Anda di halaman 1dari 30

HAKIKAT KOHESI & KOHERENSI

DALAM WACANA

Disampaikan pada Pertemuan Ke-3 dan Ke-4


Perkuliahan Analisis Wacana

oleh: Dr. Budhi Setiawan, M.Pd.

PROGRAM S1 PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2017
1
Subpokok Bahasan:
1.
Pengertian
Kohesi

5.
2.
Referensi
Pengertian
dan
Koherensi
Inferensi

3.
Hubungan
4. Piranti
Kohesi
Kohesi
dengan
Koherensi

2
1. Pengertian Kohesi

• Kohesi adalah keserasian hubungan antara unsur


Djajasudarma, yang satu dan unsur yang lain dalam wacana
sehingga terciptalah pengertian yang apik atau
1994: 46 koheren.

Hasan Alwi, • Kohesi merujuk pada keterkaitan antar-


posisi yang secara eksplisit diungkapkan
1993: 41 oleh kalimat-kalimat yang digunakan.

• Kohesi merupakan organisasi sintaktik,


Gutwinsky merupakan wadah kalimat. Kalimat disusun
secara padu dan padat untuk menghasilkan
dalam Tarigan, tuturan. Hal ini berarti pula bahwa kohesi adalah
hubungan antarkalimat di dalam sebuah wacana,
1987: 96 baik dalam strata gramatikal maupun dalam strata
leksikal tertentu.
Pengertian Kohesi
(slide sambungan)

• Kohesi adalah hubungan semantik atau hubungan makna antar


Anton M. Moeliono unsur-unsur di dalam teks dan unsur-unsur lain yang penting untuk
menafsirkan atau menginterpretasi teks, pertautan logis
dalam Sumarlam, antarkejadian atau makna-makna di dalamnya, keserasian
hubungan antar unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam
2003: 170 wacana sehingga terciptalah pengertian yang apik.

• Kohesi merupakan keserasian hubungan unsur-unsur dalam


Djajasudarma, wacana. Hubungan kohesif sering ditandai dengan pemarkah
gramatikal (kohesi gramatikal) maupun pemarkah leksikal (kohesi
1994: 5 leksikal). Kohesi gramatikal berkaitan dengan aspek bentuk
sebagai struktur lahir bahasa. Pemarkah kohesi gramatikal meliputi
pengacuan/referensi, penyulihan/substitusi, pelesapan/elipsis, dan
perangkaian/konjungsi.

• Kohesi leksikal yaitu hubungan antarunsur dalam wacana secara


Sumarlam, 2003: semantis. Kohesi leksikal meliputi repetisi (pengulangan), sinonimi
171 (padan kata), kolokasi (sanding kata), hiponimi (hubungan atas-
bawah), antonimi (lawan kata), ekuivalensi
(kesepadanan/paradigma)
2. Pengertian Koherensi
Wohl dalam Tarigan, Djajasudarma,
Nunan, 1993: 21
1987: 104 1994: 5
• Koherensi adalah • Coherent is • Koherensi
pengaturan secara requences of merupakan
rapi kenyataan dan sentences or kepaduan wacana
gagasan, fakta dan utterances which sehingga
ide menjadi suatu seem to ‘hang komunikatif
untaian yang logis together’- contain mengandung satu
sehingga mudah what are called text ide
memahami pesan forming devices
yang dikandungnya • Berarti koherensi
diartikan sebagai
rangkaian kalimat
atau ucapan yang
membentuk satu
pengertian-isi yang
disebut bentuk teks

5
Pengertian Koherensi
(slide sambungan)

• Koherensi adalah
keterpaduan hubungan
antara fakta atau kenyataan
dengan ide atau gagasan
Simpulan yang dituangkan dalam
bentuk kalimat-kalimat yang
runtut dan padu sehingga
pesan yang dimaksud dapat
disampaikan dengan baik.

6
3. Hubungan Kohesi dan Koherensi
 Kohesi yang ditandai dengan piranti-piranti kohesi merupakan salah satu
sarana pendukung koherensi suatu wacana.
 Akan tetapi, bukan berarti bahwa sebuah wacana yang koheren selalu
kohesif.
 Artinya, kohesi dan koherensi umumnya berhubungan, tetapi tidak berarti
bahwa kohesi harus selalu ada agar wacana menjadi koheren.
 Mungkin, ada percakapan yang ditinjau dari segi kata-katanya tidak kohesif,
tetapi dari segi maknanya koheren, mungkin pula dari segi pengulangan
leksikal seolah-olah kohesif, tetapi dari segi maknanya tidak koheren.
 Dengan demikian, ada wacana yang kohesif dan koheren serta ada wacana
yang tidak kohesif tetapi koheren, sebagai akibat pemahaman yang bersifat
analogi atau interpretasi lokal (ruang dan waktu), atau sebagai akibat
referensi. (Djajasudarma, 1994: 47).

7
Contoh Wacana
• “Permaisuri Padmawati dari Pajajaran mengidam. Ia ingin
kohesif dan sekali makan sebuah honje ‘kuncing’. Akan tetapi, di seluruh
Pajajaran tidak terdapat honje tersebut. Maka, Paman Lengser
koheren pun dititahkan mencari honje sampai dapat”. (Chye Retty
Isnendes, 2004: 3).

• “Di kamar ini dibentuk sejarah. Rumah atau lokasi historis


yang akan dibangun pertokoan oleh pemerintah yang
kohesif tetapi sekarang. Anak rajin belajar sejarah, karena akan ulangan.
Dinamika sejarah tidak dapat kita hentikan dan tidak dapat
tidak koheren diubah lagi, lokasi yang tetap dikunjungi berkali-kali. Sekali
terjadi tetap terjadi”. (Djajasudarma, 1994: 46).

tidak kohesif • “Anya dan kawannya pergi ke kampus, karena


Ia harus mendaftar ulang”. (Djajasudarma, 1994:
tetapi koheren 48)

8
4. Piranti Kohesi
1.Pronomina
(kata ganti)

5. Leksikal 2. Substitusi

4. Konjungsi 3. Elipsis

9
4.1. Pronomina (kata ganti)

kata ganti penunjuk


kata ganti diri : kata ganti empunya
: ini, itu, sini, situ,
mereka, saya, : -ku, -mu, -nya,
sana, di sini, di situ,
kamu, kami, kita, kami, kamu, kalian,
di sana, ke sini, ke
kalian, mereka,
situ, ke sana,

kata ganti tak tentu :


siapa-siapa,
kata ganti penanya : kata ganti
masing-masing,
apa, siapa, mana, penghubung : yang,
sesuatu, seseorang,
para.

10
4.2. Substitusi
 Proses/hasil penggantian unsur
bahasa oleh unsur lain dalam
CONTOH:
satuan yang lebih besar untuk
memperoleh unsur-unsur  “Kekeringan tahun ini tidak
pembeda atau untuk satuan yang hanya melanda wilayah Jawa
lebih besar untuk menjelaskan Tengah. Bogor yang terkenal
suatu struktur tertentu sebagai daerah resapan air
( Kridalaksana, 1984: 185). juga mengalami hal yang
 Substitusi dalam bahasa sama. Hal seperti itu, juga
Indonesia dapat bersifat nominal, terjadi di daerah Gunung Kidul.
verbal, klausal/campuran. Kekeringan tahun ini melanda
 Penanda : satu, sama, seperti itu, hampir di seluruh wilayah
sedemikian rupa, demikian, Jawa.”
begitu.

11
4.3. Elipsis
 Elipsis adalah
CONTOH
peniadaan kata atau
 “Pulau Panjang yang terletak
satuan lain yang ujud di Kabupaten Jepara sulit
asalnya dapat dicapai. Untuk mencapainya
kita harus menyeberangi laut,
diramalkan dari menaiki sampan, dan kita
konteks bahasa atau harus mendayung sendiri.
konteks luar bahasa Begitu berat perjalanan yang
harus ditempuh. Namun Aku
(Kridalaksana, 84: telah melewatinya.”
45).

12
Jenis Elipsis

2.
1.
elipsis
elipsis
normal verbal

3.
elipsis
klausal

13
4.4. Konjungsi
 Konjungsi adalah alat CONTOH

yang dipergunakan untuk  Susu sangat bermanfaat bagi


menggabungkan kata kesehatan. Susu dapat meningkatkan
daya tahan tubuh. Selain itu, susu
dengan kata, frase mengandung kalsium yang baik untuk
dengan frase, klausa kesehatan dan pertumbuhan tulang.
Susu juga bermanfaat bagi kulit.
dengan klausa, kalimat
 Meskipun susu memiliki manfaat yang
dengan kalimat, atau besar, tetapi tidak semua orang
paragraf dengan paragraf mampu mengonsumsinya setiap hari.
Hal ini terjadi karena harga susu yang
(Kridalaksana, 1984: relatif tinggi. Saat ini masyarakat
105). masih mementingkan kebutuhan
makanan pokok sehingga susu masih
dianggap sebagai minuman yang
eksklusif.

14
Jenis Konjungsi
1. konjungsi adversatif • tetapi, namun
2. konjungsi klausal • sebab, karena
3. konjungsi koordinatif • dan, atau, tetapi
4. konjungsi korelatif • entah, baik/maupun
5. konjungsi subordinatif • meskipun, kalau, bahwa
6. konjungsi temporal • sebelum, sesudah
15
4.5. Leksikal

 Kohesileksikal diperoleh dengan cara


memilih kosa kata yang serasi.

16
Beberapa Cara untuk Mencapai Aspek
Kohesi Leksikal

1. 2. 3.
Repetisi Sinonim Antonim

4. 5. 6.
Hiponim Kolokasi Ekuivalensi

17
4.5.1 Repetisi
 “Adanya berbagai bencana yang tak henti-
 Repetisi merupakan hentinya melanda Indonesia menyebabkan
semakin terpuruknya kondisi negeri ini.
pengulangan kata, Sejak reformasi bergulir sampai hari ini,
berpuluh bencana telah menghantam
kelompok kata atau bangsa ini. Belum selesai penanganan
bencana yang satu, bencana yang lain telah
kalimat dalam sebuah muncul kembali tanpa dikira dan diduga.
Mulai dari tsunami Aceh, gunung meletus,
tulisan atau wacana kelaparan dan kekeringan, gempa Yogya,
sampai tsunami di Pangandaran beberapa
yang berfungsi untuk hari yang lalu. Kita yang masih hidup patut
berduka atas nasib yang melanda bangsa
memberi tekanan tercinta ini. Bisa dibayangkan berapa ribu
penduduk yang mati karena bencana-
guna membangun bencana tersebut. Dapat diibaratkan
sebagai pengurangan penduduk Indonesia
keutuhan wacana. secara besar-besaran.”

18
4.5.2 Sinonim
 “Adanya berbagai bencana yang tak henti-
 Verhaar dalam Abdul hentinya melanda Indonesia menyebabkan
semakin terpuruknya kondisi negeri ini.
Chaer (1995: 83) Sejak reformasi bergulir sampai hari ini,
berpuluh bencana telah menghantam
mendefinisikan bangsa ini. Belum selesai penanganan
bencana yang satu, bencana yang lain telah
sinonim sebagai muncul kembali tanpa dikira dan diduga.
Mulai dari tsunami Aceh, gunung meletus,
ungkapan (bisa kelaparan dan kekeringan, gempa Yogya,
sampai tsunami di Pangandaran beberapa
berupa kata, frase, hari yang lalu. Kita yang masih hidup patut
berduka atas nasib yang melanda bangsa
atau kalimat) yang tercinta ini. Bisa dibayangkan berapa ribu
penduduk yang mati karena bencana-
maknanya kurang bencana tersebut. Dapat diibaratkan
sebagai pengurangan penduduk Indonesia
lebih sama dengan secara besar-besaran.”

makna ungkapan lain.


19
4.5.3 Antonim
 “Adanya berbagai bencana yang tak henti-
 Verhaar dalam Abdul hentinya melanda Indonesia menyebabkan
Chaer (1995: 87) semakin terpuruknya kondisi negeri ini.
Sejak reformasi bergulir sampai hari ini,
mendefinisikan antonim berpuluh bencana telah menghantam
bangsa ini. Belum selesai penanganan
sebagai ungkapan bencana yang satu, bencana yang lain telah
muncul kembali tanpa dikira dan diduga.
(biasanya berupa kata, Mulai dari tsunami Aceh, gunung meletus,
tetapi dapat pula dalam kelaparan dan kekeringan, gempa Yogya,
sampai tsunami di Pangandaran beberapa
bentuk frase atau kalimat) hari yang lalu. Kita yang masih hidup patut
berduka atas nasib yang melanda bangsa
yang maknanya dianggap tercinta ini. Bisa dibayangkan berapa ribu
kebalikan dari makna penduduk yang mati karena bencana-
bencana tersebut. Dapat diibaratkan
ungkapan lain. sebagai pengurangan penduduk Indonesia
secara besar-besaran.”

20
4.5.4 Hiponim
 “Adanya berbagai bencana yang tak henti-
 Verhaar dalam Abdul hentinya melanda Indonesia menyebabkan
semakin terpuruknya kondisi negeri ini.
Chaer (1995: 95) Sejak reformasi bergulir sampai hari ini,
berpuluh bencana telah menghantam
mendefinisikan bangsa ini. Belum selesai penanganan
bencana yang satu, bencana yang lain telah
hiponim adalah muncul kembali tanpa dikira dan diduga.
Mulai dari tsunami Aceh, gunung meletus,
ungkapan (kata, frase kelaparan dan kekeringan, gempa Yogya,
sampai tsunami di Pangandaran beberapa
atau kalimat) yang hari yang lalu. Kita yang masih hidup patut
berduka atas nasib yang melanda bangsa
maknanya dianggap tercinta ini. Bisa dibayangkan berapa ribu
penduduk yang mati karena bencana-
merupakan bagian bencana tersebut. Dapat diibaratkan
sebagai pengurangan penduduk Indonesia
dari makna suatu secara besar-besaran.”

ungkapan lain.
21
4.5.5 Kolokasi
 Kolokasi (sanding CONTOH
 “Gadis cantik itu pergi ke pasar
kata) merupakan bersama adiknya.”
asosiasi tertentu  “Bunga desa itu pergi ke pasar
dalam diksi. Unsur bersama adiknya.”
yang dipilih selalu Keterangan:
 ‘Gadis’ berkolokasi dengan
berdampingan (kata) ‘cantik’. Sedangkan ‘cantik’
atau dapat dan ‘gadis cantik’ dalam
diramalkan wacana di atas berdampingan
dengan ‘bunga’
pendampingnya.

22
4.5.6 Ekuivalensi
 Ekuivalensi adalah CONTOH
penggunaan kata-  Setiap hari Ari belajar
kata yang sangat mata pelajaran yang
berdekatan dengan telah diajarkan oleh
maknanya dalam gurunya selama
sebuah proses belajar
tuturan/kalimat. mengajar.

23
Pengelompokkan Piranti Kohesi
(Halliday Hasan – Tarigan)

1. Pronomina
Kohesi 2. Substitusi
Gramatikal 3. Elipsis
4. Konjungsi
5. Leksikal
Piranti
Kohesi

1. Repetisi
2. Sinonim
Kohesi 3. Antonim
Leksikal 4. Homonim
5. Kolokasi
6. Ekuivalensi

24
5. Referensi & Inferensi

• Hubungan antara kata dan benda, barang,


peristiwa, perbuatan, atau kualitas yang
ditandakan atau digantikan olehnya.
• Hubungan antara satuan bahasa atau maujud
5.1. yang meliputi benda atau hal yang ada di dunia
yang diacu oleh satuan bahasa itu
Referensi (Lubis,1998).
(Pengacuan) • Hubungan yang ada antara kata-kata dan
barang-barang adalah hubungan referen : kata-
kata mengecu pada (refer to) barang-barang
(Lyons dalam Brown,1996: 28) .

25
Pembagian Referensi
(Djajasudarma, 1994: 54).

ANAFORA
(ke arah yang disebutkan
lebih dahulu)
Endofora
(Tekstual)
KATAFORA
Referensi (ke arah yang akan
disebutkan)

Eksofora
(Situasional)

26
Beda Anaforik dan Kataforik

ANAFORIK mengacu pada kaitan KATAFORIK mengacu pada kaitan


sesudah sesuatu hal disebut, sebelum sesuatu hal disebut, yang
yang diberi istilah anaforik diberi istilah kataforik (cataphoric).
(anaphoric) “Saya sangat prihatin mengenai
keadaan fisiknya yang sangat lemah.
“Martini gemar sekali mie bakso. Roni sudah lama sakit maag”.
Makanan itu dia beli hampir
 Keterangan :
setiap hari”.
‘-nya’ dan ‘Roni’ : kataforik
 Keterangan:
‘fisik yang sangat lemah’ dan ‘sakit
‘Martini’ dan ‘dia’ : anaforik maag’ : kataforik
‘mie bakso’ dan ‘makanan itu’ :
anaforik

27
5.2. Inferensi

Proses yang
harus dilakukan
• CONTOH
oleh pendengar
Tanggal tua seperti ini repot
atau pembaca
sekali, Pak. Gaji bulan lalu sudah
untuk memahami
habis, istri tidak bisa bekerja, dan
makna yang
anak-anak pada sakit. Paling
secara harfiah
berat yang bungsu, Pak. Panas
tidak terdapat
dia naik turun terus selama empat
dalam wacana
hari ini. saya tidak tahu, apa yang
yang diungkapkan
harus saya perbuat.
oleh pembicara
atau penulis.

28
Hasil Pemahaman dari Inferensi

Tanggal tua seperti


ini repot sekali, Pak.
Gaji bulan lalu
sudah habis, istri • Dari wacana di samping jelas tidak ada
pernyataan bahwa orang itu mau meminjam
tidak bisa bekerja, uang. Namun, sebagai mitra tutur dapat
dan anak-anak mengambil inferensi apa yang
pada sakit. Paling dimaksudkannya. Pengambilan inferensi ini
berat yang bungsu, pada umumnya memakan waktu lebih lama
Pak. Panas dia naik daripada penafsiran secara langsung, tanpa
turun terus selama memerlukan inferensi. Hal ini merupakan
bukti bahwa ada sesuatu yang tidak
empat hari ini. saya disampaikan kepada pembaca atau
tidak tahu, apa pendengar.
yang harus saya
perbuat.

29
TERIMA KASIH

30

Anda mungkin juga menyukai