Anda di halaman 1dari 13

INISIASI

Ekonomi Pertanian
(ESPA 4511)
Dalam Inisiasi Ini Akan di jelaskan :

1. kondisi dan masa depan ekonomi pertanian Indonesia.


2. kinerja komoditas pertanian strategis di Indonesia.
3. faktor skala ekonomi usahatani pada dimensi kesejahteraan

PERTEMUAN KE-2
PERAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN
EKONOMI
Sektor pertanian berperan sangat penting bagi pembangunan
ekonomi Indonesia setidaknya dalam dalam lima hal berikut ini
(1) penyedia bahan pangan,
(2) sumber devisa negara,
(3) penyedia tenaga kerja bagi sektor lain,
(4) pembentukan modal dan investasi, dan
(5) stimulus terjadinya industrialisasi
PERKEMBANGAN PRODUKSI PANGAN

Perkembangan produksi pangan Indonesia


kembali memperoleh tantangan yang
cukup berat setelah sekian macam faktor
eksternal seperti perubahan iklim,
eskalasi harga pangan strategis, dan lain-
lain semakin nyata mengancam kinerja
produksi dan ketersediaan pangan di
dalam negeri. Tantangan itu menjadi
semakin berat setelah perkembangan
ekonomi pangan di tingkat global juga
bergerak ke arah yang semakin tidak
menentu. Struktur perdagangan komoditas
pangan pokok, terutama beras, semakin
sulit dipercaya setelah negara-negara
produsen beras lebih banyak terfokus
untuk mengatasi persoalan-persoalan di
dalam negerinya sendiri
PETANI DAN SKALA USAHATANI

Tema sentral lain yang perlu dijadikan acuan dalam pembahasan


ekonomi pertanian Indonesia adalah petani sebagai pelaku terpenting
dalam sektor pertanian beserta skala usahatani yang melingkupinya.
Pembahasan ekonomi pertanian secara makro pembangunan tanpa
mengupas posisi petani, terutama tingkat kesejahteraannya sebagai
subyek utama pembangunan ekonomi tentu tidaklah lengkap. Apabila
petani tidak meningkat tingkat kesejahteraannya, maka sangat
mungkin proses pembangunan ekonomi pertanian di Indonesia
berjalan tidak pada tempatnya. Oleh karena itu, petani harus menjadi
subyek utama dalam pembangunan pertanian, petani harus
dientaskan statusnya dari jeratan kemiskinan yang selama ini
membelenggunya, dan petani harus ditingkatkan kesejahteraannya.
Kelalaian melakukan hal tersebut di atas hanya akan membawa
kesengsaraan dalam pembangunan ekonomi.
PERTUMBUHAN SEKTOR PERTANIAN

•Perjalanan pertanian Indonesia selama empat dasa terakhir, proses jatuh-


bangun sektor utama perekonomian juga berhubungan dengan unsur-unsur
yang disebutkan di atas. Pertanian Indonesia pernah tumbuh tinggi sejak
dekade 1970 dan 1980an, lalu melambat dan stagnan pada awal 1990an,
kemudian terakumulasi krisis ekonomi Asia, dan mencoba bangkit pada era
desentralisasi, walaupun kembali harus ”menabrak tembok” krisis ekonomi
dan krisis keuangan global. Faktor sukses dari pertumbuhan pertanian 2.10
Ekonomi Pertanian

•Indonesia adalah interaksi antara sains, teknologi, budaya, sumber daya,


infrastruktur, kewirausahaan, bisnis, pasar, kelembagaan, dukungan
kebijakan, dan sebagainya. Faktor kegagalan juga dapat dilihat dari sisi
lain faktor sukses di atas, ditambah dengan kelalaian pemihakan,
pengabaian hak-hak dasar petani serta ketidaktepatan strategi kebijakan
ekonomi makro umumnya.
• Para Founding Fathers bangsa ini sebenarnya telah meletakkan dasar-dasar pembangunan
ekonomi pertanian untuk menjawab tantangan ke depan. Pada waktu meletakkan batu pertama
pembangunan kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) di Baranangsiang tahun 1952, Presiden
Soekarno mengatakan bahwa “pangan adalah urusan hidup atau mati suatu bangsa”.
Ungakapan itu sekaligus berfungsi sebagai fondasi semangat kemandirian dan kedaulatan
bangsa Indonesia. Pada waktu menerima penghargaan swasembada beras dari Organisasi
Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) di Roma tahun 1985, Presiden Soeharto menyebutkan
ketangguhan petani dan kelembagaan masyarakat sebagai salah satu kunci keberhasilan
Indonesia. Peningkatan produktivitas padi tidak akan banyak berarti jika tidak ada kelembagaan
masyarakat yang mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan internal dan eksternal.

• Indonesia telah lama memiliki banyak daerah lumbung pangan pokok, khususnya beras, mulai
dari Sumatera, Jawa, Sulawesi, Bali, Lombok dan sebagian Nusa Tenggara Timur. Daerah lain
sebenarnya juga menghasilkan pangan pokok, walau tidak cukup besar untuk disebut sebagai
lumbung pangan. Tidak secara kebetulan apabila daerah lumbung pangan juga menjadi simbol
kemakmuran.
Petani dibuat lebih nyaman menerapkan teknik-teknik budidaya pertanian sesuai
anjuran karena negara cukup konsisten menyediakan prasyaratnya. Negara
membangun bendungan besar dan kecil, yang tidak hanya berfungsi mengatur
air untuk keperluan irigasi persawahan, tetapi juga berfungsi sebagai
pembangkit listrik. Siapa yang tidak kenal Bendungan Asahan, Singkarak, Way
Seputih, Jatiluhur, Kedong Ombo, Jeratunseluna dan sebagainya. Negara juga
mencetak sawah-sawah baru beririgasi teknis, untuk menjawab tantangan
peningkatan permintaan pangan. Kelembagaan perkumpulan petani pemakai air
(P3A) juga dikembangkan dan dihidupkan, sehingga pengelolaan air irigasi
mampu lebih operasional di lapangan. Menariknya, kelembagaan tradisional
yang telah lama ada seperti sistem irigasi subak pada masyarakat Bali tetap
dilestarikan sehingga mekanisme governansi pelaksanaan program seakan
memperoleh check and balances yang efektif dan tidak terlalu riuh
PERKEMBANGAN PRODUKSI PANGAN

Perkembangan produksi pangan Indonesia kembali memperoleh tantangan yang


cukup berat setelah sekian macam faktor eksternal seperti perubahan iklim, eskalasi
harga pangan strategis, dan lain-lain semakin nyata mengancam kinerja produksi dan
ketersediaan pangan di dalam negeri. Tantangan itu menjadi semakin berat setelah
perkembangan ekonomi pangan di tingkat global juga bergerak ke arah yang semakin
tidak menentu. Struktur perdagangan komoditas pangan pokok, terutama beras,
semakin sulit dipercaya setelah negara-negara produsen beras lebih banyak terfokus
untuk mengatasi persoalan-persoalan di dalam negerinya sendiri. Mereka tidak jarang
melakukan kejutan-kejutan perdagangan (trade shock) seperti restriksi ekspor dan
proteksi berlebihan, sehingga Indonesia tidak pantas menggantungkan urusan
ketahanan pangannya hanya kepada beras impor.
proses peningkatan produksi pertanian yang tidak bertumpu pada perubahan teknolog
tidak akan dapat diandalkan untuk menjawab tantangan penyediaan pangan yang semaki
kompleks. Beberapa faktor kunci (driver) dalam peningkatan produksi beras justr
tampak tidak saling mendukung. Misalnya, perbaikan jaringan irigasi sangat lamba
gangguan banjir di sentra produksi, atau berita kelangkaan pupuk makin sering dijumpa
Dalam teori ekonomi pertanian, tingkat produksi pertanian ditentukan dari interaksi yan
cukup kompleks antara faktor luas lahan, curahan tenaga kerja, manajemen air, alokas
pupuk, pestisida, dan teknologi pertanian lainnya. Kemudian titik optimal dari alokas
faktor-faktor produksi di atas masih ditentukan oleh

kombinasi harga output dan harga input. Petani masih harus memperhitungkan sistem
insentif (dan disinentif) yang tersedia di pasar (atau disediakan oleh pemerintah), misalny
pada kasus meningkatnya harga jual produk pangan (dan kesulitan memperoleh air karen
peluang kekeringan yang semakin nyata).
Indonesia memerlukan kebijakan pertanahan yang lebih berorientasi pad
peningkatan pemerataan akses pada lahan pertanian agar dicapai skal
usahatani yang lebih menguntungkan.
Indonesia perlu segera menyelesaikan berbagai pekerjaan rumah tentang
reforma agrarian yang terbengkalai. Setidaknya, skala usahatani yang mampu
memberikan penghasilan ekonomi yang layak bagi petani tanaman pangan d
Indonesia adalah sekitar 2 hektar per rumah tangga petani. Akses terhadap
lahan usahatani menjadi prioritas pembangunan ekonomi pertanian yang
memerlukan langkah konkret di tingkat lapangan.
Di sisi lain, strategi pengentasan kemiskinan pun harus dikaitkan
dengan peningkatan usaha ekonomi produktif dan perbaikan
infrastruktur vital di pedesaan. Tanpa perbaikan infrastruktur ini,
maka alokasi dana pendidikan menjadi tidak efisien karena biaya
per unit menjadi sangat mahal. Sumber daya sektor pertanian
dengan pendidikan yang cukup pastilah amat penting bagi
pengembangan institusi untuk pembangunan pertanian. Tidak
berlebihan jika disimpulkan bahwa sektor pertanian tidak akan
tumbuh baik pada lokasi dengan tingkat pendidikan rendah dan
kelembagaan yang primitif dan tidak responsif terhadap perubahan.
KESIMPULAN
Kinerja lima komoditas strategis: beras, jagung, kedelai, gula dan daging sapi dalam lima tahun
terakhir tidak terlalu stabil sehingga mempengaruhi target pencapaian swasembada yang telah
dicanangkan pemerintah. Beberapa komoditas mungkin akan mencapai swasembada, walau
pun beberapa lagi tidak mampu meningkatkan produksi di dalam negeri untuk memenuhi
tambahan permintaan pangan yang berkembang pesat, mengikuti laju pertumbuhan penduduk,
pertumbuhan pendapatan dan elastisitas permintaan pangan terhadap tambahan pendapatan.

Ekonomi pertanian sangat peduli terhadap skala ekonomi usahatani di Indonesia


karena apabila proses produksi pertanian berlangsung pada skala yang tidak
efisien, maka seberapa pun upaya untuk meningkatkan produksi dan
produktivitas, hal tersebut sangat sulit untuk meningkatkan kesejahteraan petani,
sebagai subyek utama dalam ekonomi pertanian pertanian Indonesia. Kebijakan
atau intervensi negara dalam reforma agraria amat diharapkan untuk
mengurangi ketimpangan pemilikan dan penguasaan lahan pertanian di
Indonesia.
Mohon Anda lengkapi Dengan Membaca Modul 2 Pada
Buku Modul Ekonomi Pertanian ESPA4511

Anda mungkin juga menyukai