Anda di halaman 1dari 17

KELOMPOK 3

PENGOLAHAN DATA PENGINDERAAN JAUH – DETEKSI AREA


TERBAKAR DENGAN MENGGUNAKAN CITRA OPTIK
RESOLUSI MENENGAH
(SNI 8930:2020)
ANGGOTA KELOMPOK

Ilham Aiman Lutfi (10511910000007)


Andika Surya Hadiwinata (10511910000013)
Moh. Taufiqurrouf (10511910000039)
RUANG LINGKUP

• Standar ini merupakan standar proses yang menjelaskan prinsip dasar dan prosedur deteksi area terbakar
menggunakan citra satelit optik penginderaan jauh resolusi menengah.
• Di dalam Standar ini, deteksi area terbakar dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode deteksi
secara visual dan metode deteksi secara digital. Lingkup proses deteksi secara visual dilakukan dengan
cara penggabungan (fusi) kanal, pembuatan citra komposit, penajaman citra, penapisan spasial,
pengompilasian data, interpretasi citra secara visual, serta pengecekan topologi.
ACUAN NORMATIF

• Acuan Normatif yang digunakan :


a. SNI ISO 19157, Informasi geografis – Kualitas data
b. SNI 8202, Ketelitian peta dasar
c. SNI 8841, Pengolahan data penginderaan jauh – Proses klasifikasi terbimbing penutup lahan
menggunakan citra optik resolusi rendah dan menengah.
d. SNI 8842, Pengolahan data penginderaan jauh – Koreksi geometrik data optik satelit penginderaan jauh
resolusi menengah
e. SNI 8843-1, Profil metadata spasial Indonesia - Bagian 1:Fundamental
PRINSIP

Kriteria untuk mendeteksi area terbakar secara visual menggunakan pendekatan unsur interpretasi citra,
antara lain warna, bentuk, ukuran, tekstur, pola, situs, dan asosiasi. Unsur warna menjadi kriteria utama
karena area terbakar pada citra cenderung memiliki warna yang berbeda dibandingkan dengan area yang
tidak terbakar berdasarkan pantulan spektralnya. Unsur-unsur interpretasi lain digunakan untuk memperkuat
hasil deteksi.
Deteksi area terbakar secara digital dilakukan dengan menggunakan metode deteksi perubahan (change
detection). Basis yang digunakan dalam deteksi area terbakar adalah piksel area terbakar dari citra
penginderaan jauh. Suatu piksel dinyatakan sebagai piksel area terbakar jika memenuhi dua persyaratan
yang merupakan ambang batas piksel area terbakar.
BAHAN
• Bahan yang diperlukan dalam mendeteksi area terbakar meliputi:
a) data satelit penginderaan jauh optik resolusi menengah yang telah terkoreksi radiometri dan
geometrik berdasarkan SNI 8842;
b) informasi titik panas kebakaran hutan dan/atau lahan selama terjadi kebakaran dalam
rentang tanggal perekaman citra poin (a) yang dipergunakan;
c) peta dasar skala minimal 1:50.000 sesuai SNI 8202 bersumber dari lembaga yang
berwenang;
CATATAN Jika peta dasar tidak tersedia, citra penginderaan jauh resolusi tinggi yang
geometriknya telah terkoreksi dapat digunakan.
d) data hasil pengukuran langsung di lapangan, peta tematik, dan/atau citra penginderaan
jauh resolusi tinggi.
CATATAN Data ini digunakan sebagai data referensi untuk menguji akurasi informasi hasil
deteksi area terbakar.
PERALATAN

Peralatan yang diperlukan dalam pengolahan data untuk deteksi area terbakar meliputi:
a) perangkat keras dan perangkat lunak pengolah citra digital;
CATATAN 1 Perangkat keras yang digunakan sebaiknya memiliki spesifikasi yang sesuai
dengan persyaratan teknis perangkat lunak yang digunakan.
CATATAN 2 Perangkat lunak yang digunakan adalah pengolah data citra penginderaan jauh dan sistem
informasi geografis berupa perangkat lunak berbayar (license) atau tidak berbayar (open source).
b) peralatan pengukuran lapangan yang sekurang-kurangnya berupa penerima (receiver)
Global Navigation Satellite System (GNSS) tipe navigasi.
PERSYARATAN DATA
Persyaratan data yang harus dipenuhi dalam mengolah data untuk menghasilkan citra deteksi area
terbakar adalah sebagai berikut :
a. Tersedianya citra satelit yang sudah terkoreksi, baik koreksi radiometrik maupun geometrik yang
meliput area terbakar.
b. Secara radiometrik, citra satelit sekurang-kurangnya sudah terkoreksi Top of Atmosphere (TOA)
reflectance, yaitu konversi nilai digital menjadi nilai reflektansi TOA.

CATATAN : Untuk meningkatkan akurasi secara radiometrik, dapat dilakukan koreksi atmosferik
(atmospheric correction), koreksi reflektansi permukaan (surface reflectance), dan/atau koreksi
reflektansi terhadap arah dan kemiringan lereng (slope correction).
c. Secara geometrik, citra satelit sudah terkoreksi minimal Terrain sistematik.
d. Resolusi spasial citra satelit yang sudah terkoreksi geometrik berada pada kisaran 4 m sampai
dengan 30 m.
e. Citra satelit minimal memiliki RGB dan Inframerah Dekat Near Infra Red dan Short Wave Infra Red.
PERSYARATAN DATA

f. Tersedia paling sedikit sepasang citra (dua scene) dengan sensor yang sama dengan kriteria:
1) tutupan awannya tidak lebih dari 30% atau kondisi bebas awan di area yang dideteksi
2) Multitemporal
3) satu scene yang tanggal perekamannya paling lama enam bulan sebelum terjadi
kebakaran
4) satu scene yang tanggal perekamannya paling lama tiga bulan setelah terjadi kebakaran.
g. Tersedianya informasi titik panas kebakaran (hotspot) yang meliput area terbakar
h. Tersedia data nonpenginderaan jauh yang berupa peta dasar skala minimal 1:50.000 dalam
bentuk digital atau analog
TAHAPAN PEMILIHAN DATA

a) menentukan rentang waktu terjadinya kebakaran


b) mengakses situs sistem katalog penyedia data penginderaan jauh
c) menentukan lokasi/koordinat cakupan data, jenis data penginderaan jauh, tanggal perolehan, dan
kriteria liputan awan
d) melakukan pemesanan atau pengunduhan data penginderaan jauh terpilih.
DETEKSI AREA TERBAKAR SECARA VISUAL
Tahapan proses
Tahapan tersebut meliputi :
a. melakukan fusi kanal dengan menggabungkan beberapa fail (file) citra terpisah ke dalam
kumpulan data (dataset)
b. melakukan teknik penyusunan warna aditif RGB untuk menampilkan warna semu alami
(natural false colour), dengan R, G, B berturut-turut adalah SWIR, NIR, dan Merah
c. menajamkan citra yang meliputi penajaman kontras dan/atau penajaman spasial
d. melakukan penapisan spasial untuk menghasilkan citra dengan menonjolkan objek-objek
pada area terbakar
e. mengkompilasi informasi hotspot yang telah disesuaikan dengan sistem proyeksinya (ke
dalam Universal Transverse Mercator/UTM datum SRGI 2013) pada citra hasil pengolahan
penapisan spasial, baik tanggal sebelum maupun setelah kebakaran dan dilakukan dalam satu
tampilan peta (view map)

CATATAN : SRGI 2013 adalah Sistem Referensi Geospasial Indonesia Tahun 2013.
f. menginterpretasi area terbakar secara visual dengan cara mendelineasi batas antara area
terbakar dan area tidak terbakar pada citra dengan ketentuan:
1) delineasi dilakukan dengan membuat vektor poligon
2) delineasi dilakukan dengan teknik digitisasi pada layar
3) kondisi penutup lahan dibandingkan pada citra sebelum dan setelah terjadi kebakaran
4) teknik on-off layer digunakan untuk memudahkan deteksi perubahan area pada citra
5) interpretasi secara visual-spasial pada citra komposit RGB natural false colour (poin b)
dilakukan berdasarkan kunci-kunci interpretasi yang tertera pada Tabel 1.6
g. mengecek topologi hasil delineasi untuk memperbaiki kesalahan selama proses digitisasi
TABEL KUNCI INTERPRETASI DETEKSI AREA
TERBAKAR SECARA VISUAL
PERHITUNGAN AKURASI

Uji akurasi dilakukan untuk mengevaluasi hasil deteksi area terbakar yang diperoleh dari
pengolahan data citra penginderaan jauh dengan kondisi sebenarnya di lapangan.
1. Persyaratan akurasi hasi klarifikasi
Ada dua persyaratan akurasi hasil klarifikasi
a. Perhitungan akurasi hasil klarifikasi sesuai SNI 8841 seluruh kelas harus memenuhi tingkat
akurasi keseluruhan paling rendah 70%
b. Akurasi hasil deteksi diperhitungkan dengan membandingkannya dengan data referensi
area terbakar.
DETEKSI AREA TERBAKAR SECARA DIGITAL
Tahapan proses deteksi area terbakar secara digital dilakukan dengan cara:
a. Melakukan fusi kanal
b. Membuat citra Normalized Burn Ratio (NBR) baik itu citra sebelum kebakaran (NBRpre)
maupun citra setelah kebakaran (NBRpost) dengan formula seperti berikut:
1) NBR = (ρNIR – ρSWIR) / (ρNIR + ρSWIR)
2) ρNIR dan ρSWIR adalah nilai reflektansi kanal spektral NIR dan SWIR
c. melakukan fusi citra NBRpre dan NBRpost
d. membuat citra perubahan NBR dengan menggunakan formula:
NBR = NBRpre – NBRpost
e. melakukan fusi citra NBRpre, NBRpost dan NBR total
f. menghitung nilai ambang batas
g. mengekstraksi piksel area terbakar
PERHITUNGAN AKURASI
2. Tahapan perhitungan akurasi
a. Menggambar plot data uji di atas citra area terbakar sebagai acuan perhitungan akurasi
b. Menghitung uji akurasi berbasis matriks konfusi atau matriks kesalahan
c. Menghitung nilai akurasi total sebagi ukuran hasil deteksi area terbakar
d. Menghitung data valid, data komisi, dan data omisi berdasarkan data area terbakar hasil deteksi
dari citra (estimated burned area) dan area terbakar referensi (reference burned area)
e. Menghitung nilai akurasi yang diharapkan (user’s accuracy), akurasi produk (producer’s accuracy),
dan akurasi keseluruhan (overall accuracy) berdasarkan rumus berikut:
Akurasi yang diharapkan (%) = V/(V+K) x 100%
Akurasi produk (%) = V/(V+O) x 100%
Akurasi keseluruhan (%) = V/(V+O+K) x 100%
V = data valid
O = Data kesalahan omisi
K = Data kesalahan komisi
TERIMA KASIH
Any Question?

Anda mungkin juga menyukai