Anda di halaman 1dari 19

Kepemilikan Tidak

Langsung dan Mutual

Umiyati, SEI, MSi


Modul ini membahas pencatatan perusahaan induk dan prosedur konsolidasi
pada kondisi kepemilikan tidak langsung. Bab ini juga membahas kerumitan
yang mungkin timbul jika beberapa perusahaan yang berafiliasi saling
menguasai saham dengan hak suara atau sebuah kondisi yang disebut
kepemilikan mutual. Walaupun prosedur konsolidasi untuk kepemilikan
tidak langsung dan kepemilikan mutual lebih rumit daripada kepemilikan
langsung, tujuan dasar konsolidasi tetap sama.
KOMPETENSI KHUSUS

1. Membuat laporan keuangan konsolidasi


jika perusahaan induk mengendalikan
perusahaan anak melalui kepemilikan tidak
langsung;
2. Menerapkan prosedur-prosedur konsolidasi
terhadap kepemilikan tidak langsung atas
kasus-kasus khusus kepemilikan mutual;
3. Memodifikasi perlakukan akuntansi untuk
kepemilikan tidak langsung dan mutual jika
perusahaan induk menggunakan metode
harga pokok untuk mencatat investasinya.
Struktur Afiliasi
Pada diagram pertama kepemilikan mutual,
perusahaan induk menguasai 80% saham
Perusahaan A dan Perusahaan A menguasai
10% saham perusahaan induk. Jadi, 10% saham
perusahaan induk dikuasai oleh struktur yang
berafiliasi dan 90%-nya beredar. Pada diagram
b kepemilikan mutual, perusahaan induk
bukanlah pihak yang memiliki hubungan
kepemilikan mutual, melainkan Perusahaan A
menguasai 40% Perusahaan B, sedangkan
Perusahaan B menguasai 20% Perusahaan A.
Kerumitan yang timbul pada kasus terakhir
tersebut memerlukan penggunaan persamaan
simultan atau prosedur matematis lain yang
tepat untuk mengalokasikan pendapatan dan
ekuitas di antara perusahaan yang berafiliasi.
KEPEMILIKAN TIDAK LANGSUNG—
STRUKTUR BAPAKANAK-CUCU
Contoh Kasus

Anggaplah bahwa PT Putra


mengakuisisi 80% saham PT Ben pada
1 Januari 2009 dan PT Ben
mengakuisisi 70% saham PT Rizka
pada 1 Januari 2010. Baik investasi PT
Berikut adalah laba terpisah untuk ketiga
Putra pada PT Ben maupun investasi.
perusahaan tersebut (yaitu laba tidak memasukkan
PT Ben pada PT Rizka dilakukan pendapatan investasi) dan dividen selama tahun
sebesar nilai buku. Berikut adalah 2010 (dalam ribuan Rp)
neraca saldo untuk ketiga perusahaan
tersebut per 1 Januari 2010 segera
setelah PT Ben mengakuisisi 70%
kepemilikan PT Rizka (dalam ribuan
Rp)
Untuk lebih jelas Baca
EKSI4309/MODUL 8 Hal 8.7-8.13
KEPEMILIKAN TIDAK LANGSUNG—
STRUKTUR PENGHUBUNG AFILIASI
PT Hendro menguasai 70%
kepemilikan PT Jesa dan 60%
kepemilikan PT Darma. Di
samping itu, PT Jesa menguasai
20% kepemilikan PT Darma.
Struktur afiliasi PT Hendro dan
perusahaan anaknya digambarkan
sebagai berikut.
Untuk lebih lengkap bisa
dilihat pada
EKSI4309/MODUL 8
halaman 8.13 – 8.23
Saham Preferen Perusahaan Anak,
Laba Per Saham Konsolidasi, dan
Pajak Penghasilan Konsolidasi
Keberadaan saham istimewa (preferen) dalam
struktur modal anak perusahaan memperumit
proses konsolidasi, tetapi tidak mengubah
prosedur dasar. Akuntansi perusahaan
induk/investee dipengaruhi oleh saham istimewa
(preferen) perusahaan anak. Masalahnya berakar
pada kebutuhan untuk mempertimbangkan hak-
hak yang harus diperoleh oleh pemegang saham
preferen dalam mengalokasikan ekuitas dan
pendapatan oleh perusahaan yang berinvestasi
antara komponen saham biasa dan preferen.
Kompetensi Khusus

1. Memodifikasi prosedur konsolidasi bagi


perusahaan anak yang memiliki saham
preferen dalam struktur modalnya.
2. Menghitung laba per saham dasar dan yang
didilusi bagi entitas pelaporan konsolidasinya.
3. Mengidentifikasi kompleksitas akuntansi
untuk pajak penghasilan entitas konsolidasi.
Perusahaan Anak dengan Saham
Preferen yang Beredar
Keberadaan saham preferen dalam struktur modal perusahaan anak membuat proses konsolidasi
menjadi lebih kompleks meskipun prosedur dasarnya tidak berubah. Akuntansi bagi perusahaan
induk/investor menurut metode ekuitas juga terpengaruh jika perusahaan investee memiliki saham
preferen yang berbeda. Akibat harus mempertimbangkan hak kontraktual pemegang saham preferen
dalam mengalokasikan ekuitas dan laba perusahaan investee di antara komponen saham biasa dan
preferen, timbullah komplikasi. Sebagian besar saham preferen yang diterbitkan bersifat kumulatif,
nonpartisipatif, dan tidak memiliki hak suara (nonvoting). Selain itu, saham ini biasanya juga
memiliki hak preferensi ketika terjadi likuidasi dan sering kali bisa ditarik dengan harga di atas nilai
nominal atau nilai likuidasi. Laba bersih perusahaan investee memiliki saham preferen yang beredar,
sedangkan sisanya dialokasikan ke pemegang saham biasa.
PERUSAHAAN ANAK YANG SAHAM
PREFERENNYA TIDAK DIMILIKI OLEH
PERUSAHAAN INDUK
Contoh Kasus Tidak ada dividen saham preferen yang
tertunggak preferen per 1 Janurai 2010.
• Asumsikan bahwa PT Atika membeli 90% Selama tahun berjalan 2010, PT Bastanta
saham biasa yang beredar milik PT Bastanta melaporkan laba bersih sebesar Rp100.000
seharga Rp792.000 pada 1 Januari 2010. dan membayar dividen sebesar Rp60.000
Ekuitas pemegang saham PT Bastanta per 31 (Rp40.000 untuk saham biasa dan Rp20.000
Desember 2009 sebagai berikut. untuk saham preferen). Aset dan kewajiban
• PT Bastanta dicatat pada nilai wajarnya
ketika PT Atika mengakuisisi kepemilikannya
sehingga setiap kelebihan biaya invstasi atas
nilai buku yang diperoleh dianggap sebagai
goodwill.

Lanjut
PERUSAHAAN ANAK YANG SAHAM
PREFERENNYA TIDAK DIMILIKI OLEH
PERUSAHAAN INDUK
Dalam membandingkan harga yang dibayar
untuk memperoleh kepemilikan sebesar 90%
dalam PT Bastanta dengan nilai buku Untuk menentukan goodwill, harga yang
kepemilikan yang diperoleh, kita memisahkan dibayarkan agar memperoleh 90% ekuitas
ekuitas Sol per 31 Desember 2009 ke
saham biasa PT Bastanta dibandingkan
komponen saham biasa dan saham preferen.
dengan nilai buku (dan nilai wajar)
880.000 (792.000/90%) yang diperoleh
sebagai berikut.

Laba bersih PT Bastanta tahun 2010 sebesar


Rp100.000 dialokasikan ke saham preferen sebesar
Rp20.000 (1.000 lembar × Rp20 per lembar saham)
dan ke saham biasa sebesar Rp80.000.
Ayat jurnal untuk mencatat investasi PT Atika dalam PT Bastanta pada
tahun 2010 sebagai berikut :

Dalam mengonsolidasikan laporan keuangan PT Atika dan PT Bastanta untuk


tahun 2010, ekuitas PT Bastanta sebesar Rp1.040.000 pada 31 Desember 2010
yang dibebankan ke komponen saham preferen dan saham biasa sebagai
berikut:
SAHAM PREFEREN PERUSAHAAN ANAK
DIAKUISISI OLEH PERUSAHAAN INDUK
Pembelian saham preferen perusahaan anak yang beredar
oleh perusahaan induk mengakibatkan penarikan saham
yang dibeli dari sudut pandang entitas konsolidasi. Saham
ditarik untuk tujuan pelaporan konsolidasi karena nilai
bukunya tidak lagi disajikan sebagai hak minoritas dalam
neraca konsolidasi. Akan tetapi, penarikan tersebut
sebenarnya merupakan penarikan konstruktif karena kita
melaporkan investasi dalam saham preferen (pembukuan
perusahaan induk) dan ekuitas saham preferen
(pembukuan perusahaan anak) sebagai saham yang
beredar dalam laporan keuangan terpisah milik
perusahaan induk dan perusahaan anak
LABA PER SAHAM
PERUSAHAAN INDUK DAN
KONSOLIDASI
Prinsip-prinsip akuntansi berterima umum (GAAP)
mengharuskan semua perusahaan menghitung dan
melaporkan laba per saham (earning per share (EPS): dasar
dan yang didilusi (jika dapat diaplikasikan). Entitas
konsolidasi biasanya mengungkapkan EPS atas dasar
konsolidasi.
Laba bersih dan laba per saham (earning per share—EPS)
perusahaan induk menurut metode ekuitas sama dengan laba
bersih konsolidasi dan laba per saham konsolidasi. Akan
tetapi, perbedaan perhitungan untuk menentukan laba bersih
perusahaan induk dan laba bersih konsolidasi (konsolidasi
satu baris versus konsolidasi) tidak merembet ke perhitungan
EPS.
AKUNTANSI UNTUK PAJAK
PENGHASILAN ENTITAS
KONSOLIDASI
Beberapa entitas konsolidasi juga menyusun SPT pajak konsolidasi dan
membayar pajak atas laba kena pajak konsolidasi, sedangkan yang
lainnya menyusun SPT pajak penghasilan untuk masing-masing
perusahaan afiliasi dan membayar pajak atas laba kena pajak yang
tercatat dalam SPT pajak terpisah tersebut. Hak entitas konsolidasi untuk
mengajukan SPT pajak penghasilan konsolidasi bergantung pada apakah
hal itu diklasifikasikan sebagai kelompok afiliasi menurut Section 1501
hingga US Internal Revenue Code (USIRC). Suatu kelompok afiliasi
akan tercipta apabila perusahaan induk biasa memiliki sedikitnya 80%
hak suara atas semua kelas saham dan 80% atau lebih dari total nilai
semua saham yang beredar milik setiap perusahaan yang terlibat.
Perusahaan induk biasa harus secara langsung memenuhi 80%
persyaratan bagi setidaknya satu perusahaan yang terlibat
KESIMPULAN
• Jika perusahaan-perusahaan yang berafiliasi saling menguasai saham
satu sama lain, saham tersebut tidak termasuk saham yang beredar dari
sudut pandang entitas yang dikonsolidasi.
• Pencatatan investasi mutual oleh perusahaan anak pada saham satu
sama lain dilakukan dengan menggunakan metode konvensional dengan
mengeliminasi saldo investasi dan ekuitas yang saling berkebalikan.
• Pendekatan saham treasuri tidak dapat diterapkan pada situasi investasi
yang dikuasai secara mutual karena hanya saham perusahaan induk
dan laba ditahan yang muncul dalam laporan keuangan konsolidasi.
• Suatu entitas konsolidasi yang diklasifikasikan sebagai kelompok afiliasi
dapat memilih mengajukan SPT pajak konsolidasi. Sementara itu, semua
entitas konsolidasi lainnya mengajukan SPT pajak terpisah.
• Investor yang memiliki investee ekuitas dan perusahaan anak yang
bukan merupakan anggota kelompok afiliasi akan membayar pajak
penghasilan saat ini atas bagian dividen yang diterima. Lalu, menyajikan
pajak penghasilan yang ditangguhkan terhadap bagiannya atas laba
investee yang belum didistribusikan.

Anda mungkin juga menyukai