Anda di halaman 1dari 8

EKONOMI KEMISKINAN

KELOMPOK 5

DODY. 193030301154
JOY HARDIANA PUTRA. 193030301153

MEYLANA NANDATHAMA. 193030301106


MUHAMMAD SUBHAN ALFANI 193030301120
MUSDAWATI 193030301168
RIMA. 193030301143
MENGHITUNG TINGKAT KEMISKINAN
SERTA PROFIL KEMISKINAN
Badan Pusat Statistik menggunakan konsep kemampuan memenuhi
kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini,
kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi
untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang
diukur dari sisi pengeluaran. Jadi penduduk miskin adalah penduduk
yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis
kemiskinan.
Angka kemiskinan dapat diukur menggunakan
tingkat pendapatan, tingkat pengeluaran, juga kombinasi keduanya.
Indonesia termasuk negara yang mengukur
data kemiskinan menggunakan tingkat pengeluaran per kapita.
Alasan pengukuran tersebut ialah lebih mudah dalam pengumpulan
data.
PEMBANGUNAN YANG PRO-POOR
 Pengentasan kemiskinan menjadi agenda penting
pemerintahan. Angka kemiskinan menjadi isu utama karena
menjadi tolok ukur keberhasilan sebuah pemerintahan.
Pengurangan kemiskinan menurut Son (2007: 6) bergantung
pada dua faktor yaitu pertumbuhan ekonomi dan bagaimana
pertumbuhan ekonomi didistribusikan untuk orang miskin dan
tidak miskin.

 Strategi pengentasan kemiskinan yang efektif di Indonesia


menurut World Bank (2007: 97) terdiri dari tiga komponen,
yaitu (1) menjadikan pertumbuhan ekonomi bermanfaat bagi
penduduk miskin; (2) menjadikan perlindungan sosial
bermanfaat bagi penduduk miskin; dan (3) menjadikan belanja
pemerintah bermanfaat bagi penduduk miskin.
 Strategi pembangunan trickle down effect berkembang pada tahun 1950an
dan 1960an. Orang kaya mendapatkan manfaat dari pertumbuhan ekonomi
terlebih dahulu. Zaman dan Ahmed (2008) menyatakan bahwa
pertumbuhan ekonomi diperlukan namun tidak cukup untuk pengentasan
kemiskinan. Masalah kemiskinan memang dapat diatasi melalui percepatan
pertumbuhan ekonomi, namun apabila percepatan pertumbuhan itu
menggunakan trickle down effect sebagai patokan akan terjadi
ketergantungan terhadap kapitalis sebagai pemilik modal sehingga
menambah jumlah penduduk miskin.

 Hull (2009) menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi akan mengurangi


kemiskinan jika padat karya, namun jika padat modal akan menambah
pengangguran sehingga berimbas pada naiknya jumlah penduduk miskin.
Kakwani dan Pernia (2000) berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi
yang tinggi dapat meningkatkan kemiskinan karena ketimpangan distribusi
pendapatan meningkat. Dampak pertumbuhan ekonomi terhadap
kemiskinan akan lebih kuat jika pro poor karena penduduk miskin akan
memperbaiki ekonominya sehingga lebih sejahtera dan distribusi
pendapatan lebih merata.
DAMPAK KEMISKINAN DAN
INEQUALITY
1. Tingkat Pengangguran Tinggi
Dampak kemiskinan yang pertama, bisa membuat angka pengangguran semakin banyak. Pasalnya,
pengangguran erat kaitannya dengan pendidikan yang rendah. Masyarakat miskin sangat sulit mendapatkan
akses pendidikan, hingga membuat mereka kurang keterampilan dan bekal untuk mendapatkan pekerjaan
layak.
 
2. Kriminalitas Tinggi
Dampak kemiskinan yang cukup penting diketahui adalah naiknya kriminalitas. Masyarakat miskin
cenderung melakukan apa saja untuk memenuhi kebuhtuhan hidup, bagaimanapun caranya.
 
3. Tertutupnya Akses Pendidikan
Tertutupnya akses pendidikan menjadi dampak kemiskinan yang bisa dirasakan. Biaya pendidikan cukup
tinggi mengakibatkan masyarakat miskin tidak bisa menjangkau dunia pendidikan. Jika mereka kekurangan
pendidikan, maka tidak bisa bersaing dan tidak bisa bangkit dari keterpurukan.

4. Angka Kematian Tinggi


Yang terakhir, dampak kemiskinan membuat angka kematian tinggi. Dampak tersebut berhubungan dengan
faktor penyebab kemiskinan yaitu kualitas kesehatan yang belum baik. Masyarakat yang hidup di bawah
garis kemiskinan banyak yang tidak bisa mendapat akses kesehatan memadai. Hal ini bisa menjadi
penyebab angka kematian tinggi. Kemudian, kekurangan gizi di tengah masyarakat miskin juga jadi momok
menakutkan, sebab berhubungan langsung dengan kesehatan.
“Accepted inequality”
Efek demokrasi terhadap pengurangan agenda kesenjangan seperti ketimpangan politik
(political inequality) dan ketimpangan gender (gender inequality) lebih mudah dilihat di
bandingkan dengan ketimpangan ekonomi (economic inequality). Gerakan demokrasi
meningkatkan partisipasi publik dan kesetaraan gender, tetapi tidak otomatis memengaruhi
porsi kepemilikan privat dan mekanisme pasar. Di sejumlah negara, demokrasi bahkan
mengarah pada totalitas dukungan atas mekanisme pasar yang justru diduga sebagai penyebab
utama munculnya ketimpangan pendapatan.

Demokratisasi mampu mereduksi kemiskinan ekstrem melalui alokasi sumber daya nasional
secara lebih baik dan lebih tepat sasaran. Dalam koridor demokrasi, keterbukaan dan
keterwakilan memperjuangkan pengentasan kemiskinan lebih terfasilitasi. Alokasi sumber daya
nasional suatu negara akan lebih optimal dan dapat mewakili perjuangan dalam pengentasan
kemiskinan. Hal ini merupakan manfaat demokrasi.

Dengan sistem one man one vote maka posisi tawar-menawar antarkelompok masyarakat
menjadi lebih setara (equal). Dengan demikian, sistem electoral dapat mendorong politisi untuk
berusaha membangun dan merealisasikan program kerakyatan, khususnya dalam rangka
pengentasan kemiskinan ekstrem (extreme poverty). Namun, efek demokratisasi terhadap
pengurangan kesenjangan pendapatan tidak selinier seperti terhadap penghapusan kemiskinan
ekstrem. Di sisi lain, mewujudkan masyarakat tanpa perbedaan pendapatan juga utopia. Derajat
kesenjangan akan tetap ada, tetapi dalam derajat yang dapat diterima oleh masyarakat (accepted
inequality). Tanpa adanya perubahan paradigma pembangunan yang lebih mengedepankan
aspek pemerataan, kondisi accepted inequality akan semakin sulit diwujudkan.
KESIMPULAN
Kemiskinan menjadi isu utama karena menjadi tolak ukur
keberhasilan sebuah pemerintahan. Pengurangan kemiskinan
bergantung pada dua faktor yaitu pertumbuhan ekonomi dan
bagaimana pertumbuhan ekonomi didistribusikan untuk orang
miskin dan tidak miskin. Indonesia termasuk negara yang
mengukur data kemiskinan menggunakan tingkat pengeluaran
per kapita.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai