Anda di halaman 1dari 214

Trauma Pediatri

Penyusun : Antonius Kurniawan


Pembimbing : dr.Totot, Sp.OT

Pendahuluan

Fraktur pada anak berbeda dengan dewasa.


Anatomi
Biomekanik
Fisiologi

25% anak mengalami tiap hari.


11 juta jiwa MRS dengan 15 ribu jiwa
meninggal.

Pendahuluan
Densitas tulang kurang rawan
Porous jarang kominutiva.
Modulus elastisitas rendah tegangan
terarbsorbsi bending.
Periosteum tebal garis fraktur terjaga
penyembuhan lebih cepat.
Tulang tetap bertumbuh rotasi,
pemanjangan baik lebar dan panjang

Tinjauan Pustaka

Secara anatomis

Bagian-bagian Tulang :

Diafisis

Bentuk silidirs
Terkeras, kurang elastis
Fungsi protektif
Kaya pembuluh darah

Epifisis
Bagian tepi tulang

Bagian-bagian tulang :

Metafisis : antara diafisis dan epifisis

Bagian-bagian Tulang

Articular Cartilage

Lapisan cartilago hialin menyelubungi epifisis


Membentuk artikulatsio antar tulang.
Mengurangi friksi dan absorbsi tekanan.
Pergerakan menjadi bebas.

Periosteum

Seluruh permukaan luar tulang, kecuali sendi.


Fibrosa : irreguler, padat lapisan osteogenik
Melindungi dari fraktur
Tempat melekatnya ligamen dan tendon

Meddullary Cavity
Bagian yang berongga silidris dalam diafisis
Tempat bone marrow

Endosteum
Membran tipis menghubungkan permukaan
tulang.
Berhadapan langsung dengan cavitas tulang.
Satu lapis se, jaringan penyangga sedikit

Jenis Tulang :

Tulang Panjang
Contoh : femur, tibia, ulna humerus

Tulang Pendek
Contoh : Vetebra, tullang-tulang carpal

Tulang Pipih
Contoh : tulang iga, tulang scapula, tulang pelvis

Jenis Tulang :

Tulang Imatur

Non Lamelar bone, woven bone, fiber bone


Berasal dari osifikasi endokondral
Menjadi matur pada usia 1 tahun.
Kolagen >>
Semen & Mineral <<

Tulang Matur
Lamelar Bone, Cortical bone, dense bone,
compacta bone
Contoh : calcaneus bone trabekuler bone.

Perbedaan :
Jumlah sel
Sistem aversian / osteon
Kandungan kolagen
Mineral
Ketebalan korteks

Fungsi Tulang

Support
Protection
Assistance in Movement
Mineral Homeostasis (Storage and release)
99% kalsium tubuh, 90% fosfor tubuh
Kalsium Fx:

Pembekuan darah
Tranmisi neuromuskuler
Iritabilitas eksitabilitas otot
Keseimbangan asam basa
Permeabilitas membran
Pelekat antar sel
Rigiditas dan kekuatan tulang

Fungsi Tulang

Blood Cell production


Red bone marrow sel darah merah, sel darah
putih dan keping darah.
Proses ini disebut Hemopoesis
Pada tulang dewasa : pelvis, costa, sternum,
vetebra, tulang tengkorak, femur, humerus

Tryglyseride Storage

Yellow bone marrow


Trigliserid >>
Cadangan energi
Pada dewasa

Nutrisi Tulang
Vaskulari sasi tulang sangat besar
Diafisis dan Metafisis ekstrameduler
periosteal dan intrameduler

Pertumbuhan Tulang

Tulang Rawan Artikuler


Tempat bertumbuh daerah epifis
Tulang pendek seluruh tulang

Tulang Rawan Lempeng Epifisis


Memungkinkan pertumbuhan memanjang tulang.

Pertumbuhan melebar aposisi osteoblas


pada periosteium (osifikasi intramembran)

Tulang Anak v.s Tulang


Dewasa

Anatomis & Fiologis

Lebih berair dan mineral rendah


Modulus elastisitas rendah
Lempeng pertumbuhan
Periosteum Tebal
Ligamentum lebih kuat Keseleo >>

Tulang Anak v.s Tulang


Dewasa

Biomekanik

Lebih sering bending


Belum terkalsifikasi sempurna
Densitas kurang
Lebih berpori
Canal Haversian menempati bagian besar tulang

Fraktur

Definisi
Hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi,
tulang rawan epifisis baik bersifat total maupun
parsial.

Proses terjadinya :
Injury
Stress Berulang
Abnormalitas tulang (Patologis)

Trauma

Langsung (Direct)
Tekanan langsung pada tulang
Bersifat kominutif
Jaringan lunak dapat ikut rusak

Tidak Langsung (Indirect)


Trauma dihantarkan kedaerah yang lebih jauh
Jaringan lunak utuh
Tekanan berputar, tarikan, pembengkokan dan
kompresi

Klasifikasi Fraktur (Klinis)

Fraktur Tertutup (Simple Fracture)


Tidak berhubungan dengan lingkungan luar

Fraktur Terbuka (Compound Fracture)


Ada hubungan dengan dunia luar
Melalui kulit dan jaringan lunak
Dapat :
Dari dalam (From Within)
Dari luar (from Without)

Klasifikasi Fraktur
(Radiologis)

Lokasi :
Diafisis, metafisis, intraartikuler, dengan dislokasi

Konfigurasi

Transversal : garis melintang sumbu tulang


Oblique : Membentuk sudut pada sumbu tulang
Spiral : Patah pada 2 bidang atau lebih
Segemental : patah lebih dari satu dan tdk berhubungan.
Kominutifa : > 2 fragmen garis patah >1 berhubungan.
Avulsi : akibat trauma tarikan/traksi pada insersiotot
Depresi : trauma aksial
Impaksi : masuk ke gragmen yang lain
Faktur epifisis

Transversa, Oblique, Butterfly, Spiral, Cominuted,


Sgemental

Klasifikasi Fraktur
(Radiologis)

Ekstensi

Total/Komplit
Parsial / Crack
Torus
Garis Rambut
Green Stick

Hubungan antar fragmen

Undisplaced
Displaced
Shifted Sideway
Angulasi
Rotated
Distracted
Overriding
Impacted

Hubungan Antar Fragmen

Diagnosa Fraktur

Anamnesa

Riwayat Trauma
Bagian yang terkena gangguan Fungsi
Nyeri / mati rasa
Memar
Pembengkakan
Masalah umum : sesak nafas, tanda-tanda syok
Produksi urin

Pemeriksan Fisik
General Sign : ABCDE
Local Sign : Krepitasi, false movement

Status Lokalis

Look

Bengkak
Memar
Keutuhan Kulit
Postur ekstremitas distal
Warna kulit distal

Feel
Nyeri
Krepitasi
Kelainan saraf perifer

Move
False movement, ROM, Neurologis

Bone Healing

Bone Healing
Union
Konsolidasi
Timetable
Non-Union

Komplikasi Fraktur

General

Blood Loss
Shock
Fat Embolism
Cardiorespiratory Failure
etc

Lokal
Early dalam minggu2 awal
Urgent, less urgent

Late

Komplikasi Fraktur

Fraktur Pada Anak

Epidemiologi

Kematian pada anak 1/250 anak per tahun 1990


Trauma skeletal 10-15%
15-30% injury pada Epifisis
Usia tersering 0-16 tahun
42% pada anak laki 27% pada anak perempuan
Fraktur tertutup laki-laki : perempuan = 2,7 : 1
Puncak insidensi usia 13 tahun dengan insidensi
250 anak per 10.000 anak per tahun

Fraktur Pada Anak

Mechanism Of Injury
Adanya kompresi, pemeluntiran dan
pembengkokan.
Kompresi meta-dafisis Buckle fracture
Pemeluntiran :
Younger : Periosteum tebal patah sebelum
lempeng epifisis Fraktur spiral memanjang
Older : Fraktur lempeng epifisis >>

Pembengkokan :
Green Stick Fracture incomplete
Bending

Klasifikasi Fraktur pada


Anak

Plastic Deformation (Bending)


Kelainan mirkoskopis sisi konveks
Garis Fraktur tidak tersebar
Angulasi diatas 20o terkoreksi

Buckle Fracture

Khas pada anak


Incomplete
Porous pada daerah diafisis
Pada sisi yang terkompresi
Torus Tiang rumah bangungan Yunani

Green Stick Fracture

Incomplete
Melengkung pada satu sisi
Garis fraktur tidak tersebar
Sering kali harus di refrakturisasi terlebihdauhulu

Complete Fracture
Spiral Fracture
Oblique
Transverse

Frakter Lempeng Epifisis


Diklasifikasikan oleh Salter-Harrish menjadi 5
jenis.
Dikembangkan oleh Ogden menjadi 9 jenis

Salter Harrish dan Ogden

Penyembuhan Fraktur pada


Anak :

Fraktur Remodeling
Berjalan dengan waktu
Proses osifikasi berlangsung lebih cepat
Faktor yang mempengaruhi :

Usia
Lokasi
Derajat Deformitas
Pola Deformitas

Overgrowth
Hiperemi pada lempeng epifisis Akselerasi
pertumbuhan tulang (6 bulan 1 tahun)
Sangat penting diperhatikan anak usia < 10 tahun

Penyembuhan Fraktur pada


Anak :

Progressive Devormity
Karena cidera pada lempeng pertumbuhan
Dapat bersifat parsial atau total
Deformitas : angulasi, diskrepensi

Rapid Healing
Periosteum yang tebal

Fraktur Spesifik pada Anak

Fraktur Clavicula
Epidemiologi
8-15% dari keseluruhan fraktur pada anak.
0,5 % pada persalinan normal
1,6 % pada persalinan sumsang
90% fraktur yang berkaitan dengan persalinan

Isidensi : 2,8 7,2 per 1.000 persalinan


Makrosomia 13%
80% pada midshaft
10-15% aspek lateral (distal)
5% aspek medial (proksimal)

Mechanism of Injury
Indirect : Jatuh dalam tangan terlentang
Direct : Trauma langsung pada klavicula
Birth Injury : Ibu dengan panggul sempit, tekanan
langsung pada simpisis pubis
Sering kali SH tipe 1 dan 2
80% bertumbuh pada sebelah medial
Berkaitan erat dengan ligamentum
coracoclavicular dan acromioclavicular.

Evaluasi Klinis
Terlihat asimetrisLebih menonjol
Reflex Monro, Elbs Palsy (Trunkus sup C5-C6)
Status Pulmoner

Radiographic Evaluation
Pada neonatus dapat digunakan USG

X-ray AP :
Cephalic tilt view
Miring kepala 35-40o
Melihat jelas adanya pergeseran

Apical Oblique
Sisi fraktur dirotasi 45o drajat dan miring kepala 20o

Klasifikasi :
Deskripsi :

Lokasi
Tertutup atau terbuka
Pergeseran
Angulasi
Jenis Fraktur

Menurut Allman :
Tipe 1 : 1/3 tengah
Tipe 2 : 1/3 distal atau lateral
Tipe 3 : 1/3 proksimal

Terapi :
Bayi baru lahir sampai usia 2 tahun :

Biasanya komplet
Terkait persalinan
Mengalami union kurang dari 1 minggu
Pemasangan Soft Bandage
Pemasangan Sling atau Figure of eight bandage selama 2-4
minggu

Usia antara 2-12 tahun :


Figure of eight bandage selama 2-4 minggu

Usia 12 maturitas
Untuk fraktur komplet yang luas.
A figure of eight bandage selama 3-4 minggu
Operasi terbuka fraktur terbuka dengan penurunan AVN

Komplikasi

Neurovaskular compromise
Malunion
Nonunion
Pulmonary injury

Fraktur Scapula

Scapula jarang terjadi, terlindungi :


cavum thorax dan costa
Banyak perlekatan otot

Epidemiologi
1% dari keseluruhan fraktur
5% dari fraktur shoulder.

Anatomi
Osifikasi intramembranosa
Saraf supraclavicular superior scapula
Superior Shoulder Suspentory Complex
Acromion,glenoid, coracoid ligament

Fraktur Skapula

Mechanism of Injury
Fraktur avulsi dengan trauma sendi glenohumeral
Child abusetrauma langsung.
35-98% berkaitan dengan fraktur lainnya :
Cedera thorax pada sisi yang sama : fraktur costa,
clavicula, sternum ataupun trauma bahu.
Pneumothorax : nampak pada 11% - 55% dari
fraktur scapula.
Kontusio Pulmonal : nampak pada 11% - 54% dari
fraktur scapula.
Cedera Neurovascular : Cedera pada pleksus
brakialis, avulsi vaskuler

Fraktur Skapula

Manifestasi Klinis

ABCDE
Lengan atas disangga oleh yang kontralateral
Adduksi
Tidak mobile Nyeri terutama bila abduksi
Pemeriksaan neurovaskuler dan suara nafas!

Pemeriksaan Radiologis

Glenoid,
AP
collum,
Axiler
corpus
Scapular Y
Acromion
Chepalic Tilt sebesar 450coracoid fracture
CT-Scan evaluasi lanjut intra-articuler
Sering kali berhubungan dengan fraktur lain :
Foto Dada !!: bahaya komplikasi

Klasifikasi

Berdasarkan Lokasinya
Head (35) and Neck (27%) fracture
Tipe I. : Terisolasi atau berhubungan
dengan gangguan pada clavicula
Tipe II : Displaced atau nondisplaced

Glenoid Fractures (Ideberg and Goss)


Tipe IA : Fraktur avulsi anterior.
Tipe IB : Avulsi pada tepi Posterior.
TIpe II : Transfersal dengan fragmen inferior
bebas
TIpe III : Sepertiga atas termasuk didalamnya
coracoids
TIpe IV : Fraktur horizontal melewati corpus
Tipe V : Kombinasi dari tipe II, III, IV
Tipe VI : Kominutiva yang meluas.

Fraktur Coracoid
Dapat terisolasi / melibatkan : sendi
acromioclavicular
Tipe avulsi + melewati lempeng pertumbuhan

Fraktur Acromial

Tipe I : Nondisplaced
Tipe IA : Avulsi
Tipe IB : Trauma langsung
Tipe II : Displaced tanpa pemendekan subacromial
TIpe III : Displaced dengan pemendekan
subacromial.

Terapi
Pada anak biasanya non operatif otot menjaga
stabilitas fragmen tulang
Operatif tidak union
Fraktur leher scapula :
Non displace : konservatif
Displace : pemasangan toracobrachial cast
Unstable : ORIF

Fraktur Corcoid
Non displace Sling imobilitation
Displace + dislok acromioclavicular ORIF

Fraktur Acromial
Non displace : sling immobilization
Subacromial impingement : pemasangan screw/plate

Fraktur Glenoid
Tipe I : Fraktur dengan luas tidak melebihi fossa
glenoid dapat menyebabkan ketidakstabilan
seharusnya dilakukan reduksi terbuka dengan
fikasi lag screw.
Tipe II : Subluksasi inferior caput humeri dapat
terjadi, sehingga diperlukan reduksi terbuka,
khususnya ketika berhubungan dengan fraktur
articular lebih besar dari 5mm. Pendekatan
anterior biasanya memberikan hasil yang adequat.

TIpe III : Reduksi mungkin susah dilakukan; fraktur


terjadi melewati hubungan diantara pusat osifikasi
glenoid dan sering kali berhubungan dengan fraktur
akromion atau klavicula atau terpisahnya sendi
acromioclavicular. Pada kasus ini dilakukan ORIF.
TIpe IV, V, VI : Ketiga jenis ini juga sulit untuk
direduksi, dengan little bone stock untuk fiksasi
yang adequate pada pasien anak sekalipun.
Pendekatan posterior dengan secara umum
dilakukan ORIF dengan menggunakan Kirschner
wire, plate, suture atau dengan screw fixation
untuk fraktur yang bergeser.

Komplikasi

Post Traumatic Osteoarthritis


Menurunya gerak bahu
Malunion
Nonunion
Spurascapular injury

Proksimal Humerus
Fracture

Epidemiologi
<5% fraktur pada anak
Insidensi 1,2-4,4 per 10.000 per tahun
Neonatus : trauma persalinan 1,9-6,7% dari cedera
lempeng epifisis

Anatomi
80% tumbuh dari proksimal epifisis
Pusat osifikasi :
Caput
Tuberositas mayor
Tuberositas minor

Vaskularisasi : arteri circumflexa anterior + posterior

Mechanism

Of Injury

Indirect :
Jatuh kebelakang dengan tangan
tertarik dan siku ekstensi serta
pergelangan dorsofleksi
Persalinan : hiperekstensi / over rotasi.
Karena Macrosomia distosia bahu

Direct : trauma langsung.

Manifestasi Klinis
Newbron : Pseudoparalysis
Dapat disertai : demam,
Infeksi, fraktur clavicula, brachial plexus injury
HARUS DISINGKIRKAN dulu !
Older : nyeri, oedema, ekimosis & disfungsi
Nyeri tekan +
ROM terbatas
Krepitasi

Radiologis

X-ray AP
Lateral
Axiler
USG Neonatus
(epifisis blm terosifikasi)
CT-Scan
MRI

Klasifikasi (Salter-Harris)
Tipe 1 : Tersebar menyeluruh pada lempeng
pertumbuhan; biasanya pada cedera saat
persalinan
Tipe 2 : Biasanya terjadi pada aldolecent (> 12
tahun); fragmen metafisis selalu posteromedial
Tipe 3 : Fraktur Intra-articular, jarang terjadi;
sering dengan dislokasi.
Tipe 4 : Paling jarang; fraktur intra-artikuler
transmetafisis; berkaitan dengan fraktur
terbuka

Neer-Horowitz Classification of Proximal


Humeral Plate Fracture
Grade 1 : Displacement kurang dari 5 mm
Grade 2 : Displasment kurang dari sepertiga lebar
tulang
Grade 3 : Displasment sepertiga sampai
duapertiga lebar tulang.
Grade 4 : Displasment lebih besar dari duapertiga
lebar tulang, termasuk didalamnya displasment
total

Management
Newborn

SH tipe 1 prognosa baik


Close reduction
Stable : imobilisasi menjahui dada 5-10 hari
Unstable : abduksi dan eksternal rotasi 3-4 hari

Usia 1-4 tahun


SH tipe 1 dan 2
Close reduction
Menggunakan sling 10 hari

Usia 5-2 tahun


Fraktur metafisis tipe 2
Stable : sling / swathe
Unstable : spica cast sampai bahu dengan posisi
hormat selama 2-3 minggu

Acceptable

Deformity :
Usia 1-4 tahun : 70o angulasi tanpa
adanya displacement.
Usia 5-12 tahun : 40 sampai 45o
angulasi dengan displacement
sepertiga dari lebar tulang.
Usia 12 tahun sampai matur : 1520o angulasi dengan displacement
kurang <30% dengan lebar tulang.

ORIF

indikasi :

Fraktur terbuka
Fraktur dengan neurovascular compresion
SH tipe 3 dan 4 tanpa pergeseran
Fraktur yg tidak dapat direduksi interposisi
jaringan lunak

Cara
Penggunaan Kirchner Wires atau Steinmann Pin
Percutaneus

Komplikasi
Proksimal humerus Varus
Limb length Inequality
Osteonecrosis

Fraktur Elbow

Epidemiologi

8%-9% pada semua fraktur ekstremitas atas


85% terjadi pada distal os humerus
gkan 55% - 75% merupakan fraktur supracondilar
5-10 tahun, laki-laki > perempuan.
Musim panas >>>

Anatomi
3 sendi : Ulnohumeral,radiocapitellar,proksimal
radioulnar
Vaskularisasi : intraoseus dan ekstraoseus
20% pertumbuhan ekstremitas atas

Pusat osifikasi CMRTOL


Capitelum : 6 bulan sampai 2 tahun; termasuk
Krista lateral trochlea.
Epikondilus medial : 6-7 tahun
Caput radius : 4 taun.
Troklea : 8 tahun.
Olecranon : 8-10 tahun, sering memiliki pusat
osifikasi lebih dari 1 yang kemudian akan
mengalami fusi
Epikondilus lateral : 12 tahun.

Mechanism Of injury
Indirect : Jatuh dengan ekstremitas atas yang
outstretched.
Direct : trauma langsung pada sendi siku yang
terjadi karena jatuh pada keadaan sendi siku
yang fleksi berbenturan dengan benda yang
keras

Manifestasi Klinis

Berbagai tingkat keparahan deformitas


Nyeri
Pembengkakan
nyeri tekan
iritabilitas dan kecenderungan untuk tidak
menggunakan lengan ekstremitas yang
mengalami fraktur tersebut
Status Neurovasculer distal dapat terdampak.

Pemeriksaan Radiologis
AP
Sudut Boaumann
Humeral ulnar angle
Metaphyseal diaphyseal angle carrying angle

Lateral

Sendi siku fleksi 90 drajat


Teardrop
Diaphyseal-condylar angle
Anterior Humeral Line
Coronoid Line
Foto harus Bilateral

Humerus :
Fraktur suprakondiler humeri
Fraktur epikondilus medialis (fraktur epifisis
medialis)
Fraktur kondilus lateralis humeri (fraktur lempeng
epifisis)

Radius
Fraktur kaput radius (fraktur epifisis) dan fraktur
leher radius
Pulled elbow

Ulna
Fraktur 1/3 proksimal ulna (Monteggia)
Fraktur olekranon dan fraktur epifisis ulna
Fraktur prosesus koronoid

Fraktur Suprakondiler
Humeri

Epidemiologi

55%-75% dari keseluruhan fraktur sendi siku


laki-laki : perempuan= 3:2
puncak insidensi pada usia 5-8 tahun
Tangan kiri, atau tangan yang tidak dominan
sering kali yang mengalami cedera/fraktur

Anatomi
Remodeling usia 5-8 tahun berkurangnya diameter
anteroposterior pada region suprakondilercedera.
Kelemahan ligament >>>
cedera dengan posisi hiperekstensi.
Kapsul anterior lebih tebal dan lebih kuat dibandingkan
kapsul posterior.
Pada saat sendi ini mengalami ekstensi, serat kapsul
anterior menjadi mengencang, bertindak sebagai titik
tumpu dimana olekranon menjadi terhubung dengan
sangat kuat pada fossa olekranon. Pada keadaan yang
berlebih, hiperekstensi dapat menyebabkan prosesus
olekranon akan mengalami pergeseran pada fosa
olekranon superior dan region suprakondiler.

Mechanism Of Injury
Tipe Ekstensi ; trauma terjadi pada saat sendi siku
dalam posisi hiperekestensi atau sedikit fleksi
serta pergelangan tangan dalam posisi
dorsofleksi.
Tipe Fleksi : Hal ini disebabkan karena trauma
langsung pada bagian distal humeri

Manifestasi Klinis
pembengkakan, nyeri tekan dengan luasbgerak
sendi yang terbatas
S-shaped angulation at the elbow : Fraktur
komplet (tipe III) merupakan hasil dari 2 titik
angulasi sehingga berbentuk seprti huruf S
Pucker sign
Pemeriksaan Neurovaskuler

Klasifikasi

Tipe Ekstensi
98% dari fraktur suprakondiler pada anak-anak.

Gartland (pembagian ini berdasarkan


derajat pergeseran)
Tipe I : Tanpa pergeseran dan hanya berupa
retak yang berupa garis.
Tipe II : ada pergeseran dengan korteks
superior yang tetap utuh; mungkin dapat
terjadi angulasi atau rotasi
Tipe III : Pergeseran total; baik kearah
posteriomedial maupun posterolateral

Tipe

Fleksi :

Terjadi sbesar 2% dari seluruh fraktur


suprakondiler pada anak-anak.
Gartland :
Tipe I : tanpa ada pergeseran
Tipe II : ada pergeseran dengan korteks
anterior yang masi utuh.
Tipe III : pergeseran lengkap; biasanya
anterolateral.

Terapi
Tipe

Ekstensi

Tipe I : Imobilisasi dengan long arm


cast atau splint pada sudut fleksi
sendi 60-900 dengan indikasi untuk
2-3 minggu.
Kadang kala cukup dipasang mitela
dan akan sembuh dalam waktu
antara 10 hari sampai dengan 2
minggu.

Tipe II : biasanya reduksi tertutup dengan


dilanjutkan pemasangan cast; kadang kala
diperlukan pinning bila tidak stabil (pin silang atau
dengan 2 pin lateral) atau jika reduksi tidak dapat
dipertahankan tanpa fleksi yang berlebih yang dapat
menempatkan sturuktur neurovasuler dalam
keadaan yang berbahaya.

Tipe III :diusahakan dengan reduksi tertutup dan


pemasangan pin; traksi (olecranon skeletal traction)
mungkin diperlukan untuk fraktur kominuted dengan
pembengkakaan atau kerusakan pada jaringan lunak
sekitar. Reduksi terbuka dan fiksasi internal juga
sering kali diperlukan untuk fraktur yang mengalami
rotasi dan sifatnya yang tidak stabil, fraktur terbuka
dan yang mengalami lesi neurovascular

Tipe

Fleksi

Tipe I : imobilisasi dengan long arm cast


pada posisi mendekati ekstensi maksimal
diindikasikan untuk 2-3 minggu.
TIpe II : reduksi tertutup diikuti dengan
precutaneous pinning dengan dua pin
lateral atau pin yang menyilang.
Tipe III : reduksi seringkali susah
dilakukan; kadang diperlukan reduksi
terbuka dan fiksasi interna dengan
menggunakan pin yang disilangkan.

Imobilisasi Long arm cast


Sendi siku fkleksi < 90 drajat
Bergantung besar bengkak
Lengan kembali normal dlm 3 minggu
Mobilisasi dimulai dengan gerakan fleksi/
Pembengkakan hebat dunlop traksi
Bengkak berkurang reposisi tertutup.

Komplikasi

Lepuh kulit
Maserasi kulit
Iskemik Volkman
Trauma saraf Perifer
Malunion
Miosis Osifikan

Fraktur Epikondilus Medial

Epidemiologi
Kurang dari 1% dari fraktur humerus distal. Dan
terjadi pada usia antara 8-14 tahun.

Mekanisme trauma
Terjadi fraktur pada saat sendi siku dalam
regangan (strain) kea rah valgus yang
menyebabkan tarikan pada epikondilus medialis
melalui otot-otot fleksor yang melekat pada
tulang ini.

Klasifikasi

Menurut Milch :
Tipe 1 : Garis fraktur melewati seluruh apex
trochlea; kebanyakan Salter Harrish tipe II
Tipe 2 : Garis fraktur melewati cekungan
capitulotrochlear; kebanyakan Sakter Harrish tipe
IV

Menurut Kilfoyle
Stage I : tidak terdapat pergeseran, permukaan
articular utuh
Stage II : garis fraktur komplit dengan pergeseran
minimal.
Stage III : Pergeseran komplit dengan rotasi
fragmen dari tarikan masa fleksor.

Tipe 1 : Terdapat fraktur epifisis tanpa


pemisahan.
Tipe 2 : sedikit terdapatpemisahan.
Tipe 3 : terdapat pemisahan yang disertai
dislokasi atau tanpa dislokasi sendi siku.
Tipe 4 : terdapat pemisahan epifisis disertai
dengan jebakan dalam sendi tanpa
dislokasi.
Tipe 5 : terdapat pemisahan epifisis,
dislokasi dan jebakan pada sendi siku.

Terapi

Pada tipe 1 dan 2 tidak diperlukan


pengobatan khusus, Cuma dengan
pemasangan mitela. Pada tipe 3,4,5
apabila terdapat dislokasi,
dilakukan reposisi dislokasi dan
epfisis medialis dengan atau tanpa
fiksasi.

Fraktur Kondilus Lateralis


Humeri
Pusat osifikasi terlihat antara usia 18 bulan-12
tahun
13%-18% dari seluruh fraktur sendi siku pada
anak-anak.
Fraktur lempeng epifisis tipe IV dan merupakan
fraktur intraartikuler trans-epifiseal.
Fraktur ini biasanya terjadi karena trauma tidak
langsung dimana tangan dalam keadaan
outstretched dan lengan bawah dalam keadaan
abduksi, sendi siku dalam keadaan ekstensi.

Gejala Klinis
distorsi sendi siku
pembengkakan sedang karena hematoma
fraktur lebih prominent pada aspek lateral
distal humerus.
Krepitasi dapat muncul, berhubungan
dengan supinasi dan pronasi sendi siku.
Nyeri, pembengkakan, nyeri tekan, ruang
gerak sendi yang nyeri dan nyeri pada saat
pergelangan tangan diekstensikan.

Klasifikasi

Menurut Milch
Tipe 1 : garis fraktur lateral dari trochlea dan
menuju cekungan capitulotrochlear. Seringkali
salter harrish tipe IV, dan sendi siku dalam
keadaan stabil karena trochlea yang masi utuh.
Namun ini jarang ditemukan
Tipe II : garis fraktur berjalan sepanjang apex dari
trochlea. Sering kali nampak sebagai fraktur
Salter Harrish tipe 2 sendi siku sering kali tidak
stabil karena trochlea mengalami gangguanl; tipe
ini yang lebih sering terjadi.

Menrut Jacob :
Stage I : Fraktur tanpa pergeseran dengan
permukaan artikuler yang masi utuh.
Stage II : Fraktur dengan pergeseran ringan.
Stage III : Pergeseran komplit dan rotasi sendi
siku.

Terapi
Fraktur tanpa perpindahan fragmen cukup
dengan istirahat dan pemakaian mitela.
Fraktur tipe 2 dan 3 sebaiknya memerlukan
operasi segera karena bersifat tidak stabil

Komplikasi :
Lateral condylar overgrowth, delayed union,
angular deformity, neurologic compromise

Fraktur Radius Proksimal


Fraktur biasanya termasuk salter-harrish
tipe II (50%).
Anak usia 10 tahun (5-13 tahun)
Fraktur pada proksimal radius

orang dewasa bagian kaput


pada anak bagian colum.

Mechanism Of Injury

Akut :
Indirect : Mekanisme terjadinya fraktur adalah
dengan tangan dalam keadaan out-stretched,
sendi siku dalam posisi ekstensi dan lengan
bawah yang dalam keadaan supinasi.
Direct : Paling sering terjadi, bisa disebabkan
karena tumpang tindih dengan tumor pada
jaringan lunak setempat

Chronic
Cedera berulang dapat terjadi, biasanya karena
aktivitas yang berhubungan dengan melempar.

Manifestasi klinis
pembengkakan pada daerah lateral dari sendi siku,
nyeri yang memberat ketika sendi tersebut
digerakan pergerakan supinasi dan pronasi.

Krepitasi dapat timbul pada pergerakan


supinasi dan pronasi.
Younger,
keluhan utama dapat berupa nyeri pada
pergelangan tangan
(tekanan pada proksimal radius dapat menjalar
menjadi nyeri pada pergelangan tangan)

Pemeriksaan Radiologis
X-ray AP dan Lateral
Dapat menentukan garis fraktur

Klasifikasi

Menurut OBrein
Tipe I : < 30o
Tipe II : 30-60o
Tipe III : >60o

Menurut Wikins (Trauma) :


Tipe A : Fraktur lempeng pertumbuhan SalterHarrish tipe I atau tipe II.
Tipe B : fraktur intra artikuler Salter-Harrish tipe
III atau IV
Tipe C : Garis fraktur lengkap pada metafisis.

Terapi

Non Operatif
OBrien fraktur tipe I Imobilisasi sederhana
dengan angulasi yang kurang dari 30o.
Pemakian collar and cuff, posterior splint, atau
penggunaan long arm cast untuk 7-10 hari.
Tipe II fraktur dengan angulasi 30-60o harus
dilakukan manipulasi :
Patterson
Flexi-Pronasi (Israeli)

Fraktur Batang Radius


Ulna

Deskripsi :
Lokasi : 1/3 proksimal, 1/3 tengah, 1/3
distal.
Tipe : plastic deformation, inkomplit
(greenstick), kompresi (torus atau
buckle) atau komplit
Pergeseran
Angulasi

Terapi nonsoperatif :
Deformitas yang nampak harus dikoreksi
langsung saat ditemukan untuk mencegah
terjadinya kerusakan jaringan lunak sekitar.
Pemasangan splint pada ekstremitas diperlukan
untuk mengurangi nyeri dan mencegah trauma
lanjutan jika reduksi tertutup terlambat dilakukan.
Keberadaan dan tipe fraktur serta usia anak
sangat berpengaruh untuk dilakukan reduksi yang
tepat. Hal ini disebabkan karena reduksi bisa saja
dilakukan dengan sedasi, anastesi local atau
anastesi general.

Letak fraktur akan menentukan rotasi saat


imobilisasi :

1/3 atas : supinasi


1/3 tengah : netral
1/3 distal : pronasi
Penempatan lengan bawah pada posisi supinasi dan
pronasi yang berlebihan harus dihindari.

Cast harus dibentuk menjadi oval untuk


menambah lebar ruang interoseus dan
berbentuk bivlalved jika lengan bawah
mengalami pemebengkakakan. Elevasi dapat
membantu

Deformitas yang dapat diterima :


Angular deformities : koreksi 1 derajat setiap
bulan atau 10 drajat tiap tahun dari pertumbuhan
lempeng epfisis.
Rotational deformities :
Bayonet Apposition : deformitas 1 cm dapat
diterima dan akan mengalami remodeling jika
pasien < 8 -10 tahun.
Pasien yang berusia lebih dari 10 tahun, tanpa
deformitas.

Indikasi Operasi
Fraktur yang tidak stabil atau tidak dapat diterima
setelah dilakukan reduksi tertutup
Fraktur terbuka/compartment syndrome
Floating Elbow
Fraktur berulang dengan pergeseran
Fraktur segmental
Usia (lebih dari 10 tahun, jika diperoleh angulasi
yang menetap)

Fraktur 1/3 Proksimal Ulna


Pertama kali dilaporkan oleh Giavanni
Battista Monteggia (1814). D
itemukan lebih sering pada anak-anak
dibandingkan dewasa dengan rasio 2 : 1.
Fraktur dapat bersifat terbuka maupun
tertutup.
Biasanya ditemukan pada umur termuda 4
tahun, laki-laki 5 kali lebih sering dari pada
perempuan.

Klasifikasi ini menurut Bado (1962) dan dibagi


menjadi 4 :
Tipe I : Dislokasi kaput radialis ke arah anterior dengan
fraktur diafisis ulna pada semua level dengan angulasi
juga ke arah anterior; 70% pada semua kasus, dapat
disebabkan oleh trauma langsung, hiperpronasi atau
hiperekstensi.
Tipe II : Dislokasi posterior/posterolateral dari caput
radialis dengan fraktur diafisis ulna ke arah yang sama;
3%-6% dari semua kasus; merupakan variasi dislokasi
sendi siku ketika korteks ulna lebih lemah dibandingkan
ligament sendi siku.
Tipe III : Dislokasi ke lateral kaput radius disertai angulasi
fraktur metafisis ulna kearah yang sama, 23% pada
semua kasus (fraktur ulna biasanya greenstick); terjadi
dengan strees varus pada tangan yang outstretched
diletakan pada bidang yang keras.
Tipe IV : DIslokasi anterior kaput radialis dengan fraktur
radius dan ulna terjadi pada tinggi yang sama pada 1/3
proksimal tulang. 1-11% kasus.

Gambaran Klinis
Penderita datang dengan mengeluh nyeri dan
bengkak pada lengan bawah dan datang dengan
tangan dalam posisi fleksi dan pronasi.
Pemeriksaan radiologis dapat dilakukan untuk
menegakan diagnosa ini.

Terapi
Pada fraktur terbuka sebaiknya segera dilakukan
tindakan operasi disertai fiksasi ulna.
Pengobatan fraktur tertutup pada anak-anak
dicoba dengan reposisi terututp karena angka
keberhasilanya sebesar 50%.
Pada orang dewasa semua jenis fraktur
Monteggia harus segera dilakukan operasi
terbuka dengan fiksasi interna yang rigid karena
fraktur ini adalah suatu fraktur yang juga dapat
mengenai sendi siku dan perlu dilakukan
mobilisasi secepatnya.

Komplikasi

Lesi saraf perifer, lesi nervus radialis


(nervus interosseus posterior) dan
nervus ulnaris
Nonunion tulang ulna
Ankilosis radiohumeral
Sinostosis radioulnar
Dislokasi kaput radius yang berulang
Miositis osifikans

Fraktur Epifisis Ulna dan


Olekranon

Fraktur olekranon terjadi karena traua


langsung pada sendi siku atu tidak langsung
karena tarikan otot triseps yang tiba-tiba.
Harus diebadakan antara fraktur olekranon
dan pusat osifikasi olekranon atau fraktur
epfisis tersendiri.

Secara tersendiri kita dapat membagi


mekanisme injuri fraktur olekranon menjadi 3
jenis yaitu :

Flexion Injuries : Sendi siku semifleksi, tarikan otot triseps dan


bracial menyebabkan tarikan pada korteks posterior; tarikan ini
baik sendiri, maupun dikombinasikan dengan kontak langsung
dapat menyebabkan fraktur olecranon. Fraktur jenis ini biasanya
berbentuk transversal
Ekstension Injuries : Dengan lengan yang mengalami ekstensi,
olekranon menjadi terkunci pada fossa olekranon; jika terjadi
tarikan varus maupun valgus, tekanan akan terkonsentrasi pada
bagian distal olekranon; hasinya akan terjadi fraktur pada
olekranon yang sering kali sifatnya greenstick.
Shear Injury : trauma langsung pada olekranon posterior
menyebabkan tekanan pada korteks anterior; bagian distal
mengalami pergeseran kea rah anterior oleh tarikan otot
brachialis dan biseps, bedanya pada tipe fleksi adalah keadaan
periosteum posterior yang tetap utuh.

Gambaran Klinis
Terdapat pembengkakkan pada daerah
olekranon disertai nyeri tekan. Adanya
abarasi atau memar pada bagian olekranon
dapat diindikasikan sebagai cidera tipe
fleksi. Pasien merasa susah untuk ekstensi,
sekalipun sering kali susah untuk dievaluasi
karena pembengkakan sendi siku.

Pengobatan
Pada fraktur yang tidak bergeser cukup
dengan pemasangan mitela. Pada fraktur
yang bergeser perlu dilakukan ORIF.

Komplikasi :
Gangguan ekstensi sendi siku dan
gangguan nervus ulnaris yang bersifat dini
ataupun lanjut.

Fraktur Radius Ulna Distal

Fraktur radius ulna distal dan fraktur epifisis


merupakan fraktur yang sering ditemukan pada
anak-anak di daerah lengan bawah (82%). Hal ini
disebabkan karena daerah metafisis pada anakanak relatif masih lemah.

Klasifikasi : Fraktur epifisis, Fraktur Torus, Fraktur


Greenstick, Fraktur Total dan Fraktur Galeazzi

Mekanisme trauma : Terjadi pada saat tangan dalam


keadaan out stretched dimana pergelangan tangan
dalam keadaan hiper ekstensi.

Gambaran klinis :
terdapat trauma dengan mekanisnme
seperti diatas dengan pembengkakak dan
nyeri tekan disekitar pergelangan tangan
Gambaran klinis : terdapat trauma dengan
mekanisnme seperti diatas dengan
pembengkakak dan nyeri tekan disekitar
pergelangan tangan

Fraktur Epfisis
Fraktur radius distal sering ditemukan pada anak
usia 6-12 tahun. Pada umumnya adalah SH tipe 1
dan 2 dan sangat jarang ditemukan tipe 3 dan 4.
Fraktur epfisis ulna jarang ditemukan.

Pengobatan : Reposisi tertutup sangat mudah


dilakukan dan imobilisasi dengan gips sirkuler
dibawah siku selama 3 minggu. Operasi dilakukan
apabila fraktur sudah terjadi beberapa hari dan
terdapat pergeseran yang hebat

Fraktur Torus
Fraktur torus disebut juga fraktur buckle terjadi pada
korteks daerah metafisis 2-3 cm di atas lempeng epfisis

Fraktur Greenstick
Terjadi apabila ada robekan periosteum dan korteks
pada daerah konveks dari deformitas. Fraktur dapat
mengenai salah satu tulang baik radius atau ulna,
tetapi kebanyakan kedua tulang
Mekanisme trauma : Terjadi karena kompresi
longitudinal dan torsional. Ada dua jenis fraktur
greenstick, yaitu : a)angulasi volar (sering ditemukan)
b)angulasi ke dorsal (jarang ditemukan)

Pengobatan : Tidak semua fraktur


greenstick perludilakukan reduksi tertutup
terutama bagian distal dekat dengan sendi.
Pada umumnya angulasi kurang 20o pada
usia 10-12 tahun tidak memerlukan reduksi
dan hanya pemasangan gips diatas siku
dengan posisi pronasi selama 3-4 minggu,
karena dapat terjadi koreksi angulasi secara
spontan.

Fraktur Total
Biasanya menyamping dan sulit
mempertahankannya sehingga sering kali
dilakukan reposisi.
Pengobatan : tetap dilakukan usaha untuk reposisi
tertutup dan apabila gagal maka dilakukan
reposisi terbuka dengan fiksasi interna serta
diperkuat dengan gips sirkuler selama 4 minggu,
tergantung umur penderita.

Fraktur terbuka radius atau ulna sering


ditemukan dan dapat menyebabkan salah
satu tulang proksimal menonjol. Pada keadaan
ini fraktur harus dirawat seperti suatu fraktur
terbuka dan disertai dengan debridement
yang baik dan dipertahankan dengan fiksasi
interna.

Komplikasi : infeksi, kontraktur iskemik


Volkmann, lempeng pertumbuhan yang
terhenti, malunion dan refraktur.

Fraktur Galeazi

Merupakan fraktur radius pada 1/3 distal


dan dislokasi sendi radio-ulnar distal.
Fraktur ini lebih jarang ditemukan
dibandingkan fraktur Monteggia. Seringkali
lebih banyak pada orang dewasa
dibandingkan anak-anak.

Insidensi puncak pada anak terjadi pada


usia 9-12 tahun.

Dapat diklasifikasikan beradasarkan posisi


radius :

Tipe I : Radius distal mengalami pergeseran


ke dorsal, hal ini disebabkan karena
kekuatan supinasi. Reduksi harus dengan
kekuatan pronasi dan tekanan dari dorsal ke
volar pada distal radius.
Tipe II : pergeseran ke arah volar,
disebabkan karena pronasi. Reduksi dengan
supinasi dan tekanan dari volar ke dorsal
pada distal radius.

Gambaran klinis : terdapat gejala fraktur


dan dislokasi pada daerah distal lengan
bawah

Pemeriksaan radiologis : dengan


pemeriksaaan rotgen diagndosis dapat
ditegakan.

Fraktur Spesifik Ekstremitas


Bawah

Fraktur Panggul Pelvis


Panggul merupakan tulang untuk melindungi alatalat dalam ruang panggul. Fraktur panggul pada
anak jarang ditemukan dibandingkan dewasa.
Kebanyakan penyebabknya adalah trauma karena
kecelakaan lalulintas pada anak yang berusia 1-8
tahun karena kesadaran berlalulintas yang masi
kurang. Fraktur panggul pada anak umumnya
merupakan bagian dari satu trauma multiple pada
organ lain seperti kepala, thorax dan anggota
gerak.

Klasifikasi fraktur panggul pada anak


berdasarkan aspek klinis (Quinby, 1996) :
Tanpa komplikasi, hanya berupa fraktur sederhana
tanpa pergeseran. Tidak ditemukan syok dan tidak
diperlukan transfuse darah, juga tidak ditemukan
komplikasi abdominal atau urologis.
Fraktur dengan trauma pada organ-organ lain
disertai dengan perdarahan dan syok. Pada keadaan
ini diperlukan transfuse darah yang segera dan
eksplorasi untuk mengatasi kerusakanyang lain.
Fraktur dengan perdarahan yang massif dan segera.
Terdapat pergeseran sendi sakroiliaka, denyut arteri
pada salah satu tungkai menghilang karena adanya
robekan pada salah satu cabang arteri iliaka interna.
Penderita masuk dalam keadaan syok dan
diperlukan transfuse massif sampai 8 L.

Klasifikasi fraktur panggul pada anak juga


dikemukaan oleh Delbet :
Tipe I : Transepiphyseal fracture
8% dari kseluruhan fraktur padda panggula anak. Insidensi
terjadinya osteonekrosis mencapai 100%, khususnya juga
berhubungan dengan dislokasi panggul. Dapat dicurigai
adanya hipotyroidism, hipogonadism dan renal disesase.
Tipe II : Transcervical fracture
Jenis fraktur yang tersering (45%) dan 80% diantaranya
mengalami pergeseran. 50% ada emungkinan terjadinya
osteonekrosis
Tipe III : Cervicotrochanteric fracture
30% dari seluruh fraktur panggul. Lebih sering pada anak
daripada dewasa. 20-30% ada kemungkinan terjadi
osteonekrosis.
Tipe IV : Intertrokanteric Fracture
10-15% dari kasus fraktur panggul anak. Jarang ada
komplikasi karena vaskulariisasi masi baik.

Gambaran klinis : Pada seorang anak yang


mengalami kecelakan lalulintas dengan fraktur
panggul biasanya disertai perdarahan. Disamping
gejala fraktur panggul sendiri, mungkin juga
ditemukan adanya tanda-tanda perdarahan serta
kerusakan organ lain. Pasien sering kali datang
dengan pemendekan dan rotasi eksternal pada
ekstremitas sebelah bawah.

Pemeriksaan radiologis : diagnose dapat


ditegakan dengan bantuan foto rotgen panggul

Tipe I :
indikasi untuk reduksi tertutup dengan menggunakan
fiksasi pin, pada fraktur yang tidak daapt direduksi
dengan menggunakan reduksi tertutup dapat dilakukan
reduksi terbuka.

Tipe II :
Nondisplaced : pilihanya adalah dengan abduction spica
cast atau dengan pinning.
Displaced : reduksi tertutup dan pinning (ORIF bila perlu),
tetapi harus dihindari penggunaan transphyseal pinning.

Tipe III :
Nondisplaced : traksi harus segera dilakukan, diikuti
dengan pemasangan abduction spica cast atau pinning
in situ.

Tipe IV :
Bergantung usia dan besar pasien. 2-3 minggu dilakukan
traksi, lalu dilanjutkan pemasangan abduction spica
untuk 6-12 minggu. ORIF dilakukan bila diperoleh fraktur
ang tidak stabil atau yang tidak dapat direduksi dengan
metode tertutup.

Komplikasi

Osteonekrosis
Tipe I : Difuse, komplit pada bagian kaput femuris
dan collapse. Prognosis bururk (60%)
Tipe II : Hanya terlokalisasi pada bagian kaput
saja; dengan collapse minimal (22%)
Tipe III : Pada bagian collum femur dengan
sebagian kaput (18%)

Premature physeal closure : insidensinya


60%.
Coxa Vara : insidensinya 20% biasanya
disebabkan karena reduksi yang tidak
adequate. ORIF juga dianggap berhubungan
dengan hal ini.
Nonunion : insidensinya 10%, utamanya
karena reduksi atau internal fiksasi yang tidak
adequate. Diperlukan valgus osteotomy
dengan atau tanpa bone graft untuk
mendapatkan penyatuan yang union.

Dislokasi Panggul
Dislokasi panggul pada anak-anak karena
trauma sering ditemukan di Indonesia.
Dislokasi panggul lebih sering ditemukan
dibandingkan fraktur panggul.
Dislokasi posterior 10x lebih sering
ditemukan dibandingkan yang anterior.
anak usia dibawah 5 tahun dengan
kebanyakan anak laki-laki.

Mekanisme Trauma
<5 tahun, asetabulum tulang rawan lunak &
keregangan pada sendi termasuk sendi panggul.
otot relaksasi trauma ringan yang ringan dapat terjadi
dislokasi panggul.
++usia, sendi panggul menjadi lebih kuat sehingga
hanya dislokasi hanya terjadi apa bila didapatkan trauma
yang besar.
Dislokasi tipe posterior trauma hebat pada lutut dan
anggota gerak dalam posisi fleksi.
Dislokasi anterior biasanya terjadi karena jatuh dari
ketinggian.
Dislokasi sentral terjadi karena trauma langsung pada
trokanter mayor atau jatuh dari ketinggian.

Klasifikasi

Tipe Posterior
Tipe ini paling sering ditemukan.
Iliaka; kaput femur berada di posterior dan superior
sepanjang aspek lateral ilium.
Isial; kaput femur bergeser ke postero-inferior dan berada di
dekat grater sciatic notch.
Tipe Anterior
Kaput femur berada di daerah membrane obturator. Pubic;
kaput femur bergeser ke antero-superior spanjang ramus
superior tulang pubis.
Tipe Sentral
Pada keadaan ini ditemukan fraktur komunitif bagian sentral
asetabulum dimana terjadi perpindahan kaput femur dan
fragmen asetabulum ke dalam panggul.

Manifestasi Klinis
Pada tipe posterior, terlihat tungkai atas dalam
keadaan fleksi, rotasi interna dan adduksi.
Pada tipe anterior, tungkai atas dalam keadaan
abduksi, rotasi eksterna dan sedikit fleksi.
Pada tipe sentral yang disertai fraktur
asetabulum tidak terlihat gambaran deformitas
pada tungkai bawah, hanya terdapat gangguan
pergerakan pada sendi panggul karena adanya
spasme otot.
Pemeriksaan rotgen akan menentukan tipe
dislokasi.

Pengobatan
Reposisi secepatnya (<6 jam),
Kesulitan dan komplikasi : berupa nekrosis
avaskuler.
Dislokasi panggul tipe posterior :

Metode Bigelow
Metode Stimson
Metode Allis

Dislokasi panggul tipe anterior :


Metode Allis

Dislokasi panggul tipe sentral :


Traksi Tulang dng K-wire

Komplikasi
Jebakan fragmen intra-artikuler : terjadi
karena reduksi yang tidak lengkap akibat
adanya ganjalan fragmen tulang rawan
asetabulum. Diagnosis dengan menggunakan
artrogram.
Dislokasi rekuren : jarang terjadi kecuali pada
penerita sindroma down.
Nekrosis avaskuler : Insiden kelainan ini
diperkirakan 10%. Apabila direposisi dalam
waktu 6 jam setelah trauma biasanya tidak
ditemukan komplikasi ini.

Fraktur Collum Femur

Epidemiologi
Jarang pada anak-anak.
Laki-laki : perempuan = 3 : 2.
Insiden tersering pada usia 11-12 tahun.

Mekanisme Trauma
Trauma biasanya terjadi karena KLL, jatuh dari
ketinggian atau dari sepeda dan sering kali
disertai trauma pada tempat lain.

Klasifikasi
Tipe I : Tipe ini disebut juga transepifisial;
terjadi pemisahan epifisis dan harus
dibedakan dengan slipped upper femoral
epiphysis.
Tipe II : disebut juga transervikal; fraktur
melalui bagian tengah leher femur.
Tipe III : disebut juga servikotrokanterik;
fraktur melalui basis leher femur
Tipe IV : disebut juga pertrokanterik; fraktur
antara basis leher femur dan trokanter
minor.

Manifestasi klinis
Fraktur leher femur biasanya disertai
trauma hebat dan nyeri pada daerah
panggul sehingga penderita tidak dapat
berjalan. Pada pemeriksaan ditemukan
adanya rigiditas dan gangguan pergerakan
sendi panggul.
Bila fraktur disertai pergeseran, maka
penderita tidak dapat menggerakan sendi
panggulnya. Selain itu ditemukan pula nyeri
tekan di daerah panggul.

Radiologis

Pengobatan
Konservatif
Traksi kulit atau spika panggul. Dilakukan
bila fraktur dengan pergeseran yang sangat
minimal.
Operatif
Operasi dilakukan bila terjadi pergeseran
fraktur. Dapat dilakukan reposisi tertutup
dilanjutkan dengan pemasangan spika
panggul

Komplikasi
nekrosis

avaskuler
koksa vara
fusi epifisis yang dini
delayed
union
nonunion.

Fraktur Diafisis Femur

Sering ditemukan pada anak-anak dan


harus dianggap sebagai fraktur yang dapat
menimbulkan perdarahan dan syok.

Mekanisme trauma : fraktur terjadi


karena suatu trauma hebat dan lokalisasi
yang paling sering adalah 1/3 tengah
diafisis femur.

Klasifikasi
subtrokanterik, abduksi, adduksi dan klasik
Posisi fraktur terjadi karena tarikan dan
lokalisasi fraktur. Pada fraktur femur 1/3
proksimal. fragmen proksimal tertarik
dalam posisi fleksi karena tarikan muskulus
iliopsoas, abduksi oleh muskulus gluteus
medius dan minimus serta rotasi eksterna
oleh rotator pendek dan gluteus maksimus.
Fraktur dapat bersifat oblique, transversal
namun jarang komunutif.

Gejala Klinis
Gejala trauma hebat disertai
pembengkakan pada daerah tungkai atas
dan tidak dapat menggerakan tungkai.
Terdapat deformitas, pemendekan anggota
gerak dan krepitasi. Pemeriksaaan harus
dilakukan secara hati-hati agar tidak
menambah perdarahan

Radiologis

Prinsip pengobatan :
Konservatif
Untuk anak usia 0-2 tahun : traksi kulit
menurut Hamilton-Russel
Untuk anak usia 2 tahun ke atas; traksi tulang
melalui kondilus femur dengan menggunakan
bidai dari Thomas dan penyangga Pearson
Spika panggul dilakukan setelah reposisi dan
imobilisasi dengan gips
Operatif : dilakukan dengan menggunakan Knail atau plate yang kecil terutama pada anak
yang lebih besar dengan indikasi tertentu

Komplikasi
Tungkai yang tidak sama panjang setelah
sembuh
Malrotasi atau deformitas anguler
Pembentukan spur yang menonjol pada otot
yang dapat menggangu pergerakan
Kontraktur Quadrisep.

Fraktur Femur Epifisis


Distal
Fraktur ini sangat jarang ditemukan.
Fraktur biasanya terjadi pada anak usia 1115 tahun
Disebabkan

suatu trauma yang hebat


trauma KLL
trauma olahraga

Mekanisme Injuri dan Klasifikasi

Tipe abduksi
Jenis ini terjadi karena benturan dari samping pada femur
distal, misalnya sewaktu bermain bola. Jenis ini
menimbulkan fraktur epfisis tipe II (SH)
Tipe Hiperekstensi
Jenis ini biasanya terjadi karena trauma dalam kendaraan.
Femur distal epifisis bergeser ke depan oleh karena
trauma hiperekstensi serta tarikan kontraksi muskulus
kuadrisep.
Periosteum pada aspek posterior mengalami robekan.
Bagian metafisis berbentuk segitiga dengan bagian
periosteum yang intak di bagian depan. Jenis ini juga
merupakan SH tipe II.

Mekanisme Injuri dan Klasifikasi


Tipe Hiperfleksi
Terjadi pada pergeseran epifisis ke posterior
dan hal ini lebih jarang terjadi (tipe I SH)
Tipe IV Salter-Harris :
Biasanya bersifat kominutif

Gambaran Klinis

pasien datang dengan keluhan trauma


hebat pada anggota gerak bawah disertai
pembengkakan dan nyeri disekitar lutut.
Juga terdapat nyeri tekan dan nyeri
pergerakan

Pengobatan

Berdasar jenis fraktur dan lamanya


kejadian.
Pada fraktur tipe I,II dan III dapat dilakukan terapi
konservatif dengan reduksi tertutup dan
pembiusan umum.
Apabila pasien datang terlambat maka
kemungkinan reduksi tidak berhasil diperlukan
tindakan operasi.
Pada tipe IV sebaiknya dilakukan operasi dengan
menggunakan fiksasi dan pin kecil

Fraktur Eminemsia Interkondiler


Tibia
Eminensia interkondiler (tibia spine) berada
diantara kedua faset lateral dan medial
pada permukaan atas tibia.
Fraktur emeninsia intrakondiler tibia sering
terjadi pada anak usia 8-13 tahun dan tidak
pernah ditemukan dibawah usia 7 tahun.
Fraktur ini terjadi karena avulse ligament
krusiatum baik posterior maupun anterior

Mekanisme Trauma
Fraktur eminensia interkondiler tibia terjadi
karena lutut dalam posisi fleksi dan trauma
dari depan mendorong femur kebelakang
dimana tibia dalam keadaan terfiksasi yang
akan menyebabkan avulse ke bagian
depan.
Fraktur biasanya terjadi pada anak yang
sedang mengendari sepeda dan jatuh
dalam keadaan lutut fleksi, sedangkan
avulse bagian posterior jarang ditemukan

Klasifikasi
Tipe I : terjadi avulse dengan sedikit
pergeseran dimana eminensia hanya
mengalami elevasi ringan
Tipe II : terjadi avulse dengan elevasi pada
dasarnya 1/3 depan.
Tipe III : terjadi avulse dengan elevasi total
yang dapat terjadi dalam 2 bentuk : lepas
tanpa terbalik atau lepas dengan posisi
terbalik sehingga penyembuhan tidak dapat
tercapai.

Gejala Klinis

DIdapatkan trauma pada lutut disertai


hematrosis yang terjadi secara cepat. Lutut
dalam keadaan fleksi 10-30o dan nyeri
apabila dilakukan ekstensi. Terdapat
gangguan pergerakan sendi lutut serta
spasme otot disekitar sendi lutut.

Radiologis

Pengobatan

Pada tipe I dan tipe II diimobilisasi dengan


slinder gips dalam keadaan lutut fleksi 2030o dimana pada posisi ini terjadi relaksasi
ligament krusatum anterior. Pada tipe III
dilakukan operasi dan fragmen yang
terlepas difiksasi dengan jahitan yang dapat
diresorpsi dan bukan dengan menggunakan
screw atau alat fiksasi lain.

Fraktur Tibia dan Epifisis


Proximal
Fraktur tibia epifisis proksimal
Fraktur ini jarang ditemukan pada anakanak dan insidensinya hanya 0,8% dari
seluruh fraktur lempeng epifisis.
Yang paling sering ditemukan adalah tipe II
menyusul tipe III dan IV.
Pengobatan : pada tipe II dengan reduksi
tertutup dan dipasang gips selama 4-6
minggu. Pada tipe III dan IV perlu dilakukan
operasi

Fraktur apofisis tuberkel tibia


Fraktur ini sering ditemukan pada anakanak usia 14-16 tahun.
Apofisis tibia terletak pada pertengahan
daerah tendo ekspansi otot kuadrisep.
Tuberkel tibia dilindungi oleh ligament ini
sehingga jarang terjadi avulse yang total.

Klasifikasi dan Pengobatan

Watson-Jones
Tipe I : Tuberkel terangkat tetap melekat pada
bagian proksimal
Tipe II : Tuberkel yang kecil terangkat bersamasama dengan ligament
Tipe III : Tuberkel yang besar terangkat mulai dari
distal sampai proksimal dalam sendi

Pengobatan : tipe I dengan pemasangan


gips slinder dengan lutut dalam keadaan
ekstensi. Tipe II dan III sebaiknya dilakukan
dengan ORIF dengan pin atau screw kecil.

Fraktur Diafisis Tibia dan


Fibula

Pada bayi dan anak-anak yang muda, fraktur


bersifat spiral pada tibia dengan fibula yang
tetap intak.
Pada usia 3-6 tahun, biasanya terjadi stress
torsional pada tibia bagian medial yang akan
menimbulkan greenstick pada metafisis atau
diafisis proksimal dengan fibula yang intak.
Pada usia 5-10 tahun fraktur dapat bersifat
transverasal dengan atau tanpa fraktur fibula.
Fraktur tibia dan fibula dapat bersifat tertutup
maupun terbuka

Pengobatan
Konservatif dengan pemasangan gips
sirkuler diatas lutut dengan sedikit fleksi.
Operasi

dilakukan apabila ada indikasi seperti :


fraktur terbuka
malunion
nonunion (jarang ditemukan).

Fraktur Epifisis Tibia Distal

Sering ditemukan dengan insidensi 11% dari


seluruh fraktur epifisis. Lebih sering pada
anak laki-laki dengan perbandingan 4 : 1 dan
terutama pada usia 11-15 tahun.

Mekanisme Injury

Trauma
Trauma
Trauma
Trauma
Trauma

Abduksi
Rotasi Eksterna
Adduksi
plantar fleksi
kompresi aksial

Trauma Abduksi
Trauma Abduksi merupakan trauma jenis yang
paling sering ditemukan, sekitar 48%. Trauma ini
akan menimbulkan fraktur SH tipe II, dan biasanya
disertai dengan fraktur diafisis fibula distal.
Trauma Rotasi Eksterna
Merupakan trauma jenis kedua yang tersering
ditemukan, 23%. Terdapat pemindahan ke
posterior dari seluruh epifisis tibia distal disertai
fragmen metafisis tibia (SH tipe II). Fraktur ini
disebut juga Triplane fracture.

Trauma Adduksi
Ditemukan sebesar 14,5%. Trauma ini merupakan
trauma SH tipe III dan disebut juga fraktur Tilaux.
Trauma Plantar Fleksi
Ditemukan sebanyak 12,5%. Terjadi pemindahan
dari seluruh epifisis tibia kea rah posterior tanpa
adanya fraktur fibula.
Trauma Kompresi Aksial
Merupakan jenis yang paling jarang ditemukan,
sebanyak 9%. Biasanya terjadi karena trauma
langsung epifisis tibia distal dan fragmen tulang
dapat bergeser ke depan atau ke belakang.
Mungkin juga disertai fraktur intraartikuler melalui
bagian tengah epifisis.

Pengobatan
Konservatif : reduksi tertutup disertai
pemasangan gips sirkuler.
Operatif : Pada fraktur SH tipe III atau terapi
konservatif yang tidak berhasil, atau yang
terlambat dilakukan terapi konservatif

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai