Anda di halaman 1dari 18

U N I V E R S I TA S I S L AM A S - S YA F I ' I YA H

BACAAN
MA'MUM
DALAM Dipresentasikan oleh
DWI WINARNI (1120190013)

SHALAT LILIS ISNAINI SHOLIHAH (1120190021)


MUHAMMAD HISYAMUDDIN (1120190052)
Sholat Fardu
Menurut bahasa, shalat berarti doa dengan kebaikan. Allah Swt. berfirman,
"Dan shalatlah untuk mereka" (QS At-Taubah (9): 103). Maksudnya, berdoalah
untuk mereka dan turunkanlah rahmat-Mu kepada mereka. Pengertian shalat
menurut istilah para ahli fikih adalah perkataan dan perbuatan yang diawali
dengan takbir dan diakhiri dengan salam dengan syarat-syarat tertentu.
Al-Qur'an, Sunah, dan semua imam sepakat bahwa shalat merupakan
kewajiban dalam agama yang sudah ditetapkan. Jadi, orang yang
mengingkarinya terhitung sebagai orang murtad yang keluar dari agama.
Allah Swt. berfirman, “Sungguh, shalat itu adalah fardu yang ditentukan
waktunya atas orang-orang yang beriman," (QS Al-Nisa (4): 103).
Shalat mempunyai pengaruh yang sangat besar di dalam mendidik
jiwa dan membina akhlak. Sungguh, pada setiap bagian shalat
terkandung keutamaan-keutamaan akhlak yang bermanfaat untuk
melahirkan sifat-sifat terpuji. Salah satu amalan shalat serta
pengaruhnya dalam pembinaan jiwa adalah bacaan shalat.
Orang yang melantunkan bacaan dalam shalat hendaknya jangan sekadar
menggerakkan lidahnya, sedangkan hatinya lalai. Hendaknya ia
menghayati makna bacaannya supaya dapat mengambil pelajaran dari
bacaan tersebut. Dengan demikian, ketika lidahnya menyebut Allah Al-
Khaliq (Tuhan Pencipta), hatinya akan bergetar karena takut kepada
keagungan dan kekuasaan-Nya.

‫َُِـيلتـْـتـ‬ ‫ََِــاذوـ‬ ‫ُُْـ ْبلوقهـمـ‬ ‫َـ ِوـَـل‬


‫جْـتـ‬ ‫ُٰـا ّلـهلـ‬ ‫ُ َِـذـكرـ‬ ‫ِ َْـ َ ّياـذلـنـ َِـاذـ‬ ‫ْ ُاِـلْـُؤمَـنموـنـ‬ ‫ََـ ِّاـنماـ‬
‫ْـَُ َـلّۙـوتيكـ‬
‫نـ‬ ‫ِـ َ ّْـهـبمرـ‬ ‫َـّـَـ ٰوـل‬
‫عـىـ‬ ‫َِْـي ًاـمنـ‬ ‫َـ َُْاـز ْتـدهـمـ‬ ‫ٗ ُٰـٰتيـاهـ‬ ‫عهـمـ‬
‫َِـَْـ ْيلـ‬
Sungguh, orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama
Allah, gemetarlah hati mereka. Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-
Nya, bertambahlah iman mereka, (QS Al-Anfal [8]: 2)
1 Takbiratul Ihram B A C A A N S H A L AT

Takbiratul ihram adalah takbir yang dilakukan saat memasuki area terhormat
yang tidak boleh dinodai. Area terhormat itu adalah saat seseorang telah
memasuki shalat dengan takbir yang dengannya ia diharamkan melakukan
sesuatu selain amalan shalat. Ia juga disebut dengan Takbirah At-Taharrum.
Semua Imam mazhab sepakat bahwa shalat tidak sahtanpa takbiratul ihram.
Ketiga imam mazhab sepakat bahwa yang disebut tabiratul ihram adalah
permulaan shalat yang ditandai dengan menyebut, “Allahu Akbar”. Hanafiah
berbeda dalam hal ini. Menurutnya, takbiratul ihram itu tidak disyaratkan
dengan menggunakan lafal “Allahu Akbar”. Adapun bentuk takbir yang
menyebabkan sahnya shalat menurut Hanafiah adalah bentuk takbir yang
menunjukkan pada pengagungan Allah Swt. Semata tanpa harus mencakup
doa dan sebagainya.
Takbiratul Ihram
Jadi, setiap bentuk takbir yang menunjukan hal itu sah digunakan untuk
memulai shalat. Misalnya menyebut subhanallah, la ilaha illallah, Allah
Rahim, atau Allah Karim, yang menunjukkan pengagungan kepada Tuhan
Yang Maha Mulia dan Maha Tinggi secara khusus. Namun, jika menyebut
astagfirullah, a’uzubillah, atau la haula wala quwwata illa billah, shalatnya
tidak sah sebab kata-kata itu mengandung permohonan ampun dan
perlindungan, bukan pengagungan Allah Swt.
menurut Imam Syafi'i takbiratul ihram dilakukan setelah takbiratul ihram imam-bagi
yang shalat berjamaah. menurut malikiah, menggerakkan lidah ketika bertakbiratul
ihram. mengucapkan takbir dgn suara yg dapat didengar oleh dirinya sendiritidak
termasuk syarat. kewabjiba takbiratul ihram gugur bagi org bisu, ia cukup berniat
saja. tetapi Hambaliah dan Hanafiah mensyaratkan agar takbiratul ihram diucapkan
dgn suara yg dpt didengar oleh dirinya sendiri. jika ia hanya menggerakkan lidah
solatnya tdk batal, keuali ia bisu. menurut Syafi'iah, hendaknya ia melakukan hal yg
memungkinkan baginya seperti menggerakkan lidah dan bibirnya.
‫‪2 Lafazh Doa‬‬
‫‪Iftitah‬‬
‫‪Dalam pandangan madzhab Hanafi dan Hanbali, dan ini yang sering dipakai‬‬
‫‪oleh Umar, Ibnu Mas’ud, Al-Auza’i, Ats-Tsauri bahwa lafazh doa iftitah yang‬‬
‫‪mereka pilih adalah lafazh doa yang diriwayatkan oleh Aisyah ra, yang‬‬
‫‪berbunyi:‬‬ ‫ِ‬ ‫َ‬
‫ـَـاوتبـ َرـكـ‬ ‫حـم َـدـكـ‬
‫َِـبوَـ ْ‬ ‫َُاـ ّلّـهلـمـ‬ ‫حَـنـكـ‬
‫سبَـا‬
‫ُـ ْـ‬‫َإَـلـهـ‬ ‫َُـ َّـ‬
‫جـدكـ ََـالوـ‬ ‫َـَـوتـَاعـلـىـ‬ ‫سـ َمـكـ‬
‫اْـ ُ‬
‫غيـ َرـكـ‬
‫‪Sedangkan dalam penilaian madzhab Syafi’i, mereka‬‬ ‫َـ ُْـ‬ ‫‪lebih memilih bahwa lafaz‬‬
‫‪doa iftitah terbaik itu adalah seperti yang diriwayatkan oleh sahabat Ali bin Abi‬‬
‫‪Thalib yang berbunyi:‬‬
‫حـيـ‪،‬ـ‬
‫َـو ْمـ َاـ َي‬ ‫سـكـيـ ‪،‬ـ‬ ‫َُُـنوـِـ‬ ‫صـيـ ‪،‬ـ‬ ‫شكَـنـ‪،‬ـ ّـَّ ِإــَن َـِـَاـلت‬ ‫ُْـاْـلِـمِـير‬ ‫حـفـ ‪،‬ـ َـاوـمـ َـاَـنأـ ِـ َـمـنـ‬
‫ضـ َِـًـينا‬‫ْـ ََـ ْرأاـلوـ‬ ‫تـ‬ ‫ّـَّ َاـلاـومِــَس‬ ‫جهـيـ ِـ ّـذَّـِـ‬
‫يلَلـ ََـ َفـطرـ‬ ‫تـ َـ ْوِـ َ‬ ‫ْ ّـ ََّه ُوــَج‬
‫َِْـاُـلمـكـ َـالـ َ َِـلهإـ ا ّـَِّـَلإـ ْـَـنأَـتـ‬ ‫اّلَّـ ُلـهــَم ْـَـن َأـتـ‬ ‫ُْـا ْلـمِـل‬
‫سـيمَـنـ‪،‬ـ‬ ‫ََِـلـبذوـكـ ِـ ُْـأـمرُـتـ ـاََـنأـوـ ِـَـمـنـ‬ ‫شَرـكـ َُـلهـ‪،‬ـ‬
‫َـِـي‬ ‫َِْـَاـلعـيمَـنـ‪،‬ـ َـالـ‬ ‫َـ َوِـماـمتـيـ ِـ ّـَّهـِـَللـ َّـِّرـِبـ‬
‫ب ا ّـَِّـَلإـ‬
‫ُـ ّنوُّـا َلـُذ‬ ‫َُِْـيـفغرـ‬ ‫ُـ ّـَّهـِـَنإـ َاـلـ‬ ‫َـِـجـيًمـاعـ ‪،‬ـ‬ ‫ُِـونذبـيـ‬ ‫غرـ ِـلـيـ‬
‫َاـ ْفِْـف‬ ‫ـ ِ َْــنبذـي‪،‬ـ‬ ‫عـتـ‬
‫َـاَـْوَـفرت ُ‬ ‫َـ َْـلظـمُـتـ ِ َْـفنـسـيـ ‪،‬ـ‬ ‫َ ُْـَـب‬
‫عدـكـ‪،‬ـ‬ ‫َـاَـنأـوـ‬ ‫ْـَـن َأـتـ ّـِّ َـ‬
‫يـِبرـ ‪،‬ـ‬
‫ـِيـ ا ّـَِّـَلإـ‬
‫َـاـِّئّ َهـس‬ ‫َْـ ِيُـصرـفـ ِّّـ َيعـِنـ‬ ‫ـِيـ َاـلـ‬
‫َـاـِّّئ َهـس‬ ‫يعِنـ‬
‫َـاْـوـ ِْـصرـفـ ِّّـَـ‬ ‫سهـ ا ّـَِّـَلإـ ْـَـن َأـت‪،‬ـ‬ ‫َـ ِْأـ َلـ ِ‬
‫حَـاـن‬ ‫َـأَْـا ِـل‬
‫خـقـ َاـلـ ْ َِـيـهدـيـ‬ ‫سـنـ‬ ‫َـ ِْأـ َلـ‬
‫حـِـ‬ ‫َـاْـِوـنهدـيـ‬ ‫ْـَـن َأـت‪،‬ـ‬
‫َْـأـ َُِْـت‬
‫سَـفغرـكـ‬ ‫َْـَاتـيولَعـت‪،‬ـ‬ ‫َـَْاـبركتَـتـ‬ ‫ك‪،‬ـ‬
‫ْ َِـ َيـلإـوـ‬ ‫ْ َِـيـلإـك‪،‬ـ َـاَـنأـ َِـبـكـ‬ ‫ّـُّ َّـَّاـلوـُرـَش ََْـيلـسـ‬ ‫ََْـيدـك‪،‬ـ‬ ‫ُـ ّـُّهـُـكُلـِـفـيـ‬ ‫خرـ‬
‫َـ ْاـ َلُوْـي‬ ‫سـيعدـكـ‬
‫َـَـوـْـ ََ‬ ‫كـلَبـ‬
‫َْـ ّيـَّ َ‬ ‫ْـَـن َأـت‪،‬ـ‬
iftitah makmum
Siapa saja yg ingin melaksanakan shalat maka kesunnahan membaca doa iftitah ini
berlaku baginya, bagi makmum, disunnahkan hukumnya untuk membaca doa iftitah
persis setelah selesai dari takbiratul ihram, pilihan panjang dan pendeknya doa yang
dibaca diserahkan kepada makmum dgn menyesuaikan kondisi imam agar supaya ketika
imam sudah mulai membaca Al-Fatihah, semua makmum sudah selesai membaca doa
iftitahnya. Dalam kondisi dimana imam sudah membaca Al-Fatihah dan makmum belum
membaca atau belum selesai dari doa iftitah, maka dalam hal ini para ulama berbeda
pendapat:
Para ulama dari madzhab Hanafi menilai bahwa jika imam sudah membaca Al-Fatihah
maka sudah cukup berhenti dari membaca iftitah dan fokus mendengarkan bacaan
imam, utamanya ketika shalat jahriyyah (shalat dimana bacaan imamnya keras).
madzhab Syafii, baik pada shalat sirriyyah maupun jahriyyah semua makmum tetap disunnah
membacanya, hanya saja ketika imam sudah mulai membaca Al-Fatihah hendaknya makmum
segera mempercepat bacaan agar sesegera mungkin selesai dari doa iftitahnya.
madzhab Hambali, hukumnya sunnah bagi makmum untuk membaca doa iftitah jika memang
ada kesempatan untuk membaca doa iftitah, dimana imam belum memulai bacaan Al-
Fatihanya, namun jika imam dalam shalat jahriyyah langsung membaca Al-Fatihah setelah
takbiratul ihram tanpa memberikan jedah diam sebentar untuk doa iftitah maka pendapat
para ulama dalam madzhab ini baiknya makmum tidak membaca iftitah dan diam saja
mendengarkan bacaan Al-Fatihah imam.
Hukum Membaca Al-Fatihah bagi Makmum
Syafi’iah : Makmum wajib membaca Al-Fatihah di belakang imam, kecuali
makmum masbuk yang tertinggal sebagian atau seluruh bacaan Al-Fatihah
imam.
Hanafiah : Makruf tahrim bagi makmum membaca Al-Fatihah di belakang
imam, baik dalam shalat sirriyyah maupun shalat jahriyyah berdasarkan hadis
yang berbunyi, “Orang yang memiliki imam, maka bacaan imam adalah
bacaannya juga.” Hadis ini diriwayatkan dari banyak jalan.

Malikiah : Bacaan makmum di belakang imam adalah mandub dalam shalat


sirriyyah dan makruh dalam shalat jahriyyah, kecuali apabila ia bermaksud
menjaga adanya khilaf (perbedaan pendapat), hal ini disunahkan.
Hambaliah : Bacaan makmum di belakang imam hukumnya mustahab (sunah)
3
dalam shalat sirriyyah dan pada saat-saat imam tidak membaca (diam) dalam
shalat jahriyyah, tetapi makruh saat imam sedang melantunkan bacaan dalam
shalat jahriyyah.
Bacaan 4
Dalam rukuk disunnahkan membaca
‫ُسـبْـ َحاـ َنـ ِّّـ َيرـِب ال َـِْعظـيْـ ِم‬ Rukuk
Ini sebatas minimalnya. Sempurnanya
melangsung bacaan itu sampai tiga kali
menurut mayoritas ulama. Dalam bacaan
tasbih tersebut mazhab Maliki, Syafi’i,
dan Hambali menambahkan kalimat ...
dalil bacaan tasbih ini adalah hadis
Huzaifah. Ia berkata, “Aku pernah salat
bersama Nabi Saw, dan dalam rukuk
membaca ... sedangkan dalam sujud
beliau membaca ...” (HR. At-Tarmidzi)
Bangkit Dari
Rukuk
Hadits yang membicarakan masalah ini adalah dari Abu Hurairah dan Anas bin
Malik, disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫حـ ُمدـ‬
ْ ‫ْاـلَـ‬ ‫َـَـلوـكـ‬ ‫ـَاـّنـبرـ‬ ‫َُـفقُـولاـ‬ َ ‫َـِـ‬
. ‫حـ ُمـدهـ‬ ‫ِـ َلـ ْمـنـ‬ ‫َُاـ ّلـهلـ‬ ‫َـاقـلـ َـ ِـ‬
‫سَـمـعـ‬ ‫ِ ََـاإذوـ‬
“Jika imam bangkit dari ruku’, maka bangkitlah. Jika ia mengucapkan
‘sami’allahu liman hamidah (artinya: Allah mendengar pujian dari orang yang
memuji-Nya) ‘, ucapkanlah ‘robbana wa lakal hamdu (artinya: Wahai Rabb kami,
bagi-Mu segala puji)‘.” (HR. Bukhari no. 689, 734 dan Muslim no. 411)
Berikut adalah perkataan Imam Nawawi dalam masalah ini. Menurut madzhab Syafi’i,
ketika bangkit dari ruku’ hendaklah mengucapkan sami’allahu liman hamidah. Jika
berdirinya sudah lurus sempurna, hendaklah mengucapkan rabbana lakal hamdu
hingga selesai. [Kedua bacaan tadi berlaku bagi imam, makmum dan munfarid, orang
yang shalat sendirian].
Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa bacaan sami’allahu liman hamidah berlaku
untuk imam dan orang yang shalat sendirian, sedangkan bagi makmum cukup
5 membaca rabbana lakal hamdu. Demikian pula pendapat Ibnul Mundzir dari Ibnu
Mas’ud dan Abu Hurairah, Asy-Sya’bi, Malik dan Ahmad. Imam Ahmad menyatakan
bahwa demikian aku berpendapat.
6 Sujud
c. Mazhab Asy-Syafi'iyah
Maka para ulama umumnya sepakat mengatakan Mazhab Asy-Syafi'iyah memandang bahwa
bahwa lafadz tasbih yang dibaca dalam sujud asalnya tasbih dalam sujud itu cukup
sekali saja, minimal membaca
adalah ‫سـبـحاـنـ رـ بـيـ اـألـعـلـى‬ subhanallah, atau subhanarabbi.
Dalam hal berapa kali dibaca lafadz tasbih ini, Sedangkan bila mau yang sempurna
para ulama berbeda pendapat. adalah bacaan subhana rabbiyal a'la
a. Mazhab Al-Hanafiyah wabihamdih yang dibaca minimal tiga
Mazhab Al-Hanafiyah mensyaratkan bahwa minimal kali. Bila dibaca lima kali, tujuh kali,
membaca tasbih di dalam sujud itu tiga kali. Apabila sembilan kali dan sebelas kali, maka
kurang dari tiga kali, hukumnya makruh tanzih. akan semakin sempurna.
b. Mazhab Al-Malikiyah d. Mazhab Al-Hambali
Mazhab Al-Malikiyah menyebutkan bahwa tasbih Mazhab Al-Hambali mewajibkan bacaan
dalam sujud hukumnya sunnah dengan lafadz sujud. Dan bacaan itu minimal adalah
apapun. Tapi yang paling utama adalah lafadz subhana rabbiyal a'la, dan minimal sekali
subhana rabbiyal a'la wabihamdih. Bila diulang- dibaca, tanpa tambahan wabihamdih.
ulang maka pahalanya lebih banyak lagi.
doa diantara dua sujud 7
Redaksi doa tersebut menurut Imam Maliki, Mazhab Hanafi berpendapat
Syafi’i dan Hambali adalah: bahwa, tidak ada doa yang
‫اه ِد ِن ْي‬ disunahkan untuk dibaca dalam
ْ ‫اجبُ ْر ِن ْي َوار َف ْع ِن ْي َو ْار ُز ْق ِن ْي َو‬
ْ ‫ِب ْغ ِف ْر ِل ْي َو ْار َح ْم ِن ْي َو‬
‫َر ِّ ّـا‬
posisi duduk antara dua sujud,
‫َو َعا ِف ِن ْي‬ sebagaimana juga ketika bangun
dari rukuk. Adapun adanya dalil
Artinya: “ya Allah ampunilah dosaku,
yang menerangkan tentang hal
rahmatilah aku, cukupkanlah aku, angkatlah
itu, maka hal itu termasuk dalam
derajatku, berilah aku rizki, berilah aku
hidayah, dan maafkanlah segala kesalahanku.”
salat nafilah atau salat tahajud.
tasyahud awal dan akhir
Redaksi tahiyat menurut mazhab Hanafi, bahwa hukum tahiat awal dan tahiat
akhir adalah wajib dengan adanya perintah untuk melakukannya. Dan apabila
lupa, harus diganti dengan sujud sahwi.
Mereka berpendapat bahwa lafal bacaan tasyahud adalah

Lafal ini diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud ra.

9
Menurut mazhab Maliki, Syafi’i dan Hambali berpendapat, bahwa duduk dan
membaca tahiat awal itu hukumnya sunah. Mereka juga mengatakan tidak
disunahkan untuk menambahkan atau memperpanjang bacaan tahiat awal,
bahkan menurut Imam Hambali, apabila ada makmum masbuq, maka ia tidak
menambahkan bacaan tahiat awal.
Menurut Syafi’iah, tasyahud akhir adalah fardu. Menurut Hanafiah, ia adalah
wajib, bukan fardu. Sementara itu, menurut Malikiah ia adalah sunah.

Syafi’iah: menurut mereka, lafal tasyahud adalah:


Syafi’iah menambahkan bahwa selawat atas Nabi Muhammad Saw. Setelah tasyahud
akhir merupakan rukun shalat tersendiri. Paling sedikitnya adalah membaca:

Menurut Hambaliah, orang yang meninggalkan tasyahud shalatnya tetap sah, tetapi
makruh tahrim. Menurut mereka, lafal tasyahud adalah
Malikiah: Mereka berpendapat bahwa lafal tasyahud adalah sbagai
berikut.
KESIMPULAN
Shalat mempunyai pengaruh yang sangat besar di dalam mendidik jiwa dan
membina akhlak. Salah satu amalan shalat serta pengaruhnya dalam
pembinaan jiwa adalah bacaan shalat.
Ketika menyebutkan sifat-sifat Allah seperti Rahman dan Ihsan, ia wajib
berusaha menghiasi jiwanya dengan sifat-sifat mulia tersebut sesuai dengan
sabda Nabi Muhammad Saw., “Berakhlaklah kalian dengan akhlak Allah. Dialah
Yang Mahasuci, Mahamulia, Maha Pemaaf, Maha Pengampun lagi Maha Adil
yang tidak pernah menzalimi manusia".

Jika dalam shalat yang didirikan secara istikamah dalam sehari-semalam seorang
muslim mengerti makna bacaan yang dilantunkan, semua sifat keagungan Tuhan
akan terpatri dalam jiwanya. Dengan demikian, ia akan menjelma menjadi sosok
yang arif, bijaksana, dan bisa menjalani hidup dengan indah. Inilah rahasia
terdalam di balik pemahaman yang utuh terhadap bacaan shalat, yaitu suatu
sarana pendidikan jiwa yang paling elegan.
KESIMPULAN

Bacaan Sholat antara Imam dan Ma’mum tidak ada perbedaan tetapi
membaca bacaan sholat sesuai keyakinan mahdzab yang di yakini
masing-masing orang. Selain itu ma’mum mengikuti gerakan sholat dan
bacaan sholat setelah imam.

Anda mungkin juga menyukai