Anda di halaman 1dari 32

Manajemen Farmasi pergudangan Di

Distributor
 Kelompok :4
 Chantya Chandra Dewi 035017182200088
 Damay Wulan Sari  035017182200089
 Darius Karunia Samuel  035017182200090
 Diana Ayu Ningsih  035017182200091
 Dilla Nabilah 035017182200092
 Fahmi Pratama 035017182200097
 Futri Dina Wijayanti 035017182200099
 Happy Asih Wulandari 035017182200100
 Hasanatul Putri Prabowo 035017182200101
 Israul Kamila 035017182200103
 Neng Dini Fadilah 035017182200109
Manajemen pergudangan farmasi di
distributor
A. Pengertian manajemen pergudangan
Fasilitas penyimpanan dan pengiriman merupakan
salah satu bagian dari sistem suplai obat. Gudang
merupakan tempat pemberhentian sementara barang
sebelum dialirkan, dan berfungsi mendekatkan
barang kepada pemakai hingga menjamin kelancaran
permintaan dan keamanan persediaan.Fasilitas
penyimpanan dan pengiriman dapat dimanfaatkan
secara optimal bila kegiatan lain dalam sistem suplai
obat (seperti seleksi obat, perencanaan biaya dan
pengadaan) ditetapkan secara tepat.
B. Efisiensi gudang
 Dalam rangka peningkatan efisiensi dan efektifitas
gudang diperlukan : penggunaan ruangan yang ada
secara optimal untuk penyimpanan dan mengurangi
penggunaan ruangan untuk barang yang seharusnya
tidak disimpan di gudang, mengurangi
kemungkinan adanya gerakan ataupun arus manusia
atau barang yang tidak berguna selama proses
penyimpanan, pelayanan distribusi atau kegiatan
lain.·meningkatkan kenyamanan bagi karyawan
selama bekerja di gudang, mengurangi kegiatan dan
biaya pemeliharaan yang tidak perlu mengingat
biaya pengelolaan yang tersedia terbatas
c. Indeks efisiensi gudang
 Jumlah obat dan perbekalan farmasi yang disimpan
di gudang semakin lama semakin meningkat baik
dalam jenis maupun jumlahnya. Agar memberikan
dampak positif pada distribusi dan pelayanan, maka
perlu diupayakan cara penyimpanan yang seefektif
dan seefisien mungkin. Hal ini menyebabkan
masalah pergudangan harus ditangani dengan baik
dan menuntut adanya parameter atau kriteria
penyimpanan di gudang.Parameter yang disebut
Indeks Efisiensi dimaksudkan untuk memberikan
perbandingan dari berbagai sistem penyimpanan
atau pergudangan.
 Hal ini untuk membantu menemukan sistem
pergudangan yang optimal, untuk menyimpan
sejumlah barang yang ada dengan gambaran
perputaran yang telah diketahui dan persyaratan yang
telah ditentukan.Bentuk perbandingan yang ada hanya
berkaitan dengan fungsi gudang dalam arti tempat
penyimpanan barang yang akan nilainya. Area
fungsional yang berdekatan, yang pada suatu saat akan
membentuk suatu sistem integral dengan gudang
tersebut tidak diperhitungkan. Sebagai contoh area
semacam ini adalah tempat barang yang masuk/datang
dimana barang tersebut diperiksa pada saat diterima.
D. Faktor yang berpengaruh pada pembuatan
desain gudang
 Prinsip utama pada perancangan pembuatan atau pemakaian
gudang adalah adanya ketentuan parameter dan prasyaratan
untuk mencapai Indeks Efisiensi dan efektifitas yang optimum,
terjaminnya mutu dan jumlah obat untuk pelayanan
distribusi.Faktor yang mempengaruhi desain gudang adalah :
kebebasan bergerak, sistematika penyusunan, kapasitas,
kebutuhan ruangan/luas, penyimpanan khusus, biaya, lokasi,
sirkulasi udara/cahaya, pemeliharaan serta keamanan.
 a. Kebebasan dan efisiensi gerakan
 gunakan sistem satu lantai, adanya sekat akan membatasi
pengaturan barang. Jika digunakan sekat harus diperhatikan
posisi dinding dan pintu untuk memudahkan gerakan. luas
jalan/gang perlu diperhatikan untuk memudahkan pengambilan
obat dan untuk menjamin sirkulasi udara yang baik
 b. Sistematika penyusunan dan ukuran ruang
 Penyusunan obat dan perbekalan farmasi lainnya merupakan
faktor yang menentukan bagaimana gudang dirancang, termasuk
bagaimana pengelompokan yang dilakuka. Pengelompokan
berbagai jenis, jumlah, volume dan kondisi penyimpanan khusus,
dapat dilakukan berdasarkan farmakologi, produsen/sumber dana,
kelompok farmasetika, atau hal-hal lain. Misalnya pengaturan
dilakukan berdasarkan kelas terapi, indikasi klinis, urutan abjad, dan
tingkat pemakaian.Pengelompokan apapun yang dipakai, harus
diperhitungkan dan diupayakan seoptimum mungkin persentase
pemakaian luas dan persentase pemakaian volume ruangan yang
terpakai. Pencapaian angka maksimal dari indeks tersebut dilakukan
dengan pengaturan dan penempatan rak dan penggunaan pallet
yang tepat sekaligus akan dapat meningkatkan sirkulasi udara dan
gerakan barang.
 C. Kapasitas
 Setiap gudang mempunyai kapasitas penyimpanan
yang maksimum yang dipengaruhi oleh seberapa
besar ruangan yang digunakan untuk kepentingan
lain seperti ruang administrasi, ruang karantina,
ruang pelayanan dan lain sebagainya. Setiap
gudang mempunyai kondisi dan kegiatan yang
berbeda, tergantung pada lokasi dan pengelolaan
gudang atau distribusi di wilayah tersebut. Keadaan
ini berpengaruh terhadap kapasitas yang dapat
dimanfaatkan untuk penyimpanan obat.
 d. Kebutuhan luas dan volume gudang
 Jumlah obat yang akan disimpan tergantung pada rencana
pengadaan, rencana kedatangan, rencana distribusi dan
kemungkinan adanya pengembalian perbekalan dari unit pelayanan
karena rusak atau alasan lainnya.Kebutuhan luas dan volume
ruangan yang dapat menampung jumlah maksimum obat dan
perbekalan farmasi dalam waktu yang sama dapat diperkirakan
dengan melakukan estimasi besarnya persentase pemakaian luas
dan volume ruangan dan diperhitungkan juga luas dan volume
ruangan yang digunakan untuk keperluan lain. Perhitungan jumlah
maksimum dari obat dan perbekalan farmasi yang akan disimpan
harus memperhatikan pengelompokan, mutasi penerimaan,
pengolahan, atau penerimaan yang akan terjadi serta kenyamanan
bekerja dan keamanan selama penyimpanan.
 e. First In First Out (FIFO)
 Prinsip FIFO dalam penerimaan dan pengeluaran obat dan
perbekalan farmasi merupakan salah satu faktor penting dalam
mendesain gudang. Gudang yang disusun untuk memudahkan
proses FIFO, harus disesuaikan dengan cara penyimpanan yang
memungkinkan dilaksanakannya proses FIFO. Jika prinsip FIFO
yang digunakan pada desain gudang adalah dengan menggunakan
sistem rak (masuk belakang, keluar di depan, masuk di kanan keluar
di kiri) yang akan berbeda dengan sistem FIFO yang menggunakan
sistem blok (barang ditumpuk pada waktu penerimaan, kemudian
dibalik atau ditumpuk ulang dengan cara menempatkan barang
yang di atas menjadi di bawah). Kebijakan mengenai FIFO akan
menentukan desain ruangan dan juga perlengkapan penyimpanan
yang digunakan seperti rak dan pallet serta fasilitas lainnya seperti
ventilasi, cahaya dan sumber daya manusia.
 f. Penyimpanan khusus
 Beberapa jenis obat memerlukan tempat
penyimpanan khusus, termasuk diantaranya vaksin,
narkotika dan bahan obat yang mudah terbakar.
Vaksin memerlukan cold chain khusus dan harus
dilindungi dari kemungkinan putusnya aliran listrik.
Narkotika dan bahan berbahaya harus disimpan
dalam lemari khusus dengan kunci ganda dan selalu
dalam keadaan terkunci. Bahan mudah terbakar
seperti alkohol dan eter harus disimpan dalam
ruangan khusus, sebaiknya disimpan pada bangunan
yang terpisah dari gudang induk.
 g. Biaya
 Aspek biaya yang diperhitungkan adalah biaya investasi
yang diperlukan untuk membangun gudang dan biaya
operasional yang diperlukan pada saat pemakaian gudang.
Biaya investasi adalah biaya yang digunakan pada
pembangunan gedung, serta penyediaan alat dan
perlengkapannya. Sedangkan biaya operasional adalah untuk
merancang penataan, penyimpanan dan pemeliharaan gudang,
sehingga biaya ini tidak hanya meliputi biaya pembayaran
listrik, telepon, air, kebersihan dan keamanan akan tetapi juga
meliputi biaya yang dibutuhkan akibat proses penempatan dan
pengambilan obat dan perbekalan farmasi selama proses
penerimaan, pengolahan, pengemasan dan penyerahan.
 h. Lokasi
 Dalam menentukan lokasi gudang perlu dipertimbangkan :
 Lokasi sumber suplai.
 Faktor iklim dan geografis yang dapat mempengaruhi jalur distribusi.
 Jumlah, tipe dan kapasitas gudang
 Tempat untuk mendirikan gudang hendaknya dapat meningkatkan
kemampuan dalam penerimaan, memelihara dan mengirimkan obat ke unit
pelayanan kesehatan.

 i. Sirkulasi udara dan cahaya


 Salah satu faktor penting dalam merancang gudang adalah adanya sirkulasi
udara yang cukup di dalam gudang. Sirkulasi udara yang baik akan
memaksimalkan umur hidup dari obat. Idealnya dalam gudang terdapat AC,
namun biayanya menjadi besar untuk ruang gudang yang luas. Alternatifnya
adalah penggunaan kipas angin yang apabila tidak mencukupi perlu dibuat
ventilasi melalui atap.
 Lampu yang dipasang harus diperhatikan, baik
kekuatan cahaya maupun letak. Lampu harus
ditempatkan di atas gang atau jalan sehingga tidak
terhalang oleh rak/lemari penyimpanan.
 a. Pemeliharaan
 Ruangan harus dirancang agar mudah dibersihkan
 b. Aspek Keamanan
 Gudang harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat
menjamin obat dan perbekalan farmasi dalam keadaan
aman yaitu dalam keadaan terlindung dan terjaga dari
faktor-faktor kehilangan, kerusakan akibat banjir, suhu
udara dan kebakaran.
 Untuk keperluan ini maka gudang harus
dilengkapi dengan pemadam kebakaran yang
dipasang pada tempat yang mudah dijangkau, dan
sebaiknya disediakan alarm yang dapat memberi
tahukan adanya awal kebakaran.
 Penyimpanan Obat
 Kegiatan penyimpanan obat meliputi :
 1. Pengaturan tata ruang
 2. Penyusunan stok obat
 3. Pencatatan stok obat
 4. Pengamatan mutu obat
 1. Pengaturan Tata Ruang
 Untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan, penyusunan,
pencarian dan pengawasan obat-obat, maka diperlukan pengaturan tata
ruang gudang dengan baik.
 Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merancang gudang
adalah sebagai berikut :
a. Kemudahan bergerak
 Untuk kemudahan bergerak, maka gudang perlu ditata sebagai berikut :

 (1) Gudang menggunakan sistem satu lantai jangan menggunakan sekat-


sekat karena akan membatasi pengaturan ruangan. Jika digunakan sekat,
perhatikan posisi dinding dan pintu untuk mempermudah gerakan
 (2) Berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran obat, ruang
gudang dapat ditata berdasarkan sistem: arus garis lurus, arus U, arus
L.
 b. Sirkulasi udara yang baik
 Salah satu faktor penting dalam merancang gudang adalah adanya
sirkulasi udara yang cukup didalam ruangan gudang. Sirkulasi yang
baik akan memaksimalkan umur hidup dari obat sekaligus bermanfaat
dalam memperpanjang dan memperbaiki kondisi kerja. Idealnya dalam
gudang terdapat AC, namun biayanya akan menjadi mahal untuk ruang
gudang yang luas. Alternatif lain adalah menggunakan kipas angin.
Apabila kipas angin belum cukup maka perlu ventilasi melalui atap.
 c. Rak dan Pallet
 Penempatan rak yang tepat dan penggunaan pallet akan dapat
meningkatkan sirkulasi udara dan gerakan stok obat. Penggunaan pallet
memberikan keuntungan : sirkulasi udara dari bawah dan perlindungan
terhadap banjir, peningkatan efisiensi penanganan stok, dapat
menampung obat lebih banyak, pallet lebih murah dari pada rak.
 d. Kondisi penyimpanan khusus.
 - Vaksin memerlukan “Cold Chain” khusus dan harus
dilindungi dari kemungkinan putusnya aliran listrik.
 - Narkotika dan bahan berbahaya harus disimpan dalam
lemari khusus dan selalu terkunci.
 - Bahan-bahan mudah terbakar seperti alkohol dan eter harus
disimpan dalam ruangan khusus, sebaiknya disimpan di
bangunan khusus terpisah dari gudang induk.
 e. Pencegahan kebakaran
 Perlu dihindari adanya penumpukan bahan-bahan yang
mudah terbakar seperti dus, kartun dan lain-lain. Alat
pemadam kebakaran harus dipasang pada tempat yang
mudah dijangkau.
 2. Penyusunan Stok Obat.
 Obat disusun menurut bentuk sediaan dan alfabetis, apabila tidak
memungkinkan obat yang sejenis dapat dikelompokkan menjadi satu. Untuk
memudahkan pengendalian stok maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut
:
 (1) Gunakan prinsip FIFO
 dalam penyusunan obat yaitu obat yang pertama diterima harus pertama juga
digunakan sebab umumnya obat yang datang pertama biasanya juga diproduksi
lebih awal dan akan kadaluwarsa lebih awal pula.
 (2) Susun obat yang berjumlah besar di atas pallet atau diganjal dengan kayu
secara rapi dan teratur.
 (3) Gunakan lemari khusus untuk menyimpan narkotika dan obat-obatan yang
berjumlah sedikit tetapi mahal harganya.
 (4) Susun obat yang dapat dipengaruhi oleh temperatur, udara, cahaya dan
kontaminasi bakteri pada tempat yang sesuai.
 (5) Susun obat dalam rak dan berikan nomor kode, pisahkan obat dalam dengan
obat-obatan untuk pemakaian luar.
 (6) Cantumkan nama masing-masing obat pada rak dengan rapi

 (7) Apabila gudang tidak mempunyai rak maka dus-dus bekas dapat
dimanfaatkan sebagai tempat penyimpanan. (8) Barang-barang yang
memakan tempat seperti kapas dapat disimpan dalam dus besar, sedangkan
dus kecil dapat digunakan untuk menyimpan obat-obatan dalam kaleng atau
botol.

 (9) Apabila persediaan obat cukup banyak, maka biarkan obat tetap dalam
box masing-masing, ambil seperlunya dan susun dalam satu dus bersama
obat-obatan lainnya. Pada bagian luar dus dapat dibuat daftar obat yang
disimpan dalam dus tersebut.

 (10) Obat-obatan yang mempunyai batas waktu pemakaian maka perlu


dilakukan rotasi stok agar obat tersebut tidak selalu berada dibelakang yang
dapat menyebabkan kadaluwarsa.
PENCATATAN STOK OBAT
 
1).  Kartu stok                 
digunakan untuk mencatat
mutasi obat (penerimaan, pengeluaran, hilang,
rusak atau kadaluwarsa)
2).  Tiap lembar kartu stok hanya
diperuntukkan mencatat data mutasi 1 (satu)
jenis obat yang berasal dari 1 (satu) sumber
dana
3).  Tiap baris data hanya diperuntukkan
mencatat 1 (satu) kejadian mutasi obat
    4).  Data pada kartu stok digunakan untuk
menyusun laporan, perencanaan pengadaan-
distribusi dan sebagai pembanding terhadap
keadaan fisik obat dalam tempat
penyimpanannya.
 Kegiatan yang harus dilakukan :
             1).  Kartu stok diletakkan bersamaan/berdekatan dengan obat
bersangkutan
             2).  Pencatatan dilakukan secara rutin dari hari ke hari
             3).  Setiap terjadi mutasi obat ( penerimaan, pengeluaran,
hilang, rusak/ daluwarsa ) langsung dicatat di dalam kartu stok
             4).  Penerimaan dan pengeluaran dijumlahkan pada setiap
akhir bulan.
 Informasi yang didapat :
             1)   Jumlah obat yang tersedia (sisa stok)
             2)   Jumlah obat yang diterima
             3)   Jumlah obat yang keluar
             4)   Jumlah obat yang hilang/rusak/daluwarsa
             5)   Jangka waktu kekosongan obat
 Manfaat informasi yang didapat :
           1)   Untuk mengetahui dengan cepat jumlah persediaan
obat.
           2)   Perencanaan pengadaan dan penggunaan
           3)   Pengendalian persediaan
 Catatan :
             Pada akhir bulan sedapat mungkin kartu stok ditutup,
sekaligus untuk memeriksa kesesuaian antara catatan dengan
keadaan fisik. Untuk melakukan hal ini maka pada setiap akhir
bulan beri tanda atau garis dengan warna yang berbeda dengan
yang biasa digunakan, misalnya warna merah.
 4.   Pengamatan mutu obat.
  
 Istilah mutu obat dalam pelayanan farmasi berbeda dengan istilah
mutu obat secara ilmiah, yang umumnya dicantumkan dalam
buku-buku standard seperti farmakope. Secara teknis, kriteria
mutu obat mencakup identitas, kemurnian, potensi, keseragaman,
dan ketersediaan hayatinya.
 identy. Untuk setiap obat yang dibelanjakan harus dijamin bahwa
isi kandungannya benar. Misalnya saja, bahwa kapsul
Amoksisilin 250 mg. harus berisi Amoksisilin murni 250 mg tanpa
tambahan bahan lainnya. Demikian pula halnya dengan kemasan.
Bahwa kemasan yang dilabel sama harus pula berisi obat dengan
kandungan yang sama pula.
 Kemurnian. Beberapa jenis obat memang memerlukan bahan
tambahan untuk membentuk sediaan yang dikehendaki. Untuk
itu harus dijamin bahwa di dalam sediaan tersebut tidak terdapat
bahan tambahan yang berbahaya atau dapat mengganggu
stabilitas obat.
 Potensi. Setiap sediaan obat harus berisi kandungan obat yang
sesuai dengan yang tertera dalam label. Secara teknis umumnya
ditetapkan bahwa kandungan obat adalah dalam rentang tertentu.
Sebagai contoh hidroklorotiazide 100 mg bisa saja mengandung
hidroklorotiazide sebesar 95 s.d 110 mg. Yang jelas bahwa potensi
obat harus tetap sama untuk setiap dosis yang tertera dalam label.
 eseragaman. Secara fisik, bentuk, warna, konsistensi, ukuran tablet,
kapsul, krim, dan cairan sebaiknya seragam antara satu dengan
lain obat. 
Faktor yang berpengaruh terhadap mutu
obat
 Sebelum digunakan oleh pasien, obat mengalami berbagai proses
yang panjang mulai dari penyediaan bahan mentah, proses
manufaktur, proses pengemasan, pengepakan, pengiriman,
penyimpanan, dan pendistribusian. Setiap proses tentu
memberikan risiko kontaminasi terhadap mutu obat. Sebagai
contoh, saat bahan mentah diproses menjadi bahan jadi obat dan
dibuat dalam bentuk sediaan tertentu maka seluruh proses ini
harus menjamin tidak adanya kontaminan, obat tidak akan
berubah wujud, warna, bau, rasa, dan konsistensinya, serta tetap
stabil dalam bentuk sediaannya pada saat seluruh proses selesai.
Oleh sebab itu di pabrikpun dikenal apa yang disebut dengan
CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik), untuk menjamin bahwa
obat yang telah melalui proses manufaktur telah teruji mutunya,
baik dari segi kandungan, sediaan, kestabilan, hingga potensinya.
 Beberapa hal berikut perlu mendapat perhatian sehubungan dengan
mutu obat, oleh karena di samping berkaitan dengan efek samping,
potensi obat, juga dapat mempengaruhi efek obat aktif, yaitu:
  Kontaminasi. Beberapa jenis sediaan obat harus selalu berada dalam
kondisi steril, bebas pirogen dan kontaminan, misalnya obat injeksi.
Oleh sebab itu proses manufaktur, pengepakan, dan distribusi
hingga penyimpanannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu.
 Medication error. Keadaan ini tidak saja dapat terjadi pada saat
manufaktur (misalnya kesalahan dalam mencampur 2 atau lebih obat
sehingga dosisnya menjadi terlalu besar atau terlalu kecil), tetapi
dapat juga terjadi saat praktisi medik ingin mencampur beberapa
jenis obat dalam satu sediaan sehingga menimbulkan risiko
terjadinya interaksi obat-obat. Akibatnya efek obat tidak seperti yang
diharapkan bahkan dapat membahayakan pasien.
Berubah menjadi toksik (toxic degradation).
Beberapa obat, karena proses penyimpanannya dapat berubah menjadi toksik
(misalnya karena terlalu panas atau lembab), misalnya tetrasiklin. Beberapa obat yang
lain dapat berubah menjadi toksik karena telah kadaluwarsa. Oleh sebab itu obat yang
telah expired (kadaluwarsa) atau berubah warna, bentuk dan wujudnya, tidak boleh
lagi dipergunakan.

Berubah menjadi toksik (toxic degradation). Beberapa obat, karena proses


penyimpanannya dapat berubah menjadi toksik (misalnya karena terlalu panas
atau lembab), misalnya tetrasiklin. Beberapa obat yang lain dapat berubah
menjadi toksik karena telah kadaluwarsa. Oleh sebab itu obat yang
telah expired (kadaluwarsa) atau berubah warna, bentuk dan wujudnya, tidak
boleh lagi dipergunakan.
Komponen Program Kendali Mutu Obat
Obat merupakan produk yang bersifat dinamis, oleh karena itu progam kendali
mutu obat harus mencakup berbagai komponen secara komprehensif, antara lain:

 Sejauh mungkin menjamin bahwa supplier yang ditunjuk dalam penyediaan


obat dapat memenuhi seluruh kriteria kendali mutu mulai dari formulasi,
pengepakan, penyimpanan hingga transportasi, sehingga seluruh obat yang
dipasok tetap terjaga mutunya.
 Menjamin bahwa seluruh proses pengepakan, mulai saat keluar dari
manufaktur hingga pengemasan untuk pasien memenuhi kriteria.
 Menjamin bahwa saat obat digunakan di unit pelayanan dan telah mengalami
pengepakan ulang (repackaging) tetap terjaga mutunya hingga dikonsumsi
oleh pasien.
 Memantau kondisi penyimpanan untuk menjamin bahwa obat-obat yang
dikirimkan betul-betul terhindar dari pengaruh buruk cuaca dan
lingkungan sekitar.
  PENGGUNAAN
Penggunaan obat merupakan salah satu mata rantai yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pengelolaan obat yang lain, yaitu seleksi,
pengadaan dan distribusi obat. Aspek penggunaan obat di Apotek diletakkan dalam konteks dukungan terhadap kerasionalan peresepan, yang
meliputi hal-hal sebagai berikut :
a.       Pengendalian kecukupan suplai
b.      Jaminan mutu obat
c.       Evaluasi konsumsi obat terhadap pola morbiditas
d.      Pemberian informasi tentang obat
 
1.       Penggunaan obat yang rasional
 
Ketepatan penggunaan obat perlu didukung antara lain dengan tersedianya obat yang tepat jenis dan jumlah serta dengan mutu yang baik.
Penggunaan obat dikatakan rasional jika obat yang diberikan memenuhi kriteria di bawah ini :
a.     Diagnosa yang ditegakkan sesuai standar terapi yang ditetapkan
b.     Tersedia pada saat dibutuhkan
c.     Diberikan dengan dosis yang tepat
d.     Cara pemberian dengan interval waktu pemberian yang tepat
e.     Lama pemberian tepat
f.       Harus efektif, aman dan mutu terjamin
Dari keenam kriteria tersebut, maka kriteria ketersediaan obat (butir b) dan jaminan mutu (butir f) merupakan kontribusi eksklusif dari aspek
pengelolaan obat yang akan mendukung aspek medik dari pemberian obat oleh penulis resep (butir a,c, d dan e)
 
2.       Faktor yang mempengaruhi terjadinya penggunaan obat yang tidak rasional
 
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penggunaan obat yang tidak rasional antara lain adalah :
a)       Pemberian pengobatan belum didasarkan pada pedoman terapi.
b)      Kurangnya sarana penunjang untuk membantu menegakkan diagnosa yang tepat.
c)       Informasi yang sering “bias” yang dilakukan oleh industri farmasi akan berakibat adanya peresepan obat-obat yang tidak tepat dan
tidak sesuai dengan kebutuhan pengobatan yang diperlukan.
d)      Adanya tekanan dari pasien dalam bentuk permintaan untuk meresepkan obat-obat berdasarkan pilihan pasien sendiri.
GUDANG DISTRIBUTOR FARMASI
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai