Anda di halaman 1dari 7

Moluskum Kontagiasum pada Kulit Manusia

Yusel Aqzha Lusmin


Mahasiswa Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 06, Jakarta Barat, Indonesia
1617yusel2016fk067@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Moluskum kontagiasum merupakan penyakit yang terjadi pada kulit yang disebabkan oleh
Molluscum Contagiosum Virus (MCV ), yang merpuakan kelompok Pox Virus dari genus
Molluscipox virus. Molluskum kontagiasum merupakan penyakit bersifat endemis pada
komunitas padat penduduk, higiena buruk dan daerah yang keadaan ekonominya kurang baik.
Penyakit ini terutama menyerang anak-anak dan dewasa dengan tingkatan aktivitas seksual yang
cukup tinggi dan status imunodefisiensi yang kurang baik. Penyakit ini dapat dilakukan
pemeriksaan meggunakan pewarnaan Giemsa dan histopatologik dapat dilakukan apabila di
perlukan. Pasien dapat sembuh dengan sendirinya, namun membutuhkan proses yang cukup
lama berbulan-bulan maupun bertahun-tahun. Lokasi dari moluskum contagiosum biasanya
terjadi pada daerha wajah, ketiak, leher, badan dan ekstremitas ( jarang di daerah telapak tangan
atau telapak kaki ), sedangkan pada orang dewasa biasanya pada daerah pubis dan genitalia
ekstrena.

Kata Kunci: Molluskum Contagiasum, Pox Virus

Abstract

Molluscum contagiasum is a disease that occurs in the skin caused by the Molluscum
Contagiosum Virus (MCV), which is a group of Pox Viruses from the genus Molluscipox virus.
Molluskum contagiasum is an endemic disease in densely populated communities, poor hygiene
and areas with poor economic conditions. This disease mainly affects children and adults with a
fairly high level of sexual activity and poor immunodeficiency status. This disease can be
examined using Giemsa staining and histopathology can be done if needed. The patient can heal
by itself, but requires a long process for months or years. The location of molluscum
contagiosum usually occurs in the face, armpits, neck, body and extremities (rarely in the palms
or soles of the palms), whereas in adults it is usually in the pubic region and extreme genitalia.

Keywords: Molluskum Contagiasum, Pox Virus


Pembahasan

Moluskum Kontagiosum

Moluskum kontagiosum merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh Molluscum


Contagiosum Virus (MCV); kelompok Pox virus dari genus Molluscipox virus. Molluscum
contagiosum virus (MCV) merupakan virus double stranded DNA, berbentuk lonjong dengan
ukuran 230 x 330 nm. Terdapat 4 subtipe utama Molluscum Contagiosum Virus (MCV), yaitu
MCV I, MCV II, MCV III, dan MCV IV. Keempat subtipe tersebut menimbulkan gejala klinis
serupa berupa lesi papul miliar yang terbatas pada kulit dan membran mukosa. MCV I diketahui
memiliki prevalensi lebih besar dibandingkan ketiga subtipe lain. Sekitar 96,6% infeksi
moluskum kontagiosum disebabkan oleh MCV I. Akan tetapi pada pasien dengan penurunan
status imun didapatkan prevalensi MCV II sebesar 60%. Molluscum contagiosum virus (MCV)
merupakan imunogen yang lemah. Sekitar sepertiga pasien tidak memproduksi antibodi terhadap
MCV, sehingga seringkali didapatkan serangan berulang.
Pada infeksi moluskum kontagiosum, secara klinis ditemukan papul (berisi massa yang
mengandung badan moluskum) berukuran miliar, kadang lentikular, berwarna putih seperti lilin,
bentuk kubah yang tengahnya terdapat lekukan (delle), jika ditekan akan keluar massa yang putih
seperti nasi. Lokasi penyakit pada anak adalah muka, badan, dan ekstremitas. Kadang dapat
terjadi infeksi sekunder sehingga timbul supurasi. Pada pemeriksaan histopatologi di daerah
epidermis dapat ditemukan badan moluskum yang mengandung partikel virus.

Epidemiologi
Penyakit ini terutama menyerang anak dan kadang-kadang juga orang dewasa. Transmisinya
melalui kontak kulit langsung dan autoinokulasi. Jika pada orang dewasa digolongan dalam
Penyakit akibat hubungan Hubungan Seksual (P.H.S.) yang ditularkan melalui kontak membran
mukosa. Kejadian moluskum kontangiosum sebagai penyakit yang ditularkan secara seksual
pada orang muda kini meningkat. Hal ini juga terlihat pada penderita AIDS

Insiden moluskum kontagiosum naik pada tahun 1960-1980 di Amerika Serikat. Dalam sebuah makalah yang
diterbitkan pada tahun 1984 di Klinik urologi Amerika Utara, Margolis dari Pusat Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit melaporkan1 kasus moluskum kontagiosum terjadi untuk setiap 42-60 kasus
infeksi gonore.
Tingkat prevalensi dalam populasi terinfeksi HIV dilaporkan 5-18%. Pada pasien yang terinfeksi
HIV dan yang memiliki jumlah CD4+ kurang dari 100 sel / uL, prevalensi moluskum kontagiosum
dilaporkan setinggi 33%.

Mortalitas / Morbiditas

Moluskum kontagiosum adalah penyakit yang dapat sembuh sendiri pada orang yang imunokompeten, tanpa
ada komplikasi jangka panjang atau sequelae. Sebaliknya, pada pasien yang terinfeksi HIV,
infeksi moluskum kontagiosum dapat mengakibatkan deformitas kosmetik yang mencolok dan
memiliki efek merugikan yang signifikan pada psikologis. Meskipun superinfeksi dan selulitis telah
dilaporkan terjadi pada penderita HIV yang terinfeksi moluskum kontagiosum, tetap tidak ada
kematian yang dapat dikaitkan langsungdengan virus moluskum kontagiosum.

Gejala Klinis

Kelainan kulit yang sering dijumpai berupa papul miliar, kadang-kadang lentikular dan berwarna
putih seperti lilin, berbentuk kubah yang kemudian ditengahnya terdapat lekukan (delle). Jika
dipijat akan tampak ke luar massa yang berwarna putih seperti nasi. Masa inkubasi penyakit ini 2
sampai 7 minggu. Pasien dengan moluskum kontagiosum kebanyakan asimtomatis, beberapa
mengeluh gatal, dan sakit. Beberapa berkembang eksema disekitar lesi. Lokasi dari moluskum
contagiosum biasanya terjadi pada daerha wajah, ketiak, leher, badan dan ekstremitas ( jarang di
daerah telapak tangan atau telapak kaki ), sedangkan pada orang dewasa biasanya pada daerah
pubis dan genitalia ekstrena. Meskipun lesi khasnya berupa suatu papul berbentuk kawah (delle),
lesi pada daerah genital yang lembab dapat meradang akan memborok dan dapat terkacaukan
dengan lesi yang ditimbulkan oleh HSV
Pemeriksaan fisik

Ditemukan ruam berupa papul millier, kadang- kadang lentikular dan berwarna putih seperti lilin,
berbentuk kubah yang kemudian direngahnya terdapat lekukan (delle). Jika dipijat akan tampak massa
yang berwarna putih seperti nasi. Biasanya dijumpai didaerah muka, badan dan ekstrimitas, sedangkan
pada orang dewasa di daerah pubis dan genitalia eksterna. Kadang-kadang dapat timbul infeksi
sekunder sehingga timbul supurasi.

Pemeriksaan penunjang

 Histopatologi
Pada pemeriksaan histopatologi di daerah epidermis dapat ditemukan badan moluskum yang
mengandung partikel virus diatas stratum basal. Selain itu pada pemeriksaan histopatologik dijumpai
hipertrofi dan hiperplasia dari epidermis. Virus tersebut dapat terdeteksi dengan pemeriksaan PCR, pada
pemeriksaan hispatologik didaerah epidermis dapat ditemukan badan moluskum (intracyoplasmic
inclusion body ) yang mengandung partikel virus. Badan inklusi tersebut dinamakan Henderson-Paterson
bodies. Badan moluskum juga dapat dilihat dengan pulsan Gram, Wright atau Giemsa.

Diagnosis banding
Scabies
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiel
bar, hominis dan produknya. Di tandai gatal malam hari, mengenai sekelompok orang, dengan tempat
predileksi di lapatan kulit yang tipis, hangat dan lembab. Gejala klinis terlihat polimorfi tersebar
diseluruh badan
Infact bite
Infact bite ( prurigo ) adalah peradangan kronis di kulit ditandai dengan papul dengan vesikel kecil di
atasnya, di sertai rasa gatal, kerapkali menyerang anak-anak. Prurigo menjadi 2 kelompok yaitu ada
pruirgo simpleks dan dermatosis prurginosa.
Penatalaksanaan

Prinsip pengobatan adalah mengeluarkan massa yang mengandung badan moluskum. Dapat dipakai alat
seperti ekstraktor komedo, jarum suntik atau kuret. Cara lain dapat digunakan elektrokauterisasi atau
bedah beku dengan CO2, N2 dan sebagainya.

Pada orang dewasa harus juga dilakukan terapi terhadap pasangan seksualnya. Pada individu yang
memiliki sistem kekebalan tubuh yang normal, moluskum kontagiosum akan sembuh sendiri tanpa
pengobatan dalam waktu beberapa bulan sampai tahun. Setiap satu lesi muncul sampai 2 bulan tetapi
untuk mencegah autoinokulasi atau kontak langsung, pengobatan dapat berguna. Tujuan dari
pengobatan adalah menghilangkan lesi. Obat-obatan topikal yang dapat diberikan adalah anti virus,
tretinoin krim 0,1% untuk menghambat pembentukan mikrokomedo dan menghilangkan lesi, asam
trikloroasetat untuk kauterisasi kulit, keratin dan jaringan lainnya. Terapi sistemik dapat berupa
pemberian antagonis histamine H2 untuk mengatasi rasa gatal jika ada rasa gatal.

Edukasi Pasien

Menerangkan kepada pasien tentang sifat infeksi dan penularan penyakit untuk mengurangi transmisi moluskum
kontagiosum kepada orang lain, serta untuk menghindari infeksi ulang dimasa depan dan meminimalkan
autoinokulasi. Menyuruh pasien untuk menghindari menyentuh atau menggaruk lesi karena bisa
menimbulkan infeksi sekunder, tidak pinjam meminjam barang yang dapat terkontaminasi seperti
handuk, baju dan sisir.

Pencegahan
Pencegahan penyakit ini sulit karena banyaknya jalan untuk terjadinya infeksi (pakaian, kolam renang,
handuk, kontak seks, dll). Sekali sudah terdiagnosa penting sekali bagi keluarga pasien untuk melakukan
pemisahan pakaian penderita yang harus dicuci dengan air mendidih hingga penyakit sembuh. Sudah
tentu harus diperhatikan juga untuk menghindari kontak dengan kelainan kulit ini dan bagi penderita
orang dewasa untuk menghindarkan terjadinya penularan seksual dengan melakukan upaya
pencegahan.

Komplikasi dan Prognosis


Komplikasi yang sering terjadi pada penyakit ini yaitu terkena infeksi sekunder. Kongjugtivitis dan
keratitis dapat timbul sebagai komplikasi pada lesi disekitar kelopak mata. Dermatitis atopi atau kondisi
lain yang disertai penurunan fungsi imun dapat menyebabkan penyebaran lesi dengan mudah serta
infeksi bakteri sekunder.

Dengan menghilangkan semua lesi yang ada, penyakit ini tidak atau jarang residif. Biasanya prognosis
penyakit ini baik karena merupakan penyakit “self limited”. Penyembuhan spontan bisa terjadi pada
orang-orang imunokompeten selama 18 bulan.

Kesimpulan

Moluskum kontangiosum adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh kelompok pox virus yang tidak
digolongkan, ditandai dengan adanya kelainan kulit berupa papul miliar, kadang-kadang lentikular dan
berwarna putih seperti lilin, berbentuk kubah yang kemudian ditengahnya terdapat lekukan (delle). Jika
dipijat akan tampak ke luar massa yang berwarna putih seperti nasi. Masa inkubasi penyakit ini 2 sampai
7 minggu. Penyakit ini sering asimtomatis walaupun pada beberapa orang mengeluh gatal dan sakit,
umumnya sering terjadi pada anak-anak kadang -kadang orang dewasa. Lokalisasi penyakit ini di daerah
muka, badan dan ekstrimitas, sedangkan pada orang dewasa di daerah pubis dan genitalia eksterna.
Penyakit ini bisa ditularkan melalui kontak kulit langsung, autoinokulasi dan kontak membran mukosa.

Prinsip pengobatan pada moluskum kontangiosum adalah mengeluarkan massa yang mengandung
badan moluskum, ini bisa dilakukan dengan memakai alat ekstraktor komedo, jarum suntik atau kuret,
bisa juga dilakukan elektrokauterisasi dan bedah beku.

Prognosis pada penyakit ini umumnya baik pada pasien yang imunokompeten karena penyakit ini bisa
sembuh dengan sendirinya (spontan) walaupun membutuhkan waktu beberapa bulan sampai bertahun-
tahun.
Daftar Pustaka

1. Cohen J,Powderly WG. Infectious Diseases.2nd edition. New York: Elsevier; 2004.p.203-
6. Last updated 13 May 2011. Reviewed by: Kevin Berman,MD,PhD
2. Crome MA, Elston DM. Molluscum Contagiosum Treatment and Management.
Medscape references. Last updated 14 Oct 2011. Available from: Medscape multimedia
library.
3. Paller AS, Macini AJ. Hurwitz.Cilinical pediatric dermatology. Edinburgh: Elsevier
Saunders;2011. P 362-5
4. Watgon O. Molluscum contagiosum. In: Schachener LA, Hansen RC. Pediatric
Dermatology. Chian : Mosby Elsevier; 2011.p 1466-9
5. Djuanda, Adhi. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi keempat. Jakarta : FK UI
6. Jawetz, Ernest. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
7. Damayanti, Shinta, dkk. 2007. Laporan Kasus: Moluskum Kontagiosum Generalisata
pada Anak Imunokompromais. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK-UI. Jakarta
diunduh http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/34407163168.pdf, 17 Oktober 2012.
8. Kartowigno, S. 2011. 10 Besar Kelompok Penyakit Kulit. Edisi Pertama. Unsri Press.
Palembang

Anda mungkin juga menyukai