Anda di halaman 1dari 74

LAPORAN KASUS I

GE Akut + DM Tipe 2 + DVT

Kelompok II
Yashinta Manuela Siahaan
Batara Perkasa
Elvide Mercy Winer WD Gulo
Jovita Putri Kartika Hulu
Reynol Formasi
Pembimbing : dr. Gopas Simanjuntak, Sp. PD
dr. Jonas Sihombing
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

TRE
Y 2
Gastroenteritis
akut
Definisi
Gastroenteritis akut atau diare akut merupakan pasase tinja
dengan konsistensi cair /lembek dengan jumlah lebih
banyak dari normal yang berlangsung kurang dari 14 hari.

TRE
Y
Etiologi
• Infeksi yang dapat menyebakan gastroenteritis akut antara lain :

a. Bakteri : shigella sp, E coli patogen, salmonella sp, vibrio cholera, klebsiella, pseudomonas, dll.

b. Virus : rotavirus, adenovirus, cytomegalovirus (CMV), HIV.

c. Parasit : entamoeba histolytica, giardia lamblia, cryptosporidium parvum, balantidium coli

• Intoleransi makanan : makanan beracun atau mengandung logam berat dan lain-lain.

• Alergi : susu sapi, makanan tertentu.

• Efek obat-obatan.

TRE
Y
Patofisiologi

Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi antara lain :

•Diare osmotik : diare yang disebabkan karena terjadinya peningkatan dari osmostik intralumen
dari usus halus yang disebabkan oleh penggunaan obat-obat/ zat kimia yang hiperosmotik.

•Diare sekretorik : merupakan diare yang disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit
dari usus, menurunnya absorbsi dengan dengan gejala khas volume tinja yang banyak sekali
walaupun dilakukan puasa makan/minum. Penyebab dari diare tipe ini antara lain karena efek
enterotoksin pada infeksi Vibrio cholerae, atau Escherichia coli, reseksi ileum (gangguan
absorpsi garam empedu) dan efek obat laksatif dioctyl sodium sulfosuksinat dll).

TRE
Y
• Malabsorbsi asam empedu dan lemak : : terjadi pada gangguan pembentukan/produksi micelle
empedu dan penyakit-penyakit saluran bilier dan hati.

• Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit : disebabkan adanya hambatan
mekanisme transport aktif Na+ K+ ATPase di enterosit dan absorbsi Na+ dari air yang abnormal

• Motalitas dan waktu transit usus abnormal :diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas
motilitas usus sehingga menyebabkan absorbsi yang abnormal dari usus halus. Penyebanya antara
lain : diabetes melitus, pasca vasektomi dan hipertiroid.

• Gangguan permeabilitas usus : diare tipe ini disebabkan permeabilitasusus yang abnormal
disebabkan adanya kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus halus.

TRE
Y
• Diare inflamatorik : diare tipe ini desebabkan adanya kerusakan mukosa usus karena
proses inflamasi, sehingga terjadi produksi mukus yang berlebihan dan eksudasi air dan
elektrolit kedalam lumen, gangguan absorbsi air-elektrolit. Inflamasi usus halus dapat
disebabkan oleh infeksi (disentri sigella) atau non infeksi (kolitis ulseratif dan penyakit
crohn).

TRE
Y
Gejala Klinis

• Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai hejala klinik tergantung
penyebab penyakit dasarnya

• Keluhan diare berlangsung kurang dari 15 hari, dapat bercampur dengan darah

• Mual,muntah, nyeri abdomen, demam.

• Dapat disertai dengan dehidrasi

TRE
Y
Penegakan diagnosis
• Anamnesis

• Pemeriksaan fisik

• Pemeriksaan Laboratorium

TRE
Y
Tatalaksana
• Rehidrasi cairan : bila keadaan umum pasien baik tidak dehidrasi, asupan cairan adekuat dapat
dicapai dengan minuman ringan,sari buah, sup.
Bila terjadi dehidrasi, perlu dinilai derajat dehidrasinya (ringan, sedang, berat). Kemudian
diberikan pemberian cairan intravena atau rehidrasi oral dengan cairan isotonik mengandung
elektrolit dan gula atau starch.

• Diet : pasien diare tidak dianjurkan puasa kecuali bila terjadi muntah-muntah,
dianjurkan minum minuman sari buah, teh, minuman tidak bergas, makanan mudah dicerna
seperti nasi, pisang keripik dan sup. Susu sapi harus dihindari, dan minuman berkafein dan
alkohol harus dihindari karena dapat meningkatkan motilitas dan sekresi usus

TRE
Y
Obat antimoktoba

•Karena pasien kebanyakan memiliki penyakit yang ringan, self limited disease karena virus atau
bakteri non-invasif, pengobatan empirik tidak dianjurkan pada semua pasien.

•Pasien dengan infeksi bakteri invasif dapat diberikan pilihan obat :


Kuinolon seperti siprofloksasin 500mg 2x/hari selama 5 – 7 hari. Obat ini baik untuk bakteri patogen
invasif termasuk Campylobacter,Shigella,Salmonella, Tersinia dan Aeromonas species.

•Sebagai alternatif : kortimoksazol (trimetoprim/sulfametoksazol, 160/800 mg 2x/hari atau


eritromisin 250 – 500 mg 4x/hari.

•Metronidazol 250 mg 3x/hari selama 7 hari bila dicurigai giardiasis

TRE
Y
Diabetes Melitus Tipe II
(Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
Diabetes melitus
Suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis yang
ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein
sehingga menyebabkan hiperglikemia sebagai akibat
kurangnya hormon insulin, menurunnya efek insulin atau
keduanya.

TRE
Y
Epidemiologi
• Berdasarkan data WHO jumlah penderita DM di dunia pada 2014
adalah 422 juta orang dengan prevalensinya adalah 8,5% dari
penduduk dunia. Menurut data WHO prevalensi penderita DM
di Indonesia pada tahun 2016 adalah 7,0% dari penduduk
Indonesia yang berjumlah 258 juta orang.

TRE
Y
• Berdasarkan data International Diabetic Federation (IDF) pada
tahun 2017 jumlah penderita DM di bagian western pacific
adalah 159 juta orang,dan Indonesia menempati peringkat ke
6 di dunia setelah Tiongkok, India, Amerika Serikat, Brazil,
dan Meksiko.

TRE
Y
KLASIFIKASI DIABETES MELLITUS
• Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)

Diabetes Melitus Tipe I

• Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)

Diabetes Melitus Tipe II

• Diabetes Gestasional

TRE
Y
Etiologi DM Tipe II
• Faktor genetik dan pengaruh lingkungan cukup besar dalam
menyebabkan terjadinya DM tipe 2: obesitas, merokok, kurang
gerak badan.

TRE
Y
Patofisiologi DM Tipe II
• DM tipe 2 terjadi karena adanya gangguan mekanisme pada
sekresi insulin dan gangguan proses kerja insulin

• gangguan sekresi insulin terjadi karena adanya disfungsi sel β


pankreas

• sedangkan gangguan proses kerja insulin terjadi karena adanya


resistensi insulin

• selain itu DM tipe 2 dapat terjadi karena adanya metabolisme


lemak dan produksi glukosa yang berlebihan.

TRE
Y
• Sel-sel β kelenjar pankreas mensekresi insulin dalam dua fase. Fase pertama sekresi insulin
terjadi segera setelah stimulus atau rangsangan glukosa yang ditandai dengan
meningkatnya kadar glukosa darah, sedangkan sekresi fase kedua terjadi sekitar 20 menit
sesudahnya.

• DM Tipe 2, sel-sel β menunjukkan gangguan pada sekresi insulin fase pertama, artinya
sekresi insulin gagal mengkompensasi resistensi insulin. Apabila tidak ditangani dengan
baik, pada perkembangan penyakit selanjutnya penderita DM Tipe 2 akan mengalami
kerusakan sel-sel β pankreas yang terjadi secara progresif, yang seringkali akan
mengakibatkan defisiensi insulin, sehingga akhirnya penderita memerlukan insulin eksogen.

TRE
Y
Faktor Resiko untuk DM tipe II
Riwayat Faktor gen dalam keluarga dapat menjadi faktor resiko
seseorang menderita DM.

Obesitas Bmi > 25

Usia Berdasarkan data National Diabetic statistic Report 2017


prevalensi terjadinya DM meningkat seiring bertambahnya usia

Faktor Lain Kegiatan Fisik


Nutrisi

TRE
Y
Gejala klinik DM Tipe II
• Diabetes seringkali muncul tanpa gejala

• Poliuria, polidipsi, polifagi dan penurunan berat badan

• Gejala lanjut : keluhan penglihatan kabur, koordinasi gerak


anggota tubuh terganggu, kesemutan pada tangan atau kaki,
timbul gatal-gatal yang seringkali sangat mengganggu
(pruritus).

TRE
Y
Penegakan Diagnosa DM Tipe II

Glukosa Plasma Puasa Glukosa Plasma 2 jam setelah


makan

Normal < 100 mg/dL 140 mg/dL

Pra-diabetes 100 - 125 mg/dL 140-199 mg/dL

Diabetes > 126 mg/dL > 200 mg/dL

TRE
Y
Komplikasi
• Hipoglikemia

Pusing, lemas, gemetar, pandangan berkunang-kunang, pitam,


keluar keringat dingin, detak jantung meningkat, sampai hilang
kesadaran

• Hiperglikemia

poliuria, polidipsia, polifagia, kelelahan yang parah ( fatigue),


dan pandangan kabur

TRE
Y
Komplikasi Makrovaskuar
• Penyakit jantung koroner

• Penyakit pembuluh darah otak

• Penyakit pembuluh darah perifer

TRE
Y
Komplikasi Mikrovaskular
• Retinopati

• Nefropati

• Neuropati

TRE
Y
Penatalaksanaan DM Tipe II
• Melakukan perubahan gaya hidup

- Pengaturan diet

- Olahraga

- Menjaga kebersihan diri untuk menghindari komplikasi


gangren bila telah mengalami DM lanjut

TRE
Y
Intervensi Farmakologis
Terapi Farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan.

• Obat antihiperglikemia oral

- Pemacu sekresi Insulin ( insulin secretagogue)

Sulfonilurea > obat golongan ini mempunyai efek utama


memacu sekresi insulin oleh sel β pankreas

Glinid > obat yang cara kerjanya sama dengan sulfonilurea,


dengan penekanan pada peningkatan sekresi insulin.

TRE
Y
- Peningkatan sensitivitas terhadap insulin

Metformin > mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa


hati dan memperbaiki ambilan glukosa perifer. Metformin
merupakan pilihan pertama pada sebagian besar kasus DMT2.

Tiazolidindion (TZD) > golongan ini mempunyai efek menurunkan


resistensi insulin dengan jumlah protein pengangkut glukosa
sehingga meningkatkan ambilan glukosa perifer. Obat yang
termasuk kedalam golongan ini adalah Pioglitazone.

TRE
Y
- Penghambat Absorbsi Glukosa (penghambat glukosidase
Alfa) > obat ini bekerja dengan memperlambat absobsi
glukosa dalam usus halus, sehingga mempunyai efek
menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan.

- Penghambat DPP-IV (Dipeptidyl Peptidase-IV) > obat golongan


ini untuk meningkatkan sekresi insulin dan menghambat
sekresi glukagon.

TRE
Y
- Penghambat SGLT-2 ( Sodium Glucose Co-transporter 2) > obat
antidiabetes oral yang menghambat reabsorbsi glukosa di
tubuli distal ginjal. obat yang termasuk golongan ini antara
lain Canagliflozin, Empaglifozin, Dapaglifozin, Ipraglifozin

• Obat anti Hiperglikemik Suntik

- Insulin

TRE
Y
Deep Vein Thrombus (DVT)
Definisi
Deep vein thrombus (DVT) adalah kondisi dimana terbentuknya bekuan darah (trombi)
pada vena dalam yang sering ditemukan pada vena di tungkai bawah (seperti vena pada
betis, vena femoral atau vena pollitea) atau vena pada rongga pelvis.

TRE
Y
Epidemiologi
Insidens DVT di Eropa dan Amerika Serikat kurang lebih 50 per 100.000 populasi/tahun.
Angka kejadian DVT meningkat sesuai umur, sekitar 1 per 10.000 – 20.000 populasi pada
umur di bawah 15 tahun hingga 1 per 1000 populasi pada usia di atas 70 tahun. Insidens
DVT pada ras Asia dan Hispanik dilaporkan lebih rendah dibandingkan pada ras
Kaukasia, pria lebih tinggi prevalensinya dibanding wanita.

TRE
Y
Etiologi
Penyebab utama DVT belum jelas, tetapi ada tiga kelompok faktor pendukung yang
dianggap berperan penting dalam pembentukannya yang dikenal sebagai TRIAS
VIRCHOW yaitu abnormalitas aliran darah, dinding pembuluh darah dan komponen
faktor koagulasi.

TRE
Y
Faktor Resiko
• Usia → Lebih sering pada usia tua/lanjut dibandingkan dengan anak-anak.

• Pasca bedah ortopedi → DVT lebih sering terjadi pada pasien dengan fraktur
ekstremitas bawah atau setelah operasi ortopedi mayor. Oleh sebab itu DVT
kemungkinan dapat dikaitkan dengan adanya cedera dinding pembuluh darah, faktor
imobilitas, dan faktor koagulasi.

TRE
Y
• Trauma → Insiden DVT secara signifikan lebih tinggi pada pasien dengan fraktur
ekstremitas bawah dibandingkan ditempat lain. Pasien dengan trauma mayor berada
pada peningkatan risiko DVT sekitar enam kali lipat dibandingkan dengan mereka
dengan trauma minor.

• Kanker → Insiden DVT lebih tinggi pada pasien dengan kanker selain itu, pasien yang
menjalani pengobatan aktif untuk kanker seperti terapi kemo dikaitkan dengan
peningkatan risiko DVT, mungkin karena penghambatan aktivitas plasma protein C
dan S.

TRE
Y
Patogenesis
1. Stasis Vena

Aliran darah vena cenderung lambat, bahkan dapat stasis terutama di daerah yang
mengalami imobilisasi cukup lama. Stasis vena merupakan faktor predisposisi terjadinya
trombosis lokal, karena dapat mengganggu mekanisme pembersihan aktivitas faktor
pembekuan darah sehingga memudahkan terbentuknya trombosis.

2. Kerusakan Pembuluh Darah

Kerusakan pembuluh darah dapat berperan dalam proses pembentukan trombosis


vena, melalui„:

•Trauma langsung yang mengakibatkan faktor pembekuan„

•Aktivasi sel endotel oleh sitokin yang dilepaskan sebagai akibat kerusakan jaringan dan
proses peradangan.

TRE
Y
3. Faktor Koagulasi

Dalam keadaan normal terdapat keseimbangan sistem pembekuan darah dan sistem
fibrinolisis. Kecenderungan trombosis terjadi apabila aktivitas pembekuan darah
meningkat atau aktivitas fibrinolisis menurun. DVT sering terjadi pada kasus aktivitas
pembekuan darah meningkat, seperti pada hiperkoagulasi, defisiensi anti-trombin III,
defisiensi protein-C, defisiensi protein S, dan kelainan plasminogen.

TRE
Y
Gejala Klinis
• Nyeri tekan pada tungkai atau betis bila terjadi di tungkai dan di lengan atau leher jika
mengenai ekstrimitas atas.

• Pembengkakan terlokalisir pada daerah yang terkena disertai pitting oedema. Untuk
TVD distal pembengkakan sampai di bawah lutut dan TVD proksimal sampai daerah
bokong.

• Perabaan kulit hangat dan kemerahan di sekitar daerah TVD terutama di bagian
belakang dan lutut, terdapat pelebaran vena superfisial dan pada obstruksi berat
kulit tampak sianosis.

• Kadang TVD tidak memberikan gejala yang nyata, gejala timbul setelah terjadi
komplikasi misalnya terjadi emboli ke paru.

TRE
Y
Penegakan Diagnosa

TRE
Y
Kriteria Wells untuk diagnosis DVT (Scarvelis & Well,
2006)

Kriteria Klinis Skor Hasil


Kanker aktif (perawatan berkelanjutan, dalam 6 bulan sebelumnya, +1
atau paliatif)
Kelumpuhan, paresis, atau imobilisasi plester terbaru dari ekstremitas +1
bawah
Baru-baru ini terbaring di tempat tidur > 3 hari atau operasi besar +1
dalam waktu 12 minggu yang membutuhkan anastesi umum atau
regional
Nyeri tekan terlokalisir sepanjang distribusi sistem vena dalam +1
Seluruh kaki bengkak +1

Pembengkakan pada betis 3 cm lebih besar dari sisi asimtomatik +1


(diukur 10 cm di bawah tuberositas tibialis)
Pitting edema unilateral +1
Vena superfisial agunan (non-varises) +1

Pernah terdiagnosis penyakit Deep Vein Thrombosis (DVT) +1


Diagnosis alternatif selain DVT -2

TRE
Y
Terdapat 3 kriteria hasil interpretasi :

•Resiko rendah mengalami deep vein thrombosis jika skor kurang dari 1

•Resiko menengah mengalami deep vein thrombosis jika skor antara 1 atau 2

•Resiko tinggi mengalami deep vein thrombosis jika hasil skor adalah 3 atau lebih dari 3
(Wilbur and Shian, 2012).

TRE
Y
Tatalaksana
1. Pemberiaan Heparin

Unfractionated Heparin :

• Dosis awal Bolus 80 unit/ kgBB, kemudian 18 unit/ kg/ jam dengan infus

• APTT <35 detik (<1 kali kontrol) Bolus 80 unit/ kgBB, kemudian 4 unit/ kg/ jam dengan infus

• APTT 35 – 45 detik (1,2-1,5 kali kontrol) Bolus 40 unit/ kgBB, kemudian 2 unit/ kg/ jam dengan infus

• APTT 46– 70 detik (1,5-2,3 kali kontrol) Tidak ada perubahan

• APTT 71– 90 detik (2,3-3,0 kali kontrol) Kecepatan infus diturunkan 2 unit/ kgBB/ jam

• APTT >90 detik (>3 kali kontrol) Hentikan infus selama 1 jam lalu turunkan kecepatan infus rata-rata
3 unit/ kgBB/ jam

Low-Molecular-Weight Heparin (LMWH) :

• Enoxaparin 1 mg/kgBB, terbagi 2 dosis per hari

TRE
Y
• Dalteparin 200 UI/kgBB, satu kali sehari

• Tinzaparin 175 UI/kgBB, satu kali sehari

• Nadroparin 6150 UI terbagi 2 dosis, untuk BB 50-70 kg 4100 UI terbagi 2 dosis, bila BB
<50 kg 9200 UI terbagi 2 dosis, bila BB >70 kg

• Reviparin 4200 UI terbagi 2 dosis, untuk BB 46-60 kg 3500 UI terbagi 2 dosis, bila BB
35-45 kg 6300 UI terbagi 2 dosis, bila BB > 60 kg

• Fondaparinux 7,5 mg satu kali sehari untuk BB 50-100 kg 5 mg satu kali sehari untuk
BB <50 kg 10 mg satu kali sehari untuk BB >100 kg

TRE
Y
2. Pemberiaan warfarin yang digabung dgn LMWH → Dosis standar warfarin 5 mg/ hari,
dosis dissuaikan setiap tiga sampai tujuh hari .

3. Terapi Trombolitik → Obat-obat trombolitik yang direkomendasikan FDA meliputi


streptokinase, recombinant tissue plasminogen activator (rt-PA), dan urokinase.

TRE
Y
4. Trombektomi

Terapi open surgical thrombectomy direkomendasikan untuk DVT yang memiliki kriteria
di antaranya adalah DVT iliofemoral akut, tetapi terdapat kontraindikasi trombolitik atau
trombolitik ataupun mechanical thrombectomy gagal, lesi tidak dapat diakses oleh
kateter, trombus sukar dipecah dan kontraindikasi antikoagulan. Setelah tindakan
pembedahan, heparin diberikan selama 5 hari, pemberian warfarin harus dimulai 1 hari
setelah operasi dan dilanjutkan selama 6 bulan sesudahnya. Untuk hasil maksimal
pembedahan sebaiknya dilakukan dalam 7 hari setelah onset DVT.

TRE
Y
Komplikasi
1. Pulmonary Embolism (PE)

2. Post-thrombotic syndrome

TRE
Y
Pencegahan
Faktor risiko trombosis vena dalam tidak sepenuhnya dapat dieliminasi, namun dapat
diturunkan. Misalnya, menekuk dan meluruskan lutut 10 kali setiap 30 menit, terutama
pasien yang baru menjalani pembedahan mayor atau melakukan perjalanan jauh. Pada
penerbangan lama, setiap orang harus melakukan peregangan dan berjalan-jalan setiap
2 jam.

TRE
Y
BAB II
RIWAYAT PENYAKIT

TRE
Y 50
2.1. Status Pasien
KOLEGIUM PENYAKIT DALAM (KPD)
CATATAN MEDIK PASIEN
No. Reg. RS :

Nama Lengkap :D
Tanggal Lahir : 25/12/1960 Umur : 60 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Sibarani Nasampulu Laguboti No. Telepon :-
Pekerjaan : PNS Status : Menikah
Pendidikan :- Jenis Suku : Batak Agama : Kristen Protestan

Dokter Muda :Yashinta Manuela Siahaan


Batara Perkasa
Elvide Mercy Winer WD Gulo
Jovita Putri Kartika Hulu
Reynol Formasi
Dokter : dr. Yunita Tampubolon, Sp.
PD
dr. Jonas Sihombing
Tanggal Masuk : 28/09/2020
Jam Masuk : 08.33 TRE
Y
ANAMNESIS

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


 
Keluhan Utama : Mencret dan kaki kiri bengkak
Deskripsi :
Seorang pasien perempuan berusia 60 tahun datang dengan keluhan mencret kurang lebih 2
hari sebelum masuk rumah sakit. Mencret terjadi lebih dari 5 kali dalam sehari. Pasien
menyangkal feses disertai dengan lendir dan darah. Pasien mengalami mual, namun muntah
tidak dialami. Pasien menyangkal mengalami demam.
Pasien juga mengalami pembengkakkan pada kaki kiri. Bengkak telah dialami kurang lebih 1
bulan terakhir dan terasa nyeri bila pasien berjalan. Pasien menyatakan tidak pernah
mengalami trauma.

Tanggal
RIWAYAT Penyakit
PENYAKIT DAHULU Tempat Perawatan Pengobatan dan Operasi
- Diabetes Melitus Tipe II - -

Hobi :-
Olah Raga :-
Kebiasaan Makanan :-
Merokok :- TRE
Minum Alkohol :- Y
ANAMNESIS UMUM (Review of System)
Abdomen : Nyeri ulu
Umum :-
hati
 
Peristaltik meningkat
Kulit : TDP Ginekologi : TDP
Kepala dan leher : DBN Alat kelamin : TDP
Mata : TDP Ginjal dan Saluran Kencing : TDP
Telinga : TDP Hematology : TDP
Hidung : TDP Endokrin / Metabolik : TDP
Ekstremitas :Piting
Mulut dan Tenggorokan : TDP
Edema kaki kiri
Thoraks : DBN Sistem syaraf : TDP
Payudara : TDP Emosi : TDP
Jantung : TDP Vaskuler : TDP

DESKRIPSI UMUM
Kesan Sakit :
 Gizi :-
Berat Badan :-
Tinggi Badan : -
IMT :-

TRE
Y
TANDA VITAL
Kesadaran Compos Mentis GCS 15 (E:4, M:6, V:5)
Nadi Normal 110 x/i
Tekanan Darah Hipotensi 90/60 mmHg
Temperatur Normal 36,7°C
Pernafasan Normal 22 x/menit
SpO2 Normal 98 %

PEMERIKSAAN FISIK
 
KEPALA
Mata : Konjungtiva Palpebra inferior pucat (-)
Telinga : Dalam batas normal
Hidung : Dalam batas normal
Mulut : Bibir : Dalam batas normal
Lidah : Dalam batas normal
Gigi geligi : Dalam batas normal
Tonsil/Faring : Dalam batas normal

LEHER
Trakea : Tidak dilakukan pemeriksaan
Leher : TVJ : R-2 cm
 

TRE
Y
THORAKS DEPAN THORAX BELAKANG
Inspeksi Inspeksi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Palpasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Bentuk : Tidak dilakukan Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan
pemeriksaan Auskultasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pergerakan : Tidak dilakukan  
pemeriksaan ABDOMEN
Inspeksi
Bentuk : Tidak dilakukan
Palpasi pemeriksaan
Nyeri tekan : Tidak dilakukan Gerakan lambung/usus : Tidak dilakukan
pemeriksaan
pemeriksaan Vena kolateral : Tidak dilakukan
Fremitus suara : Tidak dilakukan pemeriksaan
pemeriksaan Caput medusa : Tidak dilakukan
Iktus : Tidak dilakukan pemeriksaan
Lain-lain :-
pemeriksaan Palpasi
Dinding abdomen : Soepel,
Perkusi Hepar/Lien/Renal (+)
Auskultasi
Paru Peristaltik : Meningkat
Batas Paru Hati R/A :
Peranjakan : HATI
Jantung Pembesaran : Tidak dilakukan pemeriksaan
Permukaan ­: Tidak dilakukan pemeriksaan
Batas atas jantung: Pinggir : Tidak dilakukan pemeriksaan
Batas kiri jantung : Nyeri Tekan : Tidak dilakukan pemeriksaan
Batas kanan jantung :  
LIMFA
Tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi
Paru
Suara Pernafasan : TRE
Suara Tambahan : Y
TUMOR : Tidak dilakukan pemeriksaan THORAX BELAKANG
Perkusi Inspeksi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pekak Hati : Tidak dilakukan pemeriksaan Palpasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pekak Beralih : Tidak dilakukan Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan
pemeriksaan Auskultasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi  
Peristaltik usus : Tidak dilakukan ABDOMEN
pemeriksaan Inspeksi
Lain-lain : Tidak dilakukan pemeriksaan Bentuk : Tidak dilakukan
  pemeriksaan
PINGGANG : Tidak dilakukan Gerakan lambung/usus : Tidak dilakukan
pemeriksaan pemeriksaan
  Vena kolateral : Tidak dilakukan
SUPRAPUBIK : Tidak dilakukan pemeriksaan pemeriksaan
  Caput medusa : Tidak dilakukan
INGUINAL : Tidak dilakukan pemeriksaan
pemeriksaan Lain-lain :-
  Palpasi
GENITALIA LUAR : Tidak dilakukan pemeriksaan Dinding abdomen : Soepel,
Hepar/Lien/Renal (+)
PEMERIKSAAN COLOK DUBUR (RT) Auskultasi
Perineum : Tidak dilakukan pemeriksaan Peristaltik : Meningkat
Spincter Ani : Tidak dilakukan
pemeriksaan HATI
Ampula : Tidak dilakukan pemeriksaan Pembesaran : Tidak dilakukan pemeriksaan
Mukosa : Tidak dilakukan pemeriksaan Permukaan ­: Tidak dilakukan pemeriksaan
Sarung tangan : Tidak dilakukan Pinggir : Tidak dilakukan pemeriksaan
pemeriksaan Nyeri Tekan : Tidak dilakukan pemeriksaan
 
LIMFA
Tidak dilakukan pemeriksaan

TRE
Y
GINJAL : Tidak dilakukan pemeriksaan  ANGGOTA GERAK ATAS : Tidak dilakukan
  pemeriksaan
TUMOR : Tidak dilakukan pemeriksaan Deformitas sendi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Perkusi Lokasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pekak Hati : Tidak dilakukan pemeriksaan Jari tubuh : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pekak Beralih : Tidak dilakukan Tremor ujung jari : Tidak dilakukan pemeriksaan
pemeriksaan Telapak tangan sembab : Tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi Sianosis : Tidak dilakukan pemeriksaan
Peristaltik usus : Tidak dilakukan Eritema Palmaris : Tidak dilakukan pemeriksaan
pemeriksaan Lain-lain : Tidak dilakukan pemeriksaan
Lain-lain : Tidak dilakukan pemeriksaan
 
PINGGANG : Tidak dilakukan pemeriksaan ANGGOTA GERAK BAWAH
 
SUPRAPUBIK: Tidak dilakukan pemeriksaan Kiri Kanan
  Edema + -
INGUINAL : Tidak dilakukan pemeriksaan Arteri femoralis TDP TDP
  Arteri tibialis posterior TDP TDP
GENITALIA LUAR : Tidak dilakukan pemeriksaan
Arteri dorsalis pedis TDP TDP
PEMERIKSAAN COLOK DUBUR (RT) Refleks KPR TDP TDP
Perineum : Tidak dilakukan pemeriksaan Refleks APR TDP TDP
Spincter Ani : Tidak dilakukan pemeriksaan Refleksfisiologis TDP TDP
Ampula : Tidak dilakukan pemeriksaan Refleks patologis TDP TDP
Mukosa : Tidak dilakukan pemeriksaan Lain-lain - -
Sarung tangan : Tidak dilakukan pemeriksaan

TRE
Y
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
28/09/2020 Darah Rutin
Hb 11,1 gr/dL 12-18 gr/dL
Leukosit 11.2 x 103/𝜇L 4,8-10,8 x 103/𝜇L
Eritrosit 3,37 x106/𝜇L 4,2-6,1x 106/𝜇L
Hematokrit 30,7% 37-52 %
Trombosit 187 x 103/𝜇L 150-450 x 103/𝜇L
MCH 32,9 pg 27-31 pg
MCV 91,1 fL 79-99 fL
MCHC 36,2 g/dL 33-37 g/dL
Differential count
Lymph% 0,00 % 25-40 %
Mxd% 19 % 25-30 %
Neut# 0,00 x 103/𝜇L 2-7,7 x 103/𝜇L
Lymph# 2,1 x 103/𝜇L 0,8-4 x 103/𝜇L
Mxd# 0,00 x 103/𝜇L 2-7,7 x 103/𝜇L

TRE
Y
29/09/2020 Profil Lipid
Kolesterol Total 165 mg/dL < 200 mg/dL
Kolesterol LDL 120 mg/dL < 150 mg/dL
Faal Ginjal dan Asam Urat
Ureum 38 mg/dL 10 -50 mg/dL
Kreatinin 1,1 mg/dL 0,6 – 1,3 mg/dL
Asam Urat 5,9 mg/dL L : 3-7 / Pr : 2,4-6
Kadar Glukosa Darah (KGD)
Gula darah puasa 92 mg/dL 100 mg/dL
Urinalisa
Glukosa +-;30 mg/dL  < 130 mg/dL/24 jam
Protein 2+;100 mg/dL 40-120 mg/dL/24 jam
PH 5,5  5,5-8,0
S.G. 1.015  1,005-1,030
Warna Kuning cerah  Jernih - kekuningan

TRE
Y
PEMERIKSAAN USG ABDOMEN (29/09/2020)

TRE
Y
2.2. RESUME

TRE
Y
Darah Rutin
28/09/2020 : HB 11,1 g/dL, leukosit 11,2 x 10 3/𝜇L, eritrosit 3.37 x 106/𝜇L, hematokrit 30,7%,
trombosit 187 x 103/𝜇L, MCH 32,9 pg, MCV 91,1 fL, MCHC 36,2 g/dL.
 Differential Count
Lymph% 19%, MXD% 0,00%, Neut# 0,00 x 103/𝜇L, Lymp# 2,1 x 103/𝜇L, MXD# 0,00 X 103/𝜇L
 Profil Lipid
LABORATORIUM
Kolesterol total 165 mg/dL, kolesterol LDL 120 mg/dL.
RUTIN
 Faal Ginjal dan Asam Urat
Ureum 38 mg/dL, kreatinin 1,1 mg/dL, asam urat 5,9 mg/dL
 Kadar Glukosa Darah
KGD puasa 92 mg/dL
 Urinalisa
Glukosa urin +-;30 mg/dL, protein 2+;100 mg/dL, PH 5,5, warna kuning cerah

RADIOLOGI USG Abdomen


DIAGNOSTIK Trombus di vena poplitea

DIAGNOSIS
 
BANDING

GE Akut dengan dehidrasi


DIAGNOSA
DVT dd selulitis
SEMENTARA TRE
Y
Diabetes Melitus tipe II + CHF
Aktivitas : Tirah baring / bed rest
Tindakan Suportif : Rawat inap
Medikamentosa :
IVFD RL loading 500 cc selanjutnya IVFD RL 20 gtt/i
Injeksi Ceftriaxone 1 gr/12 jam
PENATALAKSANAAN
Injeksi Ranitidine 1 amp/12 jam
Injeksi ketorolac 1 amp/8 jam
Diaform 3 x 1
Metformin 3 x 1
Vitamin B Complex 2 x 1

TRE
Y
2.3. FOLLOW UP

Tanggal S O A P Diagnostics
29/09/2020  Sesak nafas (-)  TD : 100/80  DM tipe II  
mmHg  DVT
 CHF
 Post GE
30/09/2020  Sesak nafas  TD : 110/60  DM tipe II    
berkurang mmHg  DVT
 Bengkak di kaki  CHF
 Post GE
01/10/2020  Sesak nafas  TD : 100/70  DM tipe II    
mmHg  DVT
 CHF
 Post GE
02/10/2020  Sesak nafas  TD : 140/100  DM tipe II    
menurun mmHg  DVT
 Bengkak di kaki  CHF
 Post GE

TRE
Y
Diskusi

TRE
Y 65
Teori Kasus
Gastroenteritis Pada kasus pasien mengalami diare dengan frekuensi
Menurut teori tanda dan gejala dari 5 kali/hari selama 2 hari tidak disertai dengan lendir
gastroenteritis akut adalah defekasi dengan dan darah.
konsistensi tinja cair/lembek dapat/tanpa disertai
darah dan lendir yang berlangung lebih dari 3
kali perhari selama kurun waktu kurang dari 15
hari.

DVT • Pada pasien ditemukan pembengkakan kaki kiri


•Pada manifestasi klinis didapatkan adanya disertai dengan piting edema yang sudah terjadi
pembengkakan terlokalisir dan pitting edema selama 1 bulan
pada daerah ekstrimitas bawah (unilateral). • Pasien berusia 60 tahun.
•Salah satu faktor risiko adalah usia tua/lanjut. • Trombus di vena poplitea
•Hasil radiologi (USG) terdapat trombus

CHF Pada kasus pasien datang dengan pembengkakan


Pada CHF dapat dijumpai tanda seperti edema pada kaki kiri disertai dengan pitting edema, pada
perifer, hepatomegali, rasa tidak nyaman pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri ulu hati dan pada
abdomen kuadran kanan atas, orthopnea dan palpasi teraba hepar, lien dan renal(+).
paroxymal nocturnal dyspnea.

TRE
Y
Diabetes melitus tipe II Pasien memiliki riwayat penyakit
Kriteria diabetes melitus tipe 2 jika terdahulu yang merupakan diabetes
Pemeriksaan glukosa plasma puasa melitus tipe II, pada saat pemeriksaan
≥126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak kadar gula puasa meunjukan 92 mg/dL
ada asupan kalori minimal 8 jam. dimana kemungkinan pasien memiliki
Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 memiliki diabetes melitus tipe II yang
mg/dl 2-jam setelah Tes Toleransi terkontrol.
Glukosa
Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75
gram.
Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu
≥200 mg/dl dengan keluhan klasik.
Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan
menggunakan metode yang
terstandarisasi
oleh National Glycohaemoglobin
Standarization Program (NGSP).
TRE
Y
• Berdasarkan kasus yang di dapat dan hasil dari anamnesis pemeriksaan fisik
serta pemeriksaan penunjang yang dilakukan terhadap pasien bernama Ny.
D usia 60 tahun, dengan keluhan mencret > 5x/hari, kaki kiri bengkak ± 1
bulan, dan jika pasien berjalan mengalami nyeri, didiagnosa bahwa pasien
menderita DM Tipe 2 + CHF + DVT + Ge akut.

TRE
Y
2. Merumuskan Diagnosa

Penegakan diagnosa didukung dan ditunjang oleh beberapa data, baik data subjektif maupun data
objektif yaitu pada anamnesis dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang yang terdiri
dari pemeriksaan laboratorium dan USG abdomen.

TRE
Y
3. Tatalaksana
• Pemberian cairan RL 50-200ml/kgBB/24 jam

• Paracematol 500mg 3x/hari dan Ciprofloxacin 500mg 2x/hari

• Metformin 500-3000mg 1-3x/hari

• Irbesartan 150mg 1x/hari

• Haparin bolus 80 U/kg diikuti rumatan intravena 18 U/kg/jam

TRE
Y
• Diet

Pada penyandang diabetes perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan


dalam hal jadwal, jenis dan jumlah makanan. Standar yang dianjurkan adalah
makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat 45-65%,
lemak 20-25% dan protein 10%, natrium <1500mg, serat 20-35 gram dari kebutuhan
asupan perharinya.

• Tirah baring

TRE
Y
BAB III
KESIMPULAN

TRE
Y 72
Berdasarkan kasus yang di dapat dan hasil dari anamnesis pemeriksaan fisik serta
pemeriksaan penunjang yang dilakukan terhadap pasien Ny. D usia 60 tahun, dengan
keluhan mencret > 5x/hari, kaki kiri bengkak ± 1 bulan, dan jika pasien berjalan
mengalami nyeri, didiagnosa bahwa pasien menderita Ge akut + DM Tipe 2 + DVT.

Terapi pada pasien Ge akut + DM Tipe 2 + DVT adalah Pemberian cairan RL 50-
200ml/kgBB/24 jam kemudian diberikan Paracematol 500mg 3x/hari dan Ciprofloxacin
500mg 2x/hari dan Metformin 500-3000mg 1-3x/hari untuk DM dan diberikan Irbesartan
150mg 1x/hari dan untuk DVT diberikan Haparin bolus 80 U/kg diikuti rumatan intravena
18 U/kg/jam

untuk diabetes dianjurkan untuk diet dalam arti keteraturam makan dalam hal jadwal,
jenis dan jumlah makanan dan tirah baring

TRE
Y
Terimakasih

TRE
Y 74

Anda mungkin juga menyukai