Anda di halaman 1dari 4

Khoirunnisa Vaurin Nabella

14/363277/EK/19847
Manajemen Penyerapan Anggaran
Pendahuluan
Para pengamat ekonomi menyoroti masalah rendahnya tingkat penyerapan
anggaran sebagai salah satu indikator kegagalan birokrasi. Padahal, dalam
anggaran berbasis kinerja, sebenarnya penyerapan anggaran merupakan target
alokasi anggaran. Performance based budget lebih menitikberatkan pada kinerja
ketimbang penyerapan itu sendiri, pengukuran kinerja didasarkan atas output dan
outcome.
Pengertian, Jenis, dan Fungsi Anggaran
Pengertian: Anggaran public merupakan kegiatan yang direpresentasikan dalam
bentuk rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan moneter.
Fungsi utama anggaran (Mardiasmo, 2009):
a. Alat perencanaan: dibuat untuk merencanakan tindakan apa yang akan
dilakukan pemerintah, berapa biaya, dan berapa hasil yang diperoleh dari
belanja pemerintah.
b. Alat pengendalian: memberikan rencana detail atas pendapatan dan
pengeluaran pemerintah agar pembelanjaan yang dilakukan dapat
dipertanggungjawabkan kepada publik.
c. Alat kebijakan fiskal: untuk menstabilkan ekonomi dan mendorong
pertumbuhan ekonomi.
d. Alat politik
e. Alat koordinasi dan komunikasi
f. Alat penilaian kinerja
g. Alat motivasi
h. Alat menciptakan ruang publik
Masalah yang tidak kalah penting adalah penerapan anggaran berbasis prestasi
kerja. Penganggaran berbasis kinerja (PBK) merupakan suatu pendekatan dalam
sistem penganggaran yang memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dan
kinerja yang diharapkan, serta memperhatikan efisiensi dalam pencapaian kinerja
tersebut. Penilaian paling fair mengenai penggunaan anggaran adalah dengan
menilai output atau outcome yang dihasilkan atau dengan indicator yang telah
ditetapkan dalam DIPA.
Kondisi Penyerapan Anggaran di Indonesia
Kondisi penyerapan anggaran baik pada pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah yaitu lambat di awal tahun namun menumpuk di akhir tahun. Masalah lain,
realisasi belanja yang lebih rendah dari anggaran yang telah direncanakan. Untuk
pemerintah daerah, faktor yang menyebabkan rendahnya anggaran yaitu:
a. Lemahnya perencanaan anggaran
b. Lamanya proses pembahasan anggaran
c. Lamanya proses tender
d. Ketakutan menggunakan anggaran
Sementara, penyebab penyerapan anggaran yang rendah pada instansi vertikal
yaitu:
a. Penganggaran dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran
b. Peraturan, petunjuk pelaksanaan, dan panitia pengadaan
c. Persiapan pelaksanaan kegiatan
d. Pelaksanaan kegiatan
Akibat Penyerapan Anggaran yang Rendah
Penyerapan anggaran yang rendah menyebabkan potensi kerugian bagi
perekonomian, diantaranya:
a. Rendahnya efek berganda dalam perekonomian nasional: rendahnya
pertumbuhan ekonomi berefek pada rendahnya penciptaan lapangan kerja
sehingga angka kemiskinan sulit diturunkan
b. Anggaran yang dikeluarkan pemerintah menjadi sia-sia: kebijakan deficit
anggaran yang didanai dari SBN ditambah dengan commitment fee menjadi
sia-sia ketika dana tidak digunakan.
Kas Menganggur: Dilema antara Penyerapan, Risiko, dan Tuntutan Hukum
Pendahuluan
Besarnya dana yang dialokasikan pemerintah untuk pemerintah sendiri ataupun
yang dialokasikan kepada pemerintah daerah menunjukkan betapa dana tersebut
harus benar-benar terserap untuk pembangunan dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Akan tetapi, data-data menunjukaan bahwa penyerapan anggaran
yang terjadi belum maksimal, sehingga sering terdapat kas menganggur atau kas
berlebih.
Penyerapan Anggaran
Penyerapan anggaran yang maksimal tanpa adanya perencanaan anggaran yang
baik dapat dikatakan sebagai suatu hal yang mustahil akan terwujud. Makin banyak
program yang dilaksanakan dalam satu periode anggaran maka akan banyak
meningkatkan penyerapan anggaran dalam organisasi. Penyerapan anggaran yang
rendah diindikasikan K/L tersebut tidak berhasil melaksanakan keseluruhan program
dengan baik, penyebabnya:
1. Proses penyerapan anggaran terhalang proses lelang dan pengadaan barang
dan jasa
2. Proses penyerapan anggaran terancam oleh proses hokum apabila terjadi
kerugian Negara dan kesalahan dalam proses administrasi
3. Proses penyerapan anggaran terhambat oleh perencanaan anggaran yang
buruk
4. Proses penyerapan anggaran terhambat karena DPR dan Dirjen Anggaran
Kementerian Keuangan masih memberlakukan mekanisme blokir atau
bintang terhadap program yang ada dalam RKA-KL ataupun DIPA
Kas Menganggur/Kelebihan Kas (Idle Cash)
Pengolaan kelebihan kas diatur dalam PP No 39 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan uang Negara/Daerah, yaitu dengan cara:
a. Pinjaman dari dalam negeri dan/atau menjual Surat Utang Negara dan/atau
surat berharga lain
b. Menempatkan uang Negara pada rekening di Bank Sentral/Bank Umum yang
menghasilkan bunga/jasa giro
c. Menempatkan uang Negara pada bank umum dilakukan dengan memastikan
bahwa Bendahara Umum Negara dapat menarik uang tersebut sebagian atau
seluruhnya ke Rekening Kas Umum Negara pada saat akan diperlukan
d. Untuk pembelian kembali Surat Utang Negara
Sementara, menrut Peraturan Menteri Keuangan No 03/PMK.05/2010
tentang pengelolaan kelebihan/kekurangan kas pemerintah bahwa
pengelolaan kelebihan/kekurangan kas bertujuan untuk:
a. Mendapatkan bunga, jasa giro, bagi hasil dari penempatan uang Negara di
bank sentral dan/atau bank umum, reverse repo dan/atau capital gain dari
pembelian/penjualan SBN
b. Mengupayakan biaya yang rendah dalam usaha memenuhi ketersediaan kas
pada saat terjadi dan/atau diperkirakan akan terjadi kekurangan kas
Risiko dan Tuntutan Hukum
Jenis manajemen risiko :
1. Manajemen risiko likuiditas : risiko bank tidak mampu memenuhi kewajiban
finansial yang jatuh tempo
2. Manajemen risiko tingkat bunga: potensi kerugian yang timbul akibat
perubahan suku bunga di pasar
3. Manajemen risiko nilai tukar asing: risiko perubahan nilai instrument
keuangan, yang tercatat pada neraca akibat perubahan nilai tukar asing
4. Manajemen risiko pasar: serangkaian prosedur dan metode yang digunakan
untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan posisi yang tercatat pada
neraca karena pergerakan pasar

Anda mungkin juga menyukai