Anda di halaman 1dari 76

INDEKS REDUNDANSI DAN FAKTOR MODIFIKASI

RENSPOS REDUNDANSI PADA STRUKTUR BETON


BERTULANG DI BAWAH EKSITASI BEBAN GEMPA
Disiapkan oleh : Mutiara Puspahati Cripstyani – I0111075 29 April 2015
LATAR BELAKANG
Indeks Redundansi dan Faktor Modifikasi Respons Redundansi pada Struktur Beton
Bertulang di Bawah Eksitasi Beban Gempa
GEMPA BUMI

Gempa bumi merupakan


ancaman tak terduga yang
sangat mematikan bagi
perencanaan struktur.
GEMPA BUMI

Gempa Northridge 1994 Gempa Kobe 1995


GEMPA BUMI

Gempa Turki 1999 Gempa Yogyakarta 2006


GEMPA BUMI

Gempa Nepal 2015


PERENCANAAN STRUKTUR BERBEBAN
GEMPA

Dalam rangka mengantisipasi


beban gempa yang terjadi,
maka diperlukan desain
struktur yang
mempertimbangkan beban
seismik yang diatur oleh
peraturan standar
internasional.
KONDISI KEKINIAN
Beban gempa rencana
perlu diberikan pada desain V = gaya geser dasar nominal
struktur sehingga struktur Cs = Koefisien respons seismik
I = faktor keutamaan gempa
nantinya direncanakan R = faktor reduksi gempa representatif
mampu menahan gaya dari struktur gedung yang
geser akibat beban gempa bersangkutan
Wt = berat total gedung termasuk
yang terjadi tak terduga. beban hidup yang sesuai
(SNI 03-1726-2012)
FAKTOR PERILAKU STRUKTUR

R
Faktor Modifikasi Respons perilaku (R) dari sebuah
struktur telah lama menjadi gagasan yang penting dalam
rekayasa struktur dalam beberapa tahun belakangan ini.
FAKTOR PERILAKU STRUKTUR
Untuk menghitung nilai dari faktor perilaku R dapat menggunakan
rumus sebagai berikut:

Rx adalah parameter seperti susunan rangka, tipe sistem struktur,


komposisi beban, derajat ketidaktentuan, redaman, karakter
perilaku nonlinier dalam struktur, karakter material, rasio dimensi
bangunan, mekanismen keruntuhan, dan parameter efektif
lainnya.
REDUNDANSI STRUKTUR
Definition in engineering :

The duplication of critical components or functions of a system with the intention of


increasing reliability
REDUNDANSI STRUKTUR
Setiap bangunan memiliki nilai
faktor perilaku yang unik masing-
masing.
Bertero dan Bertero (1999) mempelajari efek redundansi
dan redistribusi gaya dalam pada desain seismik dan
menetapkan bahwa faktor perilaku dihasilkan dari
derajat redundansi dan tidak dapat ditentukan secara
terpisah dari kekuatan lebih dan daktilitas.
REDUNDANSI STRUKTUR
Formula dari faktor perilaku (R) pertama kali diperkenalkan pada
Applied Technology Council 19 (ATC-19). Koefisien ini
mencakup faktor tambahan (RR) untuk memperhitungkan efek
derajat redundansi dalam struktur. Efek tersebut mencakup
efek probabilitas dan hubungan lainnya dari geometri struktur.
RUMUSAN MASALAH:
Penelitian ini dilakukan dengan perumusan masalah
sebagai berikut:
 Bagaimana cara menganalisis hasil analisis statik nonlinier untuk
menentukan indeks redundansi struktur dan faktor modifikasi respons
redundansi pada struktur tiga dimensi.
 Bagaimana variasi bentang portal dari sistem struktur tiga dimensi
berpengaruh pada indeks redundansi dan faktor modifikasi respons
redundansi dari struktur.
BATASAN MASALAH:
a. Struktur menggunakan sistem rangka pemikul momen terbuat
dari beton bertulang.
b. Pembebanan gedung meliputi : Beban mati, Beban hidup, Beban
lateral (berupa beban gempa)
c. Menggunakan metode analisis statik nonlinier (pushover)
dengan bantuan program SAP2000.
d. Tidak dilakukan peninjauan terhadap struktur pondasi.
e. Tidak dilakukan peninjauan terhadap pengaruh angin pada sisi
tampak bangunan.
TINJAUAN PUSTAKA
Indeks Redundansi dan Faktor Modifikasi Respons Redundansi pada Struktur Beton
Bertulang di Bawah Eksitasi Beban Gempa
PENELITIAN TERDAHULU
1991 • Uang
Beberapa parameter efektif dari
1997 • Pandey dan Barai redundansi dan kehandalan sistem
struktur adalah perbandingan
1999 • Bertero dan antara demand terhadap
Bertero capacity dari sistem struktur,
2003 • Wen dan Song jenis dari mekanisme kegagalan
yang terbentuk, ketinggian
2004 • Husain dan Tsopelas bangunan, jumlah lantai, dan
panjang serta jumlah bentang.
2009 • Alfallah
REDUNDANSI STRUKTUR
Husain dan Tsopelas (2004) mencoba menentukan
ketidakpastian struktur pada bangunan beton bertulang
dengan mempelajari rs (indeks kekuatan redundansi)
dan rv (indeks variasi redundansi) serta hubungannya
dengan  (faktor daktilitas rotasi plastis dari komponen).
Mereka meneliti efek jumlah lantai dan bentang, panjang
bentang, ketinggian lantai, dan efek beban gravitasi
dalam koefisien ketidakpastian.
LANDASAN TEORI
Indeks Redundansi Dan Faktor Modifikasi Respons Redundansi pada Struktur Beton
Bertulang di Bawah Eksitasi Beban Gempa
PEMBEBANAN GEMPA
Berdasarkan
  SNI 03-1726-2012 :
Perhitungan Perioda Alami Struktur ( Ta )
Perhitungan perioda alami struktur ini dihitung dengan pendekatan menggunakan C t yang digunakan sesuai
Tabel 2.1 dengan Ta rumus, yaitu:
(3)
 
dengan:
Ct = Koefisien yang sesuai pada Tabel 2.1.
Hn = tinggi puncak bagian utama struktur ( m ) .
x = Koefisien yang sesuai pada Tabel 2.1.
Batasan
  nilai Ta adalah Tmaks yang ditentukan dengan rumus :
(4)
 
dengan :
Cu = nilai yang sesuai pada Tabel 2.2
PEMBEBANAN GEMPA

Selain mengambil nilai T dari dua rumus pendekatan di atas, nilai T juga dapat ditentukan dari
analisis program dengan konsep berikut :
• Jika Ta < T hasil program, maka digunakan T hasil program
• Jika Ta > T hasil program, maka digunakan Ta
• Jika T hasil program > Tmaks, maka digunakan Tmaks
PEMBEBANAN GEMPA
Gaya
  geser dasar horizontal
Struktur harus dirancang agar mampu menahan gaya geser dasar akibat gempa yang nilainya
dihitung dengan rumus :
 
(5)
dengan:
V = gaya geser dasar nominal
Cs = Koefisien respons seismik
I = faktor keutamaan gempa
R = faktor reduksi gempa representatif dari struktur gedung yang bersangkutan
Wt = berat total gedung termasuk beban hidup yang sesuai
PEMBEBANAN GEMPA
Gaya
  geser dasar horizontal akibat gempa ( V ) harus didistribusikan kesepanjang gedung
menjadi beban-beban horizontal yang bekerja pada masing-masing tingkat dengan rumus :

(6)
dengan:
Wi = berat lantai tingkat ke-i, termasuk beban hidup yang sesuai
Zi = ketinggian lantai tingkat ke-i diukur dari taraf penjepitan lateral
Nh = nomor lantai tingkat paling atas
V = gaya geser dasar nominal
k = eksponen yang terkait dengan periode struktur yaitu k = 1 jika T  0,5.
k = 2 jika T  2,5. k diinterpolasi jika 0,5 < T < 2,5.
ANALISIS STATIK NONLINIER
 Pushover Analysis
Konsep dasar dari analisis statis
nonlinier (pushover) adalah memberikan
pola pembebanan statis tertentu dalam
arah lateral yang ditingkatkan secara
bertahap (incremental).
 Capacity Curve
menunjukkan hubungan antara gaya
geser dasar (Base Shear) dan simpangan
atap (Roof Displacement).
INDEKS REDUNDANSI
Indeks redundansi merupakan ukuran dari efek redundansi pada sistem
struktur.
 Indeks Kekuatan Redundansi ( rs )
 Indeks Variasi Redundansi ( rv )

Variabel-variabel berikut ini merupakan variabel yang digunakan dalam perhitungan kedua
indeks diatas :
 Base Shear saat terjadinya leleh pertama.
 Base Shear ultimit.
 Jumlah kegagalan lokal atau jumlah sendi plastis yang terjadi disebabkan oleh kegagalan
ultimit struktur.
 Perubahan lengkungan kurva kapasitas saat terjadi leleh pertama hingga kondisi ultimit.
Indeks Kekuatan Redundansi
rs merepresentasikan kemampuan sistem struktur dalam mendistribusikan
gaya ketika terjadi kegagalan dan kapabilitas struktur dalam mentransfer
gaya dari elemen yang leleh ke elemen yang memiliki resistansi lebih tinggi.

Indeks
  kekuatan redundansi ( rs ) didefinisikan
   (7) sebagai rasio dari kekuatan ultimit rata-rata ()
terhadap kekuatan leleh (), dimana
merupakan kekuatan rata-rata dari sistem
tanpa redundan (Husain dan Tsopelas, 2004)
Indeks Kekuatan Redundansi
Indeks Variasi Redundansi
rv merepresentasikan hubungan antara kekuatan dari sistem
struktur terhadap kekuatan elemen penyusunnya.
  (22)

dengan:
 
= koefisien korelasi rata-rata antara portal-portal dua dimensi
= koefisien variasi kekuatan sistem struktur
= koefisien variasi kekuatan elemen
M = jumlah rangka dua dimensi yang paralel
n = jumlah sendi plastis yang dihasilkan pada pertimbangan mode keruntuhan dalam satu frame dua dimensi
FAKTOR REDUNDANSI
RR merepresentasikan keseluruhan efek redundansi pada kekuatan struktur
yang dapat secara lengkap dideskripsikan dengan rasio antara kekuatan ultimit
dari sistem struktur terhadap kekuatan ultimit tanpa redundan struktur.
k  = koefisien k dari distribusi normal standar
= indeks kekuatan redundansi
  (29) = indeks variasi redundansi
= koefisien variasi dari kekuatan elemen sistem struktur
= koefisien variasi dari kekuatan elemen sistem struktur
tanpa redundan
METODE PENELITIAN
Indeks Redundansi dan Faktor Modifikasi Respons Redundansi pada Struktur Beton
Bertulang di Bawah Eksitasi Beban Gempa
PROSEDUR PENELITIAN
INDEKS REDUNDANSI DAN FAKTOR MODIFIKASI RESPONS
REDUNDANSI PADA STRUKTUR BETON BERTULANG DI BAWAH
EKSITASI BEBAN GEMPA

Perhitunga
n Indeks
dan Faktor
Perumusan Perhitungan Analisis Redundans
Masalah Pembebanan Pushover i

Studi Pemodela Identifika Kesimpulan


Literatur n dengan si Hasil
SAP2000 pushover
MODEL STRUKTUR
Variasi beberapa sistem struktur dirancang untuk melihat lebih jauh efek redundansi terhadap
faktor lain seperti jumlah bentang portal dan panjang bentang portal dari sistem struktur. Variasi
sistem struktur dibuat sebanyak enam model denah.

Panjang Jumlah
Struktur Bentang Bentang
arah X arah X
M-1 5 5
M-2 5 7
M-3 5 9
M-4 6 5
M-5 7 5
M-6 8 5
MODEL STRUKTUR

M-1 M-2 M-3


MODEL STRUKTUR

M-4 M-5 M-6


MODEL STRUKTUR
Data properti struktur:
Jumlah Lantai = 10 lantai
Tinggi lantai =4m
Ukuran kolom (b x h) = 60 cm x 60 cm
Ukuran Balok = 70 cm x 50 cm
Mutu beton (f’c) = 35 MPa
Modulus Elastisitas (E) = 4700 f’c
Mutu baja (fy) = 350 MPa
Tulangan balok/kolom = Ditentukan pada saat desain struktur
pada program SAP2000
Lokasi bangunan = Yogyakarta
Jenis Tanah = Tanah Sedang
Fungsi Bangunan = Gedung Perkantoran
ANALISIS DAN
PEMBAHASAN
Indeks Redundansi dan Faktor Modifikasi Respons Redundansi pada Struktur Beton
Bertulang di Bawah Eksitasi Beban Gempa
PEMBEBANAN STRUKTUR
Tabel 4.1 Berat sendiri struktur tiap lantai
Volume Volume Volume
Jumlah Jumlah Berat tiap
Struktur Balok tiap Kolom tiap Pelat tiap
bentang bentang Lantai
Lantai Lantai Lantai
arah X arah Y (ton)
(m3) (m3) (m3)
M-1 5 5 82,5 42,768 93,75 525,6432
M-2 7 5 112,75 57,024 131,25 722,457
M-3 9 5 143,00 71,28 168,75 919,272
M-4 5 5 90,75 42,768 112,5 590,4432
M-5 5 5 99,00 42,768 131,25 655,2432
M-6 5 5 107,25 42,768 150,00 720,0432
PEMBEBANAN STRUKTUR
Tabel 4.2 Beban Mati Tambahan Struktur
No. Beban (t/m2)
1 Penutup Lantai 0,338
2 Pasangan Bata 0,250
3 Partisi 0,100

Beban hidup ditentukan berdasarkan PPIUG Tahun 1997 untuk fungsi bangunan
perkantoran yaitu sebesar 250 kg/m2 pada pelat lantai dan 100 kg/m2 pada pelat atap.
Pada perhitungan beban gempa, beban hidup yang berkontribusi pada berat total
gedung (Wt) direduksi dengan faktor pengali 0,3.
PEMBEBANAN STRUKTUR
Gambar di bawah ini merupakan hasil perhitungan respons
spektra desain untuk wilayah Yogyakarta dengan jenis tanah
sedang.
Perhitungan beban gempa didahului dengan
perhitungan respons spektra desain. Input
1.40
yang diperlukan untuk perhitungan respons
spektra desain dan beban gempa adalah 1.20

parameter respons spektral percepatan 1.00


gempa MCER terpetakan untuk perioda Tanah Keras
0.80
pendek (SS), parameter respons spektral S 0.60 Tanah Sedang

percepatan gempa MCER terpetakan untuk Tanah Lunak


0.40
perioda 1 detik (S1), nilai waktu getar
0.20
bangunan (T), faktor reduksi gempa (R), faktor
keutamaan gedung akibat gempa (Ie). 0.00
0 0.5 1 1.5 2 2.5
T
PEMBEBANAN STRUKTUR
Tabel 4.3 Nilai T, I, SD1 dan SDS struktur yang ditinjau
Faktor Parameter
Parameter
Waktu Getar Keutamaan Percepatan
Tipe Percepatan 1
(T) Gempa perioda
detik (SD1)
(Ie) pendek (SDS)
M-1 0,9350 1,25 0,465 1,167
M-2 0,9603 1,25 0,465 1,167
M-3 0,9350 1,25 0,465 1,167
M-4 0,9350 1,25 0,465 1,167
M-5 0,9350 1,25 0,465 1,167
M-6 0,9350 1,25 0,465 1,167
PERHITUNGAN T STRUKTUR
Batasan
  nilai Ta adalah Tmaks yang ditentukan dengan rumus :
  (3) (4)
PERHITUNGAN T STRUKTUR
Selain mengambil nilai T dari dua rumus pendekatan di atas, nilai T juga dapat ditentukan dari
analisis program SAP2000 dengan konsep berikut :
• Jika Ta < T hasil program, maka digunakan T hasil program
• Jika Ta > T hasil program, maka digunakan Ta
• Jika T hasil program > Tmaks, maka digunakan Tmaks

T program Ta pendekatan T maks


0,7495 0,9350 1,3090

T yang digunakan

T pendekatan
0,9350
PEMBEBANAN STRUKTUR
• Hasil perhitungan beban mati, beban hidup dan nilai-nilai pada Tabel 4.1, Tabel
4.2, dan Tabel 4.3 digunakan sebagai input pada prosedur perhitungan analisis
statik linier untuk menghasilkan distribusi beban gempa statik yang
dibebankan pada struktur yang ditinjau.
• Sumbu bangunan yang dipertimbangkan untuk menerima beban gempa
hanya sumbu lemah bangunan yang dalam hal ini adalah sumbu Y.
• Pola pembeban gempa yang diberikan pada sumbu Y, yaitu 100% beban arah Y
+ 30% beban arah X. Hal tersebut ditentukan karena pertimbangan bahwa
kemungkinan arah gelombang gempa yang tidak selalu tegak lurus pada
sumbu bangunan.
PEMODELAN STRUKTUR M-1
PEMODELAN STRUKTUR M-2
PEMODELAN STRUKTUR M-3
PEMODELAN STRUKTUR M-4
PEMODELAN STRUKTUR M-5
PEMODELAN STRUKTUR M-6
LOAD PATTERN DAN LOAD CASE
Tabel 4.10 Penentuan Load Pattern dan Load Case pada program SAP2000

Load Pattern
Nama Faktor Pengali Tipe Beban
DEAD 1 Berat sendiri
SUPERDEAD 0 Beban mati tambahan
LIVE 0 Beban hidup
EQUAKE 0 Beban gempa
Load Case
Nama Faktor Pengali Tipe Analisis
DEAD 1
Nonlinier static
GRAV SUPERDEAD 1
(full load)
LIVE 1
Nonlinier static
PUSH EQUAKE 1
(monotonic incremental)
ANALISIS PUSHOVER
Analisis pushover terdiri dari dua tahap :
1. struktur diberi beban gravitasi yang merupakan kombinasi beban mati dan beban
hidup yang direduksi (Load case GRAV).
2. struktur diberi beban lateral non-linier secara monotonic bertahap (Load case PUSH)
. Intensitas ditingkatkan sampai komponen struktur yang paling lemah berdeformasi
kemudian berlanjut hingga struktur collapse.
 
Program SAP2000 mengulang analisis sebanyak jumlah elemen yang mencapai kondisi
leleh. Setiap tahapan beban, gaya dalam dan deformasi dihitung dan direkam menjadi
step-step untuk menyajikan kurva perpindahan (displacement) versus gaya geser dasar
pada setiap tahapan.
KURVA KAPASITAS
Base shear (kg)
3000000

2500000

2000000
M-1 (5
1500000 bentang)
M-2 (7
1000000 bentang)
M-3 (9
500000 bentang)
0
0.000 0.020 0.040 0.060 0.080 0.100 0.120
Displacement (m)

Gambar Perbandingan kurva kapasitas hasil analisis pushover pada struktur dengan
variasi jumlah bentang portal
KURVA KAPASITAS
3000000

2500000
Base shear (kg)

2000000
M-1 (bentang 5
1500000 m)
M-4 (bentang 6
1000000 m)
M-5 (bentang 7
500000
m)
0
0.000 0.020 0.040 0.060 0.080 0.100 0.120
Displacement (m)

Gambar Perbandingan kurva kapasitas hasil analisis pushover pada struktur dengan
variasi panjang bentang portal
PERBANDINGAN NILAI BASE SHEAR
Base shear leleh pertama Base shear ultimate Displacement
Struktur
(kg) (kg) (m) Base shear
Jumlah M-1 384012,97 1508860,42 0,082755 naik
Bentang M-2 512639,45 2036001,29 0,081665
Displacement
M-3 642205,47 2566912,74 0,080299 relatif sama

Base shear leleh pertama Base shear ultimate Displacement


Struktur
(kg) (kg) (m)
Base shear
M-1 384012,97 1508860,42 0,082755
Panjang relatif sama
M-4 384917,13 1583885,66 0,094124
Bentang
M-5 385782,38 1630066,82 0,097845 Displacement
M-6 386589,57 1677092,39 0,108351 naik
DISTRIBUSI SENDI PLASTIS PADA STEP
TERAKHIR HASIL ANALISIS PUSHOVER

Warna
Sendi Tingkat Deskripsi

  B Batas linier, terjadinya


Model pelelehan pertama
Displacement BaseForce Hinges Formed Total
Code   IO kerusakan kecil, kekakuan
Beyond struktur masih sama
  m Kgf AtoB BtoIO IOtoLS LStoCP CPtoC CtoD DtoE   kerusakan sedang, kekakuan
E   LS
struktur berkurang
M-1 0,082755 1508860,42 584 465 251 17 0 26 0 1 1344 kerusakan parah, kekakuan
  CP struktur berkurang banyak
M-2 0,081665 2036001,29 813 613 335 18 0 40 0 1 1820
batas maksimum gaya geser
M-3 0,080299 2566912,74 1039 775 410 17 0 54 0 1 2296   C yang mampu
M-4 0,094124 1583885,66 552 532 221 15 0 23 0 1 1344   D struktur diambang collapse
M-5 0,097849 1630066,82 517 587 204 11 0 25 0 0 1344   E struktur tidak mampu
menahan geser
M-6 0,108351 1677092,39 503 625 180 15 0 21 0 0 1344
PERHITUNGAN INDEKS REDUNDANSI

A. INDEKS KEKUATAN REDUNDANSI (rs)

Anggapan yang digunakan untuk menentukan titik kegagalan struktur adalah


sebagai berikut :
• Ketika terbentuk sendi plastis dalam tingkat kategori C.
• Ketika perpindahan (displacement) pada join terujung dari lantai atas struktur
mencapai batas 0,01 dari tinggi bangunan (SNI 03-1726-2012).
• Ketika iterasi pada proses analisis pushover berhenti akibat kekakuan struktur
yang hilang sehingga tidak ditemukan solusi pada tahap iterasi tersebut.
PERHITUNGAN INDEKS KEKUATAN
REDUNDANSI
Tabel 4.20 Hasil Perhitungan Indeks Kekuatan Redundansi
Panjang Jumlah Base shear Base shear
Struktur Bentang Bentang rs
saat leleh (kg) ultimit (kg)
arah X arah X
M-1 5 5 384012,97 1508860,42 3,9292
M-2 5 7 512639,45 2036001,29 3,9716
M-3 5 9 642205,47 2566912,74 3,9970
M-4 6 5 384917,13 1583885,66 4,1104
M-5 7 5 385782,38 1630066,82 4,2240
M-6 8 5 386589,57 1677092,39 4,3382
PERHITUNGAN INDEKS KEKUATAN
REDUNDANSI

 Berikut ini adalah contoh perhitungan perhitungan indeks kekuatan redundansi r s:

Struktur M-1

Base shear saat leleh (Sy) = 384012,97 kg


Base shear ultimit (Su) = 1508860,42 kg
PERBANDINGAN PENGARUH INDEKS KEKUATAN REDUNDANSI (RS)
PADA STRUKTUR DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN

In d e k s K e k u a t a n R e d u n d a n s i
Indeks Kekuatan Redundansi (rS)

4.4
4.35
4.3
4.25

(rS )
4.2
4.4
4.15 4.35
4.3
4.1 4.25
4.2
4.15
4.05 4.1
4.05
4 4
3.95
3.95 3.9
3.85
3.9 3.8
3 4 5 6 7 8 9 10 3.75
3.7
3 4 5 6 7 8 9 10
Jumlah bentang
Panjang bentang (m)
PERHITUNGAN INDEKS VARIASI REDUNDANSI
 
B. INDEKS VARIASI REDUNDANSI (rs)
• Indeks variasi redundansi merupakan fungsi dari jumlah sendi plastis yang
terbentuk pada struktur sesaat sebelum runtuh dan koefisien korelasi rata-rata
antara elemen-elemen dalam sistem struktur.
• Nilai rv ada dalam rentang 0 hingga 1. Struktur yang tidak redundan memiliki
rv = 1 dan struktur yang sangat redundan memiliki nilai rv mendekati 0 atau
bahkan pada struktur yang memiliki redundansi tidak terbatas maka rv = 0.
• Momen-momen ujung pada sendi yang terbentuk pada tiap portal struktur
M-1, M-2, M-3, M-4, M-5, dan M-6 masing-masing dikorelasikan kemudian
diambil nilai rata-rata koefisien korelasi rangka portal () .
Contoh pengambilan nilai koefisien
korelasi

 𝜌  𝜌  𝜌  𝜌  𝜌  𝝆 𝒇  𝝆 𝒇 𝟏 𝝆 𝒇 𝟐 𝝆 𝒇 𝟑 𝝆 𝒇 𝟒 𝝆  𝝆 𝒇 𝟔 𝝆𝒇


 ´
𝒇𝟓
PERHITUNGAN INDEKS VARIASI REDUNDANSI
Tabel 4.21 Hasil Perhitungan Indeks Variasi Redundansi
Panjang Jumlah Jumlah sendi
Struktur Bentang Bentang plastis pada 𝜌ҧ
𝑓 rv
arah X arah X rangka portal (n)
M-1 5 5 115 0,87095 0,88433
M-2 5 7 112 0,86802 0,88172
M-3 5 9 112 0,86521 0,87920
M-4 6 5 113 0,85285 0,88433
M-5 7 5 114 0,84425 0,86810
M-6 8 5 114 0,83486 0,86038
PERHITUNGAN INDEKS VARIASI REDUNDANSI
 Berikut ini adalah contoh perhitungan perhitungan indeks variasi redundansi r v:

Struktur M-1

Jumlah sendi (n) = 115


Koefisien korelasi portal () = 0,87095
Jumlah portal arah Y (m) = 6  jumlah bentang arah X + 1
PERBANDINGAN PENGARUH INDEKS VARIASI REDUNDANSI (RV)
PADA STRUKTUR DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN
In d e k s K e k u a t a n R e d u n d a n s i

0.89

Indeks Kekuatan Redundansi


0.89
Struktur
0.88 3D 7
0.88 lantai
0.87
(rv )

0.87
0.89

0.89 0.86
0.88 0.86
0.88 0.85
0.87
0.85
0.87
0.84
0.86 Struktur

(rv)
0.86
3D 7
lantai
0.84
0.85
3 4 5 6 7 8 9 10
3 4 5 6 7 8 9 10
Jumlah Bentang
Panjang Bentang
PERHITUNGAN FAKTOR MODIFIKASI
RESPONS REDUNDANSI
Penentuan probabilitas keseragaman kekuatan struktur dilakukan dengan menentukan terlebih dahulu
nilai batas yang diharapkan dari kekuatan elemen struktur. Nilai batas diambil sebesar 1,25 dari rata-rata
kekuatan sehingga probabilitas keseragaman kekuatan elemen dari struktur dapat ditentukan. Setelah
probabilitas ditentukan maka didapatkan nilai k dari Tabel distribusi normal standar.

Tabel 4.22 Nilai koefisien variasi kekuatan elemen-elemen struktur ( ve )


Rata-rata kekuatan Standar deviasi ve
Struktur
(μ) kg (σ) (σ/μ)
M-1 3967,10 2562,547744 0,64595
M-2 3921,37 2645,870827 0,674731
M-3 3892,29 2691,557824 0,691511
M-4 6297,16 4255,323851 0,675753
M-5 5199,55 3558,69936 0,684425
M-6 5849,25 4200,361549 0,718102
PERHITUNGAN FAKTOR MODIFIKASI
RESPONS REDUNDANSI
Tabel 4.23. Hasil perhitungan nilai k.ve
Struktur ve p k kve
M-1 0,64595 0,650632 0,387027 0,25
M-2 0,674731 0,644502 0,370518 0,25
M-3 0,691511 0,641147 0,361527 0,25
M-4 0,675753 0,644293 0,369957 0,25
M-5 0,684425 0,642545 0,36527 0,25
M-6 0,718102 0,636132 0,34814 0,25
PERHITUNGAN FAKTOR MODIFIKASI
RESPONS REDUNDANSI

Tabel 4.24 Hasil perhitungan Faktor Modifikasi Respons Redundansi (𝑅𝑅 )


Panjang Jumlah
Struktur Bentang Bentang rs rv 𝑅𝑅
arah X arah X
M-1 5 5 3,9292 0,88433 4,08068
M-2 5 7 3,9716 0,88172 4,12820
M-3 5 9 3,9970 0,87920 4,15798
M-4 6 5 4,1104 0,88433 4,08068
M-5 7 5 4,2240 0,86810 4,29113
M-6 8 5 4,3382 0,86038 4,42057
PERHITUNGAN INDEKS VARIASI REDUNDANSI
 
Contoh perhitungan nilai untuk struktur M-1 adalah sebagai berikut :
 
Indeks kekuatan redundansi (rs) = 3,9292
Indeks Variasi Redundansi (rv) = 0,88172
k.ve = 0,25
 
PERBANDINGAN PENGARUH FAKTOR MODIFIKASI RESPONS
REDUNDANSI (RR) PADA STRUKTUR DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL
MOMEN

F a k t o r M o d i fi k a s i r e s p o n s r e d u n d a n s i
Faktor Modifikasi respons redundansi

4.60

Struktur
4.50 3D 7 lantai

4.40

(R R )
4.30 4.60

4.50

4.20 4.40

4.30

4.20
4.10
4.10

4.00 Struktur
4.00 3D 7
(RR)

3.90 lantai
3 4 5 6 7 8 9 10
3.80
3 4 5 6 7 8 9 10
Jumlah Bentang
Panjang Bentang
Hubungan terhadap beragam nilai rs dan
r  v

 
Hubungan terhadap beragam nilai rs dan rv dapat ditentukan pada suatu nilai k.ve
tertentu. Apabila diambil nilai kve = 0,25 maka variasi nilai terhadap nilai rs dalam
rentang 3,9 hingga 4,4 dan nilai rv dalam rentang 0 hingga 1 dapat diketahui dengan
membuat grafik hubungan.

Grafik hubungan ini sangat representatif dan cukup memudahkan digunakan dalam
perencanaan struktur untuk mendapat faktor modifikasi respons redundansi yang
diinginkan dengan merancang elemen-elemen sistem struktur untuk mencapai nilai r s
atau rv tertentu yang sesuai.
Variasi Nilai Faktor Modifikasi Respons Redundansi (RR) terhadap
Indeks Kekuatan Redundansi (rs) dan Indeks Variasi Redundansi
(rv) dengan kve = 0,25

Faktor Modifikasi respons redundansi 5.9

5.7

5.5

5.3

5.1 rs = 3,9
rs = 4,0
4.9
rs = 4,1
4.7 rs = 4,2
rs = 4,3
4.5 rs = 4,4
4.3

4.1
(RR)

3.9
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1

Indeks Variasi Redundansi (rv)


KESIMPULAN
1. Kurva kapasitas dapat dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui besarnya indeks
kekuatan redundansi (rs) dari masing-masing struktur dengan mengambil nilai base
shear ultimate dan base shear saat terjadi leleh pertama pada struktur. Penentuan
titik pelelehan pertama struktur yaitu saat struktur mulai in-elastik adalah ketika
terbentuknya sendi plastis pada elemen struktur. Titik ketika analisis pushover
berhenti adalah pada saat garis dari kurva kapasitas berhenti. Inilah titik dimana
nilai base shear ultimate dapat diambil. Gaya dalam elemen-elemen struktur dari
hasil analisis pushover diolah untuk menentukan koefisien korelasi dan koefisien
variasi dari kekuatan elemen. Berdasarkan koefisien korelasi dan jumlah-jumlah
sendi plastis yang terbentuk dapat dihitung besarnya indeks variasi redundansi (r v).
Faktor modifikasi respons redundansi dapat dihitung setelah didapatkan besarnya
kedua indeks redundansi.
KESIMPULAN
2. Variasi bentang portang pada suatu sistem struktur tiga dimensi berpengaruh
pada besarnya indeks redundansi dan faktor modifikasi respons redundansi. Nilai
indeks kekuatan redundansi (rs) bertambah sejalan dengan pertambahan jumlah
bentang portal dan pertambahan panjang bentang portal. Pertambahan panjang
bentang portal menghasilkan peningkatan nilai r s yang lebih signifikan
dibandingkan dengan bertambahnya jumlah bentang portal pada struktur tiga
dimensi dengan sistem rangka pemikul momen.
KESIMPULAN
  3. Nilai indeks variasi redundansi (rv) berkurang ketika terjadi pertambahan jumlah
bentang portal dan pertambahan panjang bentang portal tetapi pertambahan
panjang bentang portal menghasilkan penurunan nilai r v yang lebih signifikan
dibandingkan dengan bertambahnya jumlah bentang portal pada struktur tiga
dimensi dengan sistem rangka pemikul momen.
4. Penambahan panjang bentang portal lebih signifikan meningkatkan nilai
dibandingkan dengan penambahan jumlah bentang portal karena nilai secara
langsung berbanding lurus dengan nilai rs.
DAFTAR PUSTAKA
A.A. Fallah. 2009. A Nonlinear Dynamic Based Redundancy Index for Reinforced Concrete Frames. Iran
ATC-19. 1995.“Structural Response Modification Factors” (ATC-19). Applied Technology Council. Redwood City, California.
ASCE. 2000. “Prestandard And Commentary For The Seismic Rehabilitation Of Buildings ( FEMA-356)”. Federal Emergency Management
Agency. Washington DC.
Badan Standardisasi Nasional. 2012 “Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Gedung (SNI 03-1726-2012)”. Jakarta.
Badan Standardisasi Nasional. 1989 “Tata Cara Perencanaan Pembebanan Indonesia untuk Rumah dan Gedung (SNI 03-1727- 1989)”.
Jakarta
Dewobroto, W. 2006. “Evaluasi Kinerja Bangunan Baja Tahan Gempa dengan SAP2000” Jurnal Teknik Sipil, Vol. 3, No. 1 Januari 2006.
Dewobroto, W. 2007. “Aplikasi Rekayasa Konstruksi dengan SAP2000 Edisi Baru”. Jakarta.
Husain, M., dan Tsopelas, P. 2004. Measures of Structural Redundancy in Reinforced Concrete Buildings. I : Redundancy Indices. Journal of
Structural Engineering, Vol 130, No. 11.
Husain, M., dan Tsopelas, P. 2004. Measures of Structural Redundancy in Reinforced Concrete Buildings. II : Redundancy Response
Modification Factor RR. Journal of Structural Engineering, Vol 130, No. 11.
Pandy, P.C. dan Barai, S.V. 2003. Structural Sensitivity as a Measure of Redundancy. Journal of Structural Engineering, Vol. 125, No. 1.
Uang. 1991. Estabilishing R and Cd Factors for Building Seismic Provisions. Journal of Structural Engineering, Vol. 117, No.1.
PERTANYAAN

Anda mungkin juga menyukai