Anda di halaman 1dari 26

Journal Reading

The Addition of Silver Nitrate Cautery to Antiseptic


Nasal Cream for Patients with Epistaxis:
A Systematic Review and Meta-Analysis

Disusun oleh :
Quenhita Rindhika R 2110221033 Pembimbing :
Mega Aprianti S 2110221035 Dr. Evita FE, Sp THT-KL
Dhea Faizia Tasya 2110221036
Monica She Queen 21102210

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT THT


FAKULTAS KEDOKTERAN UPN VETERAN JAKARTA
PERIODE 16 AGUSTUS – 19 SEPTEMBER 2021
ABSTRAC
METHOD
• Metode Systematic review and meta-analysis
berdasarkan pedoman PRISMA.

• Pencarian informasi elektronik untuk


mengidentifikasi semua Randomised
Controlled Trials (RCTs) and studi non-

OBJECTIVE
Membandingkan hasil dari penambahan kauter
randomised.

silver nitrat dengan krim antiseptik saja pada • ukuran outcome primer: keberhasilan
pasien anak dengan epistaksis berulang. pengobatan dan persistensi perdarahan.

• ukuran ourcome sekunder: efek samping


pengobatan.
ABSTRACT

RESULT
4 penelitian yang melibatkan 240 pasien diidentifikasi.
Tidak ada perbedaan yang signifikan antara
kelompok kauter silver nitrat dan kelompok krim
antiseptik saja dalam hal resolusi complete, resolusi
CONCLUSION
parsial dan perdarahan persisten.
Penambahan kauter silver nitrat tidak lebih unggul
outcome sekunder: krim hidung antiseptik dikaitkan dari penggunaan krim antiseptik saja pada pasien
dengan beberapa efek samping → ruam, bau atau rasa anak dengan epistaksis berulang karena tidak
tidak enak. meningkatkan keberhasilan pengobatan atau persistensi
perdarahan.
INTRODUCTION

Epistaksis adalah keluhan yang sering muncul di unit gawat darurat dan klinik THT. Epistaksis anterior merupakan
jenis yang paling umum, 90% kasus. Epistaksis posterior hanya terjadi pada 10% kasus.

Faktor risiko: paparan udara kering, mengorek hidung, benda asing, pilek, sinusitis, dan trauma hidung. 5-10% dari anak-
anak dengan epistaksis berulang mungkin memiliki gangguan perdarahan yang mendasarinya.

Penatalaksanaan epistaksis tergantung pada penyebab dan tingkat keparahannya. Metode paling umum adalah nasal
packing menggunakan tampon atau kasa, kauterisasi kimia menggunakan sliver nitrat dan penggunaan krim hidung
antiseptik (Naseptin), elektrokoagulasi, FloSeal, asam traneksamat, laser dan intervensi bedah lainnya.
INTRODUCTION
Krim hidung antiseptik digunakan untuk mengobati dan mencegah infeksi hidung yang disebabkan oleh kelompok
staphylococcus. Ini juga dapat digunakan dalam pengobatan epistaksis berulang.

Naseptin terdiri dari dua bahan aktif: antiseptik klorheksidin-dihidroklorida dan antibiotik neomisin sulfat. Stik
silver nitrat bekerja untuk membakar pembuluh darah telangiektasis di lubang hidung yang terkena, jika ada perdarahan
kecil atau persisten dimana tindakan pertama gagal menghentikannya.

Meskipun penggunaan krim hidung antiseptik dan kauter silver nitrat untuk pengelolaan epistaksis telah dilaporkan
dalam beberapa penelitian randomised and non-randomised serta systematic review, saat ini ada tidak ada meta-analisis
yang secara kuantitatif melaporkan hasil intervensi ini untuk epistaksis. Oleh karena itu, ini adalah studi pertama dalam
literatur yang melaporkan topik ini.
1. Kriteria penelitian

METO 2. Hasil primer

3. Hasil sekunder

DE 4. Strategi pencarian literatur

5. Seleksi penelitian

6. Ekstraksi dan manajemen data

7. Sintesis data

8. Penilaian kualitas metodologi dan


risiko bias
KRITERIA PENELITIAN
KRITERI
KRITERI
A
A
EKSKLU
INKLUSI
• Semua penelitian randomised control
• Case reports dan penelitian kohort
trials (RCT) dan observasional yang
SI
membandingkan penambahan kauter
silver nitrat pada krim nasal antiseptik
yang tidak ada perbandingan yang
dilakukan dari proses peninjauan
dengan krim nasal antiseptik saja pada
• Penelitian yang bukan dengan bahasa
pasien dengan epistaksis.
Inggris
• Semua pasien tanpa melihat usia, jenis
kelamin, atau status komorbiditas
PRIMARY
OUTCOME
Kesuksesan tatalaksana dibagi menjadi resolusi komplit, didefinisikan sebagai
berhentinya epistaksis selama minimal 4 minggu, dan resolusi parsial,
didefinisikan sebagai pengurangan frekuensi perdarahan tanpa penghentian
lengkap epistaksis

SECONDARY
OUTCOME
Hasil sekunder berfokus pada efek samping, yang meliputi
ketidaknyamanan dan rasa sakit, ruam dan rasa atau bau yang
tidak enak.
LITERATURE
SEARCH
STRATEGY
● MEDLINE, EMBASE, EMCARE, CINAHL and the Cochrane Central
Register of Controlled Trials (CENTRAL)
● Pencarian terakhir dilakukan pada 17 Juni 2020
● Istilah pencarian terdiri dari “silver nitrate”, “cautery”, “cream” dan
“epistaxis”. Semua istilah digabungkan dengan tambahan “and” dan “or”

SELECTION
OF STUDIES
● Judul dan abstrak artikel yang diidentifikasi dari pencarian literatur dinilai
● Teks lengkap dari laporan yang relevan diambil dan artikel-artikel yang
memenuhi kriteria kelayakan penelitian dipilih
DATA EXTRACTION
AND MANAGEMENT
● Spreadsheet ekstraksi data microsoft excel digabungkan
● Extracted and recorded data

● The odds ratio (OR) digunakan untuk variabel dikotom


DATA
● SYNTHESIS
The mean difference (MD) ditujukan untuk menilai variabel kontinu untuk
kelompok studi dan kontrol
● Review Manager 5.3 and Microsoft excel digunakan untuk analisis data
● Hasil penelitian diberikan dalam bentuk forest plots dengan interval
kepercayaan 95% (CI)
● Heterogenitas dinilai menggunakan uji Cochran Q (χ [2] dan bertujuan untuk
mengukur inkonsistensi dengan menghitung I [2] yang juga diinterpretasikan
sesuai dengan: 0%–25% (heterogenitas rendah); 25%– 75% (heterogenitas
sedang), dan 75%-100% (heterogenitas tinggi)
METHODOLOGICAL QUALITY AND RISK OF BIAS ASSESSMENT

● For randomised trials, digunakan Cochrane’s tool untuk mengevaluasi risiko bias.
Penelitian RCT diklasifikasikan menjadi studi rendah, tidak jelas, dan risiko bias tinggi
● For non-randomised studies, the Newcastle-Ottawa Scale was used to assess their quality.
The overall rating of either good, fair, or poor quality was based on the Agency for
Healthcare Research and Quality (AHRQ) standards
RESULTS.

HASIL PENCARIAN
LITERATUR

● Sebanyak 54 artikel diulas


oleh 2 penulis dengan kriteria
inklusi dan eksklusi yang
sudah ditentukan
● Menghasilkan 4 artikel yang
memenuhi kriteria
RUDDY, ET AL.

● menggunakan metode RCT dengan 48 pasien anak (3 - 14 tahun)


dengan kriteria mengalami minimal 1 kali epistaksis dalam
jangka waktu 4 minggu belakangan dengan riwayat epistaksis
berulang
● Pasien dibagi kedalam 2 kelompok uji. Kelompok 1 dengan 24
pasien ditatalaksana dengan krip nasal Naseptin, sedangkan
kelompok 2 dengan 24 pasien ditatalaksana dengan kauter silver
nitrat 75%
MURTHY, ET AL.

● menggunakan metode RCT dengan 50 pasien yang memiliki


riwayat epistaksis
● Pasien dibagi kedalam 3 kelompok uji. Kelompok 1 dengan 18
pasien ditatalaksana dengan krip nasal Naseptin, kelompok 2
dengan pasien ditatalaksana dengan kombinasi krip Naseptin
dan kauter silver nitrat
ROBERTSON, ET AL.

● Menggunakan metode kohort retroprospektif dengan 65 pasien


anak (0-5 tahun) yang memiliki riwayat epistaksis berulang
● Pasien dibagi kedalam 2 kelompok uji. Kelompok 1 dengan 2 2
pasien ditatalaksana dengan krip nasal Naseptin, sedangkan
kelompok 2 dengan 28 pasien ditatalaksana dengan kombinasi
krip Naseptin dan kauter silver nitrat, kelompok 3 dengan 16
pasien tidak diberikan tatalaksana apapun.
CALDER, ET AL.

● menggunakan metode RCT dengan 93 pasien (1 - 13 tahun) yang


memiliki riwayat epistaksis dalam jangka waktu 4 minggu
belakangan dan saat mengalami epistaksis pembuluh darah di
septum nasi terlihat
● Pasien dibagi kedalam 2 kelompok uji. Kelompok 1 dengan 47
pasien ditatalaksana dengan krip nasal Naseptin, sedangkan
kelompok 2 dengan 46 pasien ditatalaksana dengan kauter silver
nitrat 75%.
HASIL
PRIMER
KESUKSESAN TATALAKSANA.

Resolusi komplit -> pada 240 pasien menunjukkan tidak ada perbedaan
signifikan antara kelompok kauter silver nitrat dengan kelompok Naseptin.
Namun kelompok kauter silver nitrat memiliki angka resolusi komplit lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok Naseptin (OR = 1.07, CI = 0.63 to 1.79, P =
0.81). Heterogenitas penelitian moderat (I = 42%, P = 0.16).
HASIL
KESUKSESAN TATALAKSANA.PRIMER

Resolusi parsial -> pada 98 pasien menunjukkan tidak ada perbedaan


signifikan antara kelompok kauter silver nitrat dengan kelompok
Naseptin. Namun kelompok kauter silver nitrat memiliki angka
resolusi parsial lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok Naseptin
(OR = 1.02, CI = 0.39 to 2.70, P = 0.96). Heterogenitas penelitian
rendah ( I= 0%, P = 0,58)
HASIL
KESUKSESAN TATALAKSANA.
PRIMER
Pemanjangan waktu perdarahan-> pada 240 pasien menunjukkan tidak ada
perbedaan signifikan antara kelompok kauter silver nitrat dengan kelompok
Naseptin. Namun kelompok kauter silver nitrat memiliki angka pemanjangan
waktu perdarahan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok Naseptin (OR =
0.91, CI = 0.54 to 1.53, P = 0.71). Heterogenitas penelitian moderat ( I= 44%, P =
0,15)
HASIL SEKUNDER.
● Sebanyak 2 studi melaporkan adanya efek samping

○ Cadler et al. melaporkan adanya rasa tidak nyaman pada penggunaan kauter
silver nitrat, namun frekuensi kejadian tidak dilaporkan. Selain itu tercatat 1
pasien mengalami ruam dan tidak melanjutkan pemakaian krim antiseptik
nasal.

○ Ruddy et al. melaporkan adanya aroma tidak sedap atau indra pengecapan
tidak enak pada anak yang memakai krim antiseptik nasal.
KUALITAS METODOLOGI DAN ASSESMENT
RESIKO BIAS
The Cochrane Collaboration’s Tool digunakan untuk menilai kualita dari RCT yang
disertakan dalam penelitian. The Newcastle-Ottawa Scale digunakan untuk menilai
kualitas dari Robertson et al. (2008), yang menawarkan sistem bintang untuk analisis

Penelitian ini memiliki kualitas seleksi dan hasil yang tinggi tetapi komparabilitasnya
rendah. Secara keseluruhan, kualitas studi non-randomised baik menurut standar
AHRQ menggunakan alat penilaian bias yang dikembangkan oleh Chou dan Helfand.
sions
Pada hasil analisis, penambahan kauter tidak menunjukkan efek yang lebih baik jika dibandingkan dengan
penggunaan krim antiseptik saja dalam keberhasilan pengobatan dan persistensi perdarahan. karena:
- Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok dalam resolusi komplit (P = 0,81) dan
resolusi parsial (P = 0,96).
- Persistensi perdarahan (P = 0,71) tidak menunjukkan signifikansi statistik antara intervensi dan
kelompok pembanding.
- Heterogenitas antar-studi, rendah untuk resolusi parsial (I [2] = 0%) dan dianggap sedang untuk
resolusi komplit (I [2] = 42%) dan persistensi perdarahan (I [2 ] =44%).

Outcome sekunder dari penelitian ini juga menunjukkan efek samping seperti terbentuknya ruam
dalam satu kasus dan beberapa keluhan bau atau rasa tidak enak.

sions
Namun, rekuensi dan keparahan epistaksis dapat dikurangi dengan kombinasi krim antiseptik dan kauter
hidung bila dibandingkan dengan hanya menggunakan krim antiseptik saja.
 Namun, masalah yang diidentifikasi dengan penggunaan kauter hidung adalah efek samping rasa sakit yang
dirasakan pada anak-anak meskipun menggunakan anestesi lokal.
 Selain itu, penggunaan kauter hidung bilateral secara simultan tidak dianjurkan karena risiko perforasi
septum dapat meningkat, sehingga penggunaan kauter dalam praktik dibatasi ketika terdapat kasus epistaksis
bilateral.
Sehingga direkomendasikan pada praktik saat ini, bahwa penggunaan kauter hidung hanya sebagai intervensi lini
kedua setelah krim antiseptik gagal menghentikan epistaksis.
discus
sions
Namun, keterbatasan penelitian ini:
 Hanya , empat studi yang disertakan dengan jumlah pasien 279 orang.
 Sampel penelitian ini mungkin tidak cukup untuk menghasilkan
temuan definitif, yang dapat terkena potensi kesalahan tipe 2.
Oleh karena itu, studi sampel lebih lanjut yang lebih besar diperlukan untuk
mengevaluasi lebih lanjut temuan saat ini
conclusions
Penggunaan kauter silver nitrat tidak mengubah hasil pada
pasien anak dengan epistaksis rekuren karena tidak
meningkatkan kesuksesan tata laksana maupun menurunkan
waktu perdarahan. Penulis menyarankan studi lebih lanjut
terhadap efikasi penggunaan krim antiseptik nasal.
THA

Anda mungkin juga menyukai