Anda di halaman 1dari 37

FRAKTUR PADA

KELOMPOK 16
ANAK
NAMA ANGGOTA : 1. MOH. FAHMI IDRIS

2. YULISTIA PUTRI
KELAS 2A

DOSEN : IBU WAHYU HARTINI M.KEP


MATA KULIAH : KEPERAWATAN ANAK
DEFINISI

Fraktur adalah kerusakan kontinuitas tulang. Sisi fraktur yang paling sering terkena antara lain
klavikula, humerus, radius, ulna, femur dan lempeng epifisis (Muscari, 2001). Fraktur
merupakan suatu kondisi abnormalitas dari system musculoskeletal yang dapat menyebabkan
gangguan kenyamanan dan menyebabkan rasa nyeri.Pada anak, fraktur lebih sering di alami
ketimbang cedera jaringan lunak.
Fraktur tulang anak atau fraktur pediatrik adalah suatu kondisi medis di mana  tulang seorang anak
(seseorang yang lebih muda dari usia 18 tahun) retak atau patah. Sekitar 15% dari semua cedera pada
anak-anak adalah cedera patah tulang. Fraktur tulang pada anak-anak berbeda dengan patah tulang orang
dewasa karena tulang anak masih dalam masa pertumbuhan. Juga, pertimbangan lebih lanjut perlu diambil
ketika seorang anak patah tulang karena itu akan mempengaruhi anak dalam pertumbuhannya.
Dalam kesehariannya tulang akan menopang banyak jenis kekuatan yang secara alami diterapkan
padanya, tetapi bila kekuatan terlalu kuat, tulang akan patah. Misalnya, ketika seorang remaja melompat
dari trampolin dan mendarat di atas kakinya, tulang dan jaringan ikat di kaki remaja biasanya akan
menyerap gaya, melenturkan, kemudian kembali ke bentuk aslinya. Namun, jika remaja mendarat dan
gaya terlalu kuat, tulang dan jaringan ikat tidak akan mampu untuk menahan gaya dan akan patah. 
ETIOLOGI

Fraktur disebabkan oleh trauma di mana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang yang biasanya
di akibatkan secara langsung dan tidak langsung dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan
atau luka yang di sebabkan oleh kendaraan bermotor (Reeves, 2001:248).
Penyebab patah tulang paling sering di sebabkan oleh trauma terutama pada anak-anak, apabila tulang
melemah atau tekanan ringan.
Anak-anak dengan risiko patah tulang yang lebih tinggi :
• Kandungan mineral tulang rendah
• Kepribadian patah tulang
• Pelecehan anak
Penyebab patah tulang paling sering di sebabkan oleh trauma terutama pada anak-anak, apabila tulang
melemah atau tekanan ringan.
1.Menurut Oswari E(1993) adapun penyebab fraktur antara lain:
•Kekerasan langsung ,kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan.
Fraktur demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring.
•Kekerasan tidak langsung, Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari
tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran
vektor kekerasan.
•Kekerasan akibat tarikan otot, Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat
berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.
2. Menurut Long (1996:356) adapun penyebab fraktur antara lain:
 Trauma Langsung
terjadi di tempat dimana bagian tersebut mendapat ruda paksa misalnya benturan atau pukulan pada
anterbrachi yang mengakibatkan fraktur
 Trauma Tak Langsung
trauma yang menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat kejadian kekerasan.
 Fraktur Patologik
Stuktur yang terjadi pada tulang yang abnormal (kongenital,peradangan, neuplastik dan metabolik).
JENIS FRAKTUR TULANG

• Fraktur tongkat hijau : Fraktur ini melibatkan tekukan pada satu sisi tulang dan fraktur parsial
di sisi lain.
• Tonus atau fraktur geser :
• Fraktur busur : Tulang menjadi melengkung di sepanjang sumbu longitudinalnya.
• Fraktur garis rambut : Fraktur inkomplet (retakan tipis pada tulang yang tidak menembus
seluruhnya).
• Fraktur tunggal : tulang retak hanya di satu temapat
• Fraktur segmen : Fraktur di dua atau lebih tempat di tulang yang sama.
• Fraktur segmen : Fraktur di dua atau lebih tempat di tulang yang sama.
• Fraktur kominutif : Tulang patah di lebih dari dua tempat atau hancur berkeping-keping. 
• fraktur sudut atau pegangan ember : Fraktur sudut atau fraktur pegangan ember adalah
fragmentasi ujung distal salah satu atau kedua femur , dengan potongan lepas muncul di
tepi tulang sebagai kepadatan tulang yang sejajar dengan metafisis. 
KOMPLIKASI

Adapun komplikasi dari fraktur adalah sebagai berikut:


1. Deformitas ekstremitas
2. Potensial henti kembang

3. Keterbatasan gerak
4. Cedera saraf yang menyebabkan mati rasa atau paralisis saraf
5. Gangguan sirkulasi

6. Gangrene
7. Sindrom kompartemen
MANIFESTASI KLINIK

Adapun manifestasi klinis dari fraktur adalah sebagai berikut:


1. Nyeri dan nyeri tekan yang hilang dengan beristirahat
2. Bengkak/kerusakaan fungsi, pincang
3. Gerakan terbatas
4. Ekimosis di sekitar lokasi
5. Krepitasi di sisi fraktur
6. Status neurovascular pada daerah distal dari tempat fraktur mengalami penurunan
7. Atrofi distal
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

• Pemeriksaan laboratorium

a) Pemeriksaan darah yang menyatakan adanya perdarahan : penurunan hemoglobin dan hematokrit

b) Pemeriksaan darah yang menyetakan adanya kerusakan otot : peningkatan aspartat transaminase (AST) dan lactic
dehydrogenase (LDH)

• Pemeriksaan penunjang

a) X-Ray d) PET scan

b) CT scan e) Nuclear bone scans

c) MRI d) Ultrasonografi
PATOFISIOLOGI FRAKTUR
Fraktur pada anak-anak biasanya sebagai akibat trauma dari kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh, atau
penganiayaan anak.Jaringan lunak pada anak biasanya masih fleksibel, sehingga fraktur terjadi lebih
sering daripada cedera jaringan.Fraktur ini juga bisa disebabkan karena dorongan lagsung pada tulang,
kondisi patologis yang mendasarinya seperti rakitis yang mengarah pada fraktur spontan, kontraksi otot
yang kuat dan tiba-tiba, dan dorongan tidak langsung (Betz and Sowden, 2004).

Fraktur yang paling banyak terlihat pada anak-anak antara:

• Bend Fracture

Dikarakteristikkan dengan membengkoknya tulang pada titik yang patah dan tidak dapat diluruskan tanpa
dilakukan suatu intervensi.
• Buckle Fracture

Terjadi akibat kegagalan kompresi pada tulang ditandai dengan tulang yang menerobos dirinya sendiri

• Greenstick Fracture (fraktur inkomplet)

Patah tulang ini biasanya menyebabkan sel tulang akan mengalami kerusakan dan menyebabkan
perdarahan pada area fraktur yang menyebabkan beberapa jaringan lunak di daerah fraktur tersebut
rusak.
PENATALAKSANAAN

 Reduksi/Manipulasi Fraktur
 Gips

 Traksi
 Pembidaian
 Imobilisasi/Retensi Fraktur
 Distraksi
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK FRAKTUR

A. Pengkajian • Diagnosa : Fraktur antebracii dexstra


1. Pengumpulan data
• Tanggal masuk RS : 02 oktober 20120
a) Identitas pasien
• Tanggal pengkajian : 03 oktober 20120
• Nama : An. A
• Dokter penanggung jawab : Dr. Y
• Umur : 7 tahun
• Penanggung jawab : Tn. S
• Jenis kelamin : laki-laki

• No register : 2222-5555 • Hubungan penanggung jawab dengan pasien :


bapak
Agama : Islam

• Pendidikan : SD • Alamat : Jl. DI panjaitan no.6


b) Keluhan Utama : Kesemutan, nyeri saat digerakan pada tangan kanannya

c) Keluhan waktu didata : nyeri

d) Riwayat kesehatan

Pasien masuk ke IGD RSUP Dr.Kariadi 02 oktober 2020 pada pukul 22:00 dengan antebracii dexstra dengan pendarahan di
IGD, dari IGD pasien dipindahkan ke ruang anak lt 1 untuk dilakukan perawatan selanjutnya.

P : nyeri jika digerakan S : Skala 3

Q : seperti ditusuk-tusuk T : Saat digerakan

R : nyeri pada bagian fraktur antebracii dexstra


2. Riwayat kesehatan dahulu
a. Penyakit yang pernah dialami : tidak
b. Apakah pernah dirawat dirumah sakit : tidak
c. Apakah pernah mengalami tindakan operasi : tidak
d. Apakah pernah mengalami kecelakan trauma : tidak
e. Apakah pernah mengalami alergi : tidak
3. Riwayat kesehatan keluarga
a. Riwayat penyakit yang dialami keluarga : tidak ada
b. Genogram

Keterangan :
10 7
: laki-laki
: meninggal : perempuan
: tinggal serumah : pasien 7
e) Riwayat obat-obatan dan alergi
3. Head to toe
f) Pemeriksaan fisik
• Kepala           :   Mesochepal, tidak terdapat lesi.
1. Kesadaran             : Compos mentis
• Rambut         :   Kulit kepala bersih, rambut
2. Tanda-tanda vital  :
hitam, lurus, rambut bersih.
• TD : 110/80 mmHg
• Mata              : Simetris, konjungtiva tidak
• N : 85 x/ menit
anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada gangguan
• S : 37 C
o

penglihatan, pupil isokor.


• RR : 20 x/ menit
• Telinga          :   Simetris, bersih, tidak ada • Mulut            :  mulut bersih, gigi tidak caries,
gangguan pendengaran, tidak terdapat serumen, tidak ada stomatitis, fungsi pengecapan baik,
tidak ada nyeri saat telinga ditekan dan ditarik. membran mukosa bibir lembab.
• Hidung          : Simetris, bersih, tidak ada polip,
• Leher             :   Tidak ada pembesaran
tidak ada gangguan penciuman, tidak ada massa,
kelenjar tyroid, simetris, tidak ada nyeri tekan
tidak ada sekret, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
dan nyeri telan, tidak ada peningkatan JVP
perdarahan, tidak terpasang O2.
(Jugular Venous Pressure).
• Dada : • Abdomen      :

 Inspeksi :Pengembangan paru kanan dan kiri  Inspeksi : Tidak ada asites, bentuk simetris
simetrik
 Auskultasi : Bising usus 5-6x/menit
 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, gerakan fokal
 Perkusi :Tidak ada pembesaran pada hati,
fremitus antara kanan dan kiri sama.
tidak ada nyeri tekan, suara tympani.
 Perkusi : Bunyi paru sonor
 Palpasi :Tidak ada nyeri tekan, tidak ada
 Auskultasi : Suara dasar paru normal, terdengar massa
vesikuler, tidak ada whezzing.
• Kekuatan otot • pemeriksaan nyeri menggunakan skala nyeri
wong baker
 Ekstremitas   :2              5

5              5
 Ekstremitas atas: Tangan kiri tidak dapat
melawan gravitasi, terpasang oref dextra.
 Ekstremitas bawah      : kanan dan kiri pasien
dapat melawan tahanan pemeriksa dengan
kekuatan maksimal.
g) Pola Kehidupan Sehari-hari

a. Pola persepsi kesehatan

• Sebelum sakit      :   keluarga pasien mengatakan bahwa keluarganya sangat memperhatikan masalah
kesehatan.  Jika ada anggota keluarga yang sakit, segera diberi obat atau diperiksakan ke Puskesmas.

b. Pola Nutrisi

• Sebelum sakit      :   keluarga pasien mengatakan biasanya makan 3x/  hari dengan menu nasi, sayur
(bayam, buncis, wortel, kangkung), lauk (tempe, telur, tahu, daging).  Pasien biasa minum perhari ±
1200 cc, pasien biasanya minum air putih dan susu.
• Selama sakit        :   keluarga pasien mengatakan makan 3 kali sehari dengan menu yang disediakan RS
yaitu nasi, sayur, lauk, buah, porsi makan sedang tetapi pasien hanya makan dan habis ½ porsi makanan
karena masakan yang disediakan dari RS tidak enak. Pasien minum air putih ± 5-6 gelas setiap harinya ±
1000 cc.  Diit dari RS yaitu RKTP ( Rendah Kalori Tinggi Protein ).

c. Pola Istirahat dan Tidur

• Sebelum sakit      :   keluarga pasien mengatakan tidur anaknya malam ± 7-8 jam tidurnya tidak ada
gangguan. 

• Selama sakit        :   keluarga pasien mengatakan tidur malam ± 6 dan tidur siang ± 3 jam.
d. Pola Aktivitas dan Latihan

• Sebelum sakit      :   keluarga pasien mengatakan sehari-hari anaknya sekolah di sekolah
dasar.

• Selama sakit        :   keluarga pasien mengatakan anaknya izin sekolah selama masih
sakit. Aktivitas sehari-harinya dibantu keluarga. Untuk makan disuapi, minum diambilkan,
BAK dan BAB di bantu ke toilet. 
h) Data penunjang  Fraktur komplit bentuk oblik pada 1/3 tengah
1. Pemeriksaan laboratorium os jumerus kiri disertai shortening dan
angulasi ke lateral aposisi dan alignment
Pemeriksaan Hasil
tidak aktif.
Foto thorak  
3. Terapi

4. Infus RL 10 tpm
2. Pemeriksaan rontgen
5. Injeksi Ketorolac 15 mg / 8 jam iv
• Klinis : deformitas regio lengan atas kiri
• Kesan : 6. Ktrim soft uderm oles / 12 jam

 Soft tissue swelling pada regio lesi. 7. Krim desoksimetason oles / 12 jam
2. Analisa data
data fokus etiologi problem
DS :Pasien mengatakan nyeri pada tangan kanan. Agen injuri Nyeri akut
DO : skala nyeri 3
P : fraktur antabracii dextra
Q : nyeri seperti tertusuk-tusuk
R : antabracii dextra
S : skala nyeri: 3
T : 5 menit
• Ekspresi wajah pasien meringis
• Pasien tampak takut menggerakkan tangan
sebelah kanannya
TTV : TD: 110/80 mmHg S : 37 oC
N: 90 x/ menit RR : 22x/MENIT
DS : pasien mengatakan takut Injuri pada ekstremitas Gangguan mobilitas fisik
untuk menggerakan tangannya
karena sakit
DO : - pasien takut untuk
memindahkan tangannya
Kebutuhan pasien dibantu oleh
keluarga
DS : pasien mengatakan tidak Nyeri fraktur Gangguan istirahat tidur
bisa tidur karena nyeri pada
lengan kanan
DO : -
• tidur hanya 2-3 jam
• Nyeri pada lengan kanan
H+1 orif . skala 3
• TTV :
TD 110/70 mmHg
Suhu : 37,5 o C
RR : 22x/menit
HR : 90x/menit
B. Diagnosa keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kontraktur

3. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan nyeri fraktur


C. Intervensi
No Tujuan Intervensi Rasional
Setelah dilakukan asuhan 1. Lakukan pengkajian nyeri. 1. Untuk mengetahui
keperawatan selama 2x24 2. Ajarkan teknik non perkembangan
jam diharapkan nyeri farmakologi (distraksi status klien.
berkurang atau hilang relaksasi) jika nyeri timbul 2. Mengurangi nyeri
dengan kriteria hasil: dengan terapi musik klasik dan pergerakan.
• Skala nyeri 0-1 Mozart. 3. Program pengobatan
1. • Ekspresi wajah santai 3. Berikan posisi nyaman. untuk menurunkan
dan tenang. 4. Kolaborasi pemberian nyeri.
• Pasien tampak rileks. analgetik untuk mengurangi
• Kaji tingkat nyeri nyeri dengan dokter dalam
dengan standar pemberian analgetik.
PQRST.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Monitor vital sign 1. Memaksimalkan
selama 2x24 jam diharapkan 2. Ajarkan teknik ambulasi fungsi gerakan
gangguan mobilitas fisik teratasi 3. Kaji kemampuan pasien 2. Nyeri dan spasme
dengan kriteria hasil: dalam mobilisasi dikontrol dengan
2.
• Aktivitas fisik pasien meningkat 4. Dampingi dan bantu imobilisasi.
• Memverbalisasikan perasaan dalam pasien saat mobilisasi
meningkatkan kekuatan dan
kemampuan berpindah
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Kaji penyebab tidak 1. Untuk
selama 2x24 jam diharapkan masalah bisa tidur mengetahui
gangguan istirahat tidur teratasi, 2. Ciptakan lingkungan penyebab px tidak
dengan kriteria hasil: yang nyaman bisa tidur
3.
• Pola tidur, kualitas dalam batas 3. Atur posisi pasien 2. Agar sendi otot
normal 4. Kolaborasi dengan tulangnya tidak
fisioterapi untuk kaku
pemberian terapi
D. Implementasi
No Waktu Dx Implementasi

T1 : Memonitor TTV dan observasi KU pasien dan


keluhan pasien.
R1 : TD: 110/80 mmHg S : 37 oC
N: 90 x/ menit RR : 22x/MENIT

T2 : Mengajarkan teknik relaksasi dengan terapi


1. 03 oktober 2020 I
musik klasik Mozart
R2 : Klien bersedia untuk terapi musik klasik mozart
T3 : Mengatur posisi yang aman dan nyaman.
R3 : Klien memahami apa yang diajarkan
T4 : Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
analgetik.
R4 : Klien bersedia untuk minum obat
T1 : Monitor vital sign
R1 : Klien bersedia dilakukan tindakan
T2 : Ajarkan teknik ambulasi
2 03 Oktober 2020 R2 : Klien bersedia dilakukan Tindakan
II
T3 : Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
R3 : Klien memahami apa yang diajarkan

T1 : mengatur posisi tidur terlentang dengan kaki


kanan diganjal dengan bantalMembantu aktivitas
perawatan diri
R1 : Klien memahami apa yang diajarkan
3 03 oktober 2020 III
T2 : Menciptakan lingkungan yang nyaman
R2 : Klien memahami apa yang diajarkan
T3 : Berkolaborasi dengan ahli fisioterapi
R3 : Memaksimalkan fungsi gerak
E. Evaluasi
No Waktu Dx Evaluasi
S : Pasien mengatakan nyeri padalengan kiri masih terasa jika untuk bergerak
P : fraktur antabracii dextra
Q : nyeri seperti tertusuk-tusuk
R : antabracii dextra
S : skala nyeri: 3
T : 5 menit
Nyeri akut O : Pasien tampak menikmati musik mozart dengan menahan nyeri sesekali
03
berhubungan nyeri timbul
1. oktober
dengan agen A :   Masalah nyeri akut belum teratasi
2020
injuri P :   Lanjutkan intevensi:
Kaji tingkat nyeri.
Monitor TTV, observasi KU dan keluhan pasien
Atur posisi aman dan nyaman
Lakukan program terapi dari dokter
S :pasien mengatakan takut untuk memindahkan tangan kiri nya
O : tangan kiri pasien tampak di balut karena fraktur
Gangguan A : masalah gangguan mobilisasi belum teratasi
mobilitas fisik P : lanjutkan intervensi
2 03 oktober 2020
berhubungan
dengan kontraktur

S : Pasien mengatakan masih nyeri padalengan kiri masih terasa


jika untuk bergerak tapi berkurang dengan nafas dalam, skala
nyeri : 2  
P :   fraktur antabracii dextra
Gangguan istirahat Q :   nyeri seperti tertusuk-tusuk
tidur berhubungan R :  antabracii dextra
3 03 oktober 2020 dengan nyeri S :   skala nyeri: 2
fraktur T :   3 menit
O : Pasien mengatakan sudah tidak takut untuk bergerak dan sudah
latihan bergerak di tempat tidur.
A : Pasien tampak mencoba latihan di tempat tidur dengan bergerak
dan duduk di tempat tidur.
P : Lanjutkan intervensi
REFERENSI

Appley, Ag Dan Scloman, L, 1999, Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Applay Edisi 7, Widya Medika,
Jakarta.
Depkes, RI, 1996, Asuhan Keperawatan pada Sistem Muskuloskeletal, Depkes RI,
Brunner and Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah Volume 3 Edisi 8, EGC: Jakarta.

Betz, C. L., Sowden, L. A. (2004/2009). Buku saku keperawatan pediatrik (Ed. 5)

(Eny Meiliya, Penerjemah). Jakarta: EGC.


Harefa, K. (2010). Pengaruh terapi musik terhadap intensitas nyeri pada pasien pasca operasi di RSUD
Swadana Tarutung tahun 2010. Diperoleh tanggal22 Desember 2013. Dari
http://manuskrip-terapi-musik-terhadap-intensitas-nyeri-pada-pasien-pascaoperasi.pdf:Jakarta.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai