Anda di halaman 1dari 11

PERAN DAN FUNGSI BIDAN SERTA CONTOH

SKENARIO (KETUBAN PECAH DINI)

Kelompok 1
1. Anggun Setiawati (PO. 71.24.1.19.005)
2. Annisa Attiqoh (PO.71.24.1.19.006)
3. Ayu Andini (PO.71.24.1.19.010)
4. Elsa Mardhotilah (PO.71.24.1.19.016)
5. Indah Ayu Cahyani (PO.71.24.1.19.020)
6. Lisda Tri Utami (PO.71.24.1.19.025)
7. Mardalena (PO.71.24.1.19.026)
8. Nada Romadona (PO.71.24.1.19.030)
9. Selly Apriliani (PO.71.24.1.19.041)

DOSEN PEMBIMBING : Jasmi, M. Kes

Tingkat 2 Reguler A
A. PERAN BIDAN

1. Peran sebagai Pelaksana, bidan memiliki tiga kategori tugas, yaitu tugas mandiri,
tugas kolaborasi, dan tugas ketergantungan.
a. Tugas mandiri
– Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang diberikan
– Memberi pelayanan dasar pranikah pada anak remaja dan dengan melibatkan mereka sebagai
klien. Membuat rencana tindak lanjut tindakan / layanan bersama klien.
– Memberi asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal
– Memberi asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan dengan melibatkan klien /
keluarga
– Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
– Memberi asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan klien / keluarga
– Memberi asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan pelayanan keluarga
berencana
– Memberi asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan sistem reproduksi dan wanita dalam
masa klimakterium serta menopause
– Memberi asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan melibatkan keluarga dan pelaporan
asuhan.
b. Tugas Kolaborasi
Tugas-tugas kolaborasi (kerja sama) bidan, yaitu:
– Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi
kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.
– Memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan risiko tinggi dan pertolongan pertama
pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi
– Mengkaji kebutuhan asuhan pada kasus risiko tinggi dan keadaan kegawatdaruratan yang
memerlukan tindakan kolaborasi.
– Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan risiko tinggi serta
keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan
kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga
– Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan risiko tinggi serta
pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi bersama klien dan keluarga
– Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko tinggi dan pertolongan
pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi
bersama klien dan keluarga.
– Memberi asuhan kebidanan pada balita dengan risiko tinggi serta pertolongan pertama
dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi bersama klien
dan keluarga.
c. Tugas ketergantungan
Tugas-tugas ketergantungan (merujuk) bidan, yaitu:
– Menerapkan manajamen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai
dengan fungsi keterlibatan klien dan keluarga.
– Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada kasus
kehamilan dengan risiko tinggi serta kegawatdaruratan,
– Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi serta rujukan pada masa
persalinan dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga.
– Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam
masa nifas yang disertai penyulit tertentu dan kegawatdaruratan dengan
melibatkan klien dan keluarga.
– Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan tertentu
dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan
melibatkan keluarga.
– Memberi asuhan kebidanan kepada anak balita dengan kelainan tertentu
dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan
melibatkan klien/keluarga.
2.Peran sebagai Pengelola
• Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan. Bidan bertugas; mengembangkan
pelayanan dasar kesehatan di wilayah kerja.
• Berpartisipasi dalam tim. Bidan berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan
program kesehatan sektor lain melalui dukun bayi, kader kesehatan, serta tenaga
kesehatan lain yang berada di bawah bimbingan dalam wilayah kerjanya.
3. Peran sebagai Pendidik
• Memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan pada klien
• Melatih dan membimbing kader
4. Peran Sebagai Peneliti / Investigator
• Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan.
• Menyusun rencana kerja pelatihan.
• Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana.
• Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi.
• Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut.
• Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan mengembangkan
program kerja atau pelayanan kesehatan.
B. FUNGSI BIDAN

1. Fungsi Pelaksana
– Fungsi bidan sebagai pelaksana mencakup hal-hal sebagai berikut
– Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu, keluarga, serta masyarakat
(khususnya kaum remaja) pada masa praperkawinan.
– Melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan normal, kehamilan dengan
kasus patologis tertentu, dan kehamilan dengan risiko tinggi.
– Menolong persalinan normal dan kasus persalinan patologis tertentu.
– Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi dengan risiko tinggi.
– Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
– Memelihara kesehatan ibu dalam masa menyusui.
– Melakukan pelayanan kesehatan pada anak balita dan prasekolah
– Memberi pelayanan keluarga berencana sesuai dengan wewenangnya.
– Memberi bimbingan dan pelayanan kesehatan untuk kasus gangguan sistem
reproduksi, termasuk wanita pada masa klimakterium internal dan menopause sesuai
dengan wewenangnya.
2. Fungsi Pengelola
– Fungsi bidan sebagai pengelola mencakup hal-hal sebagai berikut
– Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi individu, keluarga,
kelompok masyarakat, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat
yang didukung oleh partisipasi masyarakat.
– Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan kebidanan di lingkungan unit kerjanya.
– Memimpin koordinasi kegiatan pelayanan kebidanan.
– Melakukan kerja sama serta komunikasi inter dan antarsektor yang terkait dengan
pelayanan kebidanan
– Memimpin evaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan kebidanan.
3. Fungsi Pendidik
– Fungsi bidan sebagai pendidik mencakup hal-hal sebagai berikut:
– Memberi penyuluhan kepada individu, keluarga, dan kelompok masyarakat terkait
dengan pelayanan kebidanan dalam lingkup kesehatan serta keluarga berencana.
– Membimbing dan melatih dukun bayi serta kader kesehatan sesuai dengan bidang
tanggung jawab bidan.
– Memberi bimbingan kepada para bidan dalam kegiatan praktik di klinik dan di
masyarakat. d. Mendidik bidan atau tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan bidang
keahliannya.
4. Fungsi Peneliti
– Fungsi bidan sebagai peneliti mencakup hal-hal
sebagai berikut:
» Melakukan evaluasi, pengkajian, survei, dan penelitian
yang dilakukan sendiri atau berkelompok dalam lingkup
pelayanan kebidanan.
» Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan keluarga
berencana.
CONTOH SKENARIO (KETUBAN PECAH DINI )

A. Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini


1. PENGERTIAN
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput sebelum terdapat tanda-tanda persalinan mulai
dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu terjadi pada pembukaan lebih dari 4 cm yang
dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu.6 KPD adalah pecahnya
ketuban sebelum waktu melahirkan yang terjadi pada saat akhir kehamilan maupun jauh
sebelumnya.
2. TANDA DAN GEJALA
• Tanda dan gejala ketuban pecah dini yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes
melalui vagina, aroma ketuban berbau amis dan tidak berbau amoniak, mungkin cairan
tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah, cairan
ini tidak akan berhenti atau kering karens terus diproduksi sampai kelahiran tetapi bila anda
duduk atau berdiri kepala janin yang sudah terletak dibawah biasanya mengganjal.
• Kebocoran untuk sementara, demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung
janin bertambah cepat, merupakan tanda infeksi yang terjadi.
3. ETIOLOGI
Penyebab ketuban pecah dini masih belum dapat diketahui
dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan
menyebutkan ada faktor-faktor yang berhubungan erat dengan
ketuban pecah dini, namun faktor-faktor mana yang lebih
berperan sulit diketahui. Adapun yang menjadi faktor risiko
menurut adalah : infeksi, serviks yang inkompeten, ketegangan
intra uterine, trauma, kelainan letak janin, keadaan sosial
ekonomi, peninggian tekanan intrauterine, kemungkinan
kesempitan panggul, korioamnionitis, faktor keturunan, kelainan
atau kerusakan selaput ketuban, serviks yang pendek pada usia
kehamilan 23 minggu, dan anemia pada kehamilan.
SKENARIO
Pada suatu pagi, tanggal 11 Mei 2021 jam 09.00 WIB sepasang suami istri datang ke PMB Bidan Annisa dengan wajah yang begitu
khawatir. Sang istri mengatakan bahwa 30 menit yang lalu, keluar cairan bening sedikit kental dari vagina nya. Pasien mengeluh
merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir. Cairan berbau khas amoniak, his
belum teratur atau belum ada, dan belum ada pengeluaran lendir darah. Ibu tersebut khawatir jika cairan itu adalah air ketuban
karena usia kehamilannya belum memasuki usia persalinan. Kemudian sang Bidan langsung melakukan tindakan pemeriksaan
kepada sang Ibu.

Setelah melakukan pemeriksaan, bidan menyimpulkan bahwa cairan bening yang keluar dari vagina ibu adalah cairan ketuban.
Bidan langsung memeriksa DJJ dan TTV ibu untuk melakukan pemeriksaan selanjutnya. Sang ibu kemudian mendapat asuhan dari
bidan. Bidan selalu melakukan pemeriksaan pada ibu 30 menit sekali. Semakin lama sang ibu merasakan lemas dan perut mules.
Kemudian bidan menganjurkan ibu untuk berbaring ke arah kiri. Kemudian bidan mulai menyiapkan alat untuk persalinan karena
ibu sudah mulai memasuki kala II. Dan tak lupa bidan mempersiapkan alat untuk induksi persalinan dikarenakan ketuban ibu sudah
pecah sejak lama.

Pada jam 17.00 WIB, ibu mengeluh mules nya semakin kuat dan ibu sudah tidak tahan lagi, bidan mulai mempersiapkan
persalinan, menganjurkan ibu untuk mencari posisi yang nyaman, dan tentu saja ibu harus di temani oleh suami. 15 menit
kemudian bayi tersebut lahir dengan berat 3500 gr, panjang 45 cm, dan keadaan ibu dan bayi baik tanpa adanya induksi persalinan.

Bidan kemudian masuk ke kala 3 dan kala 4, setelah persalinan bidan melakukan observasi pada ibu 15 menit sekali pada 2 jam
pertama dan 30 menit sekali untuk jam selanjutnya.
Setelah 6 jam masa observasi, ibu dan bayi dalam keadaan baik, bidan memperbolehkan ibu untuk pulang kerumah dan kemudian
melakukan kunjungan selanjutnya yaitu masa nifas.

Anda mungkin juga menyukai