BAB VI Inverter

ELDA Lanjut, Edisi 2005, BAB VI INVERTER
INVERTER OTONOM
1 FASA
1. SEGI EMPAT BERTINGKAT (KUASI SINUSOIDAL)

2. SEGI EMPAT TYPE KONDUKSI 120o
4. MODULASI LEBAR PULSA SINUSOIDAL
5. MODULASI VEKTOR RUANG
6. KOMUTASI FASA BERURUTAN
1
INVERTER
SEGI EMPAT BERTINGKAT
( KUASI SINUSOIDAL )
2
INVERTER KUASI SINUSOIDAL
RANGKAIAN DAYA DENGAN TRAFO PRIMER TERPISAH

DAN TRAFO SEKUNDER TERHUBUNG SERI
3
Cara memperoleh tegangan

V1 keluaran yang berbentuk
Kuasi Sinusoidal :
t
V2 δ
1. Sudut Kelambatan
t Penyalaan (θr ) tiap
V3 θr
Inverter berbeda 60o.
t Karena Sekunder
Vb=V1+V2+V3 terhubung seri, maka
tegangan di sisi beban
merupakan
t
penjumlahan
tegangan sekunder
tiap trafo.
TEGANGAN KELUARAN TIAP INVERTER DAN BEBAN
4
δ = 30o 2. Dengan Sudut

V1
Kelambatan
t Penyalaan (θr )
V2
konstan, dan
sudut
t
θr kelambatan
V3
relatif ( δ )
t berubah.
Vbeban=V1+V2+V3
 Tegangan beban
t dapat diperoleh
sesuai yg
dikehendaki dg
melakukan variasi
TEGANGAN KELUARAN TIAP INVERTER DAN BEBAN
pada sudut ( δ ). 5
δ = 45o δ = 60o
V1 V1
t
t
V2
V2
t
t
V3
V3
t
t
Vb=V1+V2+V3
Vb=V1+V2+V3
t
t
TEGANGAN KELUARAN INVERTER DAN TEGANGAN KELUARAN INVERTER DAN

BEBAN UNTUK θr KONSTAN DAN δ =45O BEBAN UNTUK θr KONSTAN DAN δ =60O
6
TEGANGAN KELUARAN INVERTER

KUASI SINUSOIDAL
Tegangan keluaran Effektif yang diperoleh dari persamaan :
1
  (t )d (t )
2 2
V Y
2
eff
Untuk harga tegangan effektif, bentuk fundamental V1 eff :
4 E r
V1eff  . .Cos
2 2 2
Dan harga tegangan keluaran effektif, (V eff ):
 r 1/ 2
Veff  E.(1  )

7
INVERTER OTONOM SATU FASA

SEGI EMPAT SETENGAH JEMBATAN
+IL T1
E
VL D1
2
- +
E A B T2
2 -IL
D2
Ada 2 kemungkinan yaitu :

-Kemungkinan Joint
-Kemungkinan Disjoint
8
KEMUNGKINAN JOINT
i
T1T1
t
TT2 2
Kemungkinan Joint :
i • Jika T1 lebih positif maka arus
D1
D1 T1T1 D22
D T2
T2
t beban IL mengalir dari B  A
D1 • Jika T1 off, maka IL tidak
V
mungkin turun lewat T2 dan D2
E
2
sampai arusnya habis
0 t • T1 dan T2 tidak ada delay

E i
2
9
KEMUNGKINAN DISJOINT
i
T1 T1
T2 t
i
T1 D2 T2 D1 T1 D2
t
E V
2 i
0 t
E

2
Pengaturan penyalaan Thyristor T1 dengan T2 ada delay waktu

10
Tegangan rms pada beban :

2  2
1 1  2 
V0 rms  0 
2  0
   
2 2 2
v dt  v dt v dt
2 
1  E  2 E
2
 1 2E 2 E2
              
2 2
  2
   2 4 4
E
V0 rms 
2
2E
Arus pada beban : V0  
n 1, 3, 5..... n
 sin n t
n L
 0  R 2   nl 
2
tan 1  n
R
2E  sin n t
V0 n
I0   
Z 0 n 1,3,5.... nL
R 2   nL   tan 1
2
R

2 E  sin  n t  n 
 
n   R 2   nL 
2
n 1, 3, 5....
11
INVERTER SEGI EMPAT JEMBATAN PENUH
K1 K2
E
A B
K3 K4
D1 T1 i T2 D2
E
A B T4
D3 T3
v D4
Saklar K1, K4 “ON” bersama-sama sedangkan K2,K3 “OFF”, maka Arus mengalir dari
E(+)  K1  A-B (Beban)  K4  E (-) demikian sebaliknya, untuk penyalaan thyristor
T1, T2 bersama-sama T2, T3
12
Penyalaan Thyristor ada 3 kemungkinan :
T1 T3 T1
T4 T2 T4 t
0
D1 T1 D3 T3 D1 T1 D3
T4 D2 T2 D4 T4 D2 t
0
v
E
i
t
0
-E
Kemungkinan 1 13
T1 T3 T1 T3
T4 T2 T4 T2
0 t
D1 T1 D3 T3 D1 T1 D3 T3
D4 T4 D2 T2 D4 T4 D2 T2
0 t
v
E
i
t
-E
Kemungkinan 2 14
T1 T3 T1
T4 T2 T4 t
0
T1 D3 T3 D1 T1
T4 D2 T2 D4 T4 t
0
E V
i
t
0
-E
Kemungkinan 3
(disjoint) 15
VAB
+E
0 t
INVERTER SATU FASA
-E
RESONANSI R, L, C SERI

IAB
0 t
IAB
1 2
R L C
E VT1
A B t
0
4 3
VAB
IT1
0 t
ID1
0 t
16
Tegangan efektif 4E
Fundamental 1st: V AB eff 1
π 2
Arus beban effektif
I AB max
I AB eff 
2
Daya aktif yang di transfer :
Pa  VABeff 1  I ABeff cos   R  I AB

2
eff
4 E I AB max R  I AB
2
max
  cos  
 2 2 2
Arus maksimum AB :
4E
I AB   cos 
R 
max
17
INVERTER SATU FASA RESONANSI RL // C
VAB
0 t
L1
IAB 
1 R L2 2
0 t
A B
VAB C
VT1
4 3 t
IAB 0
IT1
0 t
18
4E
Tegangan out put effektif : VAB eff 
 2
4E
Arus beban max : I AB max  cos 
R 
I AB max
Arus beban effektif : I AB eff 
2
0
Frekuensi resonansi yang terjadi : fR  1  2
2
R 1
Di mana :  dan 0 
20  L L C
19
INVERTER
MODULASI LEBAR PULSA
( MLP ) 1 FASA SINUSOIDAL
20
MODULASI LEBAR PULSA ( MLP ) SEFASA

Vt Dengan cara ini
Vt
Vr , frekuensi dan tegangan
t
Vr
fundamental mempunyai
frekuensi yang sama dg
sinyal referensi
Vk sinusoidal.
t
VAO
Tegangan keluaran
t merupakan fungsi dari
amplitudo sinyal
VBO referensi.
t
Kemudahannya : dapat
VAB=VA-VB
dipergunakannya pasangan
TRANSISTOR MOSFET
yang bekerja bersama-
t
sama.
TEGANGAN KONTROL DAN TEGANGAN BEBAN 21
MODULASI LEBAR PULSA ( MLP ) BERLAWANAN FASA
Vt Vr
Vt
t
Kelebihan cara ini :
Vr 1. Daerah frekuensi (range)
harmonisa yg dibangkitkan
oleh switching adalah dua
VAO kali terhadap frekuensi
t switching itu sendiri.
VBO 2. Ondulasi (ripple) tegangan

t keluaran adalah rendah dan
filterisasinya mudah.
VAB=VA-VB
Kelemahannya :
• Sistim ini membutuhkan
t kontrol terpisah untuk tiap
transistor/ MOSFET.
TEGANGAN KONTROL DAN TEGANGAN BEBAN 22

MODULASI LEBAR PULSA ( MLP ) SEREMPAK
Et
,
E
E1
0 t
Δ π
VAC δn
δ1 δ2 δ3
+Edc
t
-Edc
3π/2N Θ1=( i-1/2)π/N π
π/2N 5π/2N
δ n+1 δ n+2
23
ANALISA BENTUK GELOMBANG MLP SINUSOIDAL
• Bila titik setiap pulsa yang terpisah dengan selang

yang sama sebesar Δ = π/N dan terletak pada
sudut θ1, maka:
dimana i = 1, 2, 3 ……….
θ1 = ( i -1/2 ) Δ
Δ =π/N
M = E / Et (index modulasi)
δ1= ΔE1 / Et E = Amplitudo gelombang
referensi
= Δ E / Et [ sin θ1]
E1= E sin θ1 (tinggi gelombang
= Δ M [ sin θ1] referensi pada sudut θ1.
Et = Amplitudo gelombang
pembawa (segitiga)
24
INVERTER OTONOM
3 FASA
1. SEGI EMPAT BERTINGKAT (KUASI SINUSOIDAL)

4. MODULASI LEBAR PULSA SINUSOIDAL
5. MODULASI VEKTOR RUANG
6. KOMUTASI FASA BERURUTAN
25
INVERTER 3 FASA KONDUKSI 120o
180O 120O
T1 T4 T1 T4
T2 T5 T2
T6 T3 T6 T3
π 2π
E/2
VA-VO 1 1 t
π 4 2π 4
E/2 2 2π 2
VB-VO t
π 5
E/2
VC-VO 3 3 t
6
π 2π 6
VAB=VA-VB
t
π 2π
26
INVERTER 3 FASA KONDUKSI 180o
180O 180O 180O
T1 T4 T1 T4 T1 T4
VAN=VA0+V0N
T5 T2 T5 T2 T5 T2
T6 T3 T6 T3 T6 T3 VBN=VB0+V0N
VA0 1 +E/2 t VCN=VC0+V0N
1 1
4 4 4
VB0 2π/3 +E/2
2 2 2
5 5 5 t VAB=VA0-VB0
VC0 3 +E/2
3 3 3
6 6 6 t
VAB 60O 60O E VAN+VBN+VCN =
t
VA0+VB0+VC0+3V0N
+E/6
VN0
VA0+VB0+VC0
-E/6 2E/3 VN0=
VAN E/3
3
27
BENTUK GELOMBANG TEGANGAN KELUARAN

INVERTER 3 FASA MODULASI LEBAR PULSA
VA VB VC
t
VAO
t
VBO
t
VAB=VA-VB
t
28
II. Metoda MLP
A. MLP Sinusoidal (1)
 Rangkaian Daya Inverter Tiga Fasa
Gambar 1. Rangkaian Daya Inverter Tiga Fasa

29
II. Metoda MLP
A.1. Tujuan
 Untuk mendapatkan keluaran yang sinusoidal dengan amplitudo dan frekuensi
yang dapat diatur.
A.2. Cara
 Sinyal kendali (control) sinusoidal dibandingkan dengan sinyal segitiga
seperti ditunjukan pada gambar 2a.
 Frekuensi pada sinyal segitiga merupakan frekuensi pensaklaran fs
(sering juga disebut frekuensi carrier) dan biasanya dijaga tetap dengan
amplitudo V’st.
 Sinyal kendali (Vcontrol) digunakan untuk memodulasi duty ratio dan memiliki
Frekuensi sebesar f1 (sering disebut frekuensi modulasi)
30
II. Metoda MLP
Bentuk Gelombang MLP Sinusoidal Inverter Tiga Fasa
vtri vcontrol_A vcontrol_B vcontrol_C
 Frekuensi vst dan vcontrol
(a)
 Frekuensi vst = fs
VA0
 Frekuensi vcontrol = f1 (b)
dimana, fs = Frekuensi PWM (c)
VB0
f1 = Frekuensi Fundamental
(d)
VC0
 Tegangan Keluaran Inverter
(e)
VAB
 Bila vcontrol > vst, VA0 = Vdc/2

(f)
VBC
 Bila vcontrol < vst, VA0 = -Vdc/2

(g)
dimana, VAB = VA0 – VB0
VCA
VBC = VB0 – VC0 t

VCA = VC0 – VA0 Gambar 2. Bentuk Gelombang MLP sinusoidal inverter 3 Fasa. 31
II. Metoda MLP DENGAN MENGANGGAP SINYAL CONTROL (KENDALI) FASA
a ADALAH SUATU TEGANGAN SEARAH MAKA GAMBAR 2.a
DAN 2.b (UNTUK 1 PERIODE) DAPAT DIGAMBAR ULANG
A. MLP Sinusoidal (4) SEPERTI GAMBAR 3.a DAN 3.b DI SAMPING. DARI GAMBAR
3.a DAPAT DITENTUKAN BESAR
 SBB:
SEGITIGA ABD SEGITIGA ECD

MAKA BERLAKU:
D VST

- ^
V CONTROL
(a) E C
VCONTROL 2 
0   3 2  ^
V CONTROL  V ST
^
2 4 VST ^
 V CONTROL
-  ^ ^
B 2 V CONTROL  V ST
A
 ^
V CONTROL 
 (1 - ^ ^
)
(b) V CONTROL  V ST 2
VDC
VA0 ^ ^
2  V CONTROL  V ST
 ( ^
)
2 V ST
0 X Y 2
VDC ^
  V CONTROL
2  (1  ^
) 32
GAMBAR 3. 2 V ST
II. Metoda MLP
A. MLP Sinusoidal (5) TEGANGAN RATA-RATA FASA a (VA0) DAPAT
DITURUNKAN DARI GAMBAR 3.b SBB:
1   VDC 2 
VDC
2
VDC 

 2 dt   2 dt   2 dt 
VA0  
2 0  2 - 
1  VDC VDC VDC 
VA0    (2  2 )  
2  2 2 2 
1
VA0   2VDC  VDC 
2
V  2 
VA0  DC   1
2   
 ^

VDC  V CONTROL 
VA0  (1  )  1
2  ^
V ST

 
^
VDC V CONTROL VDC
VA0  ^
 ma
2 V ST 2
33
II. Metoda MLP
 Rasio Modulasi Amplitudo (ma)
^ ^
V CONTROL (V A0 )1
 ma  ^
 ,
V ST VDC /2
dimana (VA0 )1 adalah Komponen frekuensi fundamental VA0
 Rasio Modulasi Frekuesi (mf)

fs
m f  , dimana f s  frekuensi MLP dan f1  frekuensi fundamental
f1
 mf bilangan bulat ganjil
 mf Bilangan bulat: menghindari timbulnya sub harmonisa pada tegangan keluaran
 mf Bilangan ganjil: menghilangkan komponen DC dan harmonisa bilangan

genap pada tegangan keluaran.
 mf bilangan kelipatan 3
 Menghilangkan harmonisa ganjil
34
II. Metoda MLP
A. MLP Sinusoidal (7) RANGKAIAN SIMULASI MLP
SINUSOIDAL MENGGUNAKAN PSim
VDC=440 VOLT
V’control = 0.8 volt
Vst = 1 volt
fs=660 Hz
f1=60 Hz
MI=4 kutub, LS=1,39 mH
LR=0.74 mH, LM=41mH
35
INVERTER 3 FASA DENGAN 4 BUAH TRANSFORMATOR

YANG DIHUBUNG Y-DELTA
A B C D
D V3’ C B V3 A
V2’ V1’ V2 V1
36
BENTUK GELOMBANG KELUARAN INVERTER 3 FASA

DENGAN TRAFO Y-Δ
V1
V2
V1+V2=V3
t
V 3’
15O 25O 135O
V3+V3’
37
CONTOH RANGKAIAN INVERTER 3 PHASA SPWM

DENGAN PATTERN CONTROL
38
OUT PUT TEGANGAN (PHASA-PHASA) DAN ARUS BEBAN RL TIAP PHASA

INVERTER 3 PHASA DENGAN PWM PATTERN CONTROL
39
CONTOH RANGKAIAN INVERTER 3 PHASA DAN KELUARAN

TEGANGAN/ ARUS DENGAN SPWM
40
INVERTER 3 FASA
MODULASI VEKTOR
RUANG
41
MODULASI VEKTOR RUANG
RANGKAIAN DAYA INVERTER 3 FASA

42
VEKTOR RUANG DARI INVERTER 3 FASA

Im, β
VEKTOR RUANG
V3 (010) V2 (110) ENAM LANGKAH,
terdiri enam buah
Sektor II
Vektor Aktif : V1,
V2, V3, V4, V5, V6
dan dua buah
Sektor III (t2/Ts)V 2 V’ Vektor Nol ( V0, V7)
Sektor I
V1 (100)
V0 (000) α
V4 (011) V7 (111) (t1/Ts)V 1
Re
Sektor IV Sektor VI
Sektor V
2/3 Vdc
Vd
V5 (001) 3 V6 (101) 43
TOPOLOGI PENYAKLARAN DI KEENAM SEKTOR
Vd/2 Vd/2 Vd/2 Vd/2

A A A A
0 B 0 B 0 0
B B
C C C C
Vd/2 Vd/2 Vd/2 Vd/2
V0=000 V1=100 V2=110 V3=010
Vd/2 Vd/2 Vd/2 Vd/2

A A A A
0 B 0 B 0 0
B B
C C C C
Vd/2 Vd/2 Vd/2 Vd/2
V4=011 V1=001 V0=101 V1=111
44
• Persamaan Transformasi Clarke sistem tiga phasa seimbang :
 V AO 
V  2 1  1 2  12   
Vn = V   3 
0 3
V
3   BO 
 2
 
  2
VCO 
• dengan n = (1, 2, ,…,6). adalah besar tegangan phasa terhadap titik

nol berdasarkan penyaklaran bernilai ( atau - ).
• Magnitut keenam buah vektor tegangan dalam bentuk persamaan

vektor kompleks adalah :
j  n 1 60 0
Vn  2 3 Vd e
45
Pola sinyal penyaklaran Modulasi Lebar Pulsa

( MLP ) untuk tiap sektor
Sektor I Sektor II Sektor III
A A A
B B B
C C C
to t2
to t1 t2 to t3 to to t3 t4 to
Ts Ts Ts
Sektor IV Sektor V Sektor IV
A A A
B B
B
C C C
to
to t5 t4 to t5 t6 to to t1 t6 to
Ts Ts Ts
46
Sinyal keluaran dari rangkaian kontrol yang terjadi

dalam sektor I dengan keempat vektor yang bekerja
( 000, 100, 110, dan 111) selama waktu t0, t1, t2, t0.
1 1 1 1 1 1
0 0
A
1 1 1 1
0 0 0 0
B
1 1
0 0 0 0 0 0
C
t0 t2 t0 t0 t1 t2 t0
Ts Ts
• Gambar di atas memperlihatkan keluaran rangkaian pengendali

selama besaran referensi berada pada sektor 1. Kombinasi vektor
yang terjadi adalah V1(100) selama t1, V2(110) selama t2 dan dua
vektor nol V0(000) selama t0 dan V7(111) selama t0
47
INVERTER
KOMUTASI FASA
BERURUTAN
48
RANGKAIAN KOMUTASI FASA BERURUTAN
Rectifier Ld Id Inverter
Th1 Th3 Th5

C1 C2
C3
D1 D3 D5
R Mesin
S Asynkron
T
D4 D6 C6 D2
C4 C5
Th4 Th6 Th2
49
INVERTER KOMUTASI FASA BERURUTAN

Id Id
Th1 Th3 Th5 Th1 Th3 Th5

t < to to & t4
C C2 2/3 IR 1/3 IR
A + 1- C
C B A C
+ 3-
B
C1 C2
D1 D3 D5 C3
a c D1 D3 D5 IR + IS = IT
Id R IR
_ _ R
+ S M + S
T
M
T
Id Id
Th1 Th3 Th5
to & t2 t > t4 Th1 Th3 Th5
2/3 Id 1/3 Id
C1 C2
A C A
B C
C1 C2 C3 B
C3 D5
b D1 D3 D5
D1 D3
Id d
_
R Id
_ R
+ S + S
M M
T
T
50
KURVA TEGANGAN DAN ARUS KOMUTASI BEBAN

UAB
+Uo
t
- Uo
UBC
+Uo
t
to t1 t2 t3 t4
UCA
t
-Uo
to t1 t2 t3 t4
Ic1
2/3 Id
t
to t1 t2 t3 t4
Ic2 = Ic3
1/3 Id
t
to t1 t2 t3 t 4 51

BAB VI Inverter

Diunggah oleh

Informasi Dokumen

Hak Cipta

Format Tersedia

Bagikan dokumen Ini

Bagikan atau Tanam Dokumen

Opsi Berbagi

Apakah menurut Anda dokumen ini bermanfaat?

Apakah konten ini tidak pantas?

Hak Cipta:

Format Tersedia

BAB VI Inverter

Diunggah oleh

Hak Cipta:

Format Tersedia

ELDA Lanjut, Edisi 2005, BAB VI INVERTER

1. SEGI EMPAT BERTINGKAT (KUASI SINUSOIDAL)

INVERTER KUASI SINUSOIDAL

RANGKAIAN DAYA DENGAN TRAFO PRIMER TERPISAH

INVERTER KUASI SINUSOIDAL

Cara memperoleh tegangan

INVERTER KUASI SINUSOIDAL

δ = 30o 2. Dengan Sudut

INVERTER KUASI SINUSOIDAL

TEGANGAN KELUARAN INVERTER DAN TEGANGAN KELUARAN INVERTER DAN

TEGANGAN KELUARAN INVERTER

Tegangan keluaran Effektif yang diperoleh dari persamaan :

Untuk harga tegangan effektif, bentuk fundamental V1 eff :

Dan harga tegangan keluaran effektif, (V eff ):

INVERTER OTONOM SATU FASA

Ada 2 kemungkinan yaitu :

Pengaturan penyalaan Thyristor T1 dengan T2 ada delay waktu

Tegangan rms pada beban :

INVERTER SEGI EMPAT JEMBATAN PENUH

Penyalaan Thyristor ada 3 kemungkinan :

Penyalaan Thyristor ada 3 kemungkinan :

Penyalaan Thyristor ada 3 kemungkinan :

Pa  VABeff 1  I ABeff cos   R  I AB

INVERTER SATU FASA RESONANSI RL // C

MODULASI LEBAR PULSA ( MLP ) SEFASA

MODULASI LEBAR PULSA ( MLP ) BERLAWANAN FASA

VBO 2. Ondulasi (ripple) tegangan

TEGANGAN KONTROL DAN TEGANGAN BEBAN 22

MODULASI LEBAR PULSA ( MLP ) SEREMPAK

ANALISA BENTUK GELOMBANG MLP SINUSOIDAL

• Bila titik setiap pulsa yang terpisah dengan selang

1. SEGI EMPAT BERTINGKAT (KUASI SINUSOIDAL)

INVERTER 3 FASA KONDUKSI 120o

INVERTER 3 FASA KONDUKSI 180o

180O 180O 180O

BENTUK GELOMBANG TEGANGAN KELUARAN

 Rangkaian Daya Inverter Tiga Fasa

Gambar 1. Rangkaian Daya Inverter Tiga Fasa

dimana, fs = Frekuensi PWM (c)

 Bila vcontrol > vst, VA0 = Vdc/2

 Bila vcontrol < vst, VA0 = -Vdc/2

VBC = VB0 – VC0 t

SEGITIGA ABD SEGITIGA ECD

 Rasio Modulasi Frekuesi (mf)

 mf Bilangan bulat: menghindari timbulnya sub harmonisa pada tegangan keluaran

 mf Bilangan ganjil: menghilangkan komponen DC dan harmonisa bilangan

INVERTER 3 FASA DENGAN 4 BUAH TRANSFORMATOR

BENTUK GELOMBANG KELUARAN INVERTER 3 FASA

15O 25O 135O

CONTOH RANGKAIAN INVERTER 3 PHASA SPWM

OUT PUT TEGANGAN (PHASA-PHASA) DAN ARUS BEBAN RL TIAP PHASA

CONTOH RANGKAIAN INVERTER 3 PHASA DAN KELUARAN

MODULASI VEKTOR RUANG

RANGKAIAN DAYA INVERTER 3 FASA

VEKTOR RUANG DARI INVERTER 3 FASA

TOPOLOGI PENYAKLARAN DI KEENAM SEKTOR

Vd/2 Vd/2 Vd/2 Vd/2

V0=000 V1=100 V2=110 V3=010

Vd/2 Vd/2 Vd/2 Vd/2

V4=011 V1=001 V0=101 V1=111

• Persamaan Transformasi Clarke sistem tiga phasa seimbang :

• dengan n = (1, 2, ,…,6). adalah besar tegangan phasa terhadap titik

• Magnitut keenam buah vektor tegangan dalam bentuk persamaan

Pola sinyal penyaklaran Modulasi Lebar Pulsa