Pendahuluan
Pendahuluan
Densitas tulang kurang rawan
Porous jarang kominutiva.
Modulus elastisitas rendah tegangan
terarbsorbsi bending.
Periosteum tebal garis fraktur terjaga
penyembuhan lebih cepat.
Tulang tetap bertumbuh rotasi,
pemanjangan baik lebar dan panjang
Tinjauan Pustaka
Secara anatomis
Bagian-bagian Tulang :
Diafisis
Bentuk silidirs
Terkeras, kurang elastis
Fungsi protektif
Kaya pembuluh darah
Epifisis
Bagian tepi tulang
Bagian-bagian tulang :
Bagian-bagian Tulang
Articular Cartilage
Periosteum
Meddullary Cavity
Bagian yang berongga silidris dalam diafisis
Tempat bone marrow
Endosteum
Membran tipis menghubungkan permukaan
tulang.
Berhadapan langsung dengan cavitas tulang.
Satu lapis se, jaringan penyangga sedikit
Jenis Tulang :
Tulang Panjang
Contoh : femur, tibia, ulna humerus
Tulang Pendek
Contoh : Vetebra, tullang-tulang carpal
Tulang Pipih
Contoh : tulang iga, tulang scapula, tulang pelvis
Jenis Tulang :
Tulang Imatur
Tulang Matur
Lamelar Bone, Cortical bone, dense bone,
compacta bone
Contoh : calcaneus bone trabekuler bone.
Perbedaan :
Jumlah sel
Sistem aversian / osteon
Kandungan kolagen
Mineral
Ketebalan korteks
Fungsi Tulang
Support
Protection
Assistance in Movement
Mineral Homeostasis (Storage and release)
99% kalsium tubuh, 90% fosfor tubuh
Kalsium Fx:
Pembekuan darah
Tranmisi neuromuskuler
Iritabilitas eksitabilitas otot
Keseimbangan asam basa
Permeabilitas membran
Pelekat antar sel
Rigiditas dan kekuatan tulang
Fungsi Tulang
Tryglyseride Storage
Nutrisi Tulang
Vaskulari sasi tulang sangat besar
Diafisis dan Metafisis ekstrameduler
periosteal dan intrameduler
Pertumbuhan Tulang
Biomekanik
Fraktur
Definisi
Hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi,
tulang rawan epifisis baik bersifat total maupun
parsial.
Proses terjadinya :
Injury
Stress Berulang
Abnormalitas tulang (Patologis)
Trauma
Langsung (Direct)
Tekanan langsung pada tulang
Bersifat kominutif
Jaringan lunak dapat ikut rusak
Klasifikasi Fraktur
(Radiologis)
Lokasi :
Diafisis, metafisis, intraartikuler, dengan dislokasi
Konfigurasi
Klasifikasi Fraktur
(Radiologis)
Ekstensi
Total/Komplit
Parsial / Crack
Torus
Garis Rambut
Green Stick
Undisplaced
Displaced
Shifted Sideway
Angulasi
Rotated
Distracted
Overriding
Impacted
Diagnosa Fraktur
Anamnesa
Riwayat Trauma
Bagian yang terkena gangguan Fungsi
Nyeri / mati rasa
Memar
Pembengkakan
Masalah umum : sesak nafas, tanda-tanda syok
Produksi urin
Pemeriksan Fisik
General Sign : ABCDE
Local Sign : Krepitasi, false movement
Status Lokalis
Look
Bengkak
Memar
Keutuhan Kulit
Postur ekstremitas distal
Warna kulit distal
Feel
Nyeri
Krepitasi
Kelainan saraf perifer
Move
False movement, ROM, Neurologis
Bone Healing
Bone Healing
Union
Konsolidasi
Timetable
Non-Union
Komplikasi Fraktur
General
Blood Loss
Shock
Fat Embolism
Cardiorespiratory Failure
etc
Lokal
Early dalam minggu2 awal
Urgent, less urgent
Late
Komplikasi Fraktur
Epidemiologi
Mechanism Of Injury
Adanya kompresi, pemeluntiran dan
pembengkokan.
Kompresi meta-dafisis Buckle fracture
Pemeluntiran :
Younger : Periosteum tebal patah sebelum
lempeng epifisis Fraktur spiral memanjang
Older : Fraktur lempeng epifisis >>
Pembengkokan :
Green Stick Fracture incomplete
Bending
Buckle Fracture
Incomplete
Melengkung pada satu sisi
Garis fraktur tidak tersebar
Sering kali harus di refrakturisasi terlebihdauhulu
Complete Fracture
Spiral Fracture
Oblique
Transverse
Fraktur Remodeling
Berjalan dengan waktu
Proses osifikasi berlangsung lebih cepat
Faktor yang mempengaruhi :
Usia
Lokasi
Derajat Deformitas
Pola Deformitas
Overgrowth
Hiperemi pada lempeng epifisis Akselerasi
pertumbuhan tulang (6 bulan 1 tahun)
Sangat penting diperhatikan anak usia < 10 tahun
Progressive Devormity
Karena cidera pada lempeng pertumbuhan
Dapat bersifat parsial atau total
Deformitas : angulasi, diskrepensi
Rapid Healing
Periosteum yang tebal
Fraktur Clavicula
Epidemiologi
8-15% dari keseluruhan fraktur pada anak.
0,5 % pada persalinan normal
1,6 % pada persalinan sumsang
90% fraktur yang berkaitan dengan persalinan
Mechanism of Injury
Indirect : Jatuh dalam tangan terlentang
Direct : Trauma langsung pada klavicula
Birth Injury : Ibu dengan panggul sempit, tekanan
langsung pada simpisis pubis
Sering kali SH tipe 1 dan 2
80% bertumbuh pada sebelah medial
Berkaitan erat dengan ligamentum
coracoclavicular dan acromioclavicular.
Evaluasi Klinis
Terlihat asimetrisLebih menonjol
Reflex Monro, Elbs Palsy (Trunkus sup C5-C6)
Status Pulmoner
Radiographic Evaluation
Pada neonatus dapat digunakan USG
X-ray AP :
Cephalic tilt view
Miring kepala 35-40o
Melihat jelas adanya pergeseran
Apical Oblique
Sisi fraktur dirotasi 45o drajat dan miring kepala 20o
Klasifikasi :
Deskripsi :
Lokasi
Tertutup atau terbuka
Pergeseran
Angulasi
Jenis Fraktur
Menurut Allman :
Tipe 1 : 1/3 tengah
Tipe 2 : 1/3 distal atau lateral
Tipe 3 : 1/3 proksimal
Terapi :
Bayi baru lahir sampai usia 2 tahun :
Biasanya komplet
Terkait persalinan
Mengalami union kurang dari 1 minggu
Pemasangan Soft Bandage
Pemasangan Sling atau Figure of eight bandage selama 2-4
minggu
Usia 12 maturitas
Untuk fraktur komplet yang luas.
A figure of eight bandage selama 3-4 minggu
Operasi terbuka fraktur terbuka dengan penurunan AVN
Komplikasi
Neurovaskular compromise
Malunion
Nonunion
Pulmonary injury
Fraktur Scapula
Epidemiologi
1% dari keseluruhan fraktur
5% dari fraktur shoulder.
Anatomi
Osifikasi intramembranosa
Saraf supraclavicular superior scapula
Superior Shoulder Suspentory Complex
Acromion,glenoid, coracoid ligament
Fraktur Skapula
Mechanism of Injury
Fraktur avulsi dengan trauma sendi glenohumeral
Child abusetrauma langsung.
35-98% berkaitan dengan fraktur lainnya :
Cedera thorax pada sisi yang sama : fraktur costa,
clavicula, sternum ataupun trauma bahu.
Pneumothorax : nampak pada 11% - 55% dari
fraktur scapula.
Kontusio Pulmonal : nampak pada 11% - 54% dari
fraktur scapula.
Cedera Neurovascular : Cedera pada pleksus
brakialis, avulsi vaskuler
Fraktur Skapula
Manifestasi Klinis
ABCDE
Lengan atas disangga oleh yang kontralateral
Adduksi
Tidak mobile Nyeri terutama bila abduksi
Pemeriksaan neurovaskuler dan suara nafas!
Pemeriksaan Radiologis
Glenoid,
AP
collum,
Axiler
corpus
Scapular Y
Acromion
Chepalic Tilt sebesar 450coracoid fracture
CT-Scan evaluasi lanjut intra-articuler
Sering kali berhubungan dengan fraktur lain :
Foto Dada !!: bahaya komplikasi
Klasifikasi
Berdasarkan Lokasinya
Head (35) and Neck (27%) fracture
Tipe I. : Terisolasi atau berhubungan
dengan gangguan pada clavicula
Tipe II : Displaced atau nondisplaced
Fraktur Coracoid
Dapat terisolasi / melibatkan : sendi
acromioclavicular
Tipe avulsi + melewati lempeng pertumbuhan
Fraktur Acromial
Tipe I : Nondisplaced
Tipe IA : Avulsi
Tipe IB : Trauma langsung
Tipe II : Displaced tanpa pemendekan subacromial
TIpe III : Displaced dengan pemendekan
subacromial.
Terapi
Pada anak biasanya non operatif otot menjaga
stabilitas fragmen tulang
Operatif tidak union
Fraktur leher scapula :
Non displace : konservatif
Displace : pemasangan toracobrachial cast
Unstable : ORIF
Fraktur Corcoid
Non displace Sling imobilitation
Displace + dislok acromioclavicular ORIF
Fraktur Acromial
Non displace : sling immobilization
Subacromial impingement : pemasangan screw/plate
Fraktur Glenoid
Tipe I : Fraktur dengan luas tidak melebihi fossa
glenoid dapat menyebabkan ketidakstabilan
seharusnya dilakukan reduksi terbuka dengan
fikasi lag screw.
Tipe II : Subluksasi inferior caput humeri dapat
terjadi, sehingga diperlukan reduksi terbuka,
khususnya ketika berhubungan dengan fraktur
articular lebih besar dari 5mm. Pendekatan
anterior biasanya memberikan hasil yang adequat.
Komplikasi
Proksimal Humerus
Fracture
Epidemiologi
<5% fraktur pada anak
Insidensi 1,2-4,4 per 10.000 per tahun
Neonatus : trauma persalinan 1,9-6,7% dari cedera
lempeng epifisis
Anatomi
80% tumbuh dari proksimal epifisis
Pusat osifikasi :
Caput
Tuberositas mayor
Tuberositas minor
Mechanism
Of Injury
Indirect :
Jatuh kebelakang dengan tangan
tertarik dan siku ekstensi serta
pergelangan dorsofleksi
Persalinan : hiperekstensi / over rotasi.
Karena Macrosomia distosia bahu
Manifestasi Klinis
Newbron : Pseudoparalysis
Dapat disertai : demam,
Infeksi, fraktur clavicula, brachial plexus injury
HARUS DISINGKIRKAN dulu !
Older : nyeri, oedema, ekimosis & disfungsi
Nyeri tekan +
ROM terbatas
Krepitasi
Radiologis
X-ray AP
Lateral
Axiler
USG Neonatus
(epifisis blm terosifikasi)
CT-Scan
MRI
Klasifikasi (Salter-Harris)
Tipe 1 : Tersebar menyeluruh pada lempeng
pertumbuhan; biasanya pada cedera saat
persalinan
Tipe 2 : Biasanya terjadi pada aldolecent (> 12
tahun); fragmen metafisis selalu posteromedial
Tipe 3 : Fraktur Intra-articular, jarang terjadi;
sering dengan dislokasi.
Tipe 4 : Paling jarang; fraktur intra-artikuler
transmetafisis; berkaitan dengan fraktur
terbuka
Management
Newborn
Acceptable
Deformity :
Usia 1-4 tahun : 70o angulasi tanpa
adanya displacement.
Usia 5-12 tahun : 40 sampai 45o
angulasi dengan displacement
sepertiga dari lebar tulang.
Usia 12 tahun sampai matur : 1520o angulasi dengan displacement
kurang <30% dengan lebar tulang.
ORIF
indikasi :
Fraktur terbuka
Fraktur dengan neurovascular compresion
SH tipe 3 dan 4 tanpa pergeseran
Fraktur yg tidak dapat direduksi interposisi
jaringan lunak
Cara
Penggunaan Kirchner Wires atau Steinmann Pin
Percutaneus
Komplikasi
Proksimal humerus Varus
Limb length Inequality
Osteonecrosis
Fraktur Elbow
Epidemiologi
Anatomi
3 sendi : Ulnohumeral,radiocapitellar,proksimal
radioulnar
Vaskularisasi : intraoseus dan ekstraoseus
20% pertumbuhan ekstremitas atas
Mechanism Of injury
Indirect : Jatuh dengan ekstremitas atas yang
outstretched.
Direct : trauma langsung pada sendi siku yang
terjadi karena jatuh pada keadaan sendi siku
yang fleksi berbenturan dengan benda yang
keras
Manifestasi Klinis
Pemeriksaan Radiologis
AP
Sudut Boaumann
Humeral ulnar angle
Metaphyseal diaphyseal angle carrying angle
Lateral
Humerus :
Fraktur suprakondiler humeri
Fraktur epikondilus medialis (fraktur epifisis
medialis)
Fraktur kondilus lateralis humeri (fraktur lempeng
epifisis)
Radius
Fraktur kaput radius (fraktur epifisis) dan fraktur
leher radius
Pulled elbow
Ulna
Fraktur 1/3 proksimal ulna (Monteggia)
Fraktur olekranon dan fraktur epifisis ulna
Fraktur prosesus koronoid
Fraktur Suprakondiler
Humeri
Epidemiologi
Anatomi
Remodeling usia 5-8 tahun berkurangnya diameter
anteroposterior pada region suprakondilercedera.
Kelemahan ligament >>>
cedera dengan posisi hiperekstensi.
Kapsul anterior lebih tebal dan lebih kuat dibandingkan
kapsul posterior.
Pada saat sendi ini mengalami ekstensi, serat kapsul
anterior menjadi mengencang, bertindak sebagai titik
tumpu dimana olekranon menjadi terhubung dengan
sangat kuat pada fossa olekranon. Pada keadaan yang
berlebih, hiperekstensi dapat menyebabkan prosesus
olekranon akan mengalami pergeseran pada fosa
olekranon superior dan region suprakondiler.
Mechanism Of Injury
Tipe Ekstensi ; trauma terjadi pada saat sendi siku
dalam posisi hiperekestensi atau sedikit fleksi
serta pergelangan tangan dalam posisi
dorsofleksi.
Tipe Fleksi : Hal ini disebabkan karena trauma
langsung pada bagian distal humeri
Manifestasi Klinis
pembengkakan, nyeri tekan dengan luasbgerak
sendi yang terbatas
S-shaped angulation at the elbow : Fraktur
komplet (tipe III) merupakan hasil dari 2 titik
angulasi sehingga berbentuk seprti huruf S
Pucker sign
Pemeriksaan Neurovaskuler
Klasifikasi
Tipe Ekstensi
98% dari fraktur suprakondiler pada anak-anak.
Tipe
Fleksi :
Terapi
Tipe
Ekstensi
Tipe
Fleksi
Komplikasi
Lepuh kulit
Maserasi kulit
Iskemik Volkman
Trauma saraf Perifer
Malunion
Miosis Osifikan
Epidemiologi
Kurang dari 1% dari fraktur humerus distal. Dan
terjadi pada usia antara 8-14 tahun.
Mekanisme trauma
Terjadi fraktur pada saat sendi siku dalam
regangan (strain) kea rah valgus yang
menyebabkan tarikan pada epikondilus medialis
melalui otot-otot fleksor yang melekat pada
tulang ini.
Klasifikasi
Menurut Milch :
Tipe 1 : Garis fraktur melewati seluruh apex
trochlea; kebanyakan Salter Harrish tipe II
Tipe 2 : Garis fraktur melewati cekungan
capitulotrochlear; kebanyakan Sakter Harrish tipe
IV
Menurut Kilfoyle
Stage I : tidak terdapat pergeseran, permukaan
articular utuh
Stage II : garis fraktur komplit dengan pergeseran
minimal.
Stage III : Pergeseran komplit dengan rotasi
fragmen dari tarikan masa fleksor.
Terapi
Gejala Klinis
distorsi sendi siku
pembengkakan sedang karena hematoma
fraktur lebih prominent pada aspek lateral
distal humerus.
Krepitasi dapat muncul, berhubungan
dengan supinasi dan pronasi sendi siku.
Nyeri, pembengkakan, nyeri tekan, ruang
gerak sendi yang nyeri dan nyeri pada saat
pergelangan tangan diekstensikan.
Klasifikasi
Menurut Milch
Tipe 1 : garis fraktur lateral dari trochlea dan
menuju cekungan capitulotrochlear. Seringkali
salter harrish tipe IV, dan sendi siku dalam
keadaan stabil karena trochlea yang masi utuh.
Namun ini jarang ditemukan
Tipe II : garis fraktur berjalan sepanjang apex dari
trochlea. Sering kali nampak sebagai fraktur
Salter Harrish tipe 2 sendi siku sering kali tidak
stabil karena trochlea mengalami gangguanl; tipe
ini yang lebih sering terjadi.
Menrut Jacob :
Stage I : Fraktur tanpa pergeseran dengan
permukaan artikuler yang masi utuh.
Stage II : Fraktur dengan pergeseran ringan.
Stage III : Pergeseran komplit dan rotasi sendi
siku.
Terapi
Fraktur tanpa perpindahan fragmen cukup
dengan istirahat dan pemakaian mitela.
Fraktur tipe 2 dan 3 sebaiknya memerlukan
operasi segera karena bersifat tidak stabil
Komplikasi :
Lateral condylar overgrowth, delayed union,
angular deformity, neurologic compromise
Mechanism Of Injury
Akut :
Indirect : Mekanisme terjadinya fraktur adalah
dengan tangan dalam keadaan out-stretched,
sendi siku dalam posisi ekstensi dan lengan
bawah yang dalam keadaan supinasi.
Direct : Paling sering terjadi, bisa disebabkan
karena tumpang tindih dengan tumor pada
jaringan lunak setempat
Chronic
Cedera berulang dapat terjadi, biasanya karena
aktivitas yang berhubungan dengan melempar.
Manifestasi klinis
pembengkakan pada daerah lateral dari sendi siku,
nyeri yang memberat ketika sendi tersebut
digerakan pergerakan supinasi dan pronasi.
Pemeriksaan Radiologis
X-ray AP dan Lateral
Dapat menentukan garis fraktur
Klasifikasi
Menurut OBrein
Tipe I : < 30o
Tipe II : 30-60o
Tipe III : >60o
Terapi
Non Operatif
OBrien fraktur tipe I Imobilisasi sederhana
dengan angulasi yang kurang dari 30o.
Pemakian collar and cuff, posterior splint, atau
penggunaan long arm cast untuk 7-10 hari.
Tipe II fraktur dengan angulasi 30-60o harus
dilakukan manipulasi :
Patterson
Flexi-Pronasi (Israeli)
Deskripsi :
Lokasi : 1/3 proksimal, 1/3 tengah, 1/3
distal.
Tipe : plastic deformation, inkomplit
(greenstick), kompresi (torus atau
buckle) atau komplit
Pergeseran
Angulasi
Terapi nonsoperatif :
Deformitas yang nampak harus dikoreksi
langsung saat ditemukan untuk mencegah
terjadinya kerusakan jaringan lunak sekitar.
Pemasangan splint pada ekstremitas diperlukan
untuk mengurangi nyeri dan mencegah trauma
lanjutan jika reduksi tertutup terlambat dilakukan.
Keberadaan dan tipe fraktur serta usia anak
sangat berpengaruh untuk dilakukan reduksi yang
tepat. Hal ini disebabkan karena reduksi bisa saja
dilakukan dengan sedasi, anastesi local atau
anastesi general.
Indikasi Operasi
Fraktur yang tidak stabil atau tidak dapat diterima
setelah dilakukan reduksi tertutup
Fraktur terbuka/compartment syndrome
Floating Elbow
Fraktur berulang dengan pergeseran
Fraktur segmental
Usia (lebih dari 10 tahun, jika diperoleh angulasi
yang menetap)
Gambaran Klinis
Penderita datang dengan mengeluh nyeri dan
bengkak pada lengan bawah dan datang dengan
tangan dalam posisi fleksi dan pronasi.
Pemeriksaan radiologis dapat dilakukan untuk
menegakan diagnosa ini.
Terapi
Pada fraktur terbuka sebaiknya segera dilakukan
tindakan operasi disertai fiksasi ulna.
Pengobatan fraktur tertutup pada anak-anak
dicoba dengan reposisi terututp karena angka
keberhasilanya sebesar 50%.
Pada orang dewasa semua jenis fraktur
Monteggia harus segera dilakukan operasi
terbuka dengan fiksasi interna yang rigid karena
fraktur ini adalah suatu fraktur yang juga dapat
mengenai sendi siku dan perlu dilakukan
mobilisasi secepatnya.
Komplikasi
Gambaran Klinis
Terdapat pembengkakkan pada daerah
olekranon disertai nyeri tekan. Adanya
abarasi atau memar pada bagian olekranon
dapat diindikasikan sebagai cidera tipe
fleksi. Pasien merasa susah untuk ekstensi,
sekalipun sering kali susah untuk dievaluasi
karena pembengkakan sendi siku.
Pengobatan
Pada fraktur yang tidak bergeser cukup
dengan pemasangan mitela. Pada fraktur
yang bergeser perlu dilakukan ORIF.
Komplikasi :
Gangguan ekstensi sendi siku dan
gangguan nervus ulnaris yang bersifat dini
ataupun lanjut.
Gambaran klinis :
terdapat trauma dengan mekanisnme
seperti diatas dengan pembengkakak dan
nyeri tekan disekitar pergelangan tangan
Gambaran klinis : terdapat trauma dengan
mekanisnme seperti diatas dengan
pembengkakak dan nyeri tekan disekitar
pergelangan tangan
Fraktur Epfisis
Fraktur radius distal sering ditemukan pada anak
usia 6-12 tahun. Pada umumnya adalah SH tipe 1
dan 2 dan sangat jarang ditemukan tipe 3 dan 4.
Fraktur epfisis ulna jarang ditemukan.
Fraktur Torus
Fraktur torus disebut juga fraktur buckle terjadi pada
korteks daerah metafisis 2-3 cm di atas lempeng epfisis
Fraktur Greenstick
Terjadi apabila ada robekan periosteum dan korteks
pada daerah konveks dari deformitas. Fraktur dapat
mengenai salah satu tulang baik radius atau ulna,
tetapi kebanyakan kedua tulang
Mekanisme trauma : Terjadi karena kompresi
longitudinal dan torsional. Ada dua jenis fraktur
greenstick, yaitu : a)angulasi volar (sering ditemukan)
b)angulasi ke dorsal (jarang ditemukan)
Fraktur Total
Biasanya menyamping dan sulit
mempertahankannya sehingga sering kali
dilakukan reposisi.
Pengobatan : tetap dilakukan usaha untuk reposisi
tertutup dan apabila gagal maka dilakukan
reposisi terbuka dengan fiksasi interna serta
diperkuat dengan gips sirkuler selama 4 minggu,
tergantung umur penderita.
Fraktur Galeazi
Tipe I :
indikasi untuk reduksi tertutup dengan menggunakan
fiksasi pin, pada fraktur yang tidak daapt direduksi
dengan menggunakan reduksi tertutup dapat dilakukan
reduksi terbuka.
Tipe II :
Nondisplaced : pilihanya adalah dengan abduction spica
cast atau dengan pinning.
Displaced : reduksi tertutup dan pinning (ORIF bila perlu),
tetapi harus dihindari penggunaan transphyseal pinning.
Tipe III :
Nondisplaced : traksi harus segera dilakukan, diikuti
dengan pemasangan abduction spica cast atau pinning
in situ.
Tipe IV :
Bergantung usia dan besar pasien. 2-3 minggu dilakukan
traksi, lalu dilanjutkan pemasangan abduction spica
untuk 6-12 minggu. ORIF dilakukan bila diperoleh fraktur
ang tidak stabil atau yang tidak dapat direduksi dengan
metode tertutup.
Komplikasi
Osteonekrosis
Tipe I : Difuse, komplit pada bagian kaput femuris
dan collapse. Prognosis bururk (60%)
Tipe II : Hanya terlokalisasi pada bagian kaput
saja; dengan collapse minimal (22%)
Tipe III : Pada bagian collum femur dengan
sebagian kaput (18%)
Dislokasi Panggul
Dislokasi panggul pada anak-anak karena
trauma sering ditemukan di Indonesia.
Dislokasi panggul lebih sering ditemukan
dibandingkan fraktur panggul.
Dislokasi posterior 10x lebih sering
ditemukan dibandingkan yang anterior.
anak usia dibawah 5 tahun dengan
kebanyakan anak laki-laki.
Mekanisme Trauma
<5 tahun, asetabulum tulang rawan lunak &
keregangan pada sendi termasuk sendi panggul.
otot relaksasi trauma ringan yang ringan dapat terjadi
dislokasi panggul.
++usia, sendi panggul menjadi lebih kuat sehingga
hanya dislokasi hanya terjadi apa bila didapatkan trauma
yang besar.
Dislokasi tipe posterior trauma hebat pada lutut dan
anggota gerak dalam posisi fleksi.
Dislokasi anterior biasanya terjadi karena jatuh dari
ketinggian.
Dislokasi sentral terjadi karena trauma langsung pada
trokanter mayor atau jatuh dari ketinggian.
Klasifikasi
Tipe Posterior
Tipe ini paling sering ditemukan.
Iliaka; kaput femur berada di posterior dan superior
sepanjang aspek lateral ilium.
Isial; kaput femur bergeser ke postero-inferior dan berada di
dekat grater sciatic notch.
Tipe Anterior
Kaput femur berada di daerah membrane obturator. Pubic;
kaput femur bergeser ke antero-superior spanjang ramus
superior tulang pubis.
Tipe Sentral
Pada keadaan ini ditemukan fraktur komunitif bagian sentral
asetabulum dimana terjadi perpindahan kaput femur dan
fragmen asetabulum ke dalam panggul.
Manifestasi Klinis
Pada tipe posterior, terlihat tungkai atas dalam
keadaan fleksi, rotasi interna dan adduksi.
Pada tipe anterior, tungkai atas dalam keadaan
abduksi, rotasi eksterna dan sedikit fleksi.
Pada tipe sentral yang disertai fraktur
asetabulum tidak terlihat gambaran deformitas
pada tungkai bawah, hanya terdapat gangguan
pergerakan pada sendi panggul karena adanya
spasme otot.
Pemeriksaan rotgen akan menentukan tipe
dislokasi.
Pengobatan
Reposisi secepatnya (<6 jam),
Kesulitan dan komplikasi : berupa nekrosis
avaskuler.
Dislokasi panggul tipe posterior :
Metode Bigelow
Metode Stimson
Metode Allis
Komplikasi
Jebakan fragmen intra-artikuler : terjadi
karena reduksi yang tidak lengkap akibat
adanya ganjalan fragmen tulang rawan
asetabulum. Diagnosis dengan menggunakan
artrogram.
Dislokasi rekuren : jarang terjadi kecuali pada
penerita sindroma down.
Nekrosis avaskuler : Insiden kelainan ini
diperkirakan 10%. Apabila direposisi dalam
waktu 6 jam setelah trauma biasanya tidak
ditemukan komplikasi ini.
Epidemiologi
Jarang pada anak-anak.
Laki-laki : perempuan = 3 : 2.
Insiden tersering pada usia 11-12 tahun.
Mekanisme Trauma
Trauma biasanya terjadi karena KLL, jatuh dari
ketinggian atau dari sepeda dan sering kali
disertai trauma pada tempat lain.
Klasifikasi
Tipe I : Tipe ini disebut juga transepifisial;
terjadi pemisahan epifisis dan harus
dibedakan dengan slipped upper femoral
epiphysis.
Tipe II : disebut juga transervikal; fraktur
melalui bagian tengah leher femur.
Tipe III : disebut juga servikotrokanterik;
fraktur melalui basis leher femur
Tipe IV : disebut juga pertrokanterik; fraktur
antara basis leher femur dan trokanter
minor.
Manifestasi klinis
Fraktur leher femur biasanya disertai
trauma hebat dan nyeri pada daerah
panggul sehingga penderita tidak dapat
berjalan. Pada pemeriksaan ditemukan
adanya rigiditas dan gangguan pergerakan
sendi panggul.
Bila fraktur disertai pergeseran, maka
penderita tidak dapat menggerakan sendi
panggulnya. Selain itu ditemukan pula nyeri
tekan di daerah panggul.
Radiologis
Pengobatan
Konservatif
Traksi kulit atau spika panggul. Dilakukan
bila fraktur dengan pergeseran yang sangat
minimal.
Operatif
Operasi dilakukan bila terjadi pergeseran
fraktur. Dapat dilakukan reposisi tertutup
dilanjutkan dengan pemasangan spika
panggul
Komplikasi
nekrosis
avaskuler
koksa vara
fusi epifisis yang dini
delayed
union
nonunion.
Klasifikasi
subtrokanterik, abduksi, adduksi dan klasik
Posisi fraktur terjadi karena tarikan dan
lokalisasi fraktur. Pada fraktur femur 1/3
proksimal. fragmen proksimal tertarik
dalam posisi fleksi karena tarikan muskulus
iliopsoas, abduksi oleh muskulus gluteus
medius dan minimus serta rotasi eksterna
oleh rotator pendek dan gluteus maksimus.
Fraktur dapat bersifat oblique, transversal
namun jarang komunutif.
Gejala Klinis
Gejala trauma hebat disertai
pembengkakan pada daerah tungkai atas
dan tidak dapat menggerakan tungkai.
Terdapat deformitas, pemendekan anggota
gerak dan krepitasi. Pemeriksaaan harus
dilakukan secara hati-hati agar tidak
menambah perdarahan
Radiologis
Prinsip pengobatan :
Konservatif
Untuk anak usia 0-2 tahun : traksi kulit
menurut Hamilton-Russel
Untuk anak usia 2 tahun ke atas; traksi tulang
melalui kondilus femur dengan menggunakan
bidai dari Thomas dan penyangga Pearson
Spika panggul dilakukan setelah reposisi dan
imobilisasi dengan gips
Operatif : dilakukan dengan menggunakan Knail atau plate yang kecil terutama pada anak
yang lebih besar dengan indikasi tertentu
Komplikasi
Tungkai yang tidak sama panjang setelah
sembuh
Malrotasi atau deformitas anguler
Pembentukan spur yang menonjol pada otot
yang dapat menggangu pergerakan
Kontraktur Quadrisep.
Tipe abduksi
Jenis ini terjadi karena benturan dari samping pada femur
distal, misalnya sewaktu bermain bola. Jenis ini
menimbulkan fraktur epfisis tipe II (SH)
Tipe Hiperekstensi
Jenis ini biasanya terjadi karena trauma dalam kendaraan.
Femur distal epifisis bergeser ke depan oleh karena
trauma hiperekstensi serta tarikan kontraksi muskulus
kuadrisep.
Periosteum pada aspek posterior mengalami robekan.
Bagian metafisis berbentuk segitiga dengan bagian
periosteum yang intak di bagian depan. Jenis ini juga
merupakan SH tipe II.
Gambaran Klinis
Pengobatan
Mekanisme Trauma
Fraktur eminensia interkondiler tibia terjadi
karena lutut dalam posisi fleksi dan trauma
dari depan mendorong femur kebelakang
dimana tibia dalam keadaan terfiksasi yang
akan menyebabkan avulse ke bagian
depan.
Fraktur biasanya terjadi pada anak yang
sedang mengendari sepeda dan jatuh
dalam keadaan lutut fleksi, sedangkan
avulse bagian posterior jarang ditemukan
Klasifikasi
Tipe I : terjadi avulse dengan sedikit
pergeseran dimana eminensia hanya
mengalami elevasi ringan
Tipe II : terjadi avulse dengan elevasi pada
dasarnya 1/3 depan.
Tipe III : terjadi avulse dengan elevasi total
yang dapat terjadi dalam 2 bentuk : lepas
tanpa terbalik atau lepas dengan posisi
terbalik sehingga penyembuhan tidak dapat
tercapai.
Gejala Klinis
Radiologis
Pengobatan
Watson-Jones
Tipe I : Tuberkel terangkat tetap melekat pada
bagian proksimal
Tipe II : Tuberkel yang kecil terangkat bersamasama dengan ligament
Tipe III : Tuberkel yang besar terangkat mulai dari
distal sampai proksimal dalam sendi
Pengobatan
Konservatif dengan pemasangan gips
sirkuler diatas lutut dengan sedikit fleksi.
Operasi
Mekanisme Injury
Trauma
Trauma
Trauma
Trauma
Trauma
Abduksi
Rotasi Eksterna
Adduksi
plantar fleksi
kompresi aksial
Trauma Abduksi
Trauma Abduksi merupakan trauma jenis yang
paling sering ditemukan, sekitar 48%. Trauma ini
akan menimbulkan fraktur SH tipe II, dan biasanya
disertai dengan fraktur diafisis fibula distal.
Trauma Rotasi Eksterna
Merupakan trauma jenis kedua yang tersering
ditemukan, 23%. Terdapat pemindahan ke
posterior dari seluruh epifisis tibia distal disertai
fragmen metafisis tibia (SH tipe II). Fraktur ini
disebut juga Triplane fracture.
Trauma Adduksi
Ditemukan sebesar 14,5%. Trauma ini merupakan
trauma SH tipe III dan disebut juga fraktur Tilaux.
Trauma Plantar Fleksi
Ditemukan sebanyak 12,5%. Terjadi pemindahan
dari seluruh epifisis tibia kea rah posterior tanpa
adanya fraktur fibula.
Trauma Kompresi Aksial
Merupakan jenis yang paling jarang ditemukan,
sebanyak 9%. Biasanya terjadi karena trauma
langsung epifisis tibia distal dan fragmen tulang
dapat bergeser ke depan atau ke belakang.
Mungkin juga disertai fraktur intraartikuler melalui
bagian tengah epifisis.
Pengobatan
Konservatif : reduksi tertutup disertai
pemasangan gips sirkuler.
Operatif : Pada fraktur SH tipe III atau terapi
konservatif yang tidak berhasil, atau yang
terlambat dilakukan terapi konservatif
Terima Kasih