Anda di halaman 1dari 14

KEPEMIMPINAN

SEMESTER GENAP
PRODI ADMINISTRASI BISNIS
Kepemimpinan berasal dari kata pimpin, dimana
mengandung pengertian mengarahkan, membina atau
mengatur, menuntun, dan menunjukkan, serta mempengaruhi.
Menurut Dubin (1974), kepemimpinan adalah aktivitas para
pemegang kekuasaan dan pembuat keputusan.
Kepemimpinan mutlak diperlukan bila
terjadi interaksi kerja sama antara dua orang
atau lebih dalam mencapai tujuan organisasi.
Oleh karena itu, Kenneth H. Blanchard
mengemukakan bahwa esensi kepemimpinan
adalah tercapainya tujuan melalui kerja sama
kelompok.

Kepemimpinan sebagai konsep manajemen dapat dirumuskan


ke dalam beberapa definisi, tergantung dari mana titik tolak
pemikirannya.
Kepemimpinan merupakan:
1. Suatu seni untuk menciptakan kesesuaian paham,
2. Suatu bentuk persuasi dan inspirasi,
3. Suatu kepribadian yang mempunyai pengaruh,
4. Tindakan dan perilaku,
5. Titik sentral proses kegiatan kelompok,
6. Hubungan kekuatan atau kekuasaan,
7. Sarana pencapaian tujuan,
8. Suatu hasil dari interaksi,
9. Peranan yang dipolakan,
10. Inisiasi struktur.
Apa  Kepemimpinan Itu?
 Menurut Burns (1979), kepemimpinan adalah pemimpin
membujuk pengikut untuk mencapai tujuan bersama.
Tujuan ini merefleksikan nilainilai, motivasi, keinginan,
kebutuhan, aspirasi yang diharapkan oleh pemimpin dan
pengikut.
 Harold W. Boles (1980) mendefinisikan kepemimpinan
sebagai proses atau sejumlah tindakan di mana satu orang
atau lebih (pemimpin) menggunakan pengaruh, wewenang
atau kekuasaan terhadap satu atau lebih orang lain
(pengikut) dalam menggerakkan sistem sosial untuk
mencapai satu atau lebih tujuan sistem sosial.
 Menurut Boles, tujuan sistem sosial adalah memenuhi
kebutuhan, produktivitas, inovasi, dan pemeliharaan
organisasi sistem sosial.
Kepemimpinan merupakan suatu proses bukan sesuatu yang
terjadi seketika. Istilah proses dapat pula diartikan sebagai sistem
kepemimpinan yang terdiri dari masukan, proses, dan keluaran
kepemimpinan sebagaimana terlihat pada tabel berikut.
Administrasi merupakan aktivitas menentukan kebijakan,
sedangkan manajemen merupakan aktivitas melaksanakan
kebijakan. Dengan demikian, antara kepemimpinan, manajemen,
dan administrasi memiliki hubungan yang sangat erat. Hubungan
yang erat ini terjadi karena ketiga-tiganya merupakan suatu
proses, melibatkan kerja sama antara dua orang atau lebih untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam setiap kegiatan
organisasi pada tingkat dan jenis apapun, peranan administrasi,
manajemen, dan kepemimpinan akan sering terkait di dalamnya.

Manajemen pada hakikatnya adalah ilmu pengambilan


keputusan. Manajemen adalah pemecahan masalah, dan
seperti diketahui pemecahan masalah dan pengambilan
keputusan merupakan fungsi penting kepemimpinan.
Ketiga unsur pokok yang menandai setiap kehidupan organisasi
memperlihatkan bahwa peranan pemimpin sangat penting di
dalam eksistensi suatu organisasi. Itulah sebabnya, timbul
pendapat yang mengatakan bahwa:
• Manajemen adalah inti dari administrasi.
• Kepemimpinan adalah inti dari manajemen.
• Pengambilan keputusan
adalah inti dari kepemimpinan.

Administrasi
Manajemen
Kepemimpinan
Pengambilan
Keputusan
Mitos-Mitos Pemimpin
Seorang pemimpin idealnya memiliki kemauan dan
kemampuan untuk membangun kerja bersama-sama dan
memiliki semangat yang tinggi untuk mencapainya. Kemauan
dan kemampuan ini tidak bersifat seragam, tetapi berbeda-
beda kadarnya pada setiap pemimpin.
Proses pemahaman tentang
kompetensi dasar pemimpin harus diawali dengan
pemahaman bahwa sesungguhnya ada mitos-
mitos yang sudah berkembang tentang
pemimpin. Mitos-mitos tersebut disadari atau tidak
ternyata mempengaruhi pengembangan ide-
ide dalam organisasi.
MITOS 1: ‘THE BIRTHRIGHT MYTH : PEMIMPIN ITU
DILAHIRKAN, BUKAN DIHASILKAN’
Mitos ini memiliki akar budaya yang sangat kuat. Para
pendukung mitos ini berkeyakinan bahwa seorang pemimpin
itu memang dari ‘sananya’ sudah ditakdirkan sebagai
‘pahlawan’ yang bercirikan memiliki kekuatan fisik, semangat,
kemampuan, dan kebijaksanaan yang super berbeda dengan
orang biasa.
Mitos ini berbahaya jika diterapkan dalam organisasi bisnis
atau organisasi-organisasi lainnya, sebab dengan menganggap
bahwa yang dapat menjadi pemimpin adalah orang-orang yang
merupakan keturunan orang yang superior di antara yang
lainnya, berarti organisasi itu akan menutup pengembangan
dan regenerasi kepemimpinan.
MITOS 2: THE FOR – ALL – SEASONS MYTH: SEKALI
PEMIMPIN, TETAP PEMIMPIN
Mitos ini mirip dengan mitos the Birthright, hanya bedanya
jika mitos the Birthright menekankan pada faktor keturunan,
mitos the For – All – Seasons menekankan pada faktor karakter
dan prestasi yang dicapai (track record). Kerapkali kita dengar
atau alami dalam proses pemilihan pemimpin, para pemilih
memilih pemimpin atas dasar pertimbangan prestasi atau apa
saja yang sudah pernah dilakukan dan dihasilkan oleh calon
pemimpin tersebut.
Misalnya, seorang Bupati terpilih karena dulu waktu
menjadi Kepala Desa dia berhasil membangun desanya, dari
sebelumnya desa tertinggal menjadi desa teladan tingkat
Kabupaten.
MITOS 3: THE INTENSITY MITH: PEMIMPIN ITU MEMILIKI
INTENSITAS PERASAAN LEBIH TINGGI DIBANDING ORANG
KEBANYAKAN
Mitos ini berkeyakinan bahwa seorang pemimpin memiliki
kedalaman dan keluasan perasaan yang jauh dibanding orang-
orang kebanyakan. Intensitas perasaan ini bisa beragam
bentuknya, salah satunya intensitas emosional. Mereka lebih
emosional dibanding orang-orang kebanyakan. Oleh karena itu,
mitos ini kadang-kadang juga disebut the Anger Myth. Jadi, kalau
seorang pemimpin marah di kantor, bawahan lebih baik
mengikuti saja, jangan melawan atau menunjukkan sikap yang
melawan.
Kenyataannya, perasaan takut pada diri pekerja untuk
sementara memang dapat meningkatkan produktivitas, dan
dapat memunculkan kerusakan total ketika sang pemimpin pergi.

Anda mungkin juga menyukai