Anda di halaman 1dari 14

KEL.

5
Bangunan Air

BAB 5
BANGUNAN AIR

5.1. Bendungan

5.1.1. Definisi Bendungan


Bendungan atau Dam adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air
menjadi waduk, danau, atau tempat rekreasi. Seringkali bendungan juga
digunakan untuk mengalirkan air ke sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Air.
Kebanyakan Dam juga memiliki bagian yang disebut pintu air untuk membuang
air yang tidak diperlukan secara bertahap atau berkelanjutan.

Bendungan Ilustrasi Bendungan

5.1.2. BAGIAN-BAGIAN BENDUNGAN


1. Badan bendungan yang berfungsi sebagai penghalang/penahan air.
2. Pondasi yang berfungsi untuk menjaga kokohnya bendungan.
3. Pintu air yang berfungsi untuk mengatur, membuka dan menutup aliran air di
saluran baik yang terbuka maupun tertutup.
4. Bangunan pelimpah yang berfungsi untuk mengalirkan air banjir yang masuk ke
dalam waduk agar tidak membahayakan keamanan bendungan.
5. Kanal yang berfungsi menampung limpahan air ketika curah hujan tinggi.

55
KEL. 5
Bangunan Air

6. Reservoir yang berfungsi untuk menampung/menerima limpahan air dari


bendungan.
Dan masih banyak bagian-bagian lainnya yang mempunyai peranan dan fungsi
yang berbeda-beda.

5.1.3. Fungsi Bendungan


a. Bendungan untuk persediaan air dan irigasi, menampung air dalam waduk.
Air ini kemudian dialirkan ke kota – kota atau pertanian dengan menggunakan
pipa atau saluran besar.
b. Bendungan Hydropower, menggunakan air untuk menggerakkan turbin untuk
membangkitkan listrik. Setelah melewati turbin air kemudian dilepaskan
kembali ke sungai yang terletak di bawah bendungan.
c. Bendungan pengendali banjir, menampung air selama hujan deras untuk
mengurangi banjir pada hilir sungai.
d. Bendungan Navigasi, menampung air dan melepaskannya saat air dalam sungai
sedang rendah. Bendungan ini biasanya digunakan untuk memindahkan kapal –
kapal yang sedang berlayar yang melewati bendungan.
e. Bendungan pembagi aliran air, membagi air ke saluran – saluran lain.
f. Bendungan untuk rekreasi, bendungan dibuat sebagai tempat rekreasi untuk
menikmati keindahan alam.

5.1.4. Jenis – Jenis Bendungan


Bendungan dapat terbentuk secara alami atau buatan. Bendungan dapat
diklasifikasikan berdasarkan ukuran, tujuan, bahan dan strukturnya.
a. Berdasarkan ukuran
Berdasarkan ukurannya bendungan diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu
bendungan minor dengan ketinggian 15 – 20 m dan bendungan mayor dengan
ketinggian 150 – 250m.

56
KEL. 5
Bangunan Air

b. Berdasarkan tujuan dibangunnya Bendungan


Tujuan dibangun bendungan mencakup penyediaan air untuk irigasi,
meningkatkan navigasi, pembangkit listrik, mencegah banjir dll. Beberapa
bendungan melayani semua tujuan ini tetapi beberapa bendungan serbaguna
melayani lebih dari satu.

Berdasarkan tujuan dari pembuatan bendungan, bendungan dapat


diklasifikasikan sebagai berikut :
 Check Dam
Bendungan kecil yang bersifat sementara atau permanen yang dibangun
melintasi saluran kecil atau drainase. Bendungan ini berfungsi mengurangi
erosi dalam saluran dan menurunkan kecepatan air pada saat badai.
Bendungan dibangun dengan kayu, batu, atau karung pasir. Bendungan ini
biasanya digunakan dalam skala kecil, saluran terbuka yang mengalirkan 10
hektar (0,040 km2) atau kurang, dan biasanya tinggi tidak melebihi dari 2
kaki (0,61 m).

 Dry Dam
Dry Dam yaitu sebuah bendungan yang dibangun untuk tujuan pengendalian
banjir. Bendungan ini biasanya tidak terdapat gerbang atau turbin untuk
mengalirkan air keluar dari bendungan. Selama periode yang intensitas
hujannya besar tetapi tidak menyebabkan banjir, air yang berada dalam
bendungan bisa dialirkan ke daerah hilir.

 Divertionary Dam
Divertionary Dam adalah istilah untuk sebuah bendungan yang akan
mengalihkan semua atau sebagian dari aliran sungai dari aliran aslinya.
Bendungan pengalihan umumnya tidak menahan air di dalam reservoir.
Sebaliknya air dialihkan ke saluran – saluran lain yang bisa digunakan untuk
irigasi, pembangkit listrik, mengalirkan air ke sungai yang berbeda atau
membuat waduk yang dibendung.

57
KEL. 5
Bangunan Air

c. Berdasarkan struktur dan bahan yang digunakan


Berdasarkan struktur dan bahan yang digunakan, bendungan diklasifikasikan
sebagai berikut :
 Embankment Dam
Embankment Dam adalah bendungan yang mengandalkan berat sendiri
bendungan untuk melawan tekanan air. Bendungan ini terbuat dari berbagai
komposisi dari urugan tanah, pasir, tanah liat dan atau batuan. Meskipun
struktur pembentuknya seperti itu, bendungan ini cukup padat dan kedap air
pada bagian inti bendungan.
Inti Bendungan

Dinding Bendungan

Pondasi Bendungan

Bentuk umum dari Embankment Dam


Distribusi beban pada bendungan ini yaitu air yang menekan dinding
bendungan ditahan oleh berat sendiri bendungan lalu didistribusikan ke
dalam tanah untuk mencegah struktur bendungan terguling. Oleh karena itu,
bendungan ini dibuat lebar pada bagian bawahnya.
Berat sendiri
Tekanan air bendungan

Distribusi beban pada Embankment Dam

Contoh Embankment Dam

58
KEL. 5
Bangunan Air

 Bendungan Gravitasi (Gravity Dam)


Bendungan gravitasi adalah sebuah struktur besar yang terbuat dari
pasangan batu atau beton dengan tanah dan batuan. Seperti halnya
Embankment Dam, bendungan gravitasi menggunakan berat sendirinya
untuk melawan kekuatan yang berlawanan dengan bendungan tersebut oleh
karena itu, bendungan ini memerlukan pondasi keras. Bendungan ini
rancangannya sederhana tetapi membutuhkan material yang banyak.

Tekanan air Beban


terdistribusi ke
pondasi akibat
gaya gravitasi dan
berat sendiri

Distribusi beban pada bendungan gravitasi

Bendungan gravitasi mendistribusikan beban dengan cara memanfaatkan


gaya gravitasi bumi dan berat sendiri bendungan untuk menahan beban, lalu
ditahan oleh pondasi agar bendungan tidak terguling.

59
KEL. 5
Bangunan Air

 Bendungan yang dilengkapi dengan penopang (Buttress Dam)


Bendungan ini dilengkapi dengan sejumlah penopang pada interval tertentu
di bagian hilir untuk menahan dinding bendungan dan mencegah bendungan
terguling.

Tekanan air Penopang


mendukung
dinding
bendungan
Beban terdistribusi
ke pondasi

Distribusi beban pada bendungan dengan penopang

Tekanan air yang mendorong bendungan ditahan oleh penopang – penopang


bendungan lalu beban didistribusikan ke pondasi.

 Bendungan Lengkung (Arch Dam)


Bendungan lengkung yaitu bendungan yang berbentuk melengkung dengan
lengkungan mengarah ke hulu sungai.
Dinding bendungan
yang menekan air
Tekanan air dan mendorongnya

Beban
terdistribusi

Distribusi beban pada bendungan gravitasi

60
KEL. 5
Bangunan Air

Distribusi beban pada bendungan lengkung yaitu, pada dinding bendungan


berfungsi mendorong beban ke bagian tumpuan bendungan lalu
mendistribusikannya ke bagian tumpuan dan pondasi.

Bendungan lengkung umumnya terbuat dari beton pratekan, jd bendungan


ini bisa menghemat volume beton dari pada jenis bendungan lainnya.
Bendungan lengkung adalah tipe bendungan yang baik untuk daerah yang
sempit di daerah pegunungan dengan dinding batu yang terjal.

Bendungan lengkung terdapat dua jenis yaitu lengkung tunggal dan


lengkung ganda, perbedaannya yaitu pada jumlah tumpuan pada lengkung
ganda lebih banyak dari pada lengkung tunggal.

Bendungan lengkung Bendungan lengkung ganda


tunggal

5.1.5. DAMPAK DARI BENDUNGAN


1. Dampak Positif
a. Pembangkit listrik,
b. Irigasi atau pengairan sawah,
c. Budi daya ikan air tawar,
d. Tempat rekreasi,
e. Pengendali banjir, dan
f. Kegiatan olahraga (dayung, ski air, dan sebagainya).

61
KEL. 5
Bangunan Air

2. Dampak Negatif
a. Menghancurkan komunitas, masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar
waduk kehilangan rumah, tanah dan keberlangsungan hidup akibat dari muka
air waduk yang naik pada saat musim hujan.
b. Menghancurkan habitat hewan, hutan, lahan basah dan habitat lain ketika
muka air waduk naik dapat memisahkan habitat hewan dan menghalangi rute
imigrasi.
c. Menciptakan permasalahan kesehatan, berbagai penyakit seperti malaria
sering meningkat karena waduk bisa menjadi habitat bagi nyamuk atau hewan
penular penyakit lainnya.

5.2. Bangunan Irigasi dan Drainase

Bangunan Irigasi adalah bangunan yang diperlukan untuk pengaturan air irigasi,
mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian dan penggunaannya.
Secara hirarki jaringan irigasi dibagi menjadi jaringan utama dan jaringan Tersier.
Jaringan utama meliputi bangunan, saluran primer dan saluran sekunder. Sedangkan
jaringan tersier terdiri dari bangunan dan saluran yang berada dalam petak tersier.
Suatu kesatuan wilayah yang mendapatkan air dari suatu jarigan irigasi disebut
dengan daerah irigasi.

Keberadaan bangunan ingasi diperlukan untuk menunjang pengambilan dan


pengaturan air irigasi Beberapa jenis bangunan irigasi yang sering dijurnpai dalam
praktek irigasi antara lain:
1. bangunan utama,
2. bangunan pembawa,
3. bangunan bagi,
4. bangunan sadap,
5. bangunanm pengatur muka air,
6. bangunan pernbuang dan penguras,
7. bangunan pelengkap.

62
KEL. 5
Bangunan Air

5.2.1. Bangunan Utama


Bangunan utama dimaksudkan sebagai penyadap dari suatu sumber air untuk
dialirkan ke seluruh daerah irigasi yang dilayani. Berdasarkan sumber airnya,
bangunan utarna dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori,
1. bendung,
2. pengambilan bebas,
3. pengambilan dari waduk, dan
4. stasiun pompa.

a. Bendung
Bendung adalah adalah bangunan air dengan kelengkapannya yang dibangun
melintang sungai atau sudetan yang sengaja dibuat dengan maksud untuk
meninggikan elevasi muka air sungai. Apabila muka air di bending mencapai elevasi
tertentu yang dibutuhkan, maka air sungai dapat disadap dan dialirkan secara
gravitasi ke tempat-ternpat yang mernerlukannya. Terdapat beberapa jenis bendung,
diantaranya adalah (1) bendung tetap (weir), (2) bendung gerak (barrage) dan (3)
bendung karet (inflamble weir). Pada bangunan bendung biasanya dilengkapi dengan
bangunan pengelak, peredam energi, bangunan pengambilan, bangunan pembilas ,
kantong lumpur dan tanggul banjir.

b. Pengambilan bebas
Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibuat ditepi sungai menyadap air sungai
untuk dialirkan ke daerah irigasi yang dilayani. Perbedaan dengan bendung adalah
pada bangunan pengambilan bebas tidak dilakukan pengaturan tinggi muka air di
sungai. Untuk dapat mengalirkan air secara, gravitasi muka air di sungai harus lebih
tinggi dari daerah irigasi yang dilayani.

63
KEL. 5
Bangunan Air

c. Pengambilan dari waduk


Salah satu fungsi waduk adalah menampung air pada saat terjadi kelebihan air dan
mengalirkannya pada saat diperlukan. Dilihat dari kegunaannya, waduk dapat
bersifat eka guna dan multi guna. Pada urnumnya waduk dibangun memiliki banyak
kegunaan seperti untuk irigasi, pernbangkit listrik, peredam banjir, pariwisata, dan
perikanan. Apabila salah satu kegunaan waduk untuk irigasi, maka pada bangunan
outlet dilengkapi dengan bangunan sadap untuk irigasi. Alokasi pernberian air
sebagai fungsi luas daerah irigasi yang dilayani serta karakteristik waduk.

d. Stasiun Pompa
Bangunan pengambilan air dengan pompa menjadi pilihan apabila upaya-upaya
penyadapan air secara gravitasi tidak memungkinkan untuk dilakukan, baik dari segi
teknik maupun ekonomis. Salah satu karakteristik pengambilan irigasi dengan pompa
adalah investasi awal yang tidak begitu besar namun biaya operasi dan eksploitasi
yang sangat besar.

5.2.2. Bangunan Pembawa


Bangunan pernbawa mempunyai fungsi mernbawa / mengalirkan air dari surnbemya
menuju petak irigasi. Bangunan pernbawa meliputi saluran primer, saluran sekunder,
saluran tersier dan saluran kwarter. Termasuk dalam bangunan pernbawa adalah
talang, gorong-gorong, siphon, tedunan dan got miring. Saluran primer biasanya
dinamakan sesuai dengan daerah irigasi yang dilayaninya. Sedangkan saluran
sekunder sering dinamakan sesuai dengan nama desa yang terletak pada petak
sekunder tersebut.

Berikut ini penjelasan berbagai saluran yang ada dalam suatu sistem irigasi.
a. Saluran primer membawa air dari bangunan sadap menuju saluran sekunder dan
ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah pada
bangunan bagi yang terakhir.

64
KEL. 5
Bangunan Air

b. Saluran sekunder membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran
primer menuju petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut.
batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan sadap terakhir
c. Saluran tersier membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran
sekunder menuju petak-petak kuarter yang dilayani oleh saluran sekunder
tersebut. batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks tersier terkahir
d. Saluran kuarter mernbawa air dari bangunan yang menyadap dari boks tersier
menuju petak-petak sawah yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. batas
akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks kuarter terkahir

5.2.3. Bangunan Bagi dan sadap


Bangunan bagi merupakan bangunan yang terletak pada saluran primer, sekunder
dan tersier yang berfungsi untuk membagi air yang dibawa oleh saluran yang
bersangkutan. Khusus untuk saluran tersier dan kuarter bangunan bagi ini
masingmasing disebut boks tersier dan boks kuarter. Bangunan sadap tersier
mengalirkan air dari saluran primer atau sekunder menuju saluran tersier penerima.
Dalam rangka penghematan bangunan bagi dan sadap dapat digabung menjadi satu
rangkaian bangunan. Bangunan bagi pada saluran-saluran besar pada umumnya
mempunyai 3 (tiga) bagian utama, yaitu.
a. Alat pembendung, bermaksud untuk mengatur elevasi muka air sesuai dengan
tinggi pelayanan yang direncanakan
b. Perlengkapan jalan air melintasi tanggul, jalan atau bangunan lain menuju saluran
cabang. Konstruksinya dapat berupa saluran terbuka ataupun gorong-gorong.
Bangunan ini dilengkapi dengan pintu pengatur agar debit yang masuk saluran
dapat diatur
c. Bangunan ukur debit, yaitu suatu bangunan yang dimaksudkan untuk mengukur
besarnya debit yang mengalir.

65
KEL. 5
Bangunan Air

5.2.4. Bangunan pengatur dan pengukur


Agar pemberian air irigasi sesuai dengan yang direncanakan, perlu dilakukan
pengaturan dan pengukuran aliran di bangunan sadap (awal saluran primer), cabang
saluran jaringan primer serta bangunan sadap primer dan sekunder. Bangunan
pengatur muka air dimaksudkan untuk dapat mengatur muka air sampai batas-batas
yang diperlukan untuk dapat memberikan debit yang konstan dan sesuai dengan yang
dibutuhkan. Sedangkan bangunan pengukur dimaksudkan untuk dapat member
informasi mengenai besar aliran yang dialirkan. Kadangkala, bangunan pengukur
dapat juga berfungsi sebagai bangunan pangatur.

5.3. Pekerjaan Galian dan Timbunan

Dalam pekerjaan galian dan timbunan, material yang terdapat di alam itu berada
dalam keadaan padat dan terkonsolisdasi dengan baik, sehingga hanya sedikit bagian
yang kosong atau berisi udara diantara butir-butirnya, terutama bila butir-butir
tersebut sangat halus. Pada saat meterial tersebut digali, maka akan terjadi
pengembangan volume (swelling). Besarnya swelling tidak sama untuk setiap jenis
tanah, tergantung pada berat jenis tanah. Pengembangan volume dinyatakan dengan
swell faktor yang dinyatakan dalam persen (%). Untuk itu, diperlukan pemeriksaan
keadaan lapangan (survey), untuk menghindari adanya swelling.

Dari hasil survey kita dapat menentukan beberapa kegiatan selanjutnya, diantaranya :
a. Metoda pelaksanaan pekerjaan yang dipilih
b. Macam, jenis, tipe peralatan/alat-alat berat yang digunakan
c. Jumlah alat-alat berat atau peralatan yang sesuai dengan volume dan bagan waktu
pelaksanaan pekerjaan.

66
KEL. 5
Bangunan Air

Setelah kita mengetahui metoda pelaksaan pekerjaan dan peralatannya, dari beberapa
alternatif kita dapat memilih mana yang paling menguntungkan dan paling baik.
Metoda pelaksaan pekerjaan harus sudah meliputi hal-hyal berikut :
a. Pembersihan Medan (Land Clearing)
b. Penguapan Medan (Stripping)
c. Galian Tanah
d. Timbunan Tanah dan Penebaran
e. Pemadatan Tanah
f. Perataan Tanah

Cara kerja yang tepat dan benar mempunyai efek yang besar terhadap produksi alat.
Cara pelaksanaan pekerjaan yang tepat sangat dipengaruhi oleh volume pekerjaan,
spesifikasi pekerjaan, bagan waktu yang ditentukan, keadaan lapangan dan
sebagainya. Pemilihan cara pelaksaan pekerjaan adalah identik dengan pemilihan
penggunaan peralatan di dalam pelaksaanaan pekerjaan tanah dengan menngunakaqn
alat berat.

Dari pemilihan penggunaan peralatan di dalam pelaksanaan pekerjaan tanah dengan


menggunakan alat-alat berat, tentunya faktor kemampuan pelaksanaan kerja dan
faktor ekonomi sangat perlu diperhatikan. Pemilihan beberapa alternatif tersebut
dapat kita batasi dengan faktor sebagai berikut :
1. Keadaan medan
2. Keadaan tanah
3. Kualitas pekerjaan yang disyaratkan
4. Penagaruh Lingkungan
5. Volume pekerjaan yang disyaratkan
6. Biaya produksi untuk pelaksanaan pekerjaan dengan alat berat yang relatif rendah
7. Prosedur operasi alat dan pemeliharaan alat yang mudah dan sederhana
8. Umur alat yang tinggi
9. Undang-undang perburuhan termasuk keselamatan kerja untuk para pelaksana.

67
KEL. 5
Bangunan Air

Setelah secara garis beras ditentukan alternatif-alternatif yang mendekati dengan


asumsi yang wajar untuk pelaksanaan pekerjaan, secara kasar dapat diperkirakan
jumlah biaya keseluruhan untuk tiap-tiap alternatif, sehingga alternati-alternatif dapat
dibandingkan dari segi besarnya biaya. Dengan demikian, pemilihan alat bukan
didasarkan pada besarnya produksi atau kapasitas alat, tetapi didasarkan pada biaya
termurah untuk tiap cu / yard atau cu / meter produksinya.

Komponen-komponen biaya produksi yang mempengaruhi harga satuan pekerjan


adalah :
1. Biaya Pemilikan (Ownership Cost)
2. Biaya Operasi (Operating Cost)
3. Biaya Perbaikan (Repairing Cost)
4. Biaya Tidak Langsung (Undirect Cost)

68

Anda mungkin juga menyukai