Anda di halaman 1dari 23

REFERAT

Patogenesis dan
Penatalaksanaan
Moluskum Kontagiosum

Widiya Hari Kurnia


60116020
 
PEMBIMBING:
dr. Desy Hinda Pramita, Sp.KK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS CIPUTRA SURABAYA


2020
PENDAHULUAN

Moluskum kontagiosum adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh


Molluscum Contagiosum Virus (MCV).

Prevalensi di dunia sebesar 2% - 8%.

Pada orang yang sehat, dapat sembuh spontan. Diagnosis


ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan
penunjang
DEFINISI MOLUSKUM KONTAGIOSUM

Moluskum kontagiosum adalah penyakit


kulit jinak yang memiliki ciri membran
mukus dan disebabkan oleh Poxvirus.
Penyakitnya dapat asimtomatis, diskret, dan
papul licin. Umumnya berkembang dari lesi
berpedunkel yang memiliki diameter hingga
5 mm.
EPIDEMIOLOGI MOLUSKUM
KONTAGIOSUM

Penyakit ini tersebar


Prevalensi di dunia sebesar 2% -
diseluruh dunia,
8%. Endemis pada komunitas padat
umumnya menyerang
penduduk, higienitas yang kurang
anak-anak sebelum usia
baik dan daerah dengan sosial
14 tahun.
ekonomi yang rendah.

Predileksi  Pada anak umumnya di


Faktor risiko : Menyerang orang wajah, leher, lipatan ketiak, fossa
dewasa yang aktif seksual, atlet popliteal, badan, dan ekstremitas.
olahraga kontak, orang dengan Pada dewasa, biasa didapatkan di
daerah genitalia ekstrerna dan pubis.
imunokompromais
ETIOLOGI MOLUSKUM KONTAGIOSUM

Moluskum kontagiosum Keempat subtipe 


disebabkan oleh genus manifestasi klinis berupa lesi
Molluscipox virus, anggota dari papul milier yang terbatas pada
famili poxviridae. kulit dan membran mukosa.

Terdapat 4 subtipe utama MCV, 96,6% infeksi Moluskum


kontagiosum disebabkan oleh MCV I.
yaitu MCV I, MCV II, MCV III
Pasien dengan imunokompromais
dan MCV IV. MCV merupakan didapatkan
virus double stranded DNA. prevalensi MCV II sebesar 60%.
PATOGENESA MOLUSKUM KONTAGIOSUM

Virus mengalami proliferasi pada


sitoplasma. Infeksi virus pada bagian
Virus masuk melalui kontak
keratinosit menyebabkan
langsung pada kulit, mukosa, atau
pembengkakan sel dan membentuk
benda yang terkontaminasi MCV.
badan inklusi intrasitoplasmik
(badan moluskum).

Umbilikasi lesi merupakan tempat


MCV juga menyebabkan berkumpulnya partikel virus dan
terbentuknya lobus yang tersusun debris, yang juga merupakan
dari beberapa lobulus yang tumbuh material nekrotik hasil proses
mengarah ke lapisan dermis dan sitosidal oleh sistem pertahanan
dipisahkan oleh membran basalis. tubuh.
PATOGENESA MOLUSKUM KONTAGIOSUM

Kontak dengan materi yang menjadi Gen MCV yang dapat berkontribusi
isi umbilikasi lesi adalah faktor pada respon kekebalan yang
penting penularan penyakit terganggu terhadap virus ini,
Moluskum kontagiosum termasuk 3, yaitu :

1. Homolog dari major


histocompatibility class 1 heavy 3. Homolog glutathione paroksidase
chain, yang dapat mengganggu yang dapat melindungi virus dari
presentasi antigen kerusakan oksidatif oleh peroksida.
2. Homolog kemokin yang dapat
menghambat peradangan
MANIFESTASI KLINIS MOLUSKUM
KONTAGIOSUM
Papul ukuran rata-rata 2-5 mm, bila 10-15
Lokasi : wajah, leher, ketiak, badan dan
mm disebut giant molluscum ,bentuk seperti
ekstremitas (jarang telapak tangan/
kubah (dome shape), berkilat, pada
telapak kaki). Orang dewasa di daerah
permukaannya terdapat lekukan
pubis dan genitalia eksterna.
(delle/umbilikasi), berisi massa yang
mengandung badan moluskum.

Apabila massa tersebut dikeluarkan akan Pada pasien imunokompromais,


tampak massa bewarna putih yang seperti HIV/AIDS, lesi
menyerupai butiran nasi. Umumnya moluskum menjadi cepat tumbuh,
inkubasi : 2-6 minggu. berjumlah sampai ratusan, besar-
besar dan tersebar.
MANIFESTASI KLINIS MOLUSKUM
KONTAGIOSUM

Gambar 1. A. Discrete, solid, skin-colored papules, 1-2 mm


Gambar 2&3. Moluskum kontagiosum
in diameter, with central umbilication. B. Multiple, scattered,
Sumber : Atlas penyakit kulit dan kelamin Edisi 2, FK. Unair/RSUD Dr.
and discrete lesions, some of which are inflamed
Soetomo Surabaya, Halaman 21-22.
Sumber : Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine,
halaman 1912.  
DIAGNOSIS MOLUSKUM KONTAGIOSUM
Pemeriksaan
Klinis penunjang
1. Biasanya tidak diperlukan pemeriksaan
1. Tidak ada keluhan penunjang.
subyektif 2. Pada dermoskopi tampak gambaran
2. Papul khas bentuk kubah, orifisium dengan gambaran pembuluh
ditengahnya terdapat darah crown, punctiform, radial, dan
lekukan (delle). Bila flower pattern.
dipijat tampak keluar 3. Pemeriksaan Giemsa terhadap bahan
warna putih seperti nasi massa berwarna putih dari bagian tengah
(badan moluskum) papul menunjukkan badan inklusi
3. Dapat terjadi infeksi moluskum di dalam sitoplasma.
sekunder  supurasi 4. Pemeriksaan histopatologik dilakukan
4. Lokasi umum : wajah, apabila gambaran lesi tidak khas
badan, ekstremitas Moluskum kontagiosum. Tampak
gambaran epidermis hipertrofi dan
hiperplasia. Di atas lapisan sel basal
didapatkan sel membesar yang
mengandung partikel virus yang disebut
badan moluskum atau Henderson-
DIAGNOSIS MOLUSKUM KONTAGIOSUM

Gambar 4. A. Microscopic preparation (Giemsa stain) of cellular material from the Gambar 5. Molluscum contagiosum. Histopathologic examination of a skin
area of central umbilication. B. shows intracytoplasmic molluscum inclusion bodies. biopsy specimen shows downgrowth of infected epidermal cells bearing
Sumber : Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine, Halaman 1912. large eosinophilic cytoplasmic includion bodies (Henderson-Paterson
bodies). (Hematoxylin and eosin stain).
Sumber : Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine, Halaman 1913.
TATALAKSANA MOLUSKUM
KONTAGIOSUM
Non Medikamentosa

Menjaga higienitas kulit


dengan cara mandi 2 kali sehari
menggunakan sabun.
TATALAKSANA MOLUSKUM
KONTAGIOSUM
Medikamentosa
Prinsip : mengeluarkan massa yang mengandung badan moluskum
Tindakan Terapi topikal

Kantaridin (0,7% atau 0,9%)


• Bedah kuretase/enukleasi.
dioleskan pada lesi dan dibiarkan
Setelah tindakan diberikan
selama 3-4 jam, setelah itu
antibiotik topikal.
dicuci. Kemudian diberikan salep
• Tindakan bedah
antibiotik untuk mencegah
beku/nitrogen cair.
infeksi sekunder. Dapat
dilakukan 1 bulan sekali hingga
tidak ada lesi lagi.
Terapi topikal Terapi topikal

Podofilin (10%-25% dalam bentuk • Pasta perak nitrat


resin) atau (0,3% atau 0,5% dalam • Kalium hidroksida 10% 2
bentuk krim). Dioleskan pada tiap kali/hari selama 30 hari atau
lesi 2 kali sehari selama 3 hari sampai terjadi inflamasi dan
berturut-turut, apabila lesi masih ulserasi di permukaan papul
persisten hingga hari ke 7, terapi • Gel asam salisilat
yang sama dilanjutkan selama 3 • Krim adapalen 1% selama 1
minggu bulan
TATALAKSANA MOLUSKUM
KONTAGIOSUM
Medikamentosa
Terapi topikal Terapi sistemik

• Pulsed dye laser untuk


Moluskom kontagiosum
rekalsitran, tiap lesi menggunakan Terapi sistemik diberikan untuk
sinar laser 585 nm single short pasien imunokompromais yaitu
(3mm, 300 ms, 8,0 J/cm2) interferon-α sub kutan.
• Benzoil peroksida 10% dioleskan
2 kali sehari selama 4 minggu
• Solusio povidon iodine 10% dan
plester asam salisilat 50%.
TATALAKSANA MOLUSKUM
KONTAGIOSUM

Sumber : Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine, Halaman 1913.


KOMPLIKASI MOLUSKUM KONTAGIOSUM

01 02 03
Meskipun banyak pasien
Konjungtivitis kronis
asimtomatik, pruritus Infeksi bakteri
dan punctate keratitis
terkadang merupakan sekunder dapat terjadi,
dapat terjadi pada
masalah yang signifikan, terutama jika pasien
pasien dengan lesi
terutama pada pasien menggaruk lukanya.
kelopak mata.
dengan dermatitis atopik
yang mendasari.
PROGNOSIS MOLUSKUM KONTAGIOSUM

Pasien akan sembuh spontan namun umumnya setelah waktu yang


01 lama, berbulan-bulan sampai tahunan.

Dengan menghilangkan semua lesi, penyakit Moluskum kontagiosum


02 jarang atau tidak residif

Pada pasien imunokompeten dapat swasirna dalam 6-9 bulan tanpa


03 meninggalkan jaringan parut, kecuali bila mengalami infeksi.

Quo ad vitam : bonam


04 Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanactionam : bonam.
EDUKASI & PENCEGAHAN MOLUSKUM
KONTAGIOSUM
Pencegahan penyebaran :
Menjaga kebersihan diri,
menghindari trauma pada
seperti tidak saling
tempat-tempat yang terkena serta
meminjam peralatan mandi
menghindari garukan, dengan
(handuk, pakaian)
antipruritik seperlunya

Edukasi &
pencegahan
Moluskum Autoinokulasi dapat diturunkan
Menghindari kontak fisik langsung kontagiosum dengan mengobati semua lesi yang
ada

Menyampaikan kepada
Selama pasien sakit pasien bahwa pengobatan
dilarang berenang memakan waktu yang
lama, maka dari itu
diperlukan ketekukan dan
kesabaran
DIAGNOSIS BANDING MOLUSKUM
KONTAGIOSUM

Sumber : Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine,


Halaman 1913.
PENUTUP

Moluskum Walaupun sebenarnya tidak


Kontagiosum adalah diperlukan terapi, tetapi terapi
infeksi virus DNA dengan intervensi dapat
genus Molluscipox. mengurangi kemungkinan
terjadinya autoinokulasi,
Klinis berupa papul berbentuk
selain itu terapi juga dapat
kubah, berkilat, dan pada
memutus rantai penularan
permukaannya terdapat lekukan
penyakit ini.
(delle/umbilikasi), berisi massa
yang mengandung badan Berbagai jenis terapi topikal telah
moluskum. banyak digunakan, termasuk
Pada individu sehat, dapat radiasi dan tindakan bedah kulit.
sembuh spontan atau swasirna Sebagian terapi dapat
setelah beberapa bulan. meninggalkan bekas, yaitu
hiperpigmentasi pasca inflamasi.
Bagan alur diagnosis Moluskum kontagiosum

Sumber : Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di
Indonesia 2017, Halaman 117.
REFERENSI
 
1. Aisah S dan Handoko RP. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi
Ketujuh (Cetakan Keenam). Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
KedokteranUniversitas Indonesia; 2019.
2. Harlim A. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Jakarta: FK
UKI; 2019.
3. Sharquie K, Hameed A, Abdulwahhab W. Pathogenesis of Molluscum
Contagiosum: a new concept for the spontaneous involution of the
disease. Our Dermatology Online. 2015;6(3). Diakses 1 Desember 2020.
http://www.odermatol.com/odermatology/20153/3.Pathogenesis-
SharquieKS.pdf
4. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine, Seventh Edition.Vol
1&2. United States: Mc Graw Hill Education; 2008.
5. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di
Indonesia. Jakarta: Perdoski; 2017.
6. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSUD Dr.Soetomo
Surabaya. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi 2. Surabaya: FK
UNAIR; 2017.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai