Anda di halaman 1dari 28

BIOANORGANIK

BIOANORGANIK DALAM
BIDANG KEDOKTERAN
KIMIA BIOANORGANIK

Kimia Bioanorganik merupakan


sains interisipliner yang terus
berkembang dan terus
menantang menjadi
penghubung kimia anorganik
denga biologi, medis, dan
lingkungan. Peran senyawa-
senyawa ini seperti peran
senyawa kompleks sistem alam
serta kemungkinan aplikasinya
sebagai tiruan dalam bidang
kedokteran dan lingkungan
menjadi topik-topikhangat
dalam kimia bioanorganik.
KIMIA BIOANORGANIK
• Logam merupakan bahan pertama yang
dikenal oleh manusia dan digunakan sebagai
alat-alat yang berperan penting dalam sejarah
peradaban manusia (Darmono, 1995).
Berdasarkan sudut pandang toksikologi,
logam berat dapat dibagi dalam dua jenis
• Jenis pertama adalah logam berat esensial, di
mana keberadaannya dalam jumlah tertentu
sangat dibutuhkan oleh organisme hidup,
namun dalam jumlah yang berlebihan dapat
menimbulkan efek racun. Contoh logam berat
ini adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn dan lain
sebagainya.
• Sedangkan jenis kedua adalah logam berat
tidak esensial atau beracun, di mana
keberadaannya dalam tubuh masih belum
diketahui manfaatnya atau bahkan dapat
bersifat racun, seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan lain-
lain
Bioanorganik Kedokteran
• Emas
Emas digunakan untuk pengobatan kanker.
Emas diubah ukuran Nanopartikel untuk memilih
resonansi yang memiliki interaksi terkuat dengan
cahaya. Dibawah paparan cahaya, nano partikel
emas memanas dan mematangkan tumor sehingga
menghancurkan sel-sel kanker didekatnya.
Kemungkinan lain nanopartikel juga dapat
digunakan sebagai alat transportasi untuk
mengantarkan molekul , misal : obat-ketujuan.
Bioanorganik Kedokteran
• Perak
Berfungsi melawan bakteri / anti mikroba. Dalam
peralatan operasi bertujuan untuk meminimalkan
resiko infeksi pada pasien.
• Radium
Dalam bidang kesehatan radium dikenal dengan
nama radium Ra 223 dichloride, yang merupakan
jenis obat untuk menangani penyakit kanker prostat
yang sudah menyebar ketulang .
• Platina
Bahan non-organik yang dapat digunakan untuk
terapi kanker . Cisplatin atau cisplatinum (Cis-
Diaminedichloridoplatinum(II) atau CCDP) merupakan
kemotrapi yang berbasis platina .
KAJIAN TENTANG POTENSI TERKINI SENYAWA KOMPLEKS
SEBAGAI ANTIKANKER

Senyawa kompleks atau sering pula disebut


sebagai senyawa koordinasi memiliki peranan yang
sangat penting dalam kehidupan, tak terkecuali
pada sistem biologi manusia. Salah satunya adalah
hemoglobin dengen melibatkan logam Fe. Senyawa
kompleks tersebut memegang peranan yang sangat
penting untuk membawa oksigen ke seluruh bagian
tubuh manusia.

Kemoterapi merupakan salah satu cara mengobati


penyakit kanker, senyawa yang digunakan untuk
mengobati kanker yaitu cisplatin, taxol, dan bleomycin.
Cisplatin merupakan senyawa metalobiomolekul yang
terbukti sangat efektif untuk mengobati bermacam –
macam jenis kanker dan paling sering digunakan dalam
kemoterapi kanker.
Obat Antikanker dibagi menjadi lima kelompok yaitu :

Presentation Presentation

Senyawa pengalkilasi Antikanker Produk


Alam

Add Text Add Text Add Text Add Text Add Text

Presentation Presentation Presentation

Antimetabolit Hormon Golongan lain-lain


Pada umumnya, struktur dasar
obat antikanker adalah senyawa
organik, sementara itu senyawa
kimia anorganik masih sedikit dan
bahkan yang masih digunakan
sebagai obat antikanker hanya
Senyawa platinum kompleks yang telah digunakan sebagai anti kanker, dari kiri ke cisplatin dan karboplatin saja
kanan: Cisplatin, Karboplatin, Oksaliplatin dan Nedaplatin
sebagai suatu senyawa kompleks.

Cisplatin merupakan senyawa turunan


platinum (IV) yang digunakan untuk
pengobatan kanker ovarian, testicular,
kepala dan leher, karsinoma pada
kandung kemih, serviks, paru, isofagus
dan lambung serta sarkoma osteogenik. Senyawa platinum kompleks yang masih diuji coba, dari kiri ke kanan : Triplatin
Biasanya dikombinasi dengan obat tetranitrat, Phenantriplatin, Picolatin dan Satraplatin
antikanker lainnya

Turunan cisplatin yang digunakan


pula sebagai obat antikanker adalah
karboplatin.
Logam platinum pertama kali
ditemukan pada tahun 1736 oleh A Sifat Kimia :
de Ulloa (Spanyol). Pada tahun • Tingkat oksidasi platina yang
1741 oleh C. Wood (Inggris) paling umum adalah +2 dan +4.
diperkenalkan dan digunakan Tingkat oksidasi +1 dan +3
pertama kali sebagai emas putih. kurang umum, dan kadang
distabilkan oleh ikatan logam
Sifat Fisika : dalam spesies bimetalik (atau
• Platina murni adalah logam putih polimetalik).
• Meskipun unsur platina biasanya
keperakan yang berkilau, ulet, dan
dapat ditempa. tak reaktif, ia larut dalam aqua
• Memiliki ketahanan yang sangat regia panas membentuk asam
baik terhadap korosi kloroplatinat (H2PtCl6):
• Stabil pada suhu tinggi • Sebagai suatu asam lemah
• Meiliki sifat listrik yang stabil platina mempunyai afinitas besar
• Platinum bereaksi lambat dengan  terhadap belerang, seperti
oksigen pada suhu yang sangat terhadap dimetil sulfoksida
tinggi (DMSO)

LOGAM PLATINUM
Cisplatin
atau
cis diamindikloroplatinum(II)

Cisplatin atau cis diamindikloroplatinum(II) merupakan obat kemoterapi kanker


yang berbasi logam platinum sebagai atom pusat logam dengan dua jenis ligan yaitu
Cl dan NH2. Struktur kimia cisplatin yaitu cis-PtCl2(NH3)2.
Senyawa ini pertama kali ditemukan oleh M. Peyrone yang berasa dari garam
peyrone dan strukturnya ditentukan oleh Alferd Werner. Senyawa cisplatin ini sesuai
dengan syarat struktur klasik untuk menjadikan logam platinum memiliki aktivitas anti
kanker, yaitu (Sutopo Hadi. 2006):
• 1. Bilangan oksidasi Pt +2 atau +4
• 2. Ligan amina harus dalam posisi cis
• 3. Muatan total kompleks platinum harus netral
• 4. Ligan amina (NH3) memiliki satu gugut N-H yang tersisa
• 5. Gugus pergi merupakan anion yang kekuatan ikatannya medium seperti klorida
Cisplatin sebagai Anti Kanker

Cisplatin bekerja sebagai anti kanker


dengan cara mengikat pada DNA
(deoxyribonucleic acid) sel kanker dan
mencegah pertumbuhannya. Pada
proses pengikatannya ligan Cl pergi
sehingga cisplatin dapat mengikat pada
sisi – sisi DNA (Santiago G´omez-Ruiz et Bentuk-bentuk ikatan antara Cisplatin dengan DNA
al, 2012). (Santiago G´omez-Ruiz et al, 2012).
Pada dasarnya cisplatin bukan
merupakan senyawa yang
relative reaktif dan mudah
bereaksi secara langsung
dengan semua jenis molekul
aktif pada sistem
biologi termasuk didalamnya
basa DNA. Tetapi bila senyawa
ini terlarut dalam air, ligan Cl
akan digantikan satu persatu
oleh ligan H2O melalui reaksi
hidrolisis. Selanjurnya ikatan
Pt-OH2 yang terdapat dalam
senyawa komplek akan jauh
lebih reaktif sehingga kompleks
ini akan lebih mudah bereaksi
Proses transfer pada sel dengan cisplatin (Santiago G dengan ligan donor beratom
´omez-Ruiz et al, 2012) . Nitrogen seperti pada Basa
Nitrogen dari DNA (Sutopo
Hadi. 2006)
UJI SITOTOKSIK KOMBINASI CISPLATIN DENGAN
EKSTRAK ETANOL BENALU ALPUKAT (Dendrophthoe
pentandra (L) Miq.) PADA SEL HELA
PENDAHULUAN
• Data WHO tahun 2003 mencatat penyakit kanker serviks memiliki prevalensi tertinggi kedua
setelah kanker payudara.

• Beberapa usaha pengobatan terhadap kanker telah dilakukan secara intensif yaitu dengan
pembedahan, kemoterapi dan radioterapi, namun belum mampu secara efektif
menanggulangi kanker.

• Ko-kemoterapi merupakan salah satu solusi terhadap fenomena MDR tersebut. Ko-
kemoterapi merupakan terapi yang mengkombinasikan senyawa fitokimia dari bahan alam
dengan agen kemoterapi, sehingga akan meningkatkan efikasi dan menurunkan toksisitas
kemoterapi terhadap jaringan normal.
PENDAHULUAN
• Benalu merupakan salah satu tanaman yang banyak digunakan oleh masyarakat
Indonesia sebagai obat kanker secara empiris. Benalu mengandung flavonoid, tanin,
asam amino, karbohidrat, dan saponin. Salah satu senyawa flavonoid yang berperan
penting dalam menghambat proliferasi sel kanker dari tanaman benalu adalah
kuersetin.

• Senyawa kuersetin dapat menghambat terbentuknya enzim DNA topoisomerase pada


sel kanker.

• Pada penelitian ini akan ditentukan kandungan kuersetin pada ekstrak benalu alpukat,
serta pengaruh kombinasi antara ekstrak benalu alpukat dengan cisplatin
Bahan dan Metode
Bahan : Benalu alpukat dikumpulkan dari Kecamatan
Bantur, Kabupaten Malang. Jawa Timur, Indonesia.
Determinasi tanaman dilakukan di UPT Materia
Medika, Kota Batu, Jawa Timur. Fase gerak berupa
etanol p.a. 99% (Merck), aqua pro injeksi. Agen
kemoterapi berupa cisplatin iv 50mg/50 ml (PT.
Dankos Farma) yang diperoleh dari apotek Anisa
Farma. Sel kanker serviks Hela diperoleh dari CCRC
(Cancer Chemoprevention Research Center) UGM,
sel dikultur menggunakan media MK RPMI yang
mengandung 10% FBS (fetal bovine serum), 1-2%
penisilin streptomisin, dan 0,5% ampotericin B. DMSO
untuk melarutkan ekstrak. Reagen MTT [3-(4,5-
dimetiltiazol-2-il)-2, 5-difeniltetrazoliumbromida].
Reagen stopper yang digunakan adalah SDS 10%
dalam 0,1N HCl.
Metode :
1. Persiapan Sampel

Sebanyak 2 kg
daun benalu
dikeringkan dalam
alpukat segar dilakukan grinding
oven bersuhu 50
disortasi simplisia
oC selama 5 hari
berdasarkan
kualitas

Metode :
2. Analisis kadar air

diukur kadar airnya


Ditimbang 0,5 g menggunakan
simplisia moisture content
analyzer.
Metode :
3. Ekstraksi Simplisia Daun Benalu Alpukat Menggunakan Metode Ekstraksi UAE
(Ultrasound Assisted Extraction)

Filtrat diremaserasi
ditampung dan kembali
Maserasi
residu residunya
pertama yaitu
25 g simplisia diremaserasi dengan 150 ml Setelah filtrat
25 g simplisia
dilarutkan menggunakan etanol 96% dan ditampung,
dilarutkan
dalam 500 ml 150 ml etanol diekstraksi dilakukan
dalam 200 ml
yang terbagi 96% di UAE dengan UAE penguapan
etanol 96% di
dalam 3 kali selama 3x2 selama 3x2 filtrat oleh rotary
UAE selama
maserasi. menit lalu menit. Lalu evaporator.
3x2 menit lalu
disaring dan filtrat ditampung
disaring.
filtrat dan residu
ditampung. dibuang.
Metode :
4. Identifikasi dan Pengukuran Kadar Senyawa Kuersetin dalam Ekstrak Etanol 96%
Daun Benalu Alpukat dengan HPLC (High Performance Liquid Chromatography)

Dibuat larutan
standar dengan cara
larutan standar memipet 10, 30, 60,
kuersetin dibuat 120, 240, dan 480 µL
dengan cara Diambil 1 ml dan dan dilarutkan Disaring larutan ke
menimbang 10 mg dilarutkan 10 ml sampai tanda batas dalam membran filter
standar kuersetin etanol ke dalam labu 10 ml dengan 0,22 µm dan
lalu dilarutkan dalam ukur, sehingga metanol ke dalam diinjeksikan pada
labu ukur 10 ml konsentrasinya labu ukur, dan HPLC dengan
sehingga kadar menjadi 100 µg/ml. didapatkan sebanyak 20 µL.
kuersetin menjadi konsentrasi larutan
1000 µg/ml. standar 0,1; 0,3; 0,6;
1,2; 2,4; dan 4,8
ppm.
Metode :
5. Uji Sitotoksik

Kemudian ditambahkan
Setelah 4 jam diberikan
EBA dalam DMSO baik
reagen SDS stop dalam
tunggal maupun
0,01 N HCl untuk
Sel HeLa dikultur dalam kombinasi dengan
melarutkan serabut
plate 96well dalam media konsentrasi 1000; 500;
formazan dan diinkubasi
MK RPMI, lalu diinkubasi 250; 125; 62,5; 32,75;
kembali selama 24 jam
dalam suhu 37 0C 16,375; dan 8,1875 ppm
tanpa cahaya,
selama 24 jam setiap well untuk dosis tunggal dan
selanjutnya dilakukan
berisi 5x103 sel. dosis MTT 0,5 mg/ml
pengukuran dengan
setiap well selama 3-4
ELISA Reader panjang
jam untuk membentuk
gelombang 595 nm.
serabut formazan.
Hasil dan Pembahasan
Uji sitotoksik adalah langkah awal upaya
pendeteksian adanya senyawa yang
bekerja sebagai antineoplastik pada
obat-obatan yang bekerja dengan
mekanisme sitotoksik. Parameter yang
dihasilkan pada uji ini yaitu nilai IC50.
IC50 menunjukkan nilai konsentrasi
yang menghasilkan hambatan proliferasi
sebesar 50% atau menyatakan potensi
ketoksikan. 6 Perlakuan ekstrak benalu alpukat (EBA) dan cisplatin
(Cis) pada uji tunggal masing-masing senyawa terhadap
sel HeLa menunjukkan pertumbuhan sel mengalami
penurunan dengan adanya pertambahan konsentrasi.
Nilai IC50 tunggal ekstrak benalu alpukat 1000±124,6812
ppm. Suatu senyawa dikatakan toksik jika mempunyai
nilai IC50 kurang dari 1.000 ppm.10 Hasil pengujian EBA
dan Cis tunggal disajikan dalam Gambar 2
Gambar 2. (A). Persentase viabilitas sel HeLa setelah pemberian EBA (ekstrak
benalu alpukat) dengan konsentrasi 1000-15,675 ppm. (B). Persentase viabilitas sel
HeLa setelah pemberian Cisplatin dengan konsentrasi log 2-log 0,495 nM.
Pada perlakuan EBA dengan cisplatin baik tunggal maupun
kombinasi menyebabkan perubahan morfologi pada sel HeLa
yang linier dengan peningkatan konsentrasi uji. Sel HeLa
pada kontrol tampak berbentuk oval dengan sitosol jernih dan
melekat pada dasar tissue culture dish (TCD). Setelah
perlakuan, sebagian sel tampak membulat dan terlepas dari
TCD. Sel terlihat keruh dan kompak, tampak seperti
mengalami kondensasi dan pengkerutan inti serta granulasi
pada sitosol. Perubahan morfologi tersebut semakin nyata
seiring dengan peningkatan konsentrasi uji. Perlakuan bahan
uji tunggal dan kombinasi juga menurunkan viabilitas sel Hela
yang linier dengan peningkatan konsentrasi uji. Penampakan
morfologi sel HeLa setelah perlakuan dan setelah diberi
reagen MTT untuk membentuk formazan ditunjukkan pada
Gambar 3.
Gambar 3. Morfologi sel HeLa setelah
diperlakukan dengan ekstrak benalu
alpukat (EBA) dan cisplatin dengan
metode uji MTT (100x). Sel mati
berbentuk bulat dan membran licin (a).
Sel hidup membentuk Kristal formazan
dan tampak terlihat berserabut (b).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis menggunakan HPLC kadar kuersetin dalam
EBA adalah 0,029 mg/g ekstrak kental atau 0,116%. Kombinasi yang
menghasilkan efek sinergis adalah kombinasi 125 ppm EBA + 2,974 nM
Cis, 125 ppm EBA + 5,95 nM Cis, 125 ppm EBA + 8,925 Cis nM, 250
ppm EBA + 2,97 Cis nM, 250 ppm EBA + 5,95 nM Cis, dan 375 ppm
EBA + 11,90 Cis nM.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai