Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN SECARA

TEORITIS PADA KASUS FRAKTUR

OLEH KELOMPOK 3
1. AJI AJAT 8. LEONY AGISTA . M
2. AKIM BURHANUDN 9. LILIS
3. BAMBANG HERMAWAN 10. MIA KURNIA
4. DARUQUTHNI 11. M. NUR SARONI
5. FARINGGA ISMAIL 12. NU’MANUDIN
6. IRMA 13. NUNIK KURNIA DEWI
7. H. ENDANG KAHARUDIN 14. ROFIATUN NURHASANAH

STIKES ABDI NUSANTARA


2023
DEFENISI
Fraktur merupakan istilah hilangnya kontinuitas
tulang, baik bersifat total maupun Sebagian yang
ditntukan berdasarkan jenis dan luasnya.
Fraktur adalah patah tulang yang biasanya
disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. (Suriya &
Zurianti, 2019)
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang,
tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang
bersifat total maupun Sebagian. (Rasjad, 2015)
ETIOLOGI
1.Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya
kekerasan. Fraktur demikian bersifat fraktur terbuka dengan garis patah
melintang atau miring.
2. Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh
dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian
yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
3. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat
berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi
dari ketiganya, dan penarikan. (Oswari E, 1993)
MANIFESTASI KLINIS
1. Tidak dapat menggunakan anggota gerak
2. Nyeri pembengkakan
3. Terdapat trauma (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian atau
jatuh dikamar mandi pada orang tua, penganiayaan, tertimpa
benda berat, kecelakaan kerja, trauma olah raga)
4. Gangguan fungsi anggota gerak
5. Deformitas
6. Kelainan gerak
7. Krepitasi atau datang gejala-gejala lain
8. Perdarahan lokal
9. Edema pada lokasi karena reaksi radang akibat kerusakan
jaringan
10. Rentang gerak abnormal
11. Pemendekan kaki dan perputaran eksternal adalah hal biasa
setelah retak
ANATOMI & FISIOLOGI
Terdapat 2 jenis sel yang berperan dalam perkembangan tulang :

Osteoblas yang menghasilkan tulang

Osteoklas, yang menyusun dan membentuk kembali tulang (remodellling).

Perkembangan tulang berlangsung selama kehidupan janin, dan terus berlanjut pada masa
kanak-kanak sampai remaja. Pembuluh darah menginfiltrasi kartilago janin dan osteoblas
terbentuk dipusat osifikasi. Osteoblas menggunakan mineral untuk membentuk sel tulang yang
menggantikan kartilago.

Osteoblas menjadi tertimbun dalam jaringan terklasifikasi, segingga menjadi osteosit yang
berperan untuk mempertahankan tulang. Osteoblas juga aktif disekita luar tulang yang
meningkatkan ketebalannya. Akhrinya sebagian besar katilago digantikan oleh tulang, yang
menimbulkan struktur yang kaku. Area kartilago tetap secara strategis digantikan agar tulang
tumbuh ketika lempeng kartilagiosa berubah menjadi tulang, tulang tidak tumbuh lagi. Akan
tetapi osteosit yang terdapat pada tulang secara kontiniu pecah dan menggantikan jaringan
tulang yang ada sepanjang hidup.
FUNGSI TULANG
Memberikan kekuatan pada rangka tubuh
Tempat melekatnya otot
Melindungi organ penting
Tempat pembuatan sel darah merah
Tempat penyimpanan garam mineral
KLASIFIKASI
Berdasarkan sifat fraktur
1. Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat hubgungan antara fragmen
tulang dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa
komplikasi.
Pada fraktur tertutup ada kalsifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan
jaringan lunak disekitar, yaitu :
a. Tingkat 0 : fraktur bisa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak
sekitar.
b. Tingkat 1 : fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan
subkutan.
c. Tingkat 2 : fraktur yang lebih berat dengan konstusio jaringan lunak bagian
dalam dan pembengkakan.
d. Tingkat 3 : cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan
CON’T

2. Fraktur terbuka (open/compund), bila terdapat hubungan antara hububungan


antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya permukaan kulit.
•Fraktur terbuka dibedakan menjadi beberapa grade yaitu :
a. Grade I : luka bersih, panjangnya kurang dari 1 cm.
b. Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.
c. Grade III : sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan lunak
ekstensif.
PATOFISIOLOGI
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan
gaya pegas untuk menahan tekanan, Tapi apabila tekanan eksternal
yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka
terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau
terputusnya kontinuitas tulang Ketika terjadi fraktur pada tulang,
maka periosteum serta pembuluh darah didalam korteks, sum-sum
tulang, dan jaringan lunak disekitarnya akan mengalami disrupsi.
Hematoma akan terbentuk diantara ujung patahan tulang serta
dibawah periosteum, dan akhirnya jaringan granulasi menggantikan
hematoma tersebut.
WOC
PENATALAKSANAAN
 Pembidaian anggota gerak diatas dan dibawah
bagian yang dicurigai mengalami fraktur ;
pembidaian ini bertujuan untuk imobilisasi
 Kompres dingin untuk mengurangi rasa nyeri
dan edema
 Elevasi anggota gerak tersebut untuk
mengurangi rasa nyeri dan edema.
KOMPLIKASI
 Kerusakan arteri
 Kompartement syndrome
 Fat embolism syndrome
 Infeksi
 Avaskuler nekrosis
 Syok
 Delayed union
 Nonunion
 Malunion
ASKEP TEORITIS
FRAKTUR
PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
Biasanya berisi nama, umur, jenis kelamin, no. MR,
pendidikan, pekerjaan, status, agama, alamat, tanggal masuk,
dll.

2. Tanda-tanda vital
Nadi : Biasanya nadi meningkat
Pernafasan : Biasanya pernafasan meningkat
Tekanan darah : Biasanya tekanan darah rendah
Suhu : Biasanya suhu meningkat
3. Riwayat Kesehatan

A. Riwayat kesehatan dahulu


Biasanya klien mengalami kecelakan dan terjatuh sebelumnya. Dan biasanya
klien memiliki riwayat-riwayat penyakit tertentu misalnya kanker tulang dan
penyakit paget’s yang menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk
menyambung selain itu biasanya klien juga memiliki riwayat penyakit diabetes
dengan luka dikaki sangat beresiko terjadinya osteomyelitis akut maupun kronik
dan juga diabetes menghambat pertumbuhan tulang.

B. Riwayat kesehatan sekarang


Biasanya klien mengalami kecelakan dan terjatuh sebelumnya. Dan biasanya
klien memiliki riwayat-riwayat penyakit tertentu misalnya kanker tulang dan
penyakit paget’s yang menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk
menyambung selain itu biasanya klien juga memiliki riwayat penyakit diabetes
dengan luka dikaki sangat beresiko terjadinya osteomyelitis akut maupun kronik
dan juga diabetes menghambat pertumbuhan tulang.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit
tulang merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti
diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan, dan
kanker tulang yang cenderung ditutunkan secara genetik
4. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum
Kesadaran : Biasanya compos mentis
Kesakitan, keadaan penyakit : Biasanya akut
Kepala
Biasanya tidak ada gangguan, simetris, tidak ada penonjolan, tidak ada nyeri
kepala.
Leher
Biasanya tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek
menelan ada.
Muka
Biasanya wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi
maupun bentuk. Tidak ada lesi, simetris, tak oedema.
Mata
Biasanya ada gangguan seperti konjungtiva anemis (jika terjadi perdarahan).
Telinga
Biasanya tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal, tidak ada lesi
atau nyeri tekan.
Hidung
Biasanya tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.
Mulut dan faring
Biasanya tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa
mulut pucat.
Thoraks
Biasanya tidak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
Paru
Inspeksi
Biasanya pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada
riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru
Palpasi
Biasanya pergerakan atau simetris, fremitus raba sama.
Perkusi
Biasanya suara ketuk sonor, tak ada suara tambahan lainnya.
Auskultasi
Biasanya suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan
lainnya.
Jantung
Inspeksi
Biasanya tidak tampak iktus cordis.
Palpasi
Biasanya nadi meningkat, iktus tidak teraba.
Perkusi
Biasanya suara ketuk jantung pekak
Auskultasi
Biasanya suara S1 dan S2 tunggal, tak ada murmur.
• Abdomen
• Inspeksi
• Biasanya bentuk datar, imetris, tidak ada hernia.
• Palpasi
• Biasanya tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak
teraba.
• Perkusi
• Biasanya suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
• Auskultasi
• Biasanya peristaltik usus normal.
Kulit
Biasanya terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma
meningkat, bengkak, oedema, nyeri tekan.

Genetalia
Biasanya tidak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak
ada kesulitan BAB.
PEMERIKSAAN SETEMPAT (LOKALIS)

Harus diperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal terutama


mengenai status neurovaskuler. Pemeriksaan pada sistem muskuloskeletal adalah :

1. Look (inspeksi)
Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain :
Cictriks (jaringan parut baik yang alami maupun buatan seperti bekas operasi).
Cape au lait spot (birth mark).
Fistulae.
Warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau hyperpigmentasi.
Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal yang tidak biasa (abnormal).
Posisi dan bentuk dari ekstremitas (deformitas).
Posisi jalan (gait, waktu masuk ke kamar periksa).
2. Feel (Palpasi)

Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi penderita diperbaiki mulai dari posisi
nertal (posisi anatomi). Pada dasarnya ini merupakan pemeriksaan yang memberikan
informasi dua arah, baik pemeriksa maupun klien.
Yang perlu dicatat adalah :
Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban kulit.
Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau oedema terutama disekitar
persendian.
Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainan (1/3 proksimal, tengah, atau
distal).
Otot : tonus pada waktu relaksasi atau kontraksi, benjolan yang terdapat di permukaan
atau melekat pada tulang. Selain itu juga diperiksa status neurovaskuler. Apabila ada
benjolan, maka sifat benjolan perlu dideskripsikan permukaannya, konsistensinya,
pergerakan terhadap dasar atau permukaannya, nyeri atau tidak, dan ukurannya.
3. Move (Pergerakan terutama lingkup gerak)

Setelah melakukan pemeriksaan feel, kemudian diteruskan dengan


menggerakkan ekstremitas dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri
pada pergerakan. Pencatatan lingkup gerak ini perlu, agar dapat
mengevaluasi keadaan sebelum dan sesudahnya. Gerakan sendi dicatat
dengan ukuran derajat, dari tiap arah pergerakan mulai dari titik 0 (posisi
netral) atau dalam ukuran metrik. Pemeriksaan ini menentukan apakah
ada gangguan gerak (mobilitas) atau tidak. Pergerakan yang dilihat adalah
gerakan aktif dan pasif.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

DIAGNOSA KEPERAWATAN, INTERVENSI & EVALUASI


k a si h !!!
a

Anda mungkin juga menyukai