Anda di halaman 1dari 61

THORAX NORMAL

Preseptor:
Dyana Eka Hadiati, dr., Sp.Rad.

Presentan:
Ahmadillah Firdaus
12100120556
Anatomi Thorax
Thorax (chest) → bagian superior dari trunk,
antara leher dan abdomen.
Disusun oleh :
1. 12 pasang ribs (costa),
2. sternum (breast bone),
3. costal cartilage, dan
4. 12 thoracic vertebrae.
Anatomi Paru-Paru

Setiap paru memiliki


- Apex
- Base
- Surface : costal, mediastinum, diafragma
- Border : anterior, inferior, posterior
- Lobus
Diaphragma Torakal
 Diafragma melengkung ke arah cranial, membentuk kubah kanan dan kiri.
 Kubah kanan lebih tinggi dari kubah kiri.
 Saat ekspirasi kubah kanan bisa naik setinggi costa V & kubah kiri sampai ke intercostals V.
Thoracic Cavity
Terdiri dari 3 kompartmen

• Dua kompartment lateral :


Pulmonary cavities yang berisi paru-paru dan pleura

• Kompartemen sentral (mediastinum)


yang berisi struktur thorax lain:
 jantung,
 great vessels,
 thoracic part of the trachea,
 esophagus,
 thymus,
 struktur lain (contoh: lymph nodes).
Pemeriksaan
Radiologi
Radiografi atau Foto Thorax
Merupakan cara atau metode pemeriksaan thoraks dimana dilakukan
pemotretan dengan menggunakan film rontgen.

Posisi:
1. Posteroanterior  3. Lateral
2. Anteropasterior pada saat pasien     Indikasi: massa, tumor di paru, jantung
Tidak dapat turun dari tempat tidur. 4. Lateral decubitus
 anak-anak, Ibu hamil, Ascites     Indikasi : efusi pleura
5. Lordotic
Syarat X-ray Normal

1. Terdapat identitas pasien dan tanda kiri atau kanan.

2. Memperhatikan kualitas foto, yaitu :

a. kV : vertebrae T1 – T3 tampak jelas, kebawahnya tidak

b. mAs : meletakkan jari dibelakang foto thorax.


Syarat X-ray Normal

3. Simetris atau tidak, caranya ambil garis tengah dari sternum, ukur ke

medial clavicula kiri dan kanan. Bila sama berarti simetris.

4. Semua lapang paru terlihat

5. Tidak terdapat artefak, seperti kalung, dll

6. Foto tidak terpotong


Cara Membaca Foto Thorax
1. Soft tissue(nilai ketebalan , ada swelling atau tidak
2. Tulang, cari ada tidaknya diskontinuitas atau tidak
3. Pleura, ada tidaknya cairan atau udara di cavum pleura, nilai sinus
costophrenikus, sinus cardiophrenicus
4. Pulmo (parenkim paru, corakan bronkovaskuler, keadaan hilus)
5. Jantung, hitung CTR, normalnya apda posisi PA <0.5
6. diagfragma
Langkah baca foto toraks
● 1: Nama/usia

}
● 2: Tanggal pembuatan
● 3: Med record number Persiapan
● 4: Foto sebelumnya (Administrasi)
● 5: View(s): PA/AP/+Marker

}
● 6: Penetrasi
● 7: Rotasi Perhatian (Kualitas
● 8: Inspirasi
● 9: Magnifikasi Foto)
● 10: Angulasi

}
● 11: Soft tissue/bone
● 12: Trakea/Cor/Sinuses/Diafragma Pencarian
● 13: Diafragma
● 14: Jantung (Diagnostik)
● 15: Aorta
● 16: Hilus/Corakan bronkovaskuler
● 17: Lapang paru/hemitoraks
● 18: pulmonary vessels
● 19: Kesimpulan/kesan
Persiapan Administrasi
1. Identitas: nama, usia
2. Tanggal pembuatan foto
3. Medical number
4. Bila perlu disertakan foto lama
5. Marker (R/L) pastikan dibaca Pada
sisi yang benar.
Kualitas Foto
1. Penetrasi
2. Simetris/Rotasi
3. Inspirasi
4. Magnifikasi
5. Angulasi
Penetrasi
● Penetrasi  KV (tegangan)
● Bila KV cukup, maka corpus Vertebral torakal III makin ke bawah makin tidak
jelaskontras
● MAS (kuat arus) memengaruhi jumlah sinar X yang dikeluarkandensitas.
(melihat daya tembus)

Underexposure = too dark


Over exposure = too bright
Simetris
● Posisi yang diharapkan adalah simetris  tidak ada rotasi
● Proses spinosus ditarik garis khayal (linea median) kemudian tarik garis
ke ujung medial klavikula, bila sama antara kanan dan kiri simetris
ULKUS DURUM
Pada perempuan sering ditemukan pada
labia mayor dan labia minor, cervix,
fourchette, urethra dan perineum

• Pada laki laki paling sering pada sulkus


koronarius, glands atau bisa terdapat
dibawah foreskin yang dinamakan Dory
flop sign

Fitzpatrick’s Dermatology 9th Edition, Part 26 Hal : 3149


ULKUS DURUM

• Chancre ekstragenital terjadi di mana


mungkin ada paparan, dan paling sering
di rongga orofaringeal, anal dan puting
susu.
• Lesi oral sering lebih besar dan
mungkin tidak memiliki batas indurasi
yang lebih khas pada jaringan berkeratin.

Fitzpatrick’s Dermatology 9th Edition, Part 26 Hal : 3149


Sifilis Primer
Lesi sembuh dalam 3 sampai 6 minggu tanpa pengobatan dan 1 sampai 2 minggu dengan
pengobatan. Jaringan parut biasanya tidak terjadi.

Kambuhnya sifilis primer, yang disebut sifilis monorecidive atau chancre redux , timbul pada
sifilis yang tidak diobati atau inadekuat terapi. Tetapi kekambuhan jarang terjadi.

Non-Cutaneous Findings :
Pada 60% hingga 70% kasus sifilis primer, limfadenopati regional tanpa rasa sakit
muncul 7 hingga 10 hari setelah chancre muncul, terutama ketika lokasinya genital.
Limfadenopati unilateral lebih sering terjadi pada awal perjalanan penyakit, lalu bilateral seiring
perjalanan penyakit.

Fitzpatrick’s Dermatology 9th Edition, Part 26 Hal : 3149


Sifillis I Herpes simpleks Skabies Balanitis Limfogranuloma
venereum
erosi/ulkus yg residif, lesi berbentuk erosi superfisial tidak khas : papul,
bersih, gatal/nyeri(+),lesi bbrp papul/ pd glans penis vesikel,pustul,ulk
solitar,bulat/lonjon berupa vesikel vesikel digenitalia disertai eritema, us dan cepat
g,indolen dgn diatas kulit yg eksterna. gatal pd indurasi(-). Faktor hilang. Khas:
indurasi eritema,berkelom malam hari. predisposisi: DM limfadenitis
pok. Jika pecah dan yg tdk regional medial +
tampak erosi, sirkumsisi tanda radang
sering akut,
berkonfluens dan periadenitis(+).
poilisiklik,indurasi(
-)
Sifilis I Ca sel skuamosa Penyakit Behcet Ulkus mole

erosi/ulkus yg kelainan kulit: ulkus superfisial, Ulkus multiple,


bersih, solite r, benjolan2, multiple,biasanya dangkal,
indurasi(-),sangat
bulat/lonjong, indurasi(+), pd skrotum/labia, nyeri. tepi
indolen dgn mudah berdarah. terdapat pula bergaung,rapuh,tdk
indurasi ulserasi pd mulut rata,mukosa sekitar
dan lesi pada eritem,dasar:eksudat
nekrotik kuning
mata abu2,mudah berdarah
jika diangkat
Secondary Sifilis
Sifilis sekunder pada dasarnya adalah vaskulitis infeksius, dengan
karakteristik mukokutaneous lesi yang terlokalisir atau difuse, sering
dengan limfadenopati generalisata, dengan adanya bukti laboratorium
dari jaringan atau serum konsisten dengan sifilis.

Fitzpatrick’s Dermatology 9th Edition, Part 26 Hal : 3149


Cutaneous Findings
Lesi Sifilis Sekunder; Syphilids; Syphiloderms (when
affecting skin) biasanya muncul 3 sampai 12 minggu
setelah chancre muncul (bisa sampai 6 bulan setelah
terpapar).

Makula khas pada stadium II adalah roseola sifilitika,


merupakan makula eritematosa atau makulopapule
biasanya muncul secara simetris pada batang tubuh dan
ekstremitas, tidak bersisik, dan berbentuk oval.

Fitzpatrick’s Dermatology 9th Edition, Part 26 Hal : 3150


Cutaneous Findings
• Crown of Venus atau korona veneris, dapat membentuk pola seperti mahkota
merupakan lesi seperti dermatitis seboroik di sekitar garis rambut

• alopecia nonscarring patchy, digambarkan sebagai dimakan


ngengat (mouth eaten)

• “nickels and dimes” Papula dan plak annular di sekitar


mulut dan hidung dengan presentasi seperti uang koin

Fitzpatrick’s Dermatology 9th Edition, Part 26 Hal : 3149-3153


Cutaneous Findings
• Plak fauchée en prairie merupakan Mucous patches yang
konfluens pada lidah, bisa juga pada tempat lain di rongga mulut

• split papules, dengan erosi melintasi


pusat pada selaput lendir lainnya
(seperti pada alat kelamin, sudut mulut)

Fitzpatrick’s Dermatology 9th Edition, Part 26 Hal : 3149-3153


Cutaneous Findings
• Pada penis dan skrotum, terdapat papul kadang papulosquamous
berbentuk annular

• Kondiloma lata - papula atau plak lembab, datar, berbatas tegas


dengan permukaan maserasi atau erosi di daerah intertriginosa
biasanya pada lipatan labial pada Wanita atau di daerah perianal
pada semua pasien, bisa juga daerah intertriginosa lainnya.

Fitzpatrick’s Dermatology 9th Edition, Part 26 Hal : 3149-3153


Cutaneous Findings
• Malignant Lues merupakan manifestasi langka yang
muncul sebagai papula dan plak berkrusta atau bersisik
yang dapat mengalami ulserasi atau menjadi nekrotik,
dengan cangkang tiram.

• Presentasi sifilis sekunder yang kurang umum seperti


hiperkeratosis, lichenoid, erupsi nodular, folikular, pustular,
frambesiform, dan corymbose serta keratoderma
palmoplantar

Fitzpatrick’s Dermatology 9th Edition, Part 26 Hal : 3149-3153


Sifilis Sekunder
Tanpa pengobatan akan sembuh selama 4-12 minggu setelah lesi muncul. Bisa terjadi perubahan
Pigmentasi (leukoderma colli syphiliticum atau, jika di leher,"kalung Venus")

Non-Cutaneous Findings :
Sifilis sekunder mungkin mengalami gejala sistemik yang meliputi sakit tenggorokan,
malaise,sakit kepala, penurunan berat badan, demam, nyeri muskuloskeletal,pruritus,
dan suara serak. Faringitis dan tonsilitis, laringitis, gastritis, hepatitis, penyakit ginjal
(glomerulopati membranosa), dan periostitis.
Kelainan hematologi termasuk limfopenia, anemia,dan peningkatan laju sedimentasi
eritrosit. Limfadenopati juga ada dengan distribusi bilateral dan simetris

Fitzpatrick’s Dermatology 9th Edition, Part 26 Hal : 3149


Sifilis Laten Dini

● Laten berarti tidak ada gejala klinis dan kelainan (Asimptomatik) tetapi
infeksi masih ada dan aktif.
● Sifilis Laten dini berarti tanpa gejala pada pasien yang menderita sifilis dalam
satu tahun terakhir.
● Tes serologik darah postitif, Tes likuorserebrospinal negatif.
● Tes yang dianjurkan ialah VDRL dan TPHA.

Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FK UI ed 7, Hal : 459 dan


Frietz Patrick Halaman 3154
Sifilis Stadium Rekuren
● Relaps dapat terjadi baik secara klinis berupa kelainan kulit mirip S-2,
ataupun serologik yang telah negative menjadi positif
● Biasanya terjadi karena sifilis yang tidak diobati atau tidak cukup
pengobatan (inadekuat)
● Biasanya bentuk relaps berupa S-2, jarang terjadi S-1
● Relaps dapat bermanifestasi pada mata, tulang, organ dalam, ataupun saraf,
serta dapat pada bayi yang terlahir sifilis kongenital

Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FK UI ed 7, Hal : 459


Sifilis Laten Lanjut
● Sifilis asimtomatik yang didapat lebih dari 1 tahun yang lalu disebut sifilis laten
lanjut.
● Masa laten berlangsung beberapa tahun bahkan sampai seumur hidup.
● Pada sifilis lanjut umumnya reaktif, selalu dengan titer rendah dan sedikit atau
hampir tidak ada perubahan setelah diberi pengobatan.

Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FK UI ed 7, Hal : 459


Sifilis Tersier

Manifestasi sifilis Tersier yang khas adalah


Gumma (granulomatosa, erosif, lesi nodular
yang paling sering mempengaruhi kulit dan
tulang), dan sifilis kardiovaskular. Manifestasi
akhir neurosifilis juga dianggap sebagai
manifestasi sifilis tersier.

Fitzpatrick’s Dermatology 9th Edition, Part 26 Hal : 3154


Cutaneous Findings
• Gumma merupakan lesi nodular granulomatosa dengan nekrosis
sentral, berwarna merah muda hingga merah kehitaman, nyeri tekan
(-), dengan ukuran diameter bervariasi dari milimeter hingga beberapa
sentimeter.

• Gumma lebih suka pada tempat trauma sebelumnya, tetapi


predileksi lebih sering terjadi di kulit kepala dan dahi, bokong,
dan daerah presternal, supraklavikula, atau pretibial.

Fitzpatrick’s Dermatology 9th Edition, Part 26 Hal : 3155


GUMMA
• Gumma dapat melibatkan selaput lender seperti
langit-langit mulut, mukosa hidung, lidah,
amandel, dan faring. Gumma tersebut dapat
merusak bentuk seperti deformitas hidung
karena kerusakan kartilago dan tulang hidung
atau perforasi hidung.

• Guma dapat berefek kepada tulang, liver,


jantung, otak, lambung dan saluran pernafasan
atas. Ketika melibatkan organ-organ penting
gumma akan memiliki komplikasi yang sangat
serius.

Fitzpatrick’s Dermatology 9th Edition, Part 26 Hal : 3156


Sifilis Kongenital
● Sifilis kongenital (SK) pada bayi terjadi bila ibunya terkena sifilis, terutama
sifilis dini sebab banyak T. pallidum beredar dalam darah.
● Treponema pallidum masuk secara hematogen melalui plasenta yang sudah
dapat terjadi usia kehamilan 10 minggu.
● Sifilis yang mengenai wanita hamil gejalanya ringan;
● Pada tahun I setelah infeksi yang tidak diobati penularan  90%, Jika ibu
menderita sifilis laten dini  80%, Bila sifilis lanjut  30 %
Sifilis Kongenital Dini
• Kelainan kulit yang pertama kali terlihat:
• Bula bergerombol, simetris pada telapak tangan dan kaki,
badan. Cairan bula banyak T.pallidum ini disebut pemfigus
sifilitika.
• Kelainan lain :
• Timbul pada bayi berumur beberapa minggu dan mirip erupsi
S II, berbentuk papul atau papulo skuamosa yang simetris
dan generalisata, dapat tersusun teratur
• Wajah bayi seperti orang tua akibat BB turun, Alopesia pada
sisi dan belakang kepala, kuku dapat terlepas akibat papul di
bawahnya (onikia sifilitika).
Sifilis Congenital Dini
• Selaput lendir mulut dan tenggorokan terlihat plaque
muqueuses, Rinitis (syphilitic snuffles)
• Osteokondritis terjadi sebelum berumur 6 bulan. Ujung
tulang terasa nyeri dan bengkak sehingga tidak dapat
digerakkan, seolah paralisis (psedo paralisis parrot)
SIFILIS KONGENITAL LANJUT
Umumnya terjadi usia 7-15 tahun

• Dpt menyerang kulit ,tulang, selaput lendir dan


Guma
organ dalam

• Yaitu pembengkakan kedua sendi


lutut disertai efusi
Clutton’s
• Biasanya umur 10-20 tahun,
joints
bersifat kronik

• Berbentuk paralisis
Neurosifilis generalisata atau tabes
dorsalis
STIGMATA
Stigmata adalah jaringan parut atau deformitas akibat
penyembuhan kedua stadium tersebut

• Maksila tumbuh abnormal ( Bulldog jaw )


• (Saddle nose)
• Gigi Hutchinson  Gigi tersebut lebih kecil daripada normal, sisi gigi konveks ,
daerah menggigit konkaf
• Jaringan parut koroid  koroidoretinitis
• Okinia, kerusakan pada dasar kuku yang permanen
Sifilis Kardiovaskuler

• Sifilis kardiovaskular bermanifestasi pada S III, dengan masa laten 15-


30 tahun
• Pada dinding aorta terjadi infiltrasi perivaskular yang terdiri atas sel
limfosit dan sel plasma. Lapisan intima dan media juga dirusak
sehingga terjadi pelebaran aorta yang menyebabkan aneurisma.
• Angina pektoris merupakan gejala umum aortritis karena sifilis, yaitu
disebabkan oleh stenosis muara arteria koronaria.
NEUROSIFILIS
• Perjalanan penyakit neurosifilis bersifat asimptomatik
• Neurosifilis dibagi menjadi empat macam
• Neurosifilis Asimptomatik
• Sifilis meningovascular (sifilis serebrospinalis), misalnya
meningitis, meningomielitis, endarteritis sifilitika.
• Sifilis parenkim tabes dorsalis dan demensia paralitika
• Guma (Umumnya terdapat pada meninges, rupanya terjadi
akibat perluasan dari tulang tengkorak. Jika membesar akan
menyerang dan menekan parenkim otak. Guma dapat solitar
atau multipel pada vertex atau dasar otak.)
DIAGNOSIS

Pemeriksaan Treponema pallidum

Serologis

Pemeriksaan Penunjang Tambahan


DARKFIELD MICROSCOPY
Pemeriksaan mikroskopis darkfield adalah tes diagnostik pilihan pada chancre,
lesi lembab pada sifilis sekunder (kondiloma lata dan mucous patch), dan sekret dari
rinitis pada sifilis kongenital.

untuk mengetahui keberadaan organisme dengan morfologi


karakteristik dan motilitas T. pallidum. Sensitivitas sekitar 74%
sampai 79%

Fitzpatrick’s Dermatology 9th Edition, Part 26 Hal : 3161


DIRECT FLUORESENCE ANTIBODY TEST
Eksudat lesi dioleskan pada kaca objek dan diwarnai anti T. Immunoglobulin pallidum
dengan label fluorescein. Sensitivitas tes adalah 73% hingga 100%.

MOLECULAR TEST
Menggunakan PCR untuk mendeteksi DNA T.Pallidum dari lesi

Fitzpatrick’s Dermatology 9th Edition, Part 26 Hal : 3161


SEROLOGIS

Tes Nontreponemal mendeteksi antibodi IgG dan IgM terhadap


bahan lipoidal yang dilepaskan dari sel inang
yang rusak dan mungkin dari T. pallidum,

Tes Treponemal mendeteksi antibodi terhadap T. pallidum itu sendiri.

Fitzpatrick’s Dermatology 9th Edition, Part 26 Hal : 3162


Fitzpatrick’s Dermatology 9th Edition, Part 26 Hal : 3162
NonTreponemal
• 2 Tes Nontreponomal yang paling banyak digunakan : VDRL dan RPR

• Tujuan : Tes ini digunakan untuk mendiagnosis sifilis, dan untuk memantau
respons terhadap pengobatan.
• Dikatakan berhasil apabila secara serologis terjadi penurunan empat kali lipat
(2x pengenceran) pada uji titer nontreponemal

• VDRL dan RPR mulai menjadi reaktif 4 hingga 5 minggu setelah infeksi,
dengan sensitivitas 100% pada minggu ke-12
• Kembali menjadi nonreaktif pada 25% hingga 30% kasus selama sifilis laten lanjut

• VRDL dikatakan reaktif dimulai dari ½, ¼, 1/8, 1/16, 1/32, dst.

Fitzpatrick’s Dermatology 9th Edition, Part 26 Hal : 3163


Troponemal

• T. Pallidum particle agglutination test (TPPA)


• Microhemagglutination assay for T Pallidum (MHA-TP)
• Fluorescent troponemal antibody absorption assay (FTA-ABS)
• T. Pallidum Hemagglutination test (TPHA)
• Enzyme immunoassays (EIAs)
• Immunochemiluminescence assays

Fitzpatrick’s Dermatology 9th Edition, Part 26 Hal : 3164


Troponema Serologic Test
• Tes menggunakan seluruh atau fragmen T. pallidum sebagai antigen
• Semua test bertujuan untuk mendeteksi keberadaan antibody T.
Pallidum. Pemeriksaannya lebih sensitif dan spesifik dari tes non-
Treponema
• Interpretasi berupa Reaktif/Nonreaktif
• Orang yang pernah menderita sifilis biasanya akan memiliki hasil tes
treponemal reaktif seumur hidup, bahkan setelah pengobatan berhasil,
membuat tes treponema reaktif pada seseorang dengan riwayat sifilis
• Sensitivitasnya rendah pada minggu-minggu setelah infeksi, tetapi hampir
100% pada minggu ke-12

Fitzpatrick’s Dermatology 9th Edition, Part 26 Hal : 3164


Fitzpatrick’s Dermatology 9th Edition, Part 26 Hal : 3163
MANAJEMEN
MANAJEMEN
Melakukan follow up dalam interval 6 bulan dengan penurunan
titer empat kali lipat, contoh (1/64 > 1/16 > ¼)

Kecuali pada pasien dengan penderita HIV follow up pada bulan


ke 3, 6, 9, 12, dan 24

Pada kongenital sifilis follow up setiap 2-3 bulan

Apabila pasien tidak menunjukkan perbaikan diberikan


benzathine peniciline G 7.2 juta unit terbagi menjadi 3
dosis.

Fitzpatrick’s Dermatology 9th Edition, Part 26 Hal : 3167


Manajemen
● Antibiotik yang lain: Untuk yg alergi penisilin.
■ Eritromisin 4 x 500 mg/ hari
■ Doksisiklin 2x100mg / hari (Absorbsi 90-100%)

● Eritromisin 4x500 mg oral selama 30 hari untuk ibu hamil dengan


sifilis stadium primer dan sekunder, atau lebih dari 30 hari untuk sifilis
laten.

PPK PERDOSKI 2017 HALAMAN : 373


Reaksi Jarish-Herxheimer
• Dapat terjadi 6-12 jam paska suntikan penisilin pertama
• Disebabkan oleh hipersensivitivitas akibat toksin yang dikeluarkan
T.Pallidum yang mati
• Dijumpai pada 50-80% sifilis dini.
• Gejala Umum
• Ringan : sedikit demam
• Berat : Demam tinggi, nyeri kepala, atralgia, malaise, berkeringat
atau kemerahan pada muka
• Gejala Lokal
• Bengkak karena edema dan infiltrasi sel

Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FK UI ed 7, Hal : 472


PROGNOSIS
Dengan ditemukannya penisilin, maka prognosis sifilis menjadi lebih baik

Jika sifilis tidak diobati maka seperempatnya akan kambuh, 5% akan


mendapat S III, 10% mengalami sifilis kardiovascular, neurosifilis pada pria 9%
dan pada wanita 5%, 23% akan meninggal

Anda mungkin juga menyukai