Anda di halaman 1dari 28

Analisis Farmasi I

Dosen Pengampu :
Datin An Nisa Sukmawati, M.Sc

Kontrak Perkuliahan
Kehadiran : 20 %
Kuis : 15 %
Tugas : 15 %
UTS/UAS : 50 %

Warning : Remidi dilakukan jika nilai kumulatif < C (dibawah C)


Kromatografi
Oleh : Datin An Nisa Sukmawati, S.Si., M.Sc
Perkembangan Kromatografi
Tsielius, A =
Tswett, M mengembangkan
Memisahkan pigmen kromatografi adsorpsi
dari hijau daun dan elektroforesis
(Nobel 1948)
menggunakan CaCO3
Martin dkk =
Giddings, J.C
dan menamakan proses
pengembangan Mengembangkan teori
ini ‘Kromatografi”
kromatografi cair-cair kromatografi
(Nobel 1952)
Consden, dkk =
mengembangkan 1950-
1938 1967
kromatografi kertas 1958

1940-
1903 1965
1944 Cremer, E =
Izmailov, N.A memperkenalkan Huber, J.F.K
Shraiber, M.S kromatografi gas-padat Huls,am, J.A.R.J
Martin, A.J.P dan James, Memperkenalkan
Memperkenalkan
A.T = kromatografi cair kinerja
kromatografi lapisan tipis
Memperkenalkan tinggi (KCKT)
(KLT)
kromatografi gas-cair
Golay, M =
Mengembangkan kolom
tubular terbuka
Stahl, E =
Mengembangkan KLT lagi
Apa yang dimaksud
Kromatografi ?
Chromatography = Chroma01
(warna), Graphy (tulisan/gambar) Content Here
You can simply impress your
02 audience and add a unique zing
and appeal to your Presentations.

03
Suatu teknik pemisahan yang didasarkan pada
perbedaan distribusi molekul-molekul komponen di antara
You can simply impress your
04 duaand fasa
audience yaitu
add a unique zing fasa gerak (mobile phase) dan fasa diam
and appeal to your Presentations.
Content Here (stationary phase).
You can simply impress your Kepolaran antara dua fasa itu berbeda
audience and add a unique zing Here
and appeal to your Presentations.
Pembagian Kromatografi
Mekanisme Pemisahannya
05 01

Kromatografi eksklusi ukuran . Kromatografi Adsorbsi

04 02

Kromatografi penukar ion Kromatografi Partisi

03

Kromatografi pasangan ion


Alat yang digunakan
4 Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi (KCKT)

3 Kromatografi Gas

2 Kromatografi Lapis Tipis

1 Kromatografi Kertas
Prinsip Pemisahan
Tiap komponen terdistribusi :
Antara fasa gerak (m) dan fasa diam (s) ketika
melewati kolom:

Cm Cs ,

sehingga koefisien X pada kedua fasa:

Kx = [C]s/[C]m

Kx besar, komponen menyukai fasa diam, Kx


kecil komponen menyukai fasa geral
Berlaku prinsip “like dissolves like”
Kromatogram
Jika konsentrasi komponen yang telah terpisahkan diukur ketika
keluar dari kolom (fasa tetap) dan dibuat grafik (plot) sebagai fungsi
volume/waktu fasa gerak yang melalui kolom (retensi) maka akan
diperoleh kromatogram.

to : waktu yang diperlukan solvent untuk


melewati kolom
trB: waktu retensi zat B
twB: lebar dasar puncak zat B
H : tinggi puncak
Kromatogram

B
C
E The relative size of a
A
peak (area or height)
Abundance

is proportional to the
relative abundance
of the compound in
D
the mixture
0 5 10 15 20
Time (minutes)
Parameter Kromatografi
 1. Faktor retensi atau Kapasitas faktor (k’x) :
Untuk mendeskribsikan atau menentukan laju alir dari analit pada kolom
Rumus :
k’x = jumlah mol analit X pada fasa diam dibagi dengan jumlah mol analit
X pada fasa gerak
INGAT : Rumus mencari mol adalah Konsentrasi (molaritas) dikali
dengan Volume

Sehingga, Rumus Koefisien Distribusi (Kx)


k’x =

Maka dari itu dapat dituliskan bahwa k’x = x Kx

dimana :
Vs = volume fasa diam
Vm = volume fasa gerak
Parameter Kromatografi
2. Volum Retensi (Vr) = volume total fasa gerak yang diperlukan untuk
mengelusi analit X atau total pelarut yang mengalir selama waktu antara
injeksi sampel sampai terlihat puncak maksimum pada detektor
Rumus :

Vr = F x tR ========================= Vr = Vm (1+ k’x )


Vm = F x to

Ket =
F = flow rate (laju alir = capat/lambatnya aliran fasa gerak)
tR = retention time (waktu retensi) = waktu yang digunakan suatu sampel
mencapai detektor
to = death time (waktu ) = waktu pertama kali analit untuk keluar dari detektor
Parameter Kromatografi
 Hubungan Kapasitas Faktor dengan Volum Retensi (Vr) adalah :
Vr = Vm (1+ k’x ) = Vm + (Vm x k’x)

k’x =

Ingat rumus Volum retensi (Vr) dan Volum mobile (Vm), sehingga
k’x = = =

Jadi
k’x =
Parameter Kromatografi
 3. Faktor selektivitas (α) = pemisahan antar puncak-puncak dalam
kromatogram

Rumus =
α= =

Jika nilai k’x < 1 = elusi atau pemisahan berjalan terlalu cepat
k’x > 5 = elusi berjalan terlalu lambat
k’x antara 1 dan 5 = elusi berjalan dengan baik
α > 1 = pemisahan berjalan dengan baik
Parameter Kromatografi

Elusi jelek Elusi baik Elusi baik tapi faktor Elusi jelek faktor
selektifitasnya rendah selektifitasnya
rendah
Contoh Soal
 1. Suatu sampel diinjeksikan dengan menggunakan laju alir 1 ml per menit.
Analit dideteksi oleh detektor pada menit ke 3. Setelah itu, senyawa A
terdeteksi oleh detektor pada menit ke 12, dan senyawa B terdeteksi pada
menit ke 17. Berapakah kapasitas faktor masing-masing senyawa dan
bagaimana faktor selektifitas antara kedua puncak senyawa
Jawab :
Diketahui : F = 1 ml/menit
t0 = 3 menit
tRA = 12 menit
tRB = 17 menit
Ditanya = k’A , k’B dan α ?
Dijawab =
k’A = k’B = α = = 1,56
=3 = 4,67
Kromatografi Kertas
• Bentuk paling sederhana
• Dipakai secara luas untuk identifikasi kualitatif
• Prinsip : sampel diteteskan pada kertas saring,
ujung kertas dicelupkan pada pelarut yang
sesuai (jangan sampai mengenai sampel).
Solven akan merambat ke atas dengan daya
kapiler dan komponen sampel akan bergerak
naik dengan kecepatan yang berbeda sesuai
dengan tingkat retensinya pada kertas. Masing-
masing komponen dapat dilihat dengan
mereaksikan kertas dengan perekasi yang
dapat membentuk warna
Rf = a/b: 0 ~ 1

Ket:
Rf= Retention factor
Kromatografi Kertas
Kertas saring selulosa yang dipakai biasanya sangat hidrofilik (suka air) sehingga akan
terlapisi oleh air yang terserap oleh atmosfir. Jadi mekanisme pemisahannnya partisi cair-
cair, dimana komponen sampel terdistribusi antara fasa tetap air dan pelarut yang dipakai
(eluen). Pelarut umumnya adalah campuran pelarut organik dan air dengan pH yang
dikontrol oleh suatu buffer.
Keuntungan
Dapat dilakukan pemisahan yang lebih efektif dengan metode pengembangan
kromatogram 2 dimensi :
kertas kromatogram dibuat segi empat sama-sisi dan sampel diteteskan pada salah
satu pojok kertas. Setelah diperoleh kromatogram dengan solven yang pertama. Kertas
diputar 90o dan selanjutnya dibuat kromatogram lagi dengan solven yang lain. Jadi bila ada
2 komponen atau lebih dalam sampel yang belum terpisahkan oleh solven I, mungkin akan
dapat dipisahkan oleh solven ke-2.
Kromatografi Kertas
kromatogram 2 dimensi :
Deteksi sampel
-Jika sampel terdiri dari komponen yang
Dapat berfluoresensi . Noda dapat dide-
teksi dengan cara menyinari noda de-
ngan lampu UV dan bulatan yang ter-
bentuk ditandai dengan pensil

- Reagen pembentuk Warna


Asam amino & amina dideteksi dengan
menyemprotkan larutan ninhidrin pada
kertas sehingga terbentuk warna biru
atau purple

- Untuk analisis kuantitatif bulatan pensil


pada kertas dapat digunting dan dilarut-
Kan dalam pelarut yang sesuai, kemudi-
ditentukan kandungannya secara kuan-
titatif.
Kromatografi Lapis Tipis
Sangat mirip PC, fasa tetap berupa lapisan halus adsorben yang dilekatkan
Pada plat kaca atau aluminium, atau pada plastik

Adsorben : yang umum digunakan adalah Silika Gel, Alumina dan selulosa powder. Silika gel
mengandung gugus hidroksil yang akan membentuk ikatan hidrogen dengan senyawa polar. Air yang
terserap akan menyebabkan molekul polar lain terhalang pada permukaan silaka gel, sehingga gel
harus diaktivasi dengan cara pemanasan sebelum digunakan. Alumina juga mengandung gugus
hidroksil dan oksigen
Alumina: untuk senyawa non-polar, silika gel: senyawa polar.
Fasa tetap Cair: fasa tipis biasanya air yang dilekatkan pada silika gel atau tanah diatome. Baik Silika
Gel maupun alumina dapat dinonpolarkan dengan mengkorversi permukaannya menjadi gugus alkil
sehingga diperoleh “Kromatografi Lapis Tipis Fasa Balik”
Resin Penukar ion: Terdapat dalam ukuran 40-80 mm contoh Dowex 50W untuk asam kuat dan
Dowex 1 untuk penukar anion basa kuat.
Size eksklusi: dibuat dari “Sephadex Superfine” daya kapiler melalui molecular sieves. Ini jauh lebih
pelan dari fasa tetap yang lain (sekitar 1-2 cm perjam) sehingga dibutuhkan total waktu 8-10 jam
untuk sekali running.
Kromatografi Lapis Tipis
Fasa Gerak :

kekuatan elusi solven akan naik dengan urutan sesuai polaritasnya (e.g.: heksana, aseton, alkohol,
air). Sebaiknya digunakan solven tunggal atau paling banyak 3 campuran solven. Eluen campuran
cenderung terpisahkan pada saat solven bergerak sesuai daya kapiler. Hal ini menyebabkan
perubahan komposisi eluen sepanjang plat TLC. Akibatnya harga Rf komponen akan berubah-ubah
sepanjang proses pengambilan kromatogram. Cara memperoleh kromatogram sama dengan pada
kromatografi kertas.
Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi Lapis Tipis
Deteksi sampel
Lebih mudah dari KK. Sampel yang tidak berwarna dapat dibiarkan pada uap
iodine
Untuk senyawa organik digunakan penyemprot asam sulfat pada plat kemudian
dipanaskan sehingga diperoleh bulatan-bulatan hitam.
Analisis kuantitatif terhadap komponen yang telah diidentifikasi dapat dilakukan
dengan mengelupas lapisan tipis (fasa tetap) dalam bulatan sampel kemudian
dilarutkan dalam solven yang sesuai untuk dilakukan pengukuran kadarnya atau
dapat pula digunakan TLC Scanner/TLC-Photodensitometer
Kromatografi Lapis Tipis
TLC-Densitometer
untuk mengukur luas atau kerapatan noda TLC.
Prinsip kerja densitometer ada 2 yaitu: prinsip pantulan (reflectance) dan prinsip transmisi

Scanning dapat dilakukan


Dengan cara menggerak-Kan plat TLC
hingga noda Yang akan diukur berada
Pada jalur sinar, atau Sinar digerakkan
hingga Mengenai noda yang akan Diukur

Yang banyak dipakai adalah


Menggerakkan plat TLC
Kromatografi Lapis Tipis
Instrumen TLC Scanner Integrator/PC Komputer

Shimadzu TLC Scanner CS-930 (atas)


Camag TLC Scanner (bawah)
Kromatografi Lapis Tipis
Teori Kromatogram

• Plate theory
• Rate theory

Next......
To be continue...

Anda mungkin juga menyukai