Anda di halaman 1dari 32

Case Report Session

Preseptor:

dr. Tety H. Rahim, SpTHT-KL., M.Kes., MH.Kes

Presentan: z
Nyayu Mevia

Annisa Resyifa

Syahrurriza Rizqi

Khoiriyah

Faisal
z
Identitas Pasien

 Nama : Nn. SM
 Agama : Islam
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Status Marital: Belum menikah
 Umur : 23 tahun
 Tanggal Masuk RS: 30-11-2021
 Alamat : Komplek : Pesona Bali
 Tanggal Pemeriksaan: 30-11-2021
 Pendidikan terakhir : S1

 Pekerjaan : Mahasiswa
Anamnesis
z
Keluhan utama: Hidung meler

Pasien Nn. SM, 23 tahun perempuan dating ke RSMB dengan keluhan


hidung meler. Keluhan tersebut sudah dirasakan sejak 5 hari yang lalu,
keluhan terjadi di kedua hidung. Kkeluhan tidak terjadi secara terus menerus,
cairan yang keluar berwarna bening dengan konsistensi cair, keluhan
bertambah berat pada pagi-siang hari ketika beraktivitas dan membaik ketika
beristirahat.

Keluhan lain dirasakan seperti hidung tersumbat di awal gejala 2 hari


pertama yang hilang timbul disertai bersin. Hidung tersumbat muncul secara
tibat-itba tanpa pemicu. Keluhan demam hanya muncul di hari pertama sakit
dan hanya muncul di pagi hari. Keluhan adanya dahak di hari ke-2 dengan
jumlah yang sedikit, berwarna kuning. Pasien mengatakan mengeluarkan
dahak dengan cara batuk. Keluhan tersebut menggangu aktivitas sehari hari.
z

Pasien menyangkal adanya batuk terus-menerus, nyeri menelan, suara


serak, tenggorokan kering, sakit tenggorokan dan hilang penciuman. Pasien
menyangkal sering menggosok hidung karena terasa gatal, mata berair, sakit
di bagian wajah saat menunduk, bersin di pagi hari, alergi makanan tertentu
dan wajah terasa penuh. Bersin maupun mata berair pada keadaan tertentu
seperti terpapar debu, cuaca dingin dan bulu kucing disangkal pasien. Pasien
menyangkal adanya riwayat alergi pada keluarga, asma pada keluarga,
riwayar gatal-gatal dan riawayat alergi terhadap obat.

Keluhan demam sudah diobati, hidung berair sudah diobati dengan rhinos
dan keluhan membaik. Pasien sebelumnya mengalami keluhan setelah
melakukan aktivitas seperti jaga yang membuat pasien merasa kelelahan.
z
Pemeriksaan Fisik

 Kesan Umum:

 Keadaan Umum : Tidak tampak sakit

 Kesadaran : Compos mentis

 Tanda Vital :
 TD= 100/80 mmHg
 Nadi = 90x/menit
 Respirasi = 22x/menit
 Suhu = 36,7 derajat celcius
z
 Status Generalis:

 Kepala : Normocephal, rambut tidak rontok

 Mata : Sclera icteric (-/-), Conjungtiva anemis (-/-)

 Leher : Pembesaran KGB (-), Pembesaran tiroid (-), deviasi trachea (-)

 Thoraks : Pergerakan Simetris

 Cor : S1 S2 Murni, regular, murmur (-), gallop (-)

 Pulmo : VBS Kanan = Kiri, wheezing (-/-), ronchi (-/-), crackles(-/-)

 Abdomen : Datar, lembut, hepar tidak teraba, spleen tidak teraba, bising

: usus (+)

 Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2s, edema (-/-), Sianosis (-/-)

 Neurologis : Kaku kuduk (-), Reflek fisiologis (+/+), Reflek patologis (-/-)
Auris
Bagian Kelainan Dextra Sinistra
Preaurikula Kelainan kongenital Tidak ada Tidak ada
Sz Radang (hiperemis, edema)
Tumor
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

T Trauma
Fistula
Nyeri tekan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
A Aurikula Kelainan kongenital Tidak ada Tidak ada
T Radang (hiperemis, edema)
Tumor
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

U Trauma
Deformitas
Nyeri tekan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
S Retroaurikula Radang (hiperemis, edema) Tidak ada Tidak ada
Tumor Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Fluktuasi Tidak ada Tidak ada
Fistula Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
L Meatus Acusticus Kelainan kongenital Tidak ada Tidak ada

O Externa/ Canalis
Auditorius Eksternus
Kulit
Edema
Sekret
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
K Serumen
Jaringan Granulasi
Ada sedikit, kecoklatan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

A Membrana Timpani
Massa
Warna
Tidak ada
Putih keabuan
Tidak ada
Putih keabuan

L
Intak intak intak
Refleks cahaya (+) (+)
Gambar
I
S
z
Tes Pendengaran

Tes Dextra Sinistra


Pendengaran
Tes Rinne (+) (+)
Tes Weber Tidak ada lateralisasi

Tes Sama dengan Sama dengan


Schwabach pemeriksa pemeriksa
Nasal
Pemeriksaan Dextra Sinistra

Keadaan Warna, Bentuk dan


   
Luar z
Dalam batas normal Dalam batas normal
Ukuran  
Mukosa  Basah  Basah
- edema (-) (-)
- hiperemis (-) (-)
- livide (+) (+)
Sekret Ada sedikit, Ada sedikit,
mucopurulent mucopurulent
Krusta (-) (-)
Concha inferior normal normal
   
Rhinoskopi    
anterior    
 
 
 
  Pemeriksaan
 
 
 
Hidung
Septum
Polip/tumor normal
Pasase udara Tidak ada Tidak ada
menurun menurun
Mukosa Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Uvula Tidak dilakukan
Koana (sup, media, Tidak dilakukan Tidak dilakukan
inf) Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Rhinoskopi Sekret Tidak dilakukan Tidak dilakukan
posterior Massa/ tumor Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Torus tubarius Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Fossa Rosenmuller
Adenoid Tidak dilakukan
Bagian Kelainan Keterangan
Mukosa mulut Basah
Lidah Basah, kotor, gerakan normal ke segala arah
z
Palatum molle
Gigi geligi
Normal
Tidak lengkap
Mulut dan
Mulut Uvula
Halitosis
normal
Tidak ada
Orofaring

Mukosa normal
Besar T1 / T1
Kripta +/+
Detritus - / -
Perlengketan - / -
 
 
Tonsil  
 
 
 
 

Mukosa normal
Granula Tidak ada
Faring
Post nasal drip Tidak ada
(orofaring)
z
Maksilofasial

Bagian Kelainan
Bentuk normal
Parese N.kranialis Tidak ada
Inspeksi sinus Normal, tidak membengkak
maksilaris dan frontalis
Tes palpasi & perkusi
di wajah (sinus Nyeri tekan (-)
maksilaris/ frontalis)
Allergic shiner Tidak ada
Allergic salute Tidak ada
Allergic crease Tidak ada
z
Leher

 Kaku kuduk : negatif

 KGB : Tidak ada pembesaran

 Tiroid : tidak ada pembesaran

 Massa/ benjolan : tidak ada


z
Resume

Pasien Nn. SM, 23 tahun perempuan datang ke RSMB dengan keluhan


rhinorrhea yang dirasakan sejak 5 hari yang lalu dan terjadi di kedua hidung,
sekret yang keluar merupakan secret mucoid dengan konsistensi cair dan
muncul ketika beraktivitas serta hilang ketika beristirahat. Keluhan lain
dirasakan seperti bersin, hidung tersumbat, demam dan berdahak dihari kedua
sakit. Pasien telah berobat dan keluhan membaik. Tidak terdapat riwayat alergi
di keluarga seperti asma dan penyakit kulit
Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit ringan,
kesadaran compos mentis, TTV dalam batas normal, status lokalis telinga
pada meatus acusticus externa dextra teradapat sedikit serumen berwarna
kecoklatan. Pada status lokalis hidung pada rhinorskopi anterior terdapat livide
+/+, dan sedikit secret mucopurulent +/+. Mulut dan orofaring dalam batas
normal, maksiofasial dan leher dalam batas normal
z

Diagnosis Banding Pemeriksaaan Penunjang


 Rhinitis Simpleks  Pemeriksaan darah rutin:

 Rhinitis Vasomotor Hb, Ht, Leukosit, Trombosit

 Rhinitis alergi
z
Diagnosis Kerja

 Rhinitis Simpleks.
z

Penatalaksanaan Prognosis
 Medikamentosa:  Prognosis
 Dekongestan: Pseudoephedrine 60mg 2x1
diberikan selama 3 hari  Quo ad vitam: Ad bonam
 Antibiotik: Amosisilin 500mg 3x1 diberikan 5  Quo ad functionam: Ad bonam
hari
 Quo ad sanationam: Ad bonam
 Nonmedikamentosa:
 Istirahat yang cukup
 Tidak boleh mengkonsumsi minuman dingin
z

RHINITIS ATROFI
z
Rhinitis Atrofi

Definisi: Infeksi hidung kronik yang ditandai


adanya atrofi progresif pada mukosa dan
tulang konka.
z
Etiologi
1. Infeksi kuman spesifik

Sering ditemukan spesies Klabsiella, terutama Klabsiella ozaena,


dapat juga ditemukan staphylococcus, streptococcus dan
Pseudomonas Aeruginosa

2. Defisiensi FE

3. Defisiensi Vitamin A

4. Sinusitis Kronik

5. Kelainan hormonal

6. Penyakit autoimun
z
Klasifikasi

Rhinitis atrofi primer Rhinitis atrofi sekunder


 Rinitis atrofi primer disebut  Rinitis atrofi sekunder diakibatkan
juga ozaena (bahasa Yunani oleh berbagai kondisi seperti
yang berarti bau busuk) trauma maksilofasial dan hidung,
pembedahan hidung, infeksi
kronis atau akut berulang,
penyakit granulomatosa kronik
dan paparan radiasi
z
Gejala dan Manifestasi Klinis

• Nafas berbau

• Sekret mucopurulent dengan warna hijau

• Adanya krusta hijau

• Gangguan penghidu

• Sakit kepala

• Hidung merasa tersumbat


z Pemeriksaan Hidung (Rhinoskopi)

• Ringga hidung sangat lapang

• Konka inferior dan media hipotrofi atau atrofi

• Terdapat secret purulent dan krusta yang berwarna hijau


z

a. tampak krusta kehijauan


b. rongga hidung sampai nasofaring tampak lapang
z
z
Pemeriksaan penunjang

 Pemeriksaan histopatologik yang berasal dari biopsy konka media

 Pemeriksaan mikrobiologi

 Uji resistensi kuman

 CT scan sinus paranasal

 Darah Rutin: Hemoglobin pada penderita anemia (hipokromik

mikrositik yang menggambarkan anemia defisiensi

besi)
TATALAKSANA
z

Medikamatosa
Operatif
 Antibiotika spektrum luas atau sesuai dengan uji
resistensi kuman.
 Dilakukan apabila
pengobatan medikamatosa
 Lama pengobatan bervariasi tergantung dari
hilangnya tanda klinis berupa secret purulent tidak ada perbaikan.
kehijauan
 Teknik operasi: penutupan
 Ciprofloksasin
lubang hiidung dengan
 Obat pecuci hidung: NaCL implantasi.
Larutan diencerkan dengan perbandingan 1 sendok
makan larutan dicampur 9 sendok makan air hangat
dan larutan dimasukan ke dalam rongga hidung dan
dikeluarkan dengan menghembuskan nafas kuat kuat
dan dikeluarkan melalui mulut, dilakukan 2x sehari
z
RHINITIS HIPERTROFI
z
Definisi
Definisi: perubahan mukosa hidung pada konka inferior yang
mengalami hiperttrofi karena proses kronis yang disebabkan oleh
infeksi primer atau sekunder.

Rintis hipertrofi dapat timbul akibat infeksi berulang dalam hidung


dan sinus atau sebagai lanjutan dari rinitis alergi dan vasomotor.
z
Manifestasi Klinis

• Sumbatan hidung

• Mulut kering

• Nyeri Kepala

• Gangguan tidur

• Sekret banyak dan memiliki konsistensi

mucopurulent
z
Pemeriksaan Hidung

 Konka Hipertrofi (permukaan berbenjol-benjol karena mukosa


hipertrofi

 Sekret mucopurulent diantara konka inferior dan septum


z
TATALAKSANA

OPERATIF

 Kaustik Konka dengan zat kimia (nitrat argenti atau trikloasetat)

 Luksasi konka

 Frakturisasi konka multiple

 Konkaplasti
z
TATALAKSANA

 Medikamentosa

Terapi medikamentosa meliputi pemberian antihistamin, dekongestan,


kortikosteroid, sel mast stabilizer dan imunoterapi.

Dekongestan baik sistemik maupun lokal efektif dalam pengobatan sumbatan


hidung karena hipertrofi konka. Pemakaian sistemik oral dekongestan
menimbulkan efek samping seperti palpitasi dan susah tidur

Kortikosteroid efektif digunakan untuk sumbatan hidung, tetapi mempunyai efek


samping hidung mudah berdarah, mukosa hidung kering dan krusta.

Anda mungkin juga menyukai