Anda di halaman 1dari 21

KOHESI DAN KOHERENSI

Dosen Pembimbing :

Nur Azmi Alwi, S.S,M.Pd


KAJIAN KEBAHASAAN
KELOMPOK 1

AFIFAH BERTI (21129336)


ANESYA FITRI (21129010)
ANGELIA NANDA PUTRI (21129348)
AUFA MUTAHIRA PARTA (21129357)
AHMAD ULIL ARYA (21129157)
ARYA ACHMADI (21129173)
BANI HASNATUL AULIA (21129025)
DILLA FEBRIANTI (21129185)
DINDA AZANI (21129371)

20XX SAMPLE FOOTER TEXT 2


KOHESI
A. Pengertian
Kohesi atau kepaduan wacana ialah keserasian hubungan antarunsur yang
satu dengan unsur yang lain dalam wacana, sehingga terciptalah pengertian
yang koheren. Kohesi mengacu pada aspek bentuk atau aspek formal
bahasa, dan wacana itu terdiri dari kalimat-kalimat. Sehubungan dengan
hal tersebut, Tarigan (1987: 96) mengatakan bahwa kohesi atau kepaduan
wacana merupakan aspek formal bahasa dalam wacana. Dengan kata lain,
bahwa kepaduan wacana merupakan organisasi sintaktik, wadah kalimat-
kalimat disusun secara padu dan padat untuk menghasilkan tuturan. Hal ini
berarti pula bahwa kepaduan wacana ialah hubungan antarkalimat di dalam
sebuah wacana, baik dalam strata gramatikal maupun dalam strata leksikal
tertentu (Gutwinsky dalam Tarigan, 1987: 96).
Penanda yang digunakan untuk mencapai kekohesifan wacana ialah sebagai berikut :

1. Pronomina, disebut juga kata ganti. Dalam bahasa Indonesia kata ganti terdiri dari
kata ganti diri, kata ganti petunjuk, kata ganti empunya, kata ganti penanya, kata ganti
penghubung, dan kata ganti taktentu.
➢ Kata ganti diri, dalam bahasa Indonesia meliputi: saya, aku, kami, kita, engkau,
kau, kamu. Kalian, anda, dia, dan mereka.
➢ Kata ganti petunjuk, dalam bahasa Indonesia meliputi: ini, itu, sini, sana, di sini, di
sana, di situ, ke sini, dan ke sana.
➢ Kata ganti penanya, dalam bahasa Indonesia meliputi: apa, siapa, dan mana.
➢ Kata ganti penghubung, dalam bahasa Indonesia yaitu yang.
➢ Kata ganti taktentu, dalam bahasa Indonesia meliputi: siapa-siapa, masingmasing,
sesuatu, seseorang, para
2. Substitusi merupakan hubungan gramatikal, lebih bersifat hubungan kata dan
makna.Substitusi dalam bahasa Indonesia dapat bersifat nominal, verbal, klausal,
dan campuran.Misalnya: satu, sama, seperti itu, sedemikian rupa, demikian pula,
melakukan hal yang sama.
3. Elipsis ialah peniadaan kata atau satuan lai yang wujud asalnya dapat
diramalkan dari konteks luar bahasa. Elipsis dapat pula dikatakan penggantian nol
(zero), sesuatu yang ada tetapi tidak diucapkan atau tidak dituliskan. Elipsis dapat
pula dibedakan atas elipsis nominal, elipsis verbal, dan elipsis klausal.
4. Konjungsi digunakan untuk menggunakan kata dengan kata, frasa dengan
frasa, klausa dengan klausa, atau paragraf dengan paragraf (Tarigan, 1987: 101).
Konjungsi dalam bahasa Indonesia dikelompokkan menjadi:
➢ konjungsi adversatif : tetapi, namun
➢ konjungsi kausal : sebab, karena
➢ konjungsi koordinatif : dan, atau, tetapi
➢ konjungsi korelatif : entah, baik, maupun
➢ konjungsi subordinatif : meskipun, kalau, bahwa
➢ konjungsi temporal : sebelum, sesudah
20XX SAMPLE FOOTER TEXT 5
5. Leksikal diperoleh dengan cara memilih kosakata yang
serasi, misalnya pengulangan kata yang sama, sinonim,
antonim, hiponim, kolokasi, dan ekuivalen. Ada beberapa cara
untuk mencapai aspek leksikal kohesi, antara lain:
➢ pengulangan kata yang sama : pemuda – pemuda
➢ sinonim : pahlawan – pejuang
➢ antonim : putra – putri
➢ hiponim : angkutan darat – kereta api, bis, mobil
➢ kolokasi : buku, koran, majalah – media massa
➢ ekuivalensi : belajar, mengajar, pelajar, pengajaran
B. JENIS-JENIS
Kohesi wacana terbagi dalam dua aspek
yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal.
1. Kohesi Gramatikal

Kohesi gramatikal adalah kepaduan yang dicapai dengan menggunakan elemen dan aturan gramatikal. Kohesi gramatikal,
antara lain, dapat terbentuk melalui rujukan, substitusi, dan elipsis. Hal itu dapat disimak pada contoh berikut.

Orang tua ada yang setuju bahwa siswa boleh membawa telepon seluler ke sekolah karena merela berpikir hal itu dapat
memudahkan orang tua untuk dapat menghubungi anaknya.

Ketika telepon seluler berdering ketika guru sedang mengajar di dalam kelas, meskipun hanya mode getar, guru akan
kehilangan beberapa saat kesempatan mengajar karena terganggu. Hal itu akan merugikan seluruh kelas.

Berdasarkan contoh (1) tersebut, -nya pada kata anaknya, merujuk pada orang tua; sedangkan pada contoh (2) frasa hal
itu merujuk pada kalimat guru akan kehilangan kesempatan mengajar. Sarana kohesi gramatikal meliputi referen,
substitusi, elipsis, dan konjungsi.
Sarana kohesi gramatikal meliputi referen, substitusi, elipsis, dan konjungsi.

• Referen (pengacuan)
Referensi atau pengacuan merupakan hubungan antara kata dengan acuannya.
➢ Pengacuan Anaforis (anaphoric reference).
Pengacuan anaforis adalah jika satuan lingual mengacu pada satuan lingual lain yang
mendahuluinya, mengacu anteseden di sebelah kiri.
➢ Pengacuan Kataforis (cataphoric reference)
adalah jika satuan lingual mengacu pada satuan lingual lain yang mengikutinya, atau
mengacu anteseden di sebelah kanan (Sumarlam 2003:23-24)

Satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain itu dapat berupa persona
(kata ganti orang), demonstratif (kata ganti penunjuk), dan komparatif (satuan lingual yang
berfungsi membandingkan antara unsur satu dengan unsur lainnya). Dengan demikian, jenis
kohesi gramatikal pengacuan tersebut diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu pengacuan
persona,
pengacuan demonstratif, dan pengacuan komparatif.
• Pengacuan Persona
Pengacuan persona direalisasikan melalui pronomina persona (kata ganti orang), yang
meliputi persona pertama (persona 1), kedua (persona 2), dan ketiga (persona 3), baik tunggal maupun jamak
Persona 1
➢ Tunggal: aku, saya, hamba, gua/gue, ana/ane
Terikat lekat kiri: ku–
Terikat lekat kanan: –ku
➢ Jamak: kami, kita
Persona 2
➢ Tunggal: kamu, anda, kau, saudara
Terikat lekat kiri: kau–
Terikat lekat kanan: –mu
➢ Jamak: kalian, kamu semua, anda semua
Persona 3
➢ Tunggal: dia, ia, beliau
Terikat lekat kiri: di–
Terikat lekat kanan: –nya
➢ Jamak: mereka
• Pengacuan Demonstratif
Pengacuan demonstratif (kata ganti penunjuk) dapat dibedakan menjadi dua,
1. Demonstratif waktu.
Kini: sekarang, hari ini, kini, sekarang, saat ini
Lampau: kemarin, dahulu, kebelakang, dulu, …yang lalu
Yang akan datang: besok, esok, kedepan, …depan, …yang akan datang
Netral: pagi, siang, sore, malam

2. Demonstratif tempat
Dekat dengan penutur: ini, di sini, ke sini
Agak dekat dengan penutur: itu, di situ, ke situ
Jauh dari penutur: sana, di sana, ke sana
Eksplisit: Semarang, Demak, Sala

➢ Pengacuan komparatif (Perbandingan)


Pengacuan komparatif (perbandingan) adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang bersifat
membandingkan dua hal atau lebih yang mempunyai kemiripan atau kesamaan dari segi
bentuk/wujud, sikap, sifat, perilaku, dan sebagainya. Kata-kata yang biasa digunakan untuk
membandingkan misalnya kaya, mirip, persis, meh padha, dan sebagainya.
• Substitusi (penyulihan)

➢ Substitusi nominal
Substitusi nominal adalah penggantian satuan lingual yang berkategori nomina (kata
benda) dengan satuan lingual lain yang juga berkategori nomina. Misalnya kata derajat,
tingkat diganti dengan pangkat, kata gelar diganti dengan titel.

➢ Substitusi verbal
Substitusi verbal adalah penggantian satuan lingual yang berkategori verba (kata kerja)
dengan satuan lingual lainnya yang juga berkategori verba.

➢ Substitusi frasal
Substitusi frasal adalah penggantian satuan lingual tertentu yang berupa kata atau frasa
dengan satuan lingual lainnya yang berupa frasa.

➢ Substitusi klausal
Substitusi klausal adalah penggantian satuan lingual tertentu yang berupa klausa atau
kalimat dengan satuan lingual lainnya yang berupa kata atau frasa.
• Elipsis (pelesapan)
Pelesapan dapat dibagi menjdi :
1. Pelesapan lokatif terjadi jika unsur yang dilesapkan berupa kata yang
menunjukkan
tempat.
2. Pelesapan pasientif terjadi jika unsur yang dilesapkan berupa kata yang
menunjukkan
sasaran atau objek.
3. Pelesapan agentif terjadi jika unsur yang dilesapkan berupa pelaku atau
subjek.
4. Pelesapan tindakan terjadi jika unsur yang dilesapkan berupa tindakan,
perbuatan atau predikat.
5. Pelesapan instrumental terjadi jika unsur yang dilesapkan berupa kata yang
menunjukkan alat.
6. Pelesapan temporal terjadi jika unsur yang dilesapkan berupa kata yang
menunjukkan waktu.
• Konjungsi (perangkaian)
Konjungsi (kata sambung) adalah bentuk atau satuan kebahasaan yang berfungsi
sebagai penyambung, perangkai atau penghubung antara kata dengan kata, frasa
dengan frasa, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, dan seterusnya.
Konjungsi disebut juga sarana perangkaian unsur-unsur kewacanaan.
➢ Konjungsi koordinatif
Konjungsi koordinatif yaitu konjungsi yang menghubungkan dua unsur sintaksis
yang memiliki status yang sama, baik unsur itu klausa, frasa, kata. Contohnya
yaitu: dan, dengan, serta, atau, kemudian, lantas, terus, adapun, dan lagi, tetapi,
melainkan, padahal, dan sedangkan.
➢ Konjungsi subordinatif
Konjungsi subordinatif yaitu konjungsi yang menghubungkan dua unsur sintaksis
yang berupa klausa yang tidak memiliki status yang sama.
➢ Konjungsi korelatif
Konjungsi korelatif yaitu konjungsi yang terdiri atas dua bagian yang dipisahkan
oleh
salah satu kata, frasa atau klausa yang dihubungkan
• ➢ Konjungsi antarkalimat
Konjungsi ini bertugas menghubungkan kalimat yang satu
dengan kalimat yang lain.
Konjungsi ini secara bentuk berada bersama-sama dengan
suatu kalimat, sehingga
menjadi bagian dari kalimat yang bersangkutan, akan tetapi
secara maknawi juga terikat pada kalimat yang lain (kalimat
yang berada di depannya).
➢ Konjungsi antarparagraf.
Konjungsi ini menghubungkan paragraf yang satu dengan
paragraf yang lain.
2. Kohesi Leksikal
Kohesi leksikal dapat dibedakan menjadi enam macam, sebagai
berikut.
A. Repetisi (pengulangan). Repetisi adalah pengulangan satuan lingual
(bunyi suku kata, kata atau bagian kalimat) yang dianggap penting
untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai (Sumarlam
2003:35)
Berdasarkan tempat satuan lingual yang
diulang dalam baris, klausa atau kalimat, repetisis dapat dibedakan
menjadi delapan macam, yaitu repetisi epizeuksis, tautotes, anafora,
epistrofa, simploke, mesodiplosis, epanalepsis, dan anadiplosis.
B. Sinonimi (Padan Kata). Aspek leksikal selain repetisi adalah
sinonimi. Fungsi dari sinonimi adalah untuk menjalin hubungan
makna yang sepadan antara satuan lingual tertentu dengan satuan
lingual yang lain dalam wacana.Berdasarkan wujud satuan
lingualnya, sinonimi dapat dibedakan menjadi lima macam,
➢ sinonimi antara morfem (bebas) dengan morfem (terikat),
Aku mohon kau mengerti perasaanku.
Kamu boleh bermain sesuka hatimu.
Dia terus berusaha mencari jatidirinya
➢ kata dengan kata,
Meskipun sedikit, saya sudah menerima bayaran. Setahun menerima gaji 80%. SK PNS ku
keluar. Gajiku naik.
➢ kata dengan frasa atau sebaliknya,
Kota itu semalam dilanda hujan dan badai. Akibat adanya musibah itu banyak
gedung yang runtuh, rumah-rumah penduduk roboh, dan pohon-pohon pun
tumbang disapu badai.
➢ frasa dengan frasa,
Tina adalah sosok wanita yang pandai bergaul. Betapa tidak. Baru pindah dua
hari ke sini, dia sudah bisa beradaptasi dengan baik.
➢ klausa/kalimat dengan klausa/kalimat.
Gunakan landasan teori yang tepat untuk memecahkan masalah tersebut.
Pendekatan yang digunakan untuk menyelesaikan persoalan itu pun juga harus
akurat
C. Antonimi (lawan makna). Istilah antonimi dipakai untuk
menyatakan lawan makna
sedangkan kata yang berlawanan disebut antonim.
D. Kolokasi (sanding kata). Kolokasi atau sanding kata adalah
asosiasi tertentu dalam
menggunakan pilihan kata yang cenderung digunakan secara
berdampingan.
E. Hiponimi (hubungan atas-bawah). Hiponimi dapat diartikan
sebagai satuan bahasa (kata, frasa, kalimat) yang maknanya
dianggap merupakan bagian dari makna satuan lingual yang lain.
F. Ekuivalensi (kesepadanan). Ekuivalensi adalah hubungan
kesepadanan antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual
yang lain dalam sebuah paradigma.
KOHERENSI
Koeherensi adalah kekompakan hubungan antar kalimat
dalam wacana. Koherensi juga hubungan timbal balik yang
serasi antar unsur dalam kalimat Keraf (dalam Mulyana
2005: 30).
Ada beberapa penanda koherensi yang digunakan dalam
penelitian ini, diantaranya penambahan (aditif), rentetan
(seri), keseluruhan ke sebagian, kelas ke anggota,
penekanan, perbandingan (komparasi), pertentangan
(kontras), hasil (simpulan), contoh (misal), kesejajaran
(paralel), tempat (lokasi), dan waktu (kala).
Ada beberapa penanda koherensi yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya penambahan (aditif), rentetan
(seri), keseluruhan ke sebagian, kelas ke anggota, penekanan, perbandingan (komparasi), pertentangan (kontras),
hasil (simpulan), contoh (misal), kesejajaran (paralel), tempat (lokasi), dan waktu (kala).
• Penambahan (aditif), penanda koherensi yang bersifat aditif atau berupa penambahan antara lain: dan, juga,
selanjutnya, lagi pula, serta.
• Rentetan (seri), penanda koherensi yang berupa rentetan atau seria ialah pertama, kedua, berikut, kemudian,
selanjutnya, akhirnya.
• Keseluruhan ke sebagian, yaitu pembicaraan atau tulisan yang dimulai dari keseluruhan, baru kemudian beralih
atau memperkenalkan bagian-bagiannya.
• Kelas ke anggota, yang dimaksud penanda koherensi ini ialah dengan menyebutkan bagian yang umum menuju
ke bagian-bagian lebih khusus
• Penekanan, yang dimaksud penenda koherensi ini ialah kata atau frasa yang memberikan penekanan terhadap
kalimat sebelumnya ataupun kalimat sesudahnya.
• Perbandingan (komparasi), penanda koherensi ini ialah sama halnya, hal serupa, hal yang sama, seperti, tidak
seperti, dll.
• Pertentangan (kontras), penanda koherensi ini dapat berupa tetapi, tapi, meskipun, sebaliknya, namun, walaupun,
dan namun demikian.
• Hasil (simpulan), yag dimaksud penanda koherensi ini ialah kata atau frasa yang mengacu pada simpulan.
• Contoh (misal), penanda koherensi ini dapat berupa antara lain: umpamanya, misalnya, contohnya.
• Kesejajaran (paralel)
• Tempat (lokasi), penanda koherensi ini antara lain: di sini, di situ, di rumah, dll.
• Waktu (kala), penanda koherensi ini antara lain: mula-mula, sementara itu, tidak lama kemudian, ketika itu.
Hubungan koherensi wacana dibagi menjadi 17, yaitu:
1.Hubungan Sebab Akibat
2. Hubungan Akibat Sebab
3. Hubungan Sarana Hasil
4. Hubungan Sarana Tujuan
5. Hubungan Alasan Tindakan
6.Hubungan latar simpulan
7. Hubungan Kelonggaran Hasil
8. Hubungan Syarat Hasil
9. Hubungan Perbandingan
10. Hubungan Parafrastis
11. Hubungan Amplikatif
12. Hubungan Adiftif
13. Hubungan Identifikasi
14. Hubungan Generik-Spesifik.
15. Hubungan Spesifik-Generik
16. Hubungan Ibarat
17. Argumentatif (makna alasan)
TERIMAKASI
H

TERIMAKASI
H

TERIMAKASI
H

TERIMAKASI
H
TERIMAKASI
H

TERIMAKASI
H
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai