Jurding Epistaksis
Jurding Epistaksis
Disusun oleh :
Quenhita Rindhika R 2110221033 Pembimbing :
Mega Aprianti S 2110221035 Dr. Evita FE, Sp THT-KL
Dhea Faizia Tasya 2110221036
Monica She Queen 21102210
OBJECTIVE
Membandingkan hasil dari penambahan kauter
randomised.
silver nitrat dengan krim antiseptik saja pada • ukuran outcome primer: keberhasilan
pasien anak dengan epistaksis berulang. pengobatan dan persistensi perdarahan.
RESULT
4 penelitian yang melibatkan 240 pasien diidentifikasi.
Tidak ada perbedaan yang signifikan antara
kelompok kauter silver nitrat dan kelompok krim
antiseptik saja dalam hal resolusi complete, resolusi
CONCLUSION
parsial dan perdarahan persisten.
Penambahan kauter silver nitrat tidak lebih unggul
outcome sekunder: krim hidung antiseptik dikaitkan dari penggunaan krim antiseptik saja pada pasien
dengan beberapa efek samping → ruam, bau atau rasa anak dengan epistaksis berulang karena tidak
tidak enak. meningkatkan keberhasilan pengobatan atau persistensi
perdarahan.
INTRODUCTION
Epistaksis adalah keluhan yang sering muncul di unit gawat darurat dan klinik THT. Epistaksis anterior merupakan
jenis yang paling umum, 90% kasus. Epistaksis posterior hanya terjadi pada 10% kasus.
Faktor risiko: paparan udara kering, mengorek hidung, benda asing, pilek, sinusitis, dan trauma hidung. 5-10% dari anak-
anak dengan epistaksis berulang mungkin memiliki gangguan perdarahan yang mendasarinya.
Penatalaksanaan epistaksis tergantung pada penyebab dan tingkat keparahannya. Metode paling umum adalah nasal
packing menggunakan tampon atau kasa, kauterisasi kimia menggunakan sliver nitrat dan penggunaan krim hidung
antiseptik (Naseptin), elektrokoagulasi, FloSeal, asam traneksamat, laser dan intervensi bedah lainnya.
INTRODUCTION
Krim hidung antiseptik digunakan untuk mengobati dan mencegah infeksi hidung yang disebabkan oleh kelompok
staphylococcus. Ini juga dapat digunakan dalam pengobatan epistaksis berulang.
Naseptin terdiri dari dua bahan aktif: antiseptik klorheksidin-dihidroklorida dan antibiotik neomisin sulfat. Stik
silver nitrat bekerja untuk membakar pembuluh darah telangiektasis di lubang hidung yang terkena, jika ada perdarahan
kecil atau persisten dimana tindakan pertama gagal menghentikannya.
Meskipun penggunaan krim hidung antiseptik dan kauter silver nitrat untuk pengelolaan epistaksis telah dilaporkan
dalam beberapa penelitian randomised and non-randomised serta systematic review, saat ini ada tidak ada meta-analisis
yang secara kuantitatif melaporkan hasil intervensi ini untuk epistaksis. Oleh karena itu, ini adalah studi pertama dalam
literatur yang melaporkan topik ini.
1. Kriteria penelitian
3. Hasil sekunder
5. Seleksi penelitian
7. Sintesis data
SECONDARY
OUTCOME
Hasil sekunder berfokus pada efek samping, yang meliputi
ketidaknyamanan dan rasa sakit, ruam dan rasa atau bau yang
tidak enak.
LITERATURE
SEARCH
STRATEGY
● MEDLINE, EMBASE, EMCARE, CINAHL and the Cochrane Central
Register of Controlled Trials (CENTRAL)
● Pencarian terakhir dilakukan pada 17 Juni 2020
● Istilah pencarian terdiri dari “silver nitrate”, “cautery”, “cream” dan
“epistaxis”. Semua istilah digabungkan dengan tambahan “and” dan “or”
SELECTION
OF STUDIES
● Judul dan abstrak artikel yang diidentifikasi dari pencarian literatur dinilai
● Teks lengkap dari laporan yang relevan diambil dan artikel-artikel yang
memenuhi kriteria kelayakan penelitian dipilih
DATA EXTRACTION
AND MANAGEMENT
● Spreadsheet ekstraksi data microsoft excel digabungkan
● Extracted and recorded data
● For randomised trials, digunakan Cochrane’s tool untuk mengevaluasi risiko bias.
Penelitian RCT diklasifikasikan menjadi studi rendah, tidak jelas, dan risiko bias tinggi
● For non-randomised studies, the Newcastle-Ottawa Scale was used to assess their quality.
The overall rating of either good, fair, or poor quality was based on the Agency for
Healthcare Research and Quality (AHRQ) standards
RESULTS.
HASIL PENCARIAN
LITERATUR
Resolusi komplit -> pada 240 pasien menunjukkan tidak ada perbedaan
signifikan antara kelompok kauter silver nitrat dengan kelompok Naseptin.
Namun kelompok kauter silver nitrat memiliki angka resolusi komplit lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok Naseptin (OR = 1.07, CI = 0.63 to 1.79, P =
0.81). Heterogenitas penelitian moderat (I = 42%, P = 0.16).
HASIL
KESUKSESAN TATALAKSANA.PRIMER
○ Cadler et al. melaporkan adanya rasa tidak nyaman pada penggunaan kauter
silver nitrat, namun frekuensi kejadian tidak dilaporkan. Selain itu tercatat 1
pasien mengalami ruam dan tidak melanjutkan pemakaian krim antiseptik
nasal.
○ Ruddy et al. melaporkan adanya aroma tidak sedap atau indra pengecapan
tidak enak pada anak yang memakai krim antiseptik nasal.
KUALITAS METODOLOGI DAN ASSESMENT
RESIKO BIAS
The Cochrane Collaboration’s Tool digunakan untuk menilai kualita dari RCT yang
disertakan dalam penelitian. The Newcastle-Ottawa Scale digunakan untuk menilai
kualitas dari Robertson et al. (2008), yang menawarkan sistem bintang untuk analisis
Penelitian ini memiliki kualitas seleksi dan hasil yang tinggi tetapi komparabilitasnya
rendah. Secara keseluruhan, kualitas studi non-randomised baik menurut standar
AHRQ menggunakan alat penilaian bias yang dikembangkan oleh Chou dan Helfand.
sions
Pada hasil analisis, penambahan kauter tidak menunjukkan efek yang lebih baik jika dibandingkan dengan
penggunaan krim antiseptik saja dalam keberhasilan pengobatan dan persistensi perdarahan. karena:
- Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok dalam resolusi komplit (P = 0,81) dan
resolusi parsial (P = 0,96).
- Persistensi perdarahan (P = 0,71) tidak menunjukkan signifikansi statistik antara intervensi dan
kelompok pembanding.
- Heterogenitas antar-studi, rendah untuk resolusi parsial (I [2] = 0%) dan dianggap sedang untuk
resolusi komplit (I [2] = 42%) dan persistensi perdarahan (I [2 ] =44%).
Outcome sekunder dari penelitian ini juga menunjukkan efek samping seperti terbentuknya ruam
dalam satu kasus dan beberapa keluhan bau atau rasa tidak enak.
sions
Namun, rekuensi dan keparahan epistaksis dapat dikurangi dengan kombinasi krim antiseptik dan kauter
hidung bila dibandingkan dengan hanya menggunakan krim antiseptik saja.
Namun, masalah yang diidentifikasi dengan penggunaan kauter hidung adalah efek samping rasa sakit yang
dirasakan pada anak-anak meskipun menggunakan anestesi lokal.
Selain itu, penggunaan kauter hidung bilateral secara simultan tidak dianjurkan karena risiko perforasi
septum dapat meningkat, sehingga penggunaan kauter dalam praktik dibatasi ketika terdapat kasus epistaksis
bilateral.
Sehingga direkomendasikan pada praktik saat ini, bahwa penggunaan kauter hidung hanya sebagai intervensi lini
kedua setelah krim antiseptik gagal menghentikan epistaksis.
discus
sions
Namun, keterbatasan penelitian ini:
Hanya , empat studi yang disertakan dengan jumlah pasien 279 orang.
Sampel penelitian ini mungkin tidak cukup untuk menghasilkan
temuan definitif, yang dapat terkena potensi kesalahan tipe 2.
Oleh karena itu, studi sampel lebih lanjut yang lebih besar diperlukan untuk
mengevaluasi lebih lanjut temuan saat ini
conclusions
Penggunaan kauter silver nitrat tidak mengubah hasil pada
pasien anak dengan epistaksis rekuren karena tidak
meningkatkan kesuksesan tata laksana maupun menurunkan
waktu perdarahan. Penulis menyarankan studi lebih lanjut
terhadap efikasi penggunaan krim antiseptik nasal.
THA