Anda di halaman 1dari 13

Etos Kerja

& Islamic
Work
Ethic
Pengertian Etos Kerja
Etos berasal dari bahasa yunani ethos yakni
karakter, cara hidup, dan kebiasaan seseorang,
serta keyakinan diri akan sesuatu. Etos dibentuk
oleh kebiasaan, budaya, dan sistem nilai yang
diyakini
Menurut Anoraga manusia yang berhasil harus
memiliki pandangan dan sikap yang menghargai
kerja sebagai sesuatu yang luhur untuk eksistensi
manusia, yang disebut sebagai etos kerja.
Sedangkan menurut Sinamo, etos kerja adalah
seperangkat perilaku positif yang berakar pada
keyakinan fundamental yang disertai komitmen
total pada paradigma kerja yang integral.
Sinamo (2011) menjelaskan, terdapat delapan
aspek etos kerja yang sudah terbukti secara
universal diterima dan dipercaya Aspek-Aspek
Etos Kerja
Aspek-aspek tersebut ialah
1. kerja adalah rahmat
2. kerja adalah amanah
3. kerja adalah panggilan
4. kerja adalah aktualisasi
5. kerja adalah ibadah
6. kerja adalah seni
7. kerja adalah kehormatan
8. kerja adalah pelayanan
Gunanya Etos Kerja
Orientasi ke masa depan, yaitu segala sesuatu direncanakan dengan baik, baik
waktu, kondisi untuk ke depan agar lebih baik dari kemarin.

Menghargai waktu dengan adanya disiplin waktu merupakan hal yang sangat
penting guna efesien dan efektivitas bekerja.

Tanggung jawab, yaitu memberikan asumsi bahwa pekerjaan yang dilakukan


merupakan sesuatu yang harus dikerjakan dengan ketekunan dan kesungguhan.

Hemat dan sederhana, yaitu sesuatu yang berbeda dengan hidup boros, sehingga
bagaimana pengeluaran itu bermanfaat untuk kedepan.

Persaingan sehat, yaitu dengan memacu diri agar pekerjaan yang dilakukan tidak
mudah patah semangat dan menambah kreativitas diri.
Faktor-faktor
pembentuk
etos kerja

Agama
Budaya
Sosial politik
Kondisi geografis
Pendidikan
Struktur ekonomi
Motivasi intrinsik individu
Islamic Work Ethic (IWE)
Sejak Weber menelurkan karya tulis The Protestant
Ethic and the Spirit of Capitalism (1958), berbagai studi
tentang Etos Kerja berbasis agama sudah banyak
dilakukan dengan hasil yang secara umum
mengkonfirmasikan adanya korelasi positif antara
sebuah sistem kepercayaan tertentu dan kemajuan
ekonomi, kemakmuran, dan modernitas.
Seiring dengan meningkatnya kegiatan ekonomi dan
kesejahteraan pada masyarakat islam maka muncul
study mengenai Islamic Work Ethic (IWE) yang
berlandaskan alquran dan sunnah (Ali, 1988)
Pengertian IWE
Didalam etika kerja Islam bekerja merupakan
kewajiban dan sekaligus kebutuhan dan
merupakan kegiatan yang membangun
keseimbangan antara kehidupan individu dan
sosial (Ali, 2001).
Etika kerja Islam menekankan pada keadilan dan
secara umum mengkondisikan tempat kerja
dengan lebih menekankan pada kasejahteraan
sosial dari pada pemenuhan pendapatan
(Darwish, 2000)
Al-Khayyath (1994) menjelaskan bahwa hal-hal
penting tentang etika kerja Islam yang harus
diperhatikan adalah: Adanya keterikatan individu
terhadap diri dan kerja yang menjadi
tanggungjawabnya, berusaha dengan cara halal
dalam seluruh jenis pekerjaan, dilarang memaksa
orang lain
Di dalam etika kerja Islam sangat
ditekankan mengenai kerja keras, Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam pernah memuji tangan
seseorang yang sangat kasar dan letih karena
pekerjaan untuk memperoleh rezeki, dan
dikatakannya itulah sesungguhnya yang dicintai
Allah subhanahu wa ta'ala dan Rasul-Nya

Muhammad bin Al-Hasan, sahabat Abu Hanifah,


meriwayatkan pula bahwa Nabi suatu hari
bersalaman dengan Sa’ad bin Mu’adz, dan ternyata
kedua tangan Sa’ad terasa kasar. Nabi menanyakan
hal itu kepadanya, maka jawabnya “ Saya baru
mencangkul dan membersihkan pohon korma untuk
membiayai keluarga saya” Kemudian Nabi mencium
tangannya sambil bersabda “Inilah kedua
tangan yang dicintai Allah subhanahu wa ta'ala
Etika kerja Islam mengandung dua dimensi yaitu
ukhrawi dan duniawi. Dalam dimensi ukhrawi,
syari’ah menekankan pentingnya niat, yaitu semata-
mata untuk mendapatkan keutamaan dari Tuhan,
sebuah bisnis yang dilandasi dengan niat yang
tulus, untuk mencari nafkah yang halal, untuk
mengembangkan agama Allah merupakan ibadah
tingkat tinggi.
Sedangkan dimensi duniawi, menekankan pada
konsep ihsan untuk selalu menyempurnakan
pekerjaan dan itqon yang berarti proses belajar
yang sungguh-sungguh, akurat dan sempurna.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam Juga mengingatkan: Artinya:
"Sesugguhnya Allah subhanahu wa ta'ala. menyukai
bila kalian melakukan sesuatu pekerjaan dengan
rapi/profesional (Itqon)” (HR. Abu Ya'la, dan
dishahihkan oleh Al Albani)
QS. Al-Insyirah (94) : 7-8 “Maka apabila kamu telah
selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain; Dan hanya
kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”

QS. Al-Jumu’ah (62) : 9-10 “Hai orang-orang


beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat
Jum’at, Maka bersegeralah kamu kepada
mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli, yang
demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
Mengetahui. Apabila Telah ditunaikan shalat,
Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-
banyak supaya kamu beruntung”.
Hal yang mendasari IWE
1. Unity (kesatuan), konsep ini terkait dengan konsep
keesaan Allah (tauhid) sebagai bentuk hubungan
vertikal antara manusia dan Tuhannya.
2. Equilibrium (keseimbangan), konsep ini terkait dengan
konsep ‘adl (keadilan dan kepemilikan).
3. Free will (kebebasan berkehendak) setiap orang diberi
kebebasan untuk mengerjakan sesuai dengan
keinginannya sampai pada tingkatan tertentu, tetapi
kebebasan itu harus disertai dengan tanggung jawab
kepada allah dan kepada sesama.
4. Tanggung jawab (responsibility), ini terkait dengan
pertanggungjawaban seseorang terhadap orang lain
maupun Allah.
5. Kebajikan (benevolence), setiap muslim didorong untuk
beramal kebajikan sesuai dengan kemampuannya
tanpa mengharapkan timbal balik dari apa yang telah
dilakukannya
Etos kerja yang dilarang
dalam Islam
Larangan Meminta minta
Umar r.a. berkata, “ Ketika Nabi SAW, bersabda di atas
mimbar dan menyebut sedekah dan meminta-minta
beliau bersabda, “Tangan yang di atas lebih baik dari
pada tangan yang di bawah, tangan yang diatas memberi
dan tangan yang di bawah meminta. (H,R. Bukhari dan
Muslim).

Larangan membiarkan kemalasan


Kelemahan seseorang berawal dari kemalasannya.
Orang yang bodoh malas mencari ilmu, orang yang
lemah badannya karena ia tidak rajin berolah raga,
orang yang miskin hartanya karena ia tidak mau
bekerja.
Semoga Allah Membalas
Kalian Dengan Kebaikan

Anda mungkin juga menyukai