(PATIENT SAFETY)
• Pada 2014/15 :
• 27 kasus gigi yang salah diekstraksi,
• kasus operasi ke mata yang salah
• 102 kasus di mana benda asing tertinggal di dalam
tubuh ketika luka dijahit.
• 4 kasus kesalahan identifikasi pasien
ACCESS TO HEALTHCARE
KJS, BPJS, INA-CBG: Pemda vs. Masyarakat vs. Provider
QUALITY OF HEALTHCARE
Ekspektasi masyarakat terhadap kualitas RS – tinggi
Masyarakat majemuk dengan motivasi ekonomis tinggi
Gemar menggugat (litigious Society)
▪ Capaian Saat ini:
▪ Terdiseminasinya pemahaman keselamatan pasien secara nasional melalui pelatihan dan akreditasi
RS
▪ Dilaksanakannya manajemen risiko di rumah sakit dan dipantau melalui mekanisme akreditasi RS
▪ Masuknya keselamatan pasien kedalam kurikulum pendidikan kedokteran dan kesehatan
▪ Tantangan Saat ini:
▪ Sistem pelaporan insiden, umpan balik, dan pembelajaran melalui web
▪ Kerjasama antar institusi
▪ Budaya keselamatan pasien
DASAR HUKUM
Resiko di rumah sakit
• RESIKO Potensi terjadinya kerugian yang dapat timbul akibat proses kegiatan sekarang atau
kejadian dimasa yang akan datang
(ERM, Risk management handbook for healthcare organization)
• RESIKO KLINIS semua isu yang dapat berdampak terhadap pencapaian pelayanan pasien
yang bermutu tinggi, aman dan efektif.
• RESIKO NON KLINIS (Corporate risk) semua isu yg dapat berdampak terhadap tercapainya
tugas pokok & kewajiban hukum dari RS sebagai korporasi
KATEGORI RESIKO
• PATIENT CARE RELATED RISKS : resiko yang berhubungan dengan perawatan pasien
• Ketidaktepatan pelayanan klinis,
• transfer / transport pasien,
• Kurang menjaga kerahasiaan informasi medis,
• Kurang baiknya komunikasi antar staf medis, dll
• MEDICAL STAF RELATED RISKS : resiko yang berhubungan dengan tenaga medik
• Ketidaktepatan credensial,
• Tindakan tidak sesuai kompetensi/kewenangan klinis,
• Tidak tersedianya PPK/SPO,
• Kurangnya pelatihan staf medik, dll
KATEGORI RESIKO (2)
• EMPLOYEE RELATED RISKS : resiko yang berhubungan dengan karyawan
Lingkungan kerja yang tidak aman
Penurunan pengendalian kesehatan karyawan
Tidak adanya kebijakan tentang kesehatan kary,dll
• Pendekatan proaktif
• Menyediakan antidotum
• Training simulasi
5. Menciptakan atmosfer “learning”
ENAM SASARAN KESELAMATAN PASIEN
• Kesalahan identifikasi pasien dapat terjadi di semua aspek diagnosis dan tindakan.
• Keadaan yang dapat membuat identifikasi tidak benar adalah jika
• Pasien terbius
• Mengalami disorientasi
• Tidak sepenuhnya sadar
• Dalam keadaan koma
• Saat pasien pindah tempat tidur
• Berpindah lokasi dalam lingkungan RS
• Lupa identitas diri
• dll
• Maksud dan tujuan Standar SKP 1 :
• Memastikan ketepatan pasien yang akan menerima layanan
• Menyelaraskan layanan atau tindakan
• Proses identifikasi yang digunakan mengharuskan terdapat paling sedikit 2 dari identitas,
yaitu :
1. Nama
2. Tanggal lahir
3. No. Rekam Medis
4. No induk Kependudukan
• No. kamar / lokasi tidak boleh digunakan untuk identifikasi pasien.
• Identifikasi pasien :
• Verbal
• Visual
1. Secara verbal: Tanyakan nama dan tgl lahir pasien, untuk pasien yg tidak
menggunakan gelang identitias misal pasien rawat jalan
2. Secara visual: Lihat ke gelang pasien dua dari empat identitas, (nama dan tgl lahir)
cocokkan dengan perintah dokter, untuk pasien yg bergelang identitas, contoh pasien
rawat inap.
Komunikasi dianggap efektif bila tepat waktu, akurat, lengkap, tidak mendua (ambiguous), dan diterima oleh
penerima informasi yang bertujuan mengurangi kesalahan-kesalahan dan meningkatkan keselamatan pasien.
Komunikasi dapat berbetuk verbal, elektronik atau tertulis.
Komunikasi yag rentan terjadi kesalahan adalah saat
• Perintah lisan atau peintah melalui telepon
• Komunikasi verbal
• Saat menyampaikan hasil pemeriksaan kritis yang harus disampaikan lewat telephon
• Perbedaan dialek
• LASA
Pelaporan haasil pemeriksaan diagnostic kritis juga merupakan salah satu isu keselamatan pasienn.
Pemeriksaan diagnostic kritis termasuk :
a. Pemeriksaan laboratorium
b. Pemeriksaan radiologi
c. Pemeriksaan kedokteran nuklir
d. Pemeriksaan ultrasonograafi
e. Magnetic resonance imaging
f. Diagnostik jantung
g. Pemeriksaan diagnostic yang dilakukaan di tepat tidur pasien, seperti hasil tanda-tanda vital,
portable radiograph, bedside ultrasound, atau transesofageal echocardiogram
RS menetapkana alur pelaporan nilai kritis
• Hasil yang diperoleh dan berada di luar rentan angka normal secara
mencolok akan menunjukkan keadaan yang berisiko tinggi atau
mengancam jiwa.
• Sistem pelaporan formal yang dapat menunjukkan dengan jelas
bagaimana nilai kritis hasil pemeriksaan diagnostic dikomunikasikan
kepada staf medis dan informasi tersebut terdokumenntasi untuk
mengurangi risiko bagi pasien.
Untuk melakukan komunikasi secara verbal atau melalui telepon dengan
aman dilakukan hal sebagai berikut :
Sebelum perawat memberikan obat high alert kepada pasien maka perawat lain harus melakukan
pemeriksaan kembali secara independen (double checking) :
• Kesesuaian antara obat dengan rekam medis/instruksi dokter dan dengan Daftar Obat Pasien.
• Ketepatan perhitungan dosis obat, rute, dan kecepatan infus obat high alert.
• Identitas pasien (nama lengkap pasien, nomor rekam medis, tanggal lahir pasien, NIK).
• Setiap kali pasien pindah ruang rawat, perawat pengantar menjelaskan kepada perawat penerima pasien
bahwa pasien mendapatkan obat high alert.
• Perawat mengkomunikasikan hal – hal yang meragukan/kurang jelas dengan tenaga kesehatan lain
(dokter, apoteker).
• Perawat menghindari interupsi/gangguan pada saat pemberian obat high alert.
SKP 4
Terlaksananya proses Tepat Lokasi, tepat Prosedur,
Tepat Pasien yang menjalani Tindakan dan Posedur
Standar SKP 4
Rumah sakit menetapkan regulasi untuk melaksanakan proses memastikan Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur dan Tepat-Pasien
yang menjalani tindakan dan prosedur.
Banyak cedera yang terjadi di unit rawat inap dan rawat jalan akibat pasien jatuh
Berbagai factor yang meningkatkan risiko pasien jatuh :
a. Kondisi pasien
b. Gangguan fungsional (gangguan keseimbangan, gangguan penglihatan atau perubahan
status kognitif)
c. Lokasi atau situasi lingkungan RS
d. Riwayat jatuh pasien
e. Konsumsi obat tertentu
f. Konsumsi alkohol
Pengkajian pasien risiko jatuh di RSUD Pasar Minggu meliputi :
• Pengkajian risiko jatuh pasien anak (usia 0–18 tahun) skala Humpty-
Dumpty.
• Pengkajian risiko jatuh pasien dewasa (usia 18–60 tahun) skala Morse
Fall Scale.
• Pengkajian risiko jatuh pasien geriatric (usia > 60 tahun) skala Ontario
Modify Stratified.
• Pengkajian dan intervensi risiko jatuh pasien poliklinik dan penunjang medis (fisioterapi, lab dan
radiologi) dengan kriteria :
• Berusia > 60 tahun.
• Cara berjalan pasien yang tidak seimbang, sempoyongan / limbung, atau pasien yang berjalan menggunakan alat bantu
(tripot, kusi roda atau bantuan orang lain)
• Dalam 2 bulan terakhir mempunyai riwayat jatuh, terdapat gangguan orientasi dan penglihatan.
• Anak dengan gangguan tumbuh kembang
Untuk pasien rawat jalan dilakukan pemasangan pita kuning sebagai penanda pasien beresiko jatuh yang
dilakukan pertama kali oleh petugas security terlatih, oleh perawat nurse station atau unit terkait.
Dan dilepas apabila pasien akan meninggalkan rumah sakit (pintu lobby utama dan basement) oleh petugas
security.
Pada pasien dengan kriteria sebagai berikut :
• Kondisi medis : kejang, ataxia berat, pasca operasi, pasca tindakan seperti melahirkan,
post kuretage, menggunakan obat – obatan seperti sedatif, obat hipnosis, barbiturat,
fenotiazin, antidepresan, diuretik, Heparin, narkose.
• Kondisi mental, seperti : penurunan kesadaran, masalah neurologis, amnesia pasca
trauma.
Dianggap berisiko tinggi, maka petugas di semua unit yang terkait yang berada di Rumah
Sakit wajib melakukan pemasangan klip kuning (untuk rawat inap), segitiga kuning dan
pita kuning (untuk rawat jalan) dan menyiapkan prinsip – prinsip pencegahan risiko jatuh.
• Pada pasien neonatus dan anak usia ≤ 5 tahun tidak dilakukan pemasangan
klip kuning, namun dipasang penanda jatuh berupa segitiga berwarna
kuning pada tempat tidur, incubator, infant warmer, dan box bayi
TERIMA KASIH