Status Lokalis
Radang (hiperemis, Tidak ada Tidak ada
edema) Tidak ada Tidak ada
Tumor Tidak ada Tidak ada
Trauma Tidak ada Tidak ada
Fistula Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan
• Telinga Aurikula Kelainan kongenital
Radang (hiperemis,
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
edema) Tidak ada Tidak ada
Tumor Tidak ada Tidak ada
Trauma Tidak ada Tidak ada
Deformitas Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan
Retroaurikula Radang (hiperemis, Tidak ada Tidak ada
edema) Tidak ada Tidak ada
Tumor Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Fluktuasi Tidak ada Tidak ada
Fistula Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan
Meatus Acusticus Kelainan kongenital Tidak ada Tidak ada
Externa/ Canalis Kulit Tidak ada Tidak ada
Auditorius Edema Tidak ada Tidak ada
Eksternus Sekret Tidak ada Tidak ada
Tes Pendengaran Dextra Sinistra Serumen Tidak ada Tidak ada
Jaringan Granulasi Tidak ada Tidak ada
Massa Tidak ada Tidak ada
Membrana Timpani Warna Putih keabuan Putih keabuan
Tes Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan Intak intak Intak
Refleks cahaya (+) (+)
Gambar
Tes Weber Tidak dilakukan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Lab darah rutin (Hemoglobin, hematokrit, leukosit, trombosit)
• Eosinophil count
• Skin prick test
Diagnosis Kerja
• Rhinitis alergi persisten ringan
TATALAKSANA
• Medikamentosa:
• Cetirizine 10 mg 1x1 selama 3 hari
• Pseudoephedrin 60mg 3x1 selama 3 hari
• Metilprednisolon 4 mg 2x1 selama 5 hari, tappering off
• Asam mefenamat 500 mg saat nyeri kepala
• Nonmedikamentosa:
• Menghindari kontak alergen
• Edukasi:
• Memakai masker saat membersihkan rumah
• Menghangatkan diri bila cuaca dingin
Prognosis
• Quo Ad Vitam : Ad Bonam
• Quo Ad Functionam : Ad Bonam
• Quo Ad Sanationam : Ad Bonam
BASIC SCIENCE
ANATOMI HIDUNG
Merupakan bagian atas dari jalan nafas, terletak superior dari hard
palate, terdiri dari external nose dan nasal cavity, terbagi menjadi kanan
dan kiri cavities oleh nasal septum.
External Nose
HIDUNG
Nasal Cavity
Berbentuk pyramid. Merupakan bagian terlihat dari hidung yang
menonjol dari wajah, terbentuk oleh tulang dan sebagian besar
cartilage hyalin.
• Bagian posterior :
• Dibentuk oleh os sphenoid
• Bagian atas : a. etmoid anterior dan posterior
yang merupakan cabang dari a. oftalmika dari
a. karotis interna
• Bagian bawah : cabang a. maksilaris interna,
VASKULARISASI diantaranya adalah ujung a. palatine mayor
ARTERI dan a. sphenopalatine
• Bagian depan : cabang a. fasialis
• Bagian depan septum : terdapat anastomosis
dari cabang a. sphenopalatine, a. etmoid
anterior, a. labialis superior, dan a. palatina
mayor yang disebut kiesselbach.
• Vena vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan berdampingan dengan
arterinya.
• Vena vestibulum dan struktur luar hidung bermuara ke v.oftalmika yang
berhubungan dengan sinus kavernosus.
• Vena di hidung tidak memiliki katu sehingga merupakan faktor predisposisi untuk
DRAINASE VENA mudahnya penyebaran infeksi sampai ke intracranial.
• Bagian depan dan atas : n. ethmoidalis anterior
• Rongga hidung lain : Sebagian besar dari n. maksila melalui ganglion
sphenopalatine
INERVASI
FISIOLOGI HIDUNG
• Fungsi respirasi : untuk mengatur kondisi udara, penyaring udara, mengatur kelembapan
udara, penyeimbang dalam pertukaran tekanan
• Fungsi penghidu : terdapat mukosa olfaktorius dan reservoir udara untuk menampung
stimulus penghidu
• Fungsi fonetik : untuk resonansi suara, membantu proses bicara
• Refleks nasal
CLINICAL SCIENCE
RHINITIS ALLERGI
DEFINISI
• Rhinitis allergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi
pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan allergen
yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan
ulangan dengan allergen spesifik tersebut (Von Pirquet, 1986).
• Kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin , rinore , rasa gatal dan
tersumbat setelah mukosa hidung terpapar allergen yang diperantarai oleh
Ig E (WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma, tahun 2011).
• Penyakit simtomatis pada hidung yang terinduksi oleh proses inflamasi yang
diperantarain IgE pada mukosa hidung setelah pajanan allergen (PERHATI-
KL).
EPIDEMIOLOGI
• Rhinitis alergi merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas atas
yang sering sangat dijumpai, dilaporkan prevalensi mencapai 40% dari
populasi umum.
• Karena infeksi virus pernapasan sering terjadi pada anak kecil dan
menghasilkan gejala yang sama, sangat sulit untuk mendiagnosis rinitis
alergi dalam 2 atau 3 tahun pertama kehidupan. Prevalensi puncak rinitis
alergi pada dekade kedua hingga keempat kehidupan dan kemudian
secara bertahap berkurang.
• Kehadiran rinitis alergi (musiman atau tahunan) secara signifikan
meningkatkan kemungkinan asma: hingga 40% orang dengan rinitis alergi
memiliki atau akan menderita asma
ETIOLOGI
• Alergen inhalan : tungau debu rumah (D. pteronyssinus, D.farina,
B.tropicalis), kecoa, serpihan epitel kulit binatang (kucing, anjing),
rerumputan (Bermuda grass), serta jamur (Aspergillus, Alternaria)
• Alergen ingestan : susu sapi, telur, coklat, ikan laut, udang kepiting
dan kacang-kacangan.
• Alergen injektan: penisilin dan sengatan lebah
• Alergen kontaktan: bahan kosmetik, perhiasan
KLASIFIKASI
• Berdasarkan sifat berlangsungnya:
1. Rhinitis alergi musiman (seasonal, hay fever, polinosis)
penyebab spesifik, yaitu serbuk (pollen) dan spora jamur.
2. Rhinitis alergi sepanjang tahun (perennial)
Gejala muncul intermintten atau terus menerus, tanpa variasi
musiman, dapat ditemukan sepanjang tahun
Alergen inhalan utama: allergen dalam rumah (tungau) dan allergen
diluar rumah
Alergi ingestan sering pada anak- anak.
• Berdasarkan sifat berlangsungnya (WHO Initiative ARIA):
1. Intermitten (kadang-kadang): <4 hari/minggu atau <4minggu
2. Persisten/menetap: > 4 hari/minggu dan >4 minggu.
• Berdasarkan derajat berat ringannya penyakit:
1. Ringan bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan aktivitas
harian, bersantai, berolahraga, belajar, bekerja dan hal-hal lain yang
mengganggu.
2. Sedang-berat bila terdapat satu atau lebih dari gangguan diatas.
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
• Gejala muncul di pagi hari atau malam hari.
• Gejala mata: mata merah, gatal dan berair.
• Gejala lain: batuk, tenggorokan gatal, gangguan konsentrasi,
gangguan tidur. Pada penderita asma: sesak napas dan mengi.
• Gejala hidung: : hidung berair, hidung tersumbat, hidung gatal dan
bersin berulang. Allergic shiner, allergic salute, allergic crease
DIAGNOSIS
• Anamnesis:
1. Gejala yang khas : serangan
bersin yang berulang
2. Gejala lain: rinore yang
encer dan banyak, hidung
tersumbat, hidung dan
mata gatal, lakrimasi.
• Pemeriksaan Fisik:
Rhinoskopi posterior
-mulut sering terbuka dengan lengkung
Pada anak-anak: Rhinoskopi anterior langit-langit yang tinggi yang akan
allergic shiner, - Mukosa edema, basah, menyebabkan gangguan pertumbuhan gigi
allergic salute, berwarna pucat atau livid, geligi (facies adenoid), dinding posterior
allergic crease sekret yang banyak faring granuler dan edema (cobblestone
appearance), lidah geographic
apparance
• Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan kadar IgE spesifik dengan ELISA atau RAST
Pemeriksaan jumlah eosinophil sekret hidung
2. Pemeriksaan endoskopi untuk evaluasi keterlibatan kompleks
osteomeatal dalam menilai adanya rinosinusitis, polip hidung atau septum
deviasi sebagai komorbid.
3. Tes kulit alergi
Dengan menggunakan ekstrak allergen, tes cukit/tusuk kulit (gold standar)
SKIN PRICK TEST
• Skin Prick Test (SPT) adalah metode yang dapat diandalkan untuk
mendiagnosis penyakit alergi yang dimediasi IgE pada pasien dengan
rinokonjungtivitis, asma, urtikaria, anapilaksis, eksim atopik dan
dugaan alergi makanan dan obat.
• Dapat membantu untuk memastikan diagnosis alergi tipePrinsip: I.
memanfaatkan keberadaan dan derajat
• Keuntungan: invasif, murah, hasil segera tersedia
reaktivitas kulit sebagai penanda pengganti untuk
Interpretasi: sensitisasi di dalam organ target, yaitu mata,
Indikasi:
- Alergi Tipe 1 Positif : jika wheal berukuran > 3 hidung, paru-paru, usus dan kulit. Ketika alergen
- Alergen makanan, inhalan, obat, mm yang relevan dimasukkan ke dalam kulit, IgE
Negatif: jika wheal berukuran <3 spesifik yang terikat ke reseptor permukaan pada
pekerjaan.
cm sel mast dihubungkan silang, sel mast mengalami
degranulasi, dan histamin serta mediator lainnya
dilepaskan. Ini menghasilkan respons wheal dan
flare yang dapat dihitung.
• Lokasi setiap alergen dapat ditandai • Jarak antara dua uji tusuk kulit (≥ 2
dengan pena atau dengan cm) sangat penting untuk
menggunakan kisi uji di lengan menghindari reaksi positif palsu
bawah untuk mengidentifikasi hasil karena kontaminasi langsung dari
uji dengan benar. Tes harus uji terdekat atau sekunder akibat
diterapkan pada aspek volar lengan refleks akson . Setetes larutan uji
bawah, setidaknya 2 - 3 cm dari harus ditempatkan pada kulit
pergelangan tangan dan fossa dengan urutan yang sama untuk
antekubiti .Punggung juga bisa setiap subjek yang diuji dan segera
digunakan untuk SPT terutama pada ditusuk.
bayi. Kulit di punggung lebih sensitif
daripada lengan bawah yang dapat
menghasilkan bintil yang lebih besar
dan dengan demikian mungkin lebih
banyak hasil tes positif.
EKSTRAK
Polip hidung
Rhinosinusitis
PROGNOSIS