OLEH KELOMPOK 3
1. AJI AJAT 8. LEONY AGISTA . M
2. AKIM BURHANUDN 9. LILIS
3. BAMBANG HERMAWAN 10. MIA KURNIA
4. DARUQUTHNI 11. M. NUR SARONI
5. FARINGGA ISMAIL 12. NU’MANUDIN
6. IRMA 13. NUNIK KURNIA DEWI
7. H. ENDANG KAHARUDIN 14. ROFIATUN NURHASANAH
Perkembangan tulang berlangsung selama kehidupan janin, dan terus berlanjut pada masa
kanak-kanak sampai remaja. Pembuluh darah menginfiltrasi kartilago janin dan osteoblas
terbentuk dipusat osifikasi. Osteoblas menggunakan mineral untuk membentuk sel tulang yang
menggantikan kartilago.
Osteoblas menjadi tertimbun dalam jaringan terklasifikasi, segingga menjadi osteosit yang
berperan untuk mempertahankan tulang. Osteoblas juga aktif disekita luar tulang yang
meningkatkan ketebalannya. Akhrinya sebagian besar katilago digantikan oleh tulang, yang
menimbulkan struktur yang kaku. Area kartilago tetap secara strategis digantikan agar tulang
tumbuh ketika lempeng kartilagiosa berubah menjadi tulang, tulang tidak tumbuh lagi. Akan
tetapi osteosit yang terdapat pada tulang secara kontiniu pecah dan menggantikan jaringan
tulang yang ada sepanjang hidup.
FUNGSI TULANG
Memberikan kekuatan pada rangka tubuh
Tempat melekatnya otot
Melindungi organ penting
Tempat pembuatan sel darah merah
Tempat penyimpanan garam mineral
KLASIFIKASI
Berdasarkan sifat fraktur
1. Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat hubgungan antara fragmen
tulang dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa
komplikasi.
Pada fraktur tertutup ada kalsifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan
jaringan lunak disekitar, yaitu :
a. Tingkat 0 : fraktur bisa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak
sekitar.
b. Tingkat 1 : fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan
subkutan.
c. Tingkat 2 : fraktur yang lebih berat dengan konstusio jaringan lunak bagian
dalam dan pembengkakan.
d. Tingkat 3 : cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan
CON’T
2. Tanda-tanda vital
Nadi : Biasanya nadi meningkat
Pernafasan : Biasanya pernafasan meningkat
Tekanan darah : Biasanya tekanan darah rendah
Suhu : Biasanya suhu meningkat
3. Riwayat Kesehatan
Keadaan umum
Kesadaran : Biasanya compos mentis
Kesakitan, keadaan penyakit : Biasanya akut
Kepala
Biasanya tidak ada gangguan, simetris, tidak ada penonjolan, tidak ada nyeri
kepala.
Leher
Biasanya tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek
menelan ada.
Muka
Biasanya wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi
maupun bentuk. Tidak ada lesi, simetris, tak oedema.
Mata
Biasanya ada gangguan seperti konjungtiva anemis (jika terjadi perdarahan).
Telinga
Biasanya tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal, tidak ada lesi
atau nyeri tekan.
Hidung
Biasanya tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.
Mulut dan faring
Biasanya tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa
mulut pucat.
Thoraks
Biasanya tidak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
Paru
Inspeksi
Biasanya pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada
riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru
Palpasi
Biasanya pergerakan atau simetris, fremitus raba sama.
Perkusi
Biasanya suara ketuk sonor, tak ada suara tambahan lainnya.
Auskultasi
Biasanya suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan
lainnya.
Jantung
Inspeksi
Biasanya tidak tampak iktus cordis.
Palpasi
Biasanya nadi meningkat, iktus tidak teraba.
Perkusi
Biasanya suara ketuk jantung pekak
Auskultasi
Biasanya suara S1 dan S2 tunggal, tak ada murmur.
• Abdomen
• Inspeksi
• Biasanya bentuk datar, imetris, tidak ada hernia.
• Palpasi
• Biasanya tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak
teraba.
• Perkusi
• Biasanya suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
• Auskultasi
• Biasanya peristaltik usus normal.
Kulit
Biasanya terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma
meningkat, bengkak, oedema, nyeri tekan.
Genetalia
Biasanya tidak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak
ada kesulitan BAB.
PEMERIKSAAN SETEMPAT (LOKALIS)
1. Look (inspeksi)
Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain :
Cictriks (jaringan parut baik yang alami maupun buatan seperti bekas operasi).
Cape au lait spot (birth mark).
Fistulae.
Warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau hyperpigmentasi.
Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal yang tidak biasa (abnormal).
Posisi dan bentuk dari ekstremitas (deformitas).
Posisi jalan (gait, waktu masuk ke kamar periksa).
2. Feel (Palpasi)
Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi penderita diperbaiki mulai dari posisi
nertal (posisi anatomi). Pada dasarnya ini merupakan pemeriksaan yang memberikan
informasi dua arah, baik pemeriksa maupun klien.
Yang perlu dicatat adalah :
Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban kulit.
Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau oedema terutama disekitar
persendian.
Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainan (1/3 proksimal, tengah, atau
distal).
Otot : tonus pada waktu relaksasi atau kontraksi, benjolan yang terdapat di permukaan
atau melekat pada tulang. Selain itu juga diperiksa status neurovaskuler. Apabila ada
benjolan, maka sifat benjolan perlu dideskripsikan permukaannya, konsistensinya,
pergerakan terhadap dasar atau permukaannya, nyeri atau tidak, dan ukurannya.
3. Move (Pergerakan terutama lingkup gerak)