Anda di halaman 1dari 4

Nama : Yuniarti SST

Nim : 2019720046

Soal

1. Mekanisme kerja suatu polutan / zat terhadap suatu organ sasaran pada umumnya
melewati suatu rantai reaksi yag dapat dibedakan menjadi 3 fase:
a. Fase Eksposisi
b. Fase Toksokinetik
c. Fase Toksodinamik

2. Pengaruh racun pada Manusia (Effects of Toxins on Humans)

Jawaban :

1. Fase Eksposisi
Merupakan ketersediaan biologis suatu zat toksik di lingkungan dan hal ini erat kaitannya
dengan perubahan sifat-sifat fisikokimiannya. Selama Fase eksposisi, zat beracun dapat diubah
melalui berbagai reaksi kimia atau fisika menjadi senyawa yang lebih toksik atau lebih kurang
toksik. Jalur intoksikasinya lewat Oral, Saluran Pernafasan dan Kulit.
Transportasi dan trnsformasi zat dilingkungan berhubungan erat dengan sifat-sifat
fisikokimia zat tersebut, proses transportasi zat dilingkungan dan transpormasi zat yang terjadi
dilingkungan.
 Intraksi selama fase eksposisi
a. Kombinasi zat yang membahayakan
Adalah kombinasi dari zat-zat hanya berbahaya jika diberikan bersama-sama.
Contoh :
Jika asam berkontak dengan sianida akan terbentuk gas asam sianida (HCN) yang sangat
toksik bagi pekerja.

 Bahaya Kebakaran dan Penanggulangannya


Penggunaan air pada penanggulangan kebakaran mempunyai maslah tersendiri. Berbagai
zat kimia, bila bereaksi dengan air membebaskan gass yang mudah terbakar (misalnya logam
alkali natrium dan kalium, kalsiumkarbida). Bila terkena air akan terurai dan membentuk gas
beracun serta kalor dalam jumlah besar (misalnya aluminium klorida, fosfortriklorida, dan
fosfida).
Uap dan gas beracun dapat pula terbentuk pada kebakaran atau pada penanggulangan
kebakaran.

 Pembentukan Produk Toksik Dalam Lingkungan


Pada reaksi kimia antara zat-zat yang mencemari lingkungan, terdapat bahaya timbulnya
produk toksik, bahkan tanpa perlakuan apapun oleh manusia. Contohnya adalah kabut fotokimia.
Kabut terdiri dari zat yang terbentuk karena intraksi nitrogen.
 Adsorbensia Dalam Filter
Penggunaan adsorbensia dalam filter juga dapat dilihat sebagai intraksi zat selama fase
eksposisi. Karena terdapat begitu banyaknya racun yang berbeda-beda, maka tidak dapat
digunakan filter universal

Fase Toksikikinetik

Hanya sebagian dari jumlah zat yang diabsorpsi mencapai tempat kerjanya yang sebenarnya,
yaitu jaringan yang sesuai dan reseptor, lokasi kerjanya ditingkat molekul. Fase toksikikimia, bersama
bagian prosesnya, yaitu transport dan perubahan kimiawi sangat turut menentukan daya kerja zat.

 Intraksi Selama Fase Toksikokimia


Intraksi antara senyawa yang menginhibisi biotransformasi zat asing dengan zat toksik
inhibisi enzim yang berperan pada biotransformassi dapat menaikan kerja biologic suatu zat dan
dengan demikian akan memperkuat efek toksiknya.

Fase Tokskodinamik

Fase ini meliputi intraksi antara molekul zat racun dan tempat kerja spesifik yaitu reseptor. Salah
satu masalah dalam toksikologi terutama toksikologi intruksi adalah penggunaan menggunakan campuran
zat, yang sering kali susunan kualitatif dan kuantitatif beragam

Zat toksik biasanya berada dalam bentuk campuran, untuk intraksi dua zat. Kedua zat ini dapat
diabsorpsi bersama-sama atau dapat pula perbedaan waktu antara absoprsi senyawa yang satu dengan
absoprsi senyawa yang lain.

 Intraksi Selama Fase Toksikoddinamik


Masuknya beberapa racun bersama-sama, yang cara kerjanya sangat berbeda satu dari
yang lainnya, seringkali mempertinggi resiko karena dengan kerja zat yang satu tidak jarang
kemampuan pertahanan tubuh terdapat racun lainnya juga berkurang.
Contoh : dalam hal ini teerutama pada kerja karsinigenik dan mutagenik, karena biasanya
jika dua karsinogen bekerja akan terjadi sumasi dari kerja kedua zat tersebut .

 Intraksi Toksikodinamik
Penggolongan intraksi ini dari zat aktif biologi dapat digunakan untuk mengenal dan
mengatasi persoalan yang timbul akibat pemakaian kombinasi beberapa zat. Kombinassi suatu zat
aktif A dengan zat B yang tidak aktif akan tetapi dapat mengubah kerja zat A Kombinasi dua zat
tyang keduanya aktif

 Antagonisme
Pada jenis ini, agonis dan antagonis bekerja pada pusat aktif yang sama, reseptor yang
sama. Misalnya asam fitat banyak terdapat dalam bahan makanan serealia, asam oksalat banyak
terdapat dalam sayuran, phospitin banyak terdapat dalam kuning telur. Senyawa tersebut akan
mengikat besi sehingga besi menjadi sulit diserap.

 Sinergisme
Sinergisme anatara suatu tokson dengan zat, yang meninggikan absorpsinya. Sinergisme
pada toksikokinetik ialah naiknya pembentukan metabolit toksik oleh senyawa yang
menaikan kapasitas system enzim di hati dengan induksi. Sedangkan sinergisme pada
fase toksikodinamik terutama sinergisme zat karsinogenik pada mutagenic.

2. Secara umum, racun merupakan zat padat, cair, atau gas yang dapat mengganggu proses
kehidupan sel suatu organism. Zat racun dapat masuk ke dalam tubuh melalui jalur oral maupun
topical. Dalam hubungan dengan biologi, racun adalah zat yang menyebabkan luka, sakit, dan
kematian organism, biasanya dengan reaksi kimia atau aktivitas lainnya dalam skala molekul.
Bapak toksikologi, Paracelsus, menyatakan bahwa : segala sesuatu adalah racun dan tidak ada
yang tanpa racun. Hanya dosis yang membuat sesuatu menjadi bukan racun.
Dalam sebuah buku forensic medis yang ditulis oleh JL Casper, racun diklasifikasikan
menjadi 5 golongan yaitu :
1. Racun iritan, yaitu racun yang menimbulkan iritasi dan radang. Contohnya asam mineral,
fungi beracun, dan preparasi arsenic.
2. Racun penyebab hyperemia, racun narkotik, yang terbukti dapat berakibat fatal pada otak,
paru-paru, dan jantung. Contohnya opium, tembakau, konium, digitalis, dll
3. Racun yang melumpuhkan saraf, dengan meracuni darah, organ pusat saraf dapat lumpuh dan
menimbulkan akibat yang fatal seperti kematian tiba-tiba. Contohnya asam hidrosinat, sianida
seng, dan kloroform.
4. Racun yang menyebabkan marasmus, biasanya brsifat kronis dan dapat berakibat fatal bagi
kesehatan secara perlahan. Contohnya bismuth putih, asap timbale, merkuri, dan arsenic.
5. Racun yang menyebabkan infeksi, dapat berupa racun makanan yang pada keadaan tertentu
menimbulakn sakit pyaemia dan tifus pada hewan ternak

Penawar Racun adalah obat yang dapat melawan efek dari racun. Beberapa penawar racun yang
sering digunakan adalah :

Racun Penawar
Asetominofen NAC (N-asetilsistein)
Antikolinergik Fisostigmin
Antikoagulan Vitamin K, protamin
(warfarin/Coumadin,
heparin)
Benzodiazepin Perawatan pendukung
flunazenil
Botulisme Antitoksin botulinum
Penyekat beta Glucagon
Penyekat saluran kanal Kalsium, glukagon
kalsium
kolinergik Atropine pralodixime
dalam organofosfat
dengan dosis berlebih
Karbon monoksida Oksigen, oksigen heper
berat
Sianida Amil nirat, natrium nitrat,
natrium
Digitoksin antibodi
Besi deferoksamin
Isoniasid Piridoksin
Timbale BAL, EDTA
Methemoglobinemia Methelene biru
Opiod Nalokson
Alkokol beracun Dialysis etanol
Antidepresan trisiklik Natrium bikarbonat

Referensi

Gary D. osweiler 91996). Toxicology. Wiley-Blackwell.

Horst S.H. Seifert (1996). Tropical animal healt. Springer

Johann Ludwig casper (1861). A Handbook of the practice of forensic medicine

Anda mungkin juga menyukai