Anda di halaman 1dari 23

Deteksi Komplikasi Postnatal

dengan Atonia Uteri

DISUSUN OLEH :
VERAWATY / 2001032050
CUT JULIA ANDRIA / 2001032026
ERNI HANDAYANI / 2001032027
ISNAIDA ANDINI / 2001032031
HAYATUN / 2001032077
YULIA PUSPITA SARI / 2001032052
LELY DIANA SARI HARAHAP / 2001032071
NOVITA SARI HUTAGAOL / 2001032092

PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN INSTITUT KESEHATAN


HELVETIA MEDAN
TAHUN 2021
Pengertian

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta


keluar sampai alat-alat kandungan kembali normal
seperti sebelum hamil. Selama masa pemulihan
tersebut berlangsung, ibu akanmengalami banyak
perubahan, baik secara fisik maupun psikologis.
Perdarahan post partum adalah kehilangan darah
lebih dari 500 ml melalui jalan lahir yang terjadi selama
atau setelah persalinan kala III yang disebabkan karena
perdarahan pasca persalinan, plasenta previa, solutio
plasenta, kehamilan ektopik, abortus dan ruptureuteri
yang merupakan penyebab ¼ kematian ibu
Klasifikasi Klinis
Perdarahan pasca persalinan dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Perdarahan pasca persalinan primer (early postpartum
haemorrhageatau perdarahan pasca persalinan segera).
Perdarahan pasca persalinan primer terjadi dalam 24 jam
pertama dan yang terbanyak terjadi dalam 2 jam pertama.
Penyebab utama perdarahan pasca persalinan primer adalah
atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta dan robekan jalan
lahir.
2) Perdarahan pasca persalinan sekunder (late postpartum
haemorrhage atau perdarahan masa nifas atau perdarahan pasca
persalinan lambat). Perdarahan pasca persalinan sekunder terjadi
setelah 24 jam pertama. Penyebab utama perdarahan pasca
persalinan sekunder adalah robekan jalan lahir dan sisa placenta
atau membran.
Etiologi
Penyebab perdarahan post partum adalah
sebagai berikut:
Pada atonia uteri uterus tidak mengadakan
kontraksi dengan baik dan ini merupakan sebab
utama dari perdarahan postpartum. Uterus yang
sangat teregang (hidramnion, kehamilan ganda
atau kehamilan dengan janin besar), partus
lama,pemberian narkosis dan merupakan
predisposisi untuk terjadinya atonia uteri.
Faktor Predisposisi

Atonia uteri yang dapat menyebabkan


perdarahan post partum dapat diantisipasi
dengan preparat anestesi yang akan
melemaskan uterus. Uterus yang over distensi
kemungkinan besar akan menjadi hipertonik
setelah persalinan, jadi wanita dengan
persalinan janin besar,janin lebih dari satu, atau
dengan hidramnion, cenderung akan mengalami
perdarahan atonia uteri.
Gejala Klinis

Gejala klinis perdarahan post partum adalah sebagai berikut:


1)Atonia uteriTanda dan gejala:
a) Uterus tidak berkontraksi dan lembek
b) Perdarahan segera setelah anak lahir (perdarahan pasca persalinan primer)

Diagnosis Perdarahan Pasca


Persalinan
Pada perdarahan karena atonia uteri, uterus membesar dan lembek
padapalpasi, sedangkan pada perdarahan karena perlukaan jalan lahir,
uterus berkontraksi dengan baik.Dalam hal uterus berkontraksi
dengan baik, perlu diperiksa lebih lanjut tentang adanya dan dimana
letaknya perlukaan jalan lahir.
Pemeriksaan Perdarahan Pasca
Persalinan
Pemeriksaan perdarahan pasca persalinan dapat dilakukan
dengan :
1) Palpasi uterus : bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus
uteri
2) Memeriksa plasenta dan selaput ketuban apakah lengkap atau
tidak.
3) Lakukan eksplorasi cavum uteri untuk mencari :sisa plasenta
atau selaput ketuban, robekan rahim dan plasenta
suksenturiataa)
 Inspekulo : untuk melihat robekan pada serviks, vagina dan
varises yang pecah
 Pemeriksaan Laboratorium periksa darah yaitu Hb, COT (Clost
Observasion Test).
Langkah Penatalaksanaan

Bidan harus mengambil langkah berikut untuk


menangani kedaruratan ini :
1)Ketahui dan tegakkan diagnosis kerja Atonia Uteri.
2)Sementara dilakukan pemasangan infus dan pemberian
uterotonika, lakukan kompresi bimanual.
3)Pastikan Plasenta lahir lengkap (bila ada indikasi
sebagian plasenta masih tertinggal lakukan evakuasi
sisa plasenta) dan tak ada laserasi jalan lahir.
4)Berikan transfusi darah bila sangat diperlukan.
5)Lakukan uji beku darah untuk konfirmasi sistem
pembekuan darah.
6) Bila semua tindakan diatas telah dilakukan tetapi masih
terjadi perdarahan lakukan tindakan spesifik sebagai berikut:
a. Pada fasilitas pelayanan kesehatan dasar:
(1) Kompresi bimanual eksterna Menekan uterus melalui
dinding abdomen dengan jalan saling mendekatkan kedua
belah telapak tangan yang melingkupi uterus. Pantau aliran
darah yang keluar. Bila perdarahan berkurang, kompresi
diteruskan, pertahankan hingga uterus dapat kembali
berkontraksi atau dibawa ke fasilitas kesehatan rujukan. Bila
belum berhasil, coba dengan kompresi bimanual internal.
(2) Kompresi Bimanual internal Uterus ditekan di antara telapak
tangan pada dinding abdomen dan tinju tangan dalam vagina
untuk menjepit pembuluh darah di dalam miometrium (sebagai
pengganti mekanisme kontraksi). Perhatikan perdarahan yang
terjadi. Pertahankan kondisi ini bila perdarahan berkurang atau
berhenti, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali. Apabila
perdarahan tetap terjadi, cobakan kompresi aorta abdominalis.
(3) Kompresi aorta abdominalis Raba arteri femoralis dengan ujung
jari tangan kiri, pertahankan posisi tersebut. Genggam tangan
kanan kemudian tekankan pada daerah umbilikus, tegak lurus
dengan sumbu badan, hingga mencapai kolumna vertebalis.
Penekanan yang tepat, akan menghentikan atau sangat
mengurangi denyut arteri femoralis. Lihat hasil kompresi dengan
memperhatikan perdarahan yang terjadi.
b) Pada rumah sakit rujukan:
(1) Ligasi arteri uterina dan ovarika
(2) Histerektomi
Teori hukum kewenangan
bidan
Dalam menjalankan Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dengan
Perdarahan Primer, bidan mempunyai landasan hukum dan
kewenangan dalam memberikan asuhan kebidanan ibu nifas
dengan perdarahan primer, meliputi :
Keputusan Menteri Kesehatan Indonesia Nomor
900/Menkes/Sk/VII/2002 tentang registrasi dan praktik
kebidanan pada Bab V :
1. Pada pasal 14, yang berbunyi :
Bidan dalam menjalankan praktiknya berwenang untuk
memberikan pelayanan yang meliputi :
a. Pelayanan kebidanan
2. Pada pasal 15, yang berbunyi :
a) Pelayanan kebidanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 14
huruf a ditujukan kepada ibu dan anak.
b) Pelayanan kepada ibu diberikan pada masa pranikah,
prahamil, masa kehamilan, masa persalinan, masa nifas,
menyusuidan masa antara (periode interval).
3. Pada pasal 16, yang berbunyi :
a) Pelayanan kebidanan kepada ibu meliputi :
 Butir f) Pertolongan persalinan abnormal, yang mencakup
letak sungsang, partus macet kepala di dasar panggul,
ketuban pecah dini (KPD) tanpa infeksi, perdarahan post
partum, laserasi jalan lahir, distosia karena insersi uteri
primer, post termdan pre term.
 Butir h) Pelayanan ibu nifas abnormal yang mencakup
retensio plasenta , renjatandan infeksi ringan.
PENGKAJIAN
I. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama : Ny.M
Umur : 47 thun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat : Langsa
2. Keluhan Utama
perdarahan pervaginam, berlebihan, banyak (500cc) dan
persisten adalah gejala paling khas
3. Riwayat kesehatan sekarang : -
4. Riwayat Kesehatan keluarga : Normal
5. Riwayat kesehatan terdahulu : ibu pernah
mengalami riwayat pendarahan post partum
yang lalu
6. Riwayat menstruasi : Normal
7. Riwayat Perkawinan : Normal
8. Riwayat KB : Normal
9. Riwayat obstetri : Pendarahan Post Partum
2. Data Obyektif
pemeriksaan Umum
a. KU : Lemah
b. Kesadaran: Composmentis
c. TTV
1)TD: 90/60 mmHg
2)N: 83 x / menit
3)RR: 24 x / menit
4)S: 370C
d.Pemeriksaan Fisik
a) Mata : Konjungtiva pucat
b) Muka : Normal pucat
c) Gilut : Bibir pucat
d) Perut : lembek, lunak, tidak ada kontraksi
e) sistem integumen : turgor kulit berkurang
f) sistem pernafasan : cepat dan dangkal
g) sistem sirkulasi : sistem sirkulasi cepat
II. DIAGNOSA
DX : Ny.M inpartu kala IV dengan atonia uteri
DO : TTV : takikardi dan hipotensi
DS : ibu mengatakan mengeluarkan darah
banyak dari kemaluannya dan ibu cemas
III. IDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL
- Syok hipovolemik
- Dehidrasi

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA


- Penatalaksanaan Antonia Uteri
V. RENCANA/ INTERVENSI
1. Jelaskan pada ibu tentang keadaannya
2. Lakukan masase fundus uteri, segera setelah
lahirnya plasenta
3. Lakukan pembersihan bekuan darah atau selaput
ketuban dari vagina dan lubang serviks
4. Pasang kateter dan aseptik
5. Lakukan komoresi bimanual interna (KBI) selama 5
menit
6. Anjurkan keluarga untuk mulai membantu KBE
7. Berikan ergometrin 0,2 mg Im atau
misoprostol 600-1000 mg
8. Pasang infus menggunakan jarum berukuran
16 atau 18 dan berikan 500 cc RL+ 20 unit
oksitosin. Habiskan 500 cc pertama secepat
mungkin.
9. Ulangi kompresi bimanual internal
DAFTAR PUSTAKA
1. Ambarwati, 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta:
Nuha Medika
2. Marmi, 2012. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas.
Yogyakarta. Pustaka Belajar
3. Wulandari, 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Mitra
Cendikia
4. Sulistyawati, 2015. Asuhan kebidanan Pada Masa
Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika
5. Saleha S, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas.
Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai