Sumber: Bappenas, Februari 2012


KENDALA-KENDALA TRANSFORMASI STRUKTURAL

1. Setiap negara memiliki kendala yang berbeda dalam melakukan


transformasi struktural
2. Luiten dan van Zanden (2012) menyimpulkan kendala Indonesia
antara lain:
• pendidikan rendah membuat rendahnya pemanfaatan
teknologi
• pembangunan yang tidak merata membuat transformasi
struktural hanya terjadi di daerah-daerah yang memiliki
infrastruktur memadai
• fokus ekspor barang mentah di masa lalu membuat industri
Indonesia telat untuk didorong memproduksi barang-barang
dengan nilai tambah yang tinggi
SUMBER REFERENSI
 Chenery, H.B. dan Syrquin, M. (1975), Patterns of Development, 1957-1970, London
: Oxford University Press.
 Kuznets, S. (1963). “Quantitative Aspects of The Economic Growth of Nations, VIII :
Distribution of Income by Size:, Economic Development and Cultural Change, vol.
11, no. 2, pt. 2 (January), hal 1 – 80.
 Mankiw, N. Gregory. Principles of Macroeconomic edisi 3 (e-book): Bab 12 halaman
237 – 262.
 Mudrajad Kuncoro, 1997, Ekonomi Pembangunan, Teori Masalah dan Kebijakan,
UPPAMP YKPN, Yogyakarta
 Ekonomi Indonesia 1800 – 2010 (Jan Luiten van Zanden & Daan Marks, 2012, Bab
8)
 Rostow, W. W. (1960). "The Five Stages of Growth-A Summary". The Stages of
Economic Growth: A Non-Communist Manifesto. Cambridge: Cambridge University
Press. pp. 4–16.

Anda mungkin juga menyukai