Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar
kembali dan / atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun angaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya yang dalam anggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutupi defisit atau memanfaatkan surplus. Secara skematis pembiayaan dapat diilustrasikan : Sumber pembiayaan Pemda dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu : 1 pembiayaan internal (internal financiang) dan 2 pembiayaan eksternal (external financiang). Pembiayaan internal antara lain seperti : Penggunanaan Sisa Anggaran tahun lalu (SiLPA) Penggunaan Dana Cadangan Penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan
Pembiayaan eksternal antara lain seperti :
Penjualan Obligasi Pemda Pinjaman Dalam Negeri Penjualan aset daerah yang dipisahkan (divestasi) Privatisasi perusahaan daerah C. Analisis Pembiayaan 1. Analisis Penggunaan SiLPA tahun lalu Dengan Sistem penganggaran kinerja (performance budgeting), kinerja anggaran tidak lagi didasarkan pada habis tidaknya anggaran, tetapi diukur dari tercapai tidaknya target kinerja dengan anggaran yang disediakan. Pos Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran dalam Laporan Realisasi Anggaran merupakan sisa lebih anggaran tahun lalu. Umumnya SiLPA akan menjadi alternatif pertama digunakan Pemda jika terjadi defisit anggaran. Jumlah dana SiLPA dapat diketahui pada akhir periode anggaran. SiLPA dapat dihitung dengan cara : SiLPA = Surplus/Defisit + Pembiayaan Neto + (Realisasi Pendapatan – Realisasi Belanja) + (Realisasi Penerimaan Pembiayaan - Realisasi Pengelaran Pembiayaan) = (Realisasi Pendapatan + Realisasi Penerimaan Pembiayaan) – (Realisasi Belanja + Realisasi Pengelaran Pembiayaan) = Realisasi Penerimaan Daerah – Realisasi Pengeluaran Daerah SiLPA merupakan kas bebas (free cash) yang belum terkait penggunaannya. Analisis SiLPA dimaksudkan untuk mengevaluasi tentang : a. Signifikansi besaran nilai SiLPA secara normal b. Penyebab terjadinya SiLPA, apakah karena keberhasilan dalam melakukan efisiensi anggaran, atau karena efisiensi dan efektivitas pendapatan daerah atau karena lemahnya pelaksanaan anggaran sehingga banyak program dan kegiatan tidak terlaksana dengan optimal. - SiLPA Sebagai Dana Carry-Over SiLPA merepresentasikan sisa kas yang timbul karena realisasi pendapatan daerah yang melebih realisasi belanja daerah. Jika pada tahun anggaran tertentu belanja daerah relatif rendah atau terjadi efisiensi, maka dimungkinkan akan diperoleh SiLPA. Tetapi sebaliknya jika belanja daerah tinggi, maka SiLPA yang diperoleh akan semakin kecil, bahkan jika belanja daerah lebih besar dari pendapatan daerah sehingga terjadi defisit fiskal, maka tidak ada SiLPA untuk tahun anggaran bersangkutan tetapi justru dimungkinkan SiKPA yang timbul. SiLPA bersifat carry-over fund yang akan berpengaruh pada neraca, yaitu menambah perkiraan ekuitas dana khususnya ekuitas dana lancar. Saldo SiLPA akhir periode anggaran akan muncul dalam neraca akhir periode tahun yang bersangkutan. - Perkembangan SiLPA Pertumbuhan SiLPA dapat digunakan juga untuk menilai kinerja anggaran. SiLPA yang bersaldo positif memberikan indikasi adanya kesehatan fiskal dan kesinambungan fiskal daerah yang baik. Sebaliknya jika terjadi SiKPA hal tersebut mengindikasikan adanya masalah dalam manajemen keuangan daerah dan akan menggangu kesinambungan fiskal daerah Berikut adalah contoh laporan perkembangan surplus/defisit dan SiLPA : 2. Analisis Pembentukan dan Penggunaan Dana Cadangan Dana cadangan merupakan dana yang dimiliki Pemda yang dibatasi penggunaannya, artinya pembentukan dan peruntukan dana tersebut relatif sudah jelas. Analisis dana cadangan meliputi analisis pembentukan dan penggunaan dana cadangan. Pemebentukan dana cadangan dapat dilakukan apabila terjadi surplus anggaran dalam kebijakan anggaran Pemda. Pembentukan dana cadangan harus sudah direncanakan terlebih dahulu sejak perencanaan anggaran dan perlu mendapat persetujuan anggota DPRD. Analisis pembentukan dana cadangan dimaksud untuk mengevaluasi : Tujuan pembentukan dana cadangan Jumlah besaran dana cadangan yang direncanakan Penggunaan dana cadangan dapat dilakukan apabila terjadi defisit anggaran. Penggunaan dana cadangan tertentu dapat dilakukan jika jumlah akumulasi dana cadangan yang bersangkutan sudah terpenuhi. Penggunaan dana cadangan harus melalui persetujuan anggota DPRD. Penggunaan dana cadangan merupakan alternatif setelah defisit anggaran tidak dapat ditutup dengan SiLPA tahun lalu. Analisis penggunaan dana cadangan dimaksukan untuk mengevaluasi : a. Alasan penggunaan dana cadangan untuk menutupi defisit, mengapa tidak dipilih alternatif lain selain penggunaan dana cadangan. b. Kecukupan dana cadangan D. Analisis Investasi Apabila anggaran Pemda mengelami surplus, maka kelebihan dana tersebut dapat dialokasikan ke pengeluaran pembiayaan dalam bentuk investasi dalam bentuk penyertaan modal Pemda atau pembelian surat berharga. Penyertaan modal Pemda dapat berupa penambahan penyertaan modal pada BUMD, Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) atau kemitraan Pemda dengan Pemda lain dan sektor swasta. Investasi jangka panjang dapat dalam bentuk deposito, Sertfikat Bank Indonesia (SBI), Surat Perbendaharaan Negara, Surat Utang Negara (SUN), saham dll. Namun perlu diperhatikan bahwa Pemda tidak dibenarkan melakukan permainan valuta asing atau bermain dipasar saham untuk memperoleh keuntungan jangka pendek yang kontraproduktif terhadap perekonomian daerah dan nasional. Dalam pemilihan instrumen investasi tersebut harus diperhatikan keamanan investasi, likuiditas, risiko serta keutungannya. Tingkat risiko dan keuntungan investasi dari bebagai investasi dapat digambarkan sebagai berikut : E. Analisis Divestasi dan Privatisasi Apabila Pemda mengalami defisit fiskal, maka akan ditutup dari penggunaan SiLPA dan Dana Cadangan. Alternatif pembiayaan lainya adalah dengan menjual aset Pemda yang dipisahkan (Investasi) atau menjual sebagian kepemilikan modalnya pada perusahaan daerah kepada masyarakat. Divestasi merupakan pelepasan seluruh modal Pemda kepada masyarakat atau pihak swasta sehingga pemilikannya berpindah. Sedangkan privatisasi merupakan pelepasan sebagian kepemilikan modal Pemda, tetapi Pemda masih menguasai atau menjadi pemegang saham mayoritas. Analisis divestasi dan privatisasi dilakukan untuk mengevaluasi tentang : 1. Keuntungan dan kerugian yang akan ditanggung atas keputusan tentang divestasi dan privatisasi. 2. Tujuan dibalik divestasi dan privatisasi. 3. Kewajaran mekanisme atau prosedur divestasi dan privatisasi. 4. Nilai strategis kebijakan divestasi dan privatisasi. F. Analisis Piutang dan Pinjaman Daerah Pemda dapat memanfaatkan surplus anggarannya untuk pemberian pinjaman kepada perusahaan daerah atau pemda lainnya. Karena menyangkut pos pembiayaan, maka keputusan pemberian pinjaman harus mendapat persetujuan atau dengan sepengetahuan DPRD. Analisis piutang dilakukan untuk mengevaluasi tentang : Kelayakan pemberian piutang. Jangka waktu pengembalian. Risiko dan manfaat yang diperoleh. Keputusan pemberian piutang juga perlu diperhatikan tingkat yang saat ini dimiliki, kerugian piutang tak tertagih dan kecukupan modal kerja. Alternatif pembiayaan eksternal lainnya adalah dengan melakukan pinjaman daerah. Pinjaman daerah dapat berupa pinjaman kepada pemerintah pusat, pinjaman kepada Pemda lain, pinjaman kepada lembaga bank maupun bukan bank dan penerbitan obligasi Pemda. Dalam hal pinjaman, daerah harus mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pinjaman. 1. Analisis pinjaman daerah dilakukan untuk mengevaluasi : 2. Kelayakan pengadaan pinjaman 3. Tujuan dan manfaat pinjaman secara ekonomis, sosial dan politik 4. Kemampuan fiskal daerah dan kesinambungan fiskal daerah.
Pendekatan sederhana untuk investasi ekuitas: Panduan pengantar investasi ekuitas untuk memahami apa itu investasi ekuitas, bagaimana cara kerjanya, dan apa strategi utamanya