Anda di halaman 1dari 53

INDUSTRI PAKAN

UNGGAS
TIM:
DR.IR.ADRIZAL,MS
PROF.DR.IR.KHALIL,MS
DR.IR HARNENTIS,MS
PROF.DR.IR.NURAINI,MS
DR.MONTESQRIT,SPT,MP
OUT LINE
INDUSTRI PAKAN UNGGAS
POTENSI INDUSTRI PAKAN DI INDONESIA
Biaya Pakan Dalam Struktur Biaya Produksi Ternak

Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Kambing Ayam Ras Pedaging Ayam Ras Petelur
67,08% 57,67% 47,56% 51,8% 56,95% 70,97%
Sumber: Survei Struktur Ongkos Usaha Peternakan 2017 oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

 Pakan merupakan komponen biaya produksi utama dalam produksi ternak.


 Pakan berkontribusi antara 47,56% sampai 70,97% dari total biaya produksi.

Direktorat Pakan Ditjen Peternakan Dan Kesehatan Hewan http://pakan.ditjenpkh.pertanian.go.id


Struktur Pengeluaran Perusahaan Unggas Tahun 2019

Lainnya
Pembelian DOC 7% Upah Pekerja
6% 11% Bahan Bakar dan Pelumas
1%
Obat-Obatan Listrik dan Air
4% 4%

Pakan
66%

Sumber: Statistik Perusahaan Peternakan Unggas 2019 (BPS)

Direktorat Pakan Ditjen Peternakan Dan Kesehatan Hewan http://pakan.ditjenpkh.pertanian.go.id


Produksi Pakan Tahun 2015-2021

Perkembangan Produksi Pakan Tahun 2015-2021 (juta ton) Jenis dan % Produksi Pakan Pabrikan

Pakan Pakan Babi Pakan35%


Ternak
Pakan Ikan 2% Lain
Ruminansia
20.5 19.8**) 6%
1% 1%
18.2 19.4 18.9*)
17.2
15.9

Pakan Unggas
90%

2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

Pakan Unggas Pakan Ikan Pakan Ruminansia


Pakan Babi Pakan Ternak Lain
Sumber: Ditjen PKH, Kementan Sumber: Ditjen PKH, Kementan
*)
Angka Sementara
**)
Angka Proyeksi

Direktorat Pakan Ditjen Peternakan Dan Kesehatan Hewan http://pakan.ditjenpkh.pertanian.go.id


Estimasi Komposisi Biaya Produksi Pakan Unggas (%)

Persentase Biaya (%)


No Komponen Biaya Keterangan
Broiler Layer

1 Bahan Pakan 83 - 89 84 - 89 Termasuk premiks

2 Biaya produksi 3,6 - 3,8 4,1 - 4,4 Termasuk packaging

3 Biaya overhead 3,7 - 3,8 4,2 - 4,4 Termasuk opex

4 Marketing 3,7 - 9,4 2,7 - 7,2 Termasuk transport

Bahan pakan merupakan komponen terbesar dalam biaya produksi pakan unggas (broiler dan layer)

Direktorat Pakan Ditjen Peternakan Dan Kesehatan Hewan http://pakan.ditjenpkh.pertanian.go.id


Formulasi Umum Pakan Unggas

Bahan impor lain(CGM, MBM)

Premix Impor;
35%
Bungkil Kedelai
Lokal;
Bahan lokal lain 65%
Crude Palm Oil (CPO)

Dedak

Jagung

0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45% Lokal Impor

Direktorat Pakan Ditjen Peternakan Dan Kesehatan Hewan http://pakan.ditjenpkh.pertanian.go.id


Kondisi Bahan Pakan saat ini
No Bahan Pakan Keterangan
- Sumber energi utama pakan unggas di Indonesia
- Saat ini diupayakan terpenuhi dari produksi dalam negeri
1 Jagung - Ketersediaan berlimpah saat panen raya, sedangkan kebutuhan relatif stabil sepanjang tahun.
- Kadar air masih sangat bervariasi
- Bahan pakan pengisi dengan energi yang baik
2 Dedak - Harganya relatif murah
- Tingginya pemalsuan dengan sekam sehingga kandungan serat kasarnya cukup tinggi
- Sumber energi
- Harga murah jika diukur terhadap kandungan nilai energi
3 CPO - Ketersediaan berlimpah, namun penggunaan dalam pakan terbatas
- Dapat meningkatkan palatabilitas
- Sumber energi, namun bersaing dengan pangan dan industri
4 Cassava (Singkong) - Mutu bahan pakan hasil samping olahan industri pati dari singkong sangat tergantung musim dengan harga relatif mahal
dibanding kandungan nutrisi
- Sumber protein utama dalam ransum pakan unggas
5 Bungkil Kedelai - Tidak diproduksi dalam negeri (100% impor)
- Mengandung asam amino, mineral, vitamin dan asam lemak
- Meningkatkan kualitas ransum dan kecukupan nutrient mikro
6 Premix - Penggunaan sedikit namun berpengaruh besar terhadap performance ternak
- Masih bergantung impor
- Sumber protein dengan kandungan energi dan karatenoid tinggi
7 CGM - Harga tinggi
- Produksi dalam negeri sangat terbatas dan masih mengandalkan impor

- Sumber protein asal hewan


8 MBM - Harga tinggi dan 100% impor
- Penggunan pada ransum unggas terbatas

Direktorat Pakan Ditjen Peternakan Dan Kesehatan Hewan


Sumber : http://pakan.ditjenpkh.pertanian.go.id/
http://pakan.ditjenpkh.pertanian.go.id
Kebijakan Pemerintah Terkait Pakan/Bahan Pakan

Pasal 23 : Setiap pakan dan/atau


Pasal 20 (1) : Pengawasan bahan pakan yang dimasukkan/
terhadap pengadaan dan dikeluarkan harus memenuhi
peredaran bahan pakan persyaratan teknis keswan dan
regulasi karantina

Pasal 20 (4) : Pengadaan pakan UU No. 18 Tahun


dan/atau bahan pakan, Pasal 22 (1) : Setiap orang yang
mengutamakan bahan baku 2009 jo UU No. memproduksi pakan dan/atau bahan
pakan lokal
41 Tahun 2014 pakan untuk diedarkan secara
komersial wajib memperoleh izin
tentang Peternakan usaha
dan Kesehatan Hewan
Pasal 20 (5) : Pengadaan pakan Pasal 21 : Menteri
dan/atau bahan pakan, yang menetapkan batas tertinggi
berasal dari organisme transgenik kandungan bahan pencemar
harus memenuhi persyaratan fisik, kimia, dan biologis pada
keamanan hayati pakan dan/atau bahan pakan.

Direktorat Pakan Ditjen Peternakan Dan Kesehatan Hewan


Sumber : http://pakan.ditjenpkh.pertanian.go.id/
http://pakan.ditjenpkh.pertanian.go.id
Permasalahan Dan Solusi Penyediaan Bahan Pakan Lokal

Permasalahan: Solusi:
• Persaingan dalam penggunaan (food, • Scalling up dan efisiensi produksi untuk
feed, fuel). mencapai skala keekonomian dan harga yang
• Ketersediaannya terbatas, produksinya bersaing.
masih skala kecil dan terpencar. • Sinergitas antar lembaga untuk pembinaan dan
• Ketersediaan tidak kontinyu pendampingan (tingkat petani, peternak maupun
(dipengaruhi alam dan musim). industri pengolahan) dalam penerapan teknologi.
• Mutu yang bervariasi • Fasilitasi sarana, prasarana dan teknologi
• Tingginya kontaminan benda asing pendukung pada daerah-daerah sentra bahan
pada beberapa bahan pakan unggulan. pakan.
• Harga relatif mahal jika diukur terhadap • Pengembangan teknologi pendukung untuk
nilai nutrisi. menjamin mutu yang baik dan stabil.
• Dukungan sistem logistik untuk menjamin
pasokan.

Direktorat Pakan Ditjen Peternakan Dan Kesehatan Hewan http://pakan.ditjenpkh.pertanian.go.id


ALUR PROSES PRODUKSI
1. PENERIMAAN, PEMBERSIHAN DAN PENYIMPANAN
o Bahan datang: dikemas, kontainer, curah
o Bahan dalam kemasan
• Dicek
• Simpan (kering, bebas organisme, perlindungan)
• Rotasi (FIFO)
o Bahan curah:
• Ditangani sesuai sifat fisik
• Pakan cair: dalam tangki
• Pakan padat: dibersihkan, simpan
2. PENGOLAHAN
o Pengecilan ukuran
o Premixing
o Pencampuran (blending)
o Pemeletan
o Crumbling

3. PENGEMASAN
o Penakaran (weighing)
o Pengemasan (sacking)
o Label/kode (taping/coding)
o Penjahitan (sewing)

4. PENYIMPANAN DAN DISTRIBUSI PRODUK


o Produk curah: silo
o Produk kemas: gudang, palet
ALUR PROSES PRODUKSI PAKAN
BAHAN BAKU

Bahan baku utama:


• Bahan baku sumber energi: Jagung kuning dan minyak kelapa.
• Bahan baku sumber protein nabati: Bungkil kacang kedelai.
• Bahan baku sumber protein hewani: Tepung ikan.

Bahan makanan pendamping dan pengganti:


• Bahan baku sumber energi: pollard, dedak, onggok, sorgum, cassava
meal/chip/pelet, CPO.
• Bahan baku sumber protein nabati: bungkil kacang tanah, bungkil sawit,
bungkil kopra, bungkil bunga matahari, CGM.
• Bahan baku sumber protein hewani: MBM, tepung bulu, tepung darah,
tepung kepala udang.
KARAKTERISTIK PENANGANAN BAHAN BAKU DAN PRODUK PADA
INDUSTRI PAKAN
• Volume bahan baku dan produk yang banyak (massal):
penanganan, pengolahan dan penyimpanan dilakukan
secara mekanis
• Bahan baku beragam (volume, jenis, mutu, sumber):
membutuhkan penanganan berbeda
• Keragaman alat transportasi (truck, kereta api, kapal
laut): membutuhkan fasilitas penerimaan dan
pembongkaran berbeda
• Alur proses produksi yang panjang dan dinamis:
pengawasan dilakukan secara digital (computer, internet)
• Letak sarana penanganan, pengolahan dan penyimpanan
yang tersebar: membutuhkan
sarana penghubung
SIFAT FISIK PAKAN (PHYSICAL PROPERTIES)

• Proses pengolahan bahan bertujuan: untuk merubah sifat fisik bahan


• Sifat fisik suatu bahan berpengaruh: terhadap efisiensi proses penanganan, pengolahan
dan penyimpanan
• Beberapa sifat fisik pakan yang penting:
1. Kerapatan tumpukan (KT) (bulk density)
2. Kerapatan pemadatan tumpukan (KPT) (tapped density),
3. Kerapatan jenis (KJ),
4. Sudut tumpukan (ST) (angle of repose),
5. Laju pemadatan (LP) (compressibility),
6. Faktor higroskopis (FH),
7. Aktivitas air (aw),
8. Porositas (P)
Proses Pelaksanaan Penerimaan Bahan Baku:

1. Pengujian Bahan: meyakinkan mutu bahan diterima sesuai dengan dipesan


a. Mencocokkan dokumen pengantar dg dokumen yg dimiliki (cek adm)
b. Memeriksa kendaraan/alat pengangkutnya dan kemasannya
c. Pengambilan sampel: untuk pengujian mutu
d. Pengujian bahan dilakukan dan ternyata barang bagus, diterbitkan laporan
inspeksi.
e. Laporan penerimaan barang dicatat di kartu stock
2. Penimbangan:
Kalau uji mutu bahan cocok (lolos uji mutu) dengan yang dipesan maka ditimbang
Penimbangan bertujuan : mencocokkan laporan dengan data sebenarnya

3. Pembongkaran: secara mekanik

4. Penyelesaian administrasi
Bahan baku yg digunakan industri pakan:

1. Butiran: 50-70% ex: jagung


2. Bhn protein nabati: 15-20% ex: bkl kdl, bkl klp
3. Bhn protein hewani: 10-20% ex: tp ikan
4. Hasil ikutan butiran: 15-20% ex dedak padi
5. Bahan lain: 5-10% ex: sbr mineral(tp tlg, tp kerang)

Syarat yang harus dipenuhi suatu bahan baku pakan yaitu:


1. Tidak boleh bersaing dengan manusia
2. Harus tersedia dalam waktu lama (kontinu)
3. Produksi
4. Harga bahan
5. Kualitas gizi bahan makanan
Kendala pengadaan bahan baku:

1. Lokasi/sumber bahan baku: jauh dan tersebar

2. Ketersediaan bahan: kurang tersedia, harga tinggi

3. Transportasi: susah, mahal

4. Fasilitas penyimpanan: tidak tersedia

5. Modal: kurang
PROSES PRODUKSI
DALAM INDUSTRI PAKAN

PENGECILAN UKURAN
01 (GRINDING)
PENCAMPURAN
02 (MIXING)

PEMELETAN
03 (PELLETING)
CRUMBLE
04 (CRUMBLING)
PROCESSING PROFILE

• INTAKE
• H-MILL
• HAND ADD
• MIXER
• PELLET
• PACKING
A. PENGECILAN UKURAN (GRINDING)

Proses penggilingan : proses perubahan bahan dari bentuk kasar menjadi bentuk halus
sesuai permintaan
Tujuan penggilingan
• Memperkecil ukuran fragmen pakan
• Mengurangi kadar air karena aktifitas respirasi
• Meningkatkan luas permukaan: sehingga mudah dicerna
• Meningkatkan daya cerna
• Mempermudah penanganan dari beberapa bahan pakan (pengolahan, transport)
• Meningkatkan homogenitas pada pencampuran bahan
• Meningkatkan efisiensi pemeletan dan kualitas pelet
PERALATAN YANG DIGUNAKAN DALAM PENGGILINGAN

CRUSHING ROLLS TUMBLING MILL


(ROOL PENGHANCUR)

HAMMER MILL
(MENGGUNAKAN
PALU) BUHRMILL (MENGGUNAKAN 2
 Proses Sederhana, bebas dari bahaya logam, LEMPENG)
 Kecepatan tinggi, Kapasitas penggilingan dipengaruhi:
 Kenaikan suhu produk tidak tinggi  Kecepatan pelat, design pelat
 Produk akhir tidak seragam  Jenis dan kadar air bahan
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS
PENGGILINGAN HAMMERMILL

1) Jenis bahan, kadar air dan kondisi bahan yang digiling.


Bahan KH tinggi: mudah digiling
Kadar air bahan : 12 -14%: mudah digiling
Kondisi bahan baku lengket digiling dengan bahan penyerapnya: Bkl kelapa atau tepung
ikan dengan dedak
2) Diameter lubang dan luas permukaan saringan
Semakin besar lubang dan luas permukaan saringan: semakin besar kapasitas penggilingan
3) Hourse power, kecepatan ujung palu, tebal palu, jumlah palu
Semakin besar maka semakin besar kapasitas penggilingan
4) Kadar kehalusan bahan
Semakin kecil kadar kehalusan : semakin besar kapasitas penggilingan
5) Kecepatan pemasukan bahan
B. PROSES PENCAMPURAN (MIXING)

• Bertujuan untuk memperoleh hasil adukan yang homogen


• Prinsip utama pencampuran adalah prosesnya harus diselesaikan dengan
waktu dan biaya minimum untuk menghasilkan produk yang seragam

Alat pencampuran (Mixer) berdasarkan system kerja:


1. Batch Mixer
Lebih kompak, bisa untuk pabrik skala kecil, bisa otomatis, efisien dengan
formula adonan berubah rubah
2. Continous Mixer
Bekerja bisa kontinu
MIXER BERDASARKAN BENTUK BANGUN:

Horizontal Mixer:
Vertikal mixer:
Kelebihan : bisa mencampur ransum jumlah
Kelebihan :
besar, efisien tempat •efisien, mudah dalam pencampuran
Kelemahan: sulit dalam pembersihan •bisa mencampur bahan sedikit, halus dan berat

jenis tinggi
•dapat dibersihkan dengan cepat
•dapat digunakan untuk mencampur bahan
padat, cair
Kekurangan: memerlukan tempat yg luas
KRITERIA PENILAIAN ALAT DAN PROSES PENCAMPURAN:

2) STABILITAS:
1) HOMOGENITAS:
Setelah diperlakukan maka
Kondisi bahan sama dg proporsinya tetap sama
proporsi yg sama

3) KEBUTUHAN ENERGI DAN 4) KEBERSIHAN ALAT:


WAKTU: Menentukan kualitas produk
Seefisien mungkin
Hasil Pencampuran dipengaruhi oleh:

1. Bahan Baku:
 Ukuran dan bentuk partikel bahan,
 berat jenis usahakan hampir sama,
 sifat higroskopis,
 kepadatan,
 kepekaan terhadap daya magnet bahan (daya tarik antar
partikel), kalau terlalu lama dalam pencampuran bisa dinding
alat panas dan akan menarik bahan pakan yang jumlah sedikit
ex premix

2. Alat pencampur : horizontal atau vertikal


C. PEMBUATAN PELET
Tujuan:
1. Mempertahankan stabilitas campuran

2. Memperbaiki sifat fisik:


- ukuran partikel: makin besar tapi seragam
- sudut tumpukan: makin kecil
- kerapatan tumpukan semakin besar shg menghemat pemakaian ruang simpanan

3. Meningkatkan nilai nutrisi :


- konsumsi meningkat: karena ternak tidak bisa memilih bhn yg disukai
- kecernaan meningkat mis kecernaan mineral P meningkat (melonggarkan ikatan pada
asam phitat yang banyak pada bijian)

4. Higienis: dengan uap air panas berfungsi sterilisasi, menurunkan cemaran mikroorganisme

5. Meningkatkan daya simpan: karena kandungan air berkurang


Proses pembuatan pelet:
1. Proses praperlakuan (conditioning): proses persiapan bahan supaya proses
penekanan berjalan baik ex:pengaturan kadar air, dan suhu
Secara modren: ditambahkan uap air (4-6%)

Tujuan ditambahkan uap air:


* Meningkatkan suhu sehingga terjadi proses gelatinisasi
* Sebagai pelumas (bahan tidak lengket pada dinding alat)
* Sebagai sterilisasi
* Supaya terbentuk kondensasi (terbentuk embun) shg
pengaruh positif terhadap kelancaran bahan
2. Proses penekanan dan pemadatan ( eruction dan compection):
peningkatan suhu dan proses gelatinisasi
3. Proses pasca penekanan(cooling): pemotongan, pendinginan, crumbling,
pengayakan
Faktor yang mempengaruhi kualitas dan produktifitas pelet:
A. Faktor bahan
* Jenis bahan
* Sifat fisik :ukuran partikel, kerapatan tumpukan
* Komposisi kimia: lemak, KH

B. Faktor mekanik:
* Rasio diameter dan panjang die (alat didalam)
* Putaran ring die
* Kecepatan penguapan bahan pada Steam conditioning
* Jumlah uap air ditambahkan

C. Lingkungan:
* Rh
* Higroskopis
Bahan Pakan berdasarkan sifat yang pengaruhi pemeletan:

Kel I. Bahan pakan yang menghambat pemeletan


* Contoh: umbi, gula bit, urea, mineral campuran
* Bersifat menghambat pemeletan krn meningkatkan gaya
gesekan dengan dinding bagian dalam

Kel II. Bahan pakan yang mengurangi laju pemeletan


* Contoh: tepung hijauan, bungkil kelapa, tepung susu skim, corn gluten
meal, tepung ikan
* Bersifat : tinggi kandungan serat, rendah kerapatan tumpukan

Kel .III Bhn pakan yang sedikit/tidak berpengaruhi pemeletan


* contoh: dedak, gandum, bungkil2an

Kel .IV Bhn pakan yang berpengaruh positif terhadap proses pemeletan
* contoh: jagung giling, gandum giling
* bersifat :ada lemak untuk pelicin, ada pati, partikel yang seragam
KUALITAS PELET TERGANTUNG:

1. Ukuran partikel (panjang dan diameter seragam)


2. Kekerasan/kestabilan

Penentuan kualitas pelet : pengujian kualitas fisik pelet:


*Uji kekerasan : alat
*Uji durabilitas pelet : alat
*Ketahanan benturan : menjatuhkan ketinggian tertentu

Alat Pellet:
1. Pellet mill
2. Farm Feed Pelleter
3. Pellet cooler : vertical pellet cooler dan horizontal pellet cooler
D. PEMBUATAN CRUMBLE (CRUMBLING)

 Crumbling : proses pemecahan produk pakan


bentuk pellet menjadi bongkahan partikel yang
lebih kecil baik ukuran panjang dan diameternya.

 Crumbler atau mesin pemecah pellet biasanya


digunakan untuk memecah pellet.

 Pakan crumble diberikan pada ternak seperti ayam


broiler, benur ikan, burung, dan udang.
PRODUK PAKAN BENTUK MASH

• Bentuk Mash: produk pakan bentuk halus yang mengandung


zat-zat makanan seimbang dihasilkan dari penggilingan bahan
-bahan makanan penyusun ransum yang dicampur bersama-
sama

• Lebih ekonomis untuk skala kecil

• Umumnya untuk ayam DOC dan petelur (layer)

• Harga relatif lebih murah

• Ukuran partikel dapat disesuaikan dengan menggunakan


saringan.
PAKAN BENTUK PELLET

• Pakan Bentuk Pellet: Pengawetan bahan pakan dalam


bentuk yang lebih terjamin tingkat pengadaan dan kontinuitas
untuk mempertahankan kualitas pakan

• Digunakan: ayam broiler dan petelur fase grower dan finisher,


burung
PAKAN BENTUK CRUMBLE
• Crumble : pakan berbentuk butiran yang dibuat melalui
proses penghancuran pellet ke bentuk butiran kasar atau
granula.
• Crumble lebih disukai ternak unggas
• Crumble dapat mengurangi kerugian dari pelet yang sulit
dikunyah, ditelan, dan dicerna.
• Perbedaannya dengan pakan mash, maka crumble memiliki
keuntungan: mengurangi debu pakan, bentuk tidak harus
beraturan, dan granula
• Pemberian pakan bentuk crumble dibandingkan dengan
pakan bentuk halus. : meningkatkan berat badan serta
memperbaiki konversi makanan
• Pakan bentuk crumble biasa digunakan untuk ayam broiler
dan petelur fase grower dan finisher.
SNI BEBERAPA PAKAN UNGGAS
SNI BEBERAPA BAHAN BAKU PAKAN
TERIMA KASIH
PRAKTIKUM
1. Nama dan tempat industri pakan unggas yang ada di Indonesia dengan kapasitas produksinya 47

2. Bahan baku dan produk industri pakan unggas yang ada di pasaran: jenis, sumber, harga, ketersediaan,

peruntukan, jenis kemasan, label.

3. Pengukuran sifat fisik (salah satu kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan, sudut tumpukan) dari

bahan baku dan produk industri pakan.

4. Peralatan yang umum digunakan dalam industri pakan (penggilingan, pencampuran, pelet, crumble): gambar

dan kapasitas alat.

5. Pengawasan mutu secara organoleptik (warna , bau, tekstur) dari bahan pakan sumber energi dan sumber

protein)
Kerapatan Tumpukan (kg/m³)

Gelas ukur ukuran 300 ml,


ditimbang, kemudian normalkan
timbangan hingga 0

Bahan dimasukan dengan metode curah Rumus


menggunakan kertas putih kedalam gelas KT (kg/m³) = W
ukur sampai batas ukur 250 ml, maka V
didapatkan berat bahan.
Keterangan:
KT= kerapatan tumpukan (kg/m³)
W = Sampel (g),
V = Volume (ml)
 
• Kerapatan tumpukan (gram/ml atau /kg/m3). : perbandingan antara berat bahan
dengan volume ruang yang ditempatinya.

• Tujuan pengukuran kerapatan tumpukan : untuk menghitung volume ruang yang


dibutuhkan untuk menempatkan suatu bahan dengan berat tertentu seperti misalnya
dalam pengisian silo dan gudang (curah dan wadah).

• Fungsi kerapatan tumpukan :berkaitan dengan penyimpanan dan pengangkutan.

• Semakin besar nilai kerapatan tumpukan suatu bahan, volume ruang yang dibutuhkan
akan semakin sedikit.
Kerapatan PemadatanTumpukan (kg/m³)

Gelas ukur ukuran 300 ml,


ditimbang, kemudian normalkan
timbangan hingga 0

Bahan dimasukan dengan metode curah


menggunakan kertas putih kedalam gelas Rumus
ukur sampai batas ukur 250 ml,
didapatkan berat bahan. KT (kg/m³) = W
V

Keterangan:
KT= kerapatan tumpukan (kg/m³)
Lakukan Pemadatan : menggoyang atau
W = Sampel (g),
menghentakkan gelas ukur hingga bahan padat dan
tidak bergerak lagi, maka didapatkan volume bahan V = Volume setelah pemadatan (ml)
setelah dipadatkan (kurang 10 menit)  
Kerapatan pemadatan tumpukan (KPT):

• Kerapatan pemadatan tumpukan (KPT): perbandingan antara berat bahan


terhadap volume ruang yang ditempatinya setelah melalui proses pemadatan
(seperti penggoyangan).

• Tujuan pengukuran KPT : pada saat pengisian bahan pada media diam tapi
bergetar, berkaitan dengan volume ruang penyimpanan dan kapasitas
pengangkutan.

• KPT sangat berpengaruh :pada saat pengangkutan, karena dapat mengetahui


kapasitasnya sehingga apabila terjadi getaran diperjalanan volumenya tidak
berubah.
Sudut Tumpukan (⁰)
1. Siapkan : Alas bidang datar (Karton) berbentuk
bundar (tinggi 4,5cm, diameter 7cm
2. Corong.

4. Rumus

Masukkan bahan kedalam corong yang berdiri α = tg-1(2t/d)


dialas karton yang berbentuk bundar hingga
penuh, dengan metode curah Keterangan:
α = Besar sudut tumpukan (⁰)
tg = Tan α
t = Tinggi tumpukan (cm)
Lalu angkat pelan - pelan corong sampai
d = diameter alas (cm)
terbentuk sudut tumpukan
 

Pengukuran tinggi sudut tumpukan : menggunakan 2 penggaris yang


dibentuk siku–siku. Sudut tumpukan dapat ditentukan dengan
mengukur diameter dasar (d) dan tinggi tumpukan (t).
Sudut tumpukan (o)
• Sudut tumpukan (o): sudut yang terbentuk jika bahan dicurahkan pada bidang datar
melalui sebuah corong.
• Tujuan pengukuran ST: sudut tumpukan akan mempengaruhi daya alir suatu bahan
terutama kecepatan dan efesiensi proses pengosongan silo secara vertikal pada saat
penyimpanan dan pencampuran bahan
• ST untuk mendesain corong pemasukan ataupun corong pengeluaran misal pada silo atau
pada mesin pengolahan. Nilai sudut tumpukan sangat berperan dalam mendesain corong
• Sudut tumpukan yang tinggi akan mempersulit laju alir pada saat pengangkutan
/pembongkaran.

Anda mungkin juga menyukai