Anda di halaman 1dari 21

ANALISIS BENTUK KALIMAT TINJAUAN FUNGSI DAN

KATEGORI PADA SISWA PENYANDANG AUTISME DI SKH


YENAIZ KOTA TANGERANG

Fareha Rahmatul Zahra


Pendidikan Bahasa Indonesia
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
fareehaarzh@gmail.com

Abstrak

This study examines the functional and categorical parts of sentences used
by students with autism when interacting. The purpose of this research is to
review the function elements and categories of declarative, imperative,
interrogative, and interjective sentences in order to define their forms. The
descriptive qualitative method was used in this research. The listening method
was utilized to collect data for this study, utilizing the basic approach of tapping
and the advanced technique of hearing and freely speaking. This study results
data was analyzed using a matching approach, a basic strategy for sorting the
determining elements, and a comparison of equalizing techniques as an advanced
methodology. The findings revealed that there were 54 bits of data in the form of
declarative sentences, 25 of which were declarative sentences, 12 of which were
imperative sentences, 9 of which were interrogative phrases, and 8 of which were
interjective sentences, all of which were simple sentences.

Keyword: Sentence forms, functional and categorical elements, students with


autism.

1
2

PENDAHULUAN yang mempelajari frasa, kata, dan

Manusia hidup di dunia tidak kalimat, yaitu disebut sebagai

terlepas dengan komunikasi, baik sintaksis. Suatu cabang ilmu

verbal maupun nonverbal. Ketika linguistik yang didalamnya

manusia bersinggungan dengan membahas mengenai kalimat, klausa,

manusia lain untuk menyampaikan frasa dan kata maka disebut sebagai

keperluannya, di sana terdapat suatu sintaksis. Lalu, terdapat satuan

alat yang sifatnya arbitrer, yakni sintaksis yang berbentuk wacana,

bahasa. Bahasa berguna untuk kalimat, klausa, frasa dan kata, serta

penyampaikan pendapat, maksud, yang terakhir, yakni hal-hal yang

ataupun tujuan. Sejalan dengan itu, berkaitan dengan sintaksis,

menurut Badudu (Rosidin, 2017:9) diantaranya adalah modus, aspek,

dalam mengutarakan keinginan, serta lain sebagainya.

perasaan, serta pikiran manusia Manusia seringnya

biasanya akan menggunakan bahasa menggunakan kalimat ketika

sebagai alat dalam berkomunukasi berkomunikasi, hal tersebut

dan menyampaikan maksud. Bahasa dikarenakan kalimat bersifat

berfungsi sebagai penyalur pesan kompleks serta lengkap secara

antara satu individu dengan individu struktur. Dalam kalimat terdapat

lain. berbagai macam pesan yang

Dalam berkomunikasi, diungkapkan, yakni pernyataan,

umumnya manusia menggunakan pertanyaan, perintah, serta seruan.

kata, frasa, kalimat, serta wacana. Semua kalimat tersebut merupakan

Sejalan dengan itu, terdapat studi kajian sintaksis yang ditinjau dari
3

bentuknya. Jenis kalimat tersebut Berkaitan dengan hal tersebut,

memang lazim digunakan oleh tuturan anak penyandang autisme

penutur yang normal. Namun, untuk menarik untuk diteliti. Anak autisme

orang yang mengalami gangguan lazimnya hanya mengujarkan kata

berbahasa, semua kalimat itu atau frasa, tetapi ada pula yang telah

kemungkinan hanya digunakan dapat berbahasa menggunakan

beberapa bentuk. Sejalan dengan itu, kalimat. Setiap kalimat tentu

terdapat berbagai macam gangguan mengandung struktur di dalamnya,

berbahasa, diantaranya berupa salah satunya, yaitu kategori serta

apraxia, dyslexia, alexia, anomia fungsi. Selain itu, bentuk kalimat

aphasia, dan autis. deklaratif, interogatif, serta imperatif,

Penyandang autisme cenderung dan interjeksi dapat dikaji karena

menggunakan kalimat minor seperti lekat keberadaannya dalam

kalimat jawaban singkat serta kehidupan.

sebagainya yang konstituen dasarnya KAJIAN TEORI

berupa kata serta frasa. Namun, pada Istilah sintaksis bermula dari

beberapa kasus terdapat anak autisme bahasa Yunani, Syntaxis yaitu

yang telah dapat menggunakan ‘susunan’ atau ‘tersusun secara

kalimat mayor yang konstituen bersama-sama’ Valin (dalam Khairah

dasarnya berupa klausa, unsur yang & Ridwan, 2014:10). Sejalan dengan

dimiliki sekurangnya subjek serta itu, kata sintaksis yang berasal dari

predikat karena mereka bersekolah Yunani, yakni ‘suntattein’ yang

atau mendapat terapi khusus. berarti menempatkan, bermakna

bahwasanya secara etimologi


4

sintaksis merupakan menempatkan dalam unsur bahasa pada bagian

kata secara bersama-sama menjadi sintaksis.

satu kelompok yang disebut sebagai Berdasarkan beberapa

kalimat. Verhaar (dalam Rosidin, pendapat tersebut, dapat disimpulkan

2017:120). bahwasanya sintaksis merupakan

Terdapat beberapa batasan sebuah ilmu bahasa yang bidang

sintaksis yang mana menurut Ahmad kajiannya meliputi kata, frasa,

(Khairah & Ridwan, 2014:9), klausa, serta kalimat. Setiap unsur

Kalimat merupakan suatu konstruksi dalam sintaksis saling berkaitan atau

yang terbentuk dari hubungan antara berhubungan sehingga membentuk

kata dengan beberapa satuan yang suatu susunan, yakni susunan

lebih besar. Sejalan dengan itu, kalimat.

Stryker (Rosidin, 2017:120) Ilmu Kalimat

yang memelajari seputar pola Memiliki pendapat yang

penyatuan kata-kata menjadi kalimat sejalan, Chaer (2015:44)

disebut dengan sintaksis. menjabarkan makna kalimat

Berkaitan dengan hal itu, menurutnya, yakni klausa atau

Arifin serta Juniyah (Rosidin, konstituen dasar, yang kemudian

2017:120) mengatakan bahwasanya diimbuhi dengan konjungsi, serta

sintaksis merupakan ilmu yang juga diiringi dengan intonasi final

memelajari perihal hubungan akan membentuk suatu satuan tata

antarkata di dalam sebuah penuturan, bahasa, yakni kalimat.

dan frasa, klausa juga kalimat Sebagai tambahan, Chaer

merupakan hal yang termasuk ke (2015:44) berpendapat bahwasanya


5

intonasi final merupakan syarat wajib kalimat berita, merupakan

dari proses pembentukan suatu kalimat yang berisi informasi

kalimat. Intonasi dapat berupa kepada para pembaca ataupun

intonasi deklaratif (tanda titik), pendengar. Kalimat deklaratif

imperatif (tanda seru), dan interogatif ini dibangun oleh sebuah

(tanda tanya). Tidak akan terbentuk klausa, dua buah klausa, tiga

suatu kalimat tanpa adanya intonasi buah klusa, atau juga lebih;

final. atau dalam wujud kalimat

Selain itu, Rosidin sederhana, kalimat rapatan,

(2017:149) berpendapat demikian, klausa setara, kalimat

bahwa kalimat dapat dikelompokkan bertingkat, maupun kalimat

dengan pola berikut: (1) Keefektifan; luas kompleks; sesuai dengan

(2) Jumlah klausa; (3) Cara besarnya atau luasnya isi

pengungkapannya; (4) Peran subjek, pernyataan yang ingin

dan (5) bentuk sintaksisnya. disampaikan.

Yangmana kalimat berita, kalimat 2. Kalimat perintah

perintah, kalimat tanya, serta kalimat Menurut Miftahul & Ridwan,

seruan termasuk dalam jenis kalimat (2014:222) merupakan

berdasarkan bentuk sintaksisnya. kalimat yang diucapkan

1. Kalimat berita dengan harapan supaya

Menurut pendapat Miftahul pendengar atau pelaku akan

& Ridwan (2014:222) melakukan tindakan sesuai

kalimat deklaratif atau yang dengan yang dituturkan pada

lebih umum dikenal sebgai kalimat perintah. Sejalan


6

dengan pendapat tersebut, tanya akan diberikan tanda

Chaer, (2015:197) tanya pabila kalimat tersebut

mengatakan bahwasanya ditulis, serta naik turunnya

kalimat imperatif ialah intonasi apabila diucapkan.

kalimat yang digunakan 4. Kalimat seruan

ketika seseorang ingin orang Menurut Miftahul & Ridwan

lain bertindak sesuai apa yang (2014:228) menyebutkan

ia ucapkan. Kalimat imperatif kalimat seruan (interjektif)

berupa imbauan, perintah, dipakai untuk menunjukkan

dan larangan. emosi atau perasaan.

3. Kalimat tanya Umumnya kalimat ini diawlai

Menurut Miftahul & Ridwan oleh kata seru, seperti wah,

(2014:228) menjelaskan alangkah, aduh, ah, hah,

dalam memperoleh informasi betapa, oh, bukan main, serta

mengenai suatu hal maka sebagainya. Sependapat

digunakan kalimat tanya. Ciri dengan hal tersebut, menurut

kalimat tanya secara formal Chaer (2015:199), Kalimat

adalah terdapat kata tanya interjektif adalah kalimat

seperti berapa, siapa, kapan, yang muncul karena adanya

mengapa, bagaimana, bentuk emosi yang dirasakan

dimana, dan apa. Lebih oleh pembicara. Bentuk

lanjut, biasanya kalimat akan emosi ini bisa bermacam-

dibubuhi penegas berupa kah. macam, misalnya marah,

Di akhir kalimat, kalimat gelisah, kagum, bahagia,


7

senang, kecewa, sedih, Menurut (Alwi, 2003; Irmansyah,

maupun heran. Kalimat ini 2015) menjelaskan bahwa fungsi

terbentuk dengan klausa sintaksis berkaitan dengan urutan

yang diberi imbuhan kata kata atau frasa dalam kalimat. Fungsi

seru (ah, alangkah, wah, serta sintaksis yang utama, ialah predikat,

sebagainya) pada awalannya. subjek, objek, pelengkap dan

Unsur fungsional dan kategorial keterangan. Pendapat lainnya yang

serupa, menurut (Verhaar, 1978;

Chaer 2015:20), menjelaskan

bahwasanya yang dimaksud dengan

fungsi sintaksis merupakan semacam

“kotak-kotak” atau “tempat-tempat”

dalam struktur sintaksis yang

kedalamannya akan diisikan

kategori-kategori tertentu. Kotak-

kotak bernama subjek (S), predikat

(P), objek (O), Kompelemen (Komp),

serta Keterangan (Ket).

Berbeda dengan pendapat

sebelumnya, menurut Badudu

(Susandhika, Laksana, serta

Suparwa, 2016) menjelaskan bahwa

“tataran kategori membagi kalimat

atas kelas kata (kata benda atau


8

nomina, kata kerja atau verba, kata klausa verbal, serta kategori A serta

sifat atau adjektiva, kata keterangan FA mengisi fungsi P pada klausa

atau adverbial, kata ganti atau adjektiva.

pronominal, kata bilangan atau Gangguan Berbahasa

numeralia, kata depan atau preposisi, Berbahasa merupakan peosess

kata penghubung atau konjungsi, mengeluarkan pikiran yang

kata seru atau interjeksi, serta kata menggunakan alat, yakni bahasa.

sandang atau artikel).” Dalam berbahasa dapat juga terjadi

Pengisi fungsi sintaksis dapat gangguan yang menyebabkan proses

berupa kata dapat pula berupa frasa, bahasa itu terganggu. Menurut Indah

sehingga di samping ada kata nomina (2017: 112), Gangguan berbahasa

ada pula frasa nominal (FN), selain telah bisa dideteksi sejak masih kecil.

kata verba terdapat pula frase verbal, Jenisnya pun cukup banyak. Jenis-

serta di samping kata ajektifa jenis gangguan tersebut antara lain

terdapatpula frase adjectival (FA), di celebral palsy, gagap, disleksia,

samping ada kata numeralia ada pula spectrum autism, atraksia, serta

frasa numeral (FNum), serta di speech delay. Untuk saat ini

samping kata preposisi terdapat pula prevalensi yang banyak nampak

frasa preposisional (FProp). Secara merujuk pada gangguan speech

formal kategori N atau FN mengisi delay, kemudian berikutnya

fungsi S dan atau O pada klausa prevalensi dari spektrum autisme.

verbal; dapat pula mengisi fungsi P Senada dengan itu, Autisme

pada klausa nominal. Kategori V merupakan paham yang hanya

serta FV mengisi fungsi P pada tertarik pada dunia sendiri, serta anak
9

penyandang autis umumnya mengalami keterbelakangan mental

memiliki gangguan pada sistem (intelegensi di atas 70).”

syaraf, yang akibatnya mereka tidak METODE DAN TEKNIK

mampu berkomunikasi serta PENELITIAN

mengerti perasaan orang lain. Autist Penelitian ini bersifat kualitatif

sama dengan autis, yakni anak yang karena tidak mengombinasikan

mengalami gangguan autisme. dengan variabel lainnya, tetapi

Autistic child sama dengan autistik menggunakan data visual serta

merupakan keadaan anak yang tekstual pada anak penyandang

mengalami gangguan autisme. autisme. Penelitian ini menggunakan

Penyandang autisme seakan tidak metode kualitatif karena sesuai

perduli dengan stimulus-stimulus dengan data yang akan diperoleh.

yang datang dari orang lain. Data berupa kata-kata atau kalimat

Selanjutnya, Sleeuwen (Iswari, serta tidak menggunakan angka. Data

Mega & Nurhastuti, 2016:11) yang telah dihasilkan bertujuan untuk

mengklasifikasikan anak autistik ke mendeskripsikan bentuk kalimat

dalam tiga kelompok, yakni “sekitar deklaratif, imperatif, interogatif, serta

60% anak-anak autistik mengalami interjektif berdasarkan tinjauan

keterbelakangan mental sedang serta fungsi dan kategori.

berat (IQ di bawah 50), sekitar 20% Penelitian ini menggunakan

anak autistik mengalami metode simak. Adapun teknik dasar

keterbelakangan mental ringan dalam penelitian ini menggunakan

(memiliki IQ 50-70), sekitar 20% teknik sadap, kemudian teknik simak

lagi dari anak autistik tidak bebas libat cakap, teknik rekam, dan
10

teknik catat dipilih sebagai teknik

lanjutannya. Selain itu, analisis

penelitian ini menggunakan metode

padan berjenis referensial yangmana

alat penentunya berupa bahasa atau

ujaran. Teknik dasar yang digunakan

pada penelitian ini berwujud teknik

pilah unsur penentu (PUP) yangmana

dengan memilah kalimat berdasarkan

bentuk sintaksisnya pada tuturan

siswa penyandang autisme yang

digunakan untuk berkomunikasi.

Serta, teknik hubung banding

menyamakan (HBS) sebagai teknik

lanjutan.
11

Sumber Data Penelitian Tuturan [2] tersebut berisi

Penelitian ini menggunakan informasi mengenai warna

sumber data rekaman percakapan yang ditanyakan oleh

antara subjek penelitian, yaitu siswa gurunya. Tuturan [2] di atas

penyandang autisme bernama Sahila merupakan kalimat deklaratif.

Ghina Erika (Tari) dengan gurunya Menurut Chaer (2015:187),

dan direkam sebanyak 4 kali dalam kalimat deklaratif dibangun

sebulan. Data yang direkam berupa oleh sebuah klausa berisikan

ujaran atau kata-kata atau kalimat penyampaian pernyataan

yang gunakan untuk berkomunikasi yang ditujukan kepada orang

oleh siswa penyandang autisme, serta lain. Tuturan [2] di atas tidak

dilakukan dengan pengamatan memerlukan jawaban. Namun

berperanserta. Kemudian, penelitian dapat diberi komentar bila

dilakukan di SKH Yenaiz Kota dianggap perlu. Dilihat dari

Tangerang yang terletak di Jl. H. ciri penggunaannya, tuturan

Ridwan I, Rt.04/Rw.012, Kelurahan [2] di atas termasuk untuk

kunciran Indah, Kecamatan Pinang, memberi keterangan jawaban

Kota Tangerang, Banten 15144. atas pertanyaan yang

Analisis Data ditujukan padanya.

1. Analisis Data Kalimat Berdasarkan unsur

Deklaratif fungsionalnya, tuturan [2]

terdiri atas unsur fungsi

Analisis Nomor data: 1


Kode data: R1,D1,T7-KD
Data: Warna oren
Kalimat percakapan:
Bu Neneng: “Ini suruh ngewarnain nih
sama bu Ida, ini warna apa?” [1]
Tari: “Warna oren” [2]
12

predikat berkategori frasa berdasarkan pengertiannya

nomina. Tuturan [2] termasuk termasuk dalam kalimat

kategori frasa nomina karena imperatif. Sejalan dengan itu,

mengisi fungsi objek. menurut Chaer, (2015:197),

Kalimat yang diwujudkan kalimat imperatif merupakan

dengan frasa tersebut kalimat yang meminta

sesungguhnya, jika pendengar atau pembaca

diungkapkan secara melakukan suatu tindakan.

gramatikal akan berbunyi ini Tuturan [84] di atas

adalah warna oren, namun berdasarkan ciri

pada anak penyandang penggunaannya berjenis

autisme hanya dapat berujar kalimat yang mengharapkan

kalimat sederhana yang adanya reaksi tindakan fisik.

dibentuk dari sebuah Tuturan [84] secara unsur

klausa/frasa sederhana fungsionalnya, diisi oleh

(Chaer, 2015:163). tempat kosong bernama

2. Analisis Data Kalimat keterangan berupa frasa sama

Imperatif bu Ida berkategori frasa

Analisis Nomor data: 1


Tuturan [84] digunakan Kode data: R1,D1,T9-KIM
Data: Sama bu Ida!
penutur untuk memerintah Bu
Kalimat percakapan:
Neneng menjauhi meja belajarnya Bu Neneng: “Ayo belajar! Nanti
karena penutur hanya ingin belajar ibu kasih anak kucing” [83]

dengan Bu Ida. Tuturan [84] Tari: “Sama bu Ida!” [84]


13

preposisi. Tuturan [84] yang mengharapkan adanya

terbentuk dari frasa preposisi jawaban secara verbal dari

karena menduduki fungsi pihak pendengar.

keterangan dalam sebuah Berdasarkan cirinya, tuturan

klausa. [132] merupakan kalimat

interogatif yang meminta


3. Analisis Data Kalimat
pengakuan jawaban “ya” atau
Interogatif
“tidak”. Tuturan [132]
Nomor data: 1 dibangun oleh unsur
Kode data: R3,D1,T3-KIN
fungsional bernama predikat
Data: Kasih bu Ida?
Kalimat percakapan: berupa kata kasih berkategori
Tari: “Kasih bu Ida?” [132] verba, dan ditempati oleh
Bu Ida: “Iya, kasih bu Ida” [133]
unsur fungsional bernama

keterangan berupa frasa bu


Analisis
Ida berkategori frasa
Tuturan [132] tersebut
preposisional. Tuturan [132]
digunakan penutur ketika secara
terdiri atas frasa preposisi
sengaja mengambil buku milik
karena menduduki fungsi
gurunya di atas meja murid yang
keterangan pada sebuah
lain. Tuturan [132] merupakan
klausa. Kalimat interogatif di
kalimat interogatif yang dibentuk
atas sesungguhnya, jika
dengan cara memberi intonasi tanya
diujarkan dengan unsur
pada sebuah klausa. Senada dengan
gramatikal yang sesuai akan
pernyataan Chaer, (2015:189) bahwa

kalimat interogatif adalah kalimat


14

berbunyi apakah ini boleh diucapkan penutur dengan

dikasih ke bu Ida? raut wajah bahagia. Tuturan

4. Analisis Data Kalimat [176] terbangun atas fungsi

Interjektif yang menyatakan jawaban

dari kalimat seruan itu dan

Nomor data: 8 tidak memiliki fungsi kalimat


Kode data: R3,D8,T44-KINT
(S, P, O, K, Ket).
Data: Terima kasih!
Kalimat percakapan:
HASIL DAN PEMBAHASAN
Peneliti: “Dibawa ya!” [174]
Mama Tari: “Bilang apa?” [175] Pada penelitian ini, peneliti

Tari: “Terima Kasih!” [176] mengkaji bentuk kalimat deklaratif,

kalimat imperatif, kalimat

Analisis interogatif, kalimat interjektif dan

Tuturan [176] unsur fungsional serta unsur

digunakan penutur ketika katgorial pada ujaran siswa

mengucapkan rasa senang ketika penyandang autisme di Sekolah

diberi balon oleh penliti. Tuturan Khusus Yenaiz Kota Tangerang.

[176] merupakan kalimat interjektif, Berelasi dengan hal tersebut, temuan

yang terbentuk atas sebuah klausa hasil penelitian ini telah menjawab

diawali dengan kata seru untuk apa yang telah diterakan pada fokus

menyatakan emosi (Chaer, dan pertanyaan penelitian, yakni (1)

2015:199). Tuturan [176] di atas Kalimat deklaratif ditemukan

berdasarkan ciri penggunaannya sebanyak buah 25 data; (2) Kalimat

termasuk kalimat interjektif untuk interogatif sebanyak 9 buah data; (3)

menytakan emosi senang. Ujaran ini Kalimat imperatif ditemukan


15

sebanyak 12 buah data; dan (4) kalimat deklaratif, kalimat imperatif,

Kalimat interjektif ditemukan kalimat interogatif, dan kalimat

sebanyak 8 buah data. Dengan interjektif. Pada ujaran yang

demikian, diketahui bahwa semua diproduksi oleh siswa penyandang

jenis kalimat berdasarkan bentuk autisme tersebut, jenis kalimat yang

sintaksisnya telah mampu diproduksi sering digunakan, yakni bentuk

oleh anak penyandang autisme, kalimat deklaratif sejumlah 25 buah

meskipun kalimat ujarannya hanya data dan hanya berupa kalimat

berupa kalimat sederhana yang sederhana dengan urutan kalimat

terbangun atas klausa sederhana yang belum sesuai.

dengan fungsi sintaksisnya pun Ujaran yang disampaikan oleh

berupa kata atau frasa sederhana. siswa penyandang autisme berupa

Bicara mengenai jenis kalimat kalimat sederhana tersebut terbangun

yang lazim digunakan oleh manusia, atas unit pembangun kalimat, yakni

Chaer (2015:187-200) menjelaskan (1) unsur fungsional dan (2) unsur

bahwa jenis kalimat tersebut kategorial. Sehubungan dengan itu,

berwujud kalimat deklaratif, kalimat penelitian ini pun mengkaji

imperatif, kalimat interogatif, dan mengenai unsur fungsional dan unsur

kalimat interjektif. Didasari oleh kategorial pada bentuk kalimat

teori tersebut, peneliti mengkaji deklaratif, imperatif, interogaitf, dan

bahwasanya ujaran yang digunakan interjektif. Membahas mengenai

untuk berkomunikasi oleh anak unsur fungsional dan unsur

penyandang autisme di SKH Yenaiz kategorial, Chaer (2015:206) kembali

mengandung penggunaan bentuk menjelaskan bahwa dalam ranah


16

sintaksis yang lazim dibicarakan P+S, P+O, S+P, dan P saja; fungsi O

adalah (1) struktur sintaksis, yang sebanyak 5 buah data, dengan

membahas mengenai masalah fungsi, susunan P+O+K, O+K, dan O; fungsi

kategori, dan peran; (2) satuan K sebanyak 11 buah data, dengan

sintaksis yang berupa kata, frasa, susunan P+O+K, S+K, O+K, P+K,

klausa, dan kalimat; (3) hal lainnya, K+P, dan K saja, serta kategori yang

seperti modus, aspek, dan lain-lain. ditemui berupa frasa nomina, frasa

Menilik pada teori di atas, verba, frasa preposisi, frasa

peneliti menemukan bahwa pada konjungsi, frasa adverbia, verba,

ujaran yang digunakan oleh siswa nomina, dan adverbia; (2) pada

penyandang autisme untuk kalimat imperatif ditemukan fungsi

berkomunikasi, terbangun atas subjek sebanyak 1 buah data dengan

sebuah frasa yang menduduki unsur susunan S+P; fungsi Predikat

subjek, predikat, objek, keterangan, sebanyak 9 buah data, dengan

maupun pelengkap dengan unsur susunan S+P, P+O, dan P saja;

kategorial yang beragam. Adapun fungsi Objek sebanyak 2 buah data,

temuan hasil mengenai unsur fungsi dengan susunan P+O; fungsi K

dan unsur kategorial yang ditemukan sebanyak 2 buah data dengan

dalam penelitian ini, meliputi (1) susunan K saja, serta kategori yang

pada kalimat deklaratif ditemukan ditemui berupa frasa verba, frasa

fungsi Subjek sebanyak 7 buah data, nomina, frasa adverbia, frasa

dengan susunan S+K, S+P, P+S; preposisi, dan nomina; (3) pada

fungsi Predikat sebanyak 17 buah kalimat interogatif ditemukan fungsi

data, dengan susunan P+O+K, P+K, subjek sebanyak 4 buah data, dengan
17

susunan S+P, P+S, S+P+O; fungsi (2015: 20-187) menjelaskan bahwa

Predikat sebanyak 9 buah data, kalimat yang digunakan oleh

dengan susunan P+K, S+P, P+S, manusia, terbagi menjadi beberapa

K+P+K, P+Pel, S+P+O, dan P saja; jenis sesuai dengan fungsinya, antara

(4) pada kalimat interjektif lain (1) kalimat deklaratif; (2)

ditemukan sebanyak 8 buah data, kalimat imperatif; (3) kalimat

namun pada kalimat interjektif tidak interogatif; dan (4) kalimat

memilki fungsi sintaksis (S, P, O, K, interjektif. Selain itu, menurut Chaer

Pel-), dan hanya memiliki fungsi dari dalam buku yang berjudul Linguistik

tujuan kalimat tersebut. Pada kalimat Umum, (2015:206-222)

perintah dan seruan, hadir tidaknya menyebutkan dalam masalah

suatu fungsi sintaksis bergantung pembahasan sintaksis yang lazim

pada konteksnya. Oleh karena itu, dibicarakan, yaitu (1) struktur

pada kalimat perintah dan seruan sintaksis, yang mencakup masalah

hanya muncul fungsi yang fungsi, kategori dan peran sintaksis;

menyatakan jawaban, perintah, atau (2) satuan sintaksis yang berupa kata,

seruan (Djoko Kentjono, 1982; frasa, klausa, kalimat; serta (3) hal

Chaer, 2015:211). lainnya seperti masalah modus,

Hasil temuan dari penelitian ini aspek, dan sebagainya. Berdasar

pun sejalan dengan fokus kajian pada teori ahli di atas, penelitian ini

(sintaksis) dan teori yang dirujuk. telah menemukan dan

Berkait dengan pernyataan mendeskripsikan bentuk-bentuk

sebelumnya, Chaer, dalam buku yang kalimat serta meninjau unsur fungsi

berjudul Sintaksis Bahasa Indonesia,


18

dan kategorial pada ujaran siswa K+P, dan K saja, serta kategori

penyandang autisme. yang ditemui berupa frasa

SIMPULAN nomina, frasa verba, frasa

Berdasarkan hasil temuan di preposisi, frasa konjungsi, frasa

atas, peneliti dapat mengambil adverbia, verba, nomina, dan

kesimpulan sebagai berikut. adverbia.

1) Berdasarkan data yang 2) Peneliti menemukan 12 buah

ditemukan dan telah diperiksa data pada kalimat imperatif,

kesahihannya oleh ahli, peneliti yang diprinci sebagai berikut;

menemukan pada kalimat (1) terdapat fungsi subjek

deklaratif sebanyak 25 buah sebanyak 1 buah data dengan

data yang diperinci sebagai susunan S+P; (2) fungsi

berikut; (1) terdapat fungsi Predikat sebanyak 9 buah data,

subjek sebanyak 7 buah data, dengan susunan S+P, P+O, dan

dengan susunan S+K, S+P, P saja; (3) fungsi Objek

P+S; (2) fungsi Predikat sebanyak 2 buah data, dengan

sebanyak 17 buah data, dengan susunan P+O; dan (4) fungsi K

susunan P+O+K, P+K, P+S, sebanyak 2 buah data dengan

P+O, S+P, dan P saja; (3) susunan K saja, serta kategori

fungsi O sebanyak 5, dengan yang ditemui berupa frasa

susunan P+O+K, O+K, dan O; verba, frasa nomina, frasa

dan (4) fungsi K sebanyak 11 adverbia, frasa preposisi, dan

buah data, dengan susunan nomina.

P+O+K, S+K, O+K, P+K,


19

3) Peneliti menemukan 9 buah Oleh karena itu, pada kalimat

data pada kalimat interogatif perintah dan seruan hanya

yang dapat diperinci sebagai muncul fungsi yang

berikut; (1) terdapat fungsi menyatakan jawaban, perintah,

subjek sebanyak 4 buah data, atau seruan (Djoko Kentjono,

dengan susunan S+P, P+S, 1982; Chaer, 2015:211).

S+P+O; dan (2) fungsi Predikat Temuan terpenting dalam

sebanyak 9 buah data, dengan penelitian ini adalah munculnya

susunan P+K, S+P, P+S, kalimat interjektif yang digunakan

K+P+K, P+Pel, S+P+O, dan P dengan baik oleh subjek penelitian

saja. yang dianggap tidak mampu

4) Peneliti menemukan 8 buah diproduksi anak penyandang autisme

data pada kalimat interjektif, pada umumnya. Penggunaan kalimat

namun pada kalimat interjektif yang baik ditunjukkan oleh subjek

tidak ditemukan unsur berupa jelas dalam mengucap setiap

fungsional dan unsur kategorial kata, meskipun kalimat yang muncul

karena kalimat interjektif tidak berupa frasa dan klausa (kalimat

memiliki fungsi sintaksis (S, P, sederhana).

O, K, Pel-), dan hanya Selain itu, subjek penelitian mampu

memiliki fungsi dari tujuan memproduksi berbagai jenis frasa,

kalimat tersebut. Pada kalimat yaitu frasa verba, frasa nomina, frasa

perintah dan seruan, hadir adverbia, frasa preposisi, dan frasa

tidaknya suatu fungsi sintaksis konjungsi dengan fungsi kalimat

bergantung pada konteksnya. yang juga beragam.


20

Selain itu, hasil dari penelitian Yayasan Obor Indonesia. H.P


Grice.
ini dapat diterapkan pada perangkat
Difa, Charlina, dan Hemandra. 2020.
pembelajaran berupa rencana
“Struktur Kalimat Anak
pelaksanaan pembelajaran (RPP) Penyandang Autisme”.
Jurnal TUAH. Vol. 2, No. 2,
untuk siswa berkebutuhan khusus
Desember 2020.
(ABK) dan siswa umum di satu kelas
Djajasudarma, F. (2010). Metode
sekolah inklusi untuk mata pelajaran Linguistik: Ancangan Metode
Penelitian dan Kajian.
Bahasa Indonesia.
Bandung: PT Refika
DAFTAR PUSTAKA
Aditama.
Albab, Suhfi. 2018. “Produksi Ediwarman. 2015. Wawasan
Ujaran Siswa Autis”. Jurnal Membaca dalam Kehidupan.
of language learning and Bandung: Primagraf.
Research (JOLLAR). Firmawati, Dhanawaty, & Sukarini.
Volume. 2(2) 60-68. 2017. “Kemampuan
Basuki, Sulistyo. 2010. Metode Berbahasa Anak Autis Tipe
Penelitian. Jakarta: Penaku. PDDNOS di SLB
Biran, Mega Iswari dan Nurhastuti. Muhammadiyah Sidayu
2018. Pendidikan Anak Gresik: Kajian
Autisme. Kuningan: Goresan Psikolinguistik”. Jurnal
Pena. Linguistika. Vol. 24, No. 47.
Chaer, Abdul. 2015. Linguistik September 2017.
Umum. Jakarta: Rineka Indayani dan Ardhianti. 2014.
Cipta. “Stuktur Kalimat Dasar
Chaer, Abdul. 2015. Sintaksis Bahasa Indonesia pada Anak
Bahasa Indonesia. Jakarta: ADHD (Attention Deficit
Rineka Cipta. Hiperactiv Disorder)”.
Dardjowidjojo, Soenjono. 2014. Jurnal ICETA 5, Surabaya
Psikolinguistik Pemahaman 2014.
Bahasa Manusia. Jakarta:
21

Kurniasari, Sumarti dan Ramdhani. Memahami Satuan Kalimat


2019. “Penguasaan Bahasa Perspektif Fungsi. Jakarta: PT
dalam Komunikasi Lisan Bumi Aksara.
Anak Autis di UPT Rosidin, Odien. 2017. Percikan
Pendidikan ABK Malang”. Linguistik Pengantar
Jurnal ALFABETA. Memahami Ilmu Bahasa.
Volume.3, No. 1, April 2020. Untrirta Press.
Mahpur, Mohammad. 2017. Sudaryanto. 2015. Metode dan
Memantapkan Analisis Data Aneka Teknik Analisis
Kualitatif Melalui Tahapan Bahasa. Yogyakarta: Sanata
Koding. Dharma University Press
Http://respository.uin- Sugiono. 2019. Metode Penelitian
malang.ac.id. [diakses 24 Kuantitatif, Kualitatif, dan
oktober 2021 22.09 WIB] R&D. Bandung: Alfabeta.
Moleong. 2017. Metodologi Tiel, Julia Maria Van. 2018. Anakku
Penelitian Kualitatif. ADHD, Autisme, atau
Bandung: PT Remaja Grifted. Jakarta:
Rosdakarya. Prenadamedia grup.
Muhammad. 2019. Metode Utami, Tresna Sari Diah. 2018.
Penelitian Bahasa. “Pemerolehan Bentuk-Bentuk
Jogjakarta: Ar-Ruzz Kalimat Anak Autis Yayasan
Media. Pelita Hati Palembang”.
Oktaviasari, Della Rahma Fadilla. Jurnal Didacsein Bahasa.
2019. “Analisis Cara Vol.3, No.2, Mei 2018.
Berbahasa Anak Penyandang Zaim, M. 2014. Metode Penelitian
Autisme”. Jurnal Bahasa: Pendekatan
SENASBASA. Volume 3, No. Struktural. Padang: FBS UNP
2, Tahun 2019. Press.
Ridwan, Sakura dan Khairah,
Miftahul. 2014. Sintaksis

Anda mungkin juga menyukai