Ujian Tengah Semester Kepemimpinan
Ujian Tengah Semester Kepemimpinan
Democratic Leadership
adalah style kepemimpinan yang melibatkan partisipasi bawahan dalam pengambilan
keputusan organisasi. Pemimpin hanya bertindak berdasarkan kepercayaan,
integritas, kejujuran, kesetaraan, keterbukaan, dan saling menghormati. Democratic
leadership mengakui, menghormati dan memperhatikan orang lain dengan
mendengarkan dan memahami dengan empathetic. Mereka memotivasi bawahan
agar terus mencapai kemampuan dan hasrat tertingginya.
Delegative Leadership
Gaya ini disebut juga Laissez-Faire, Delegative Leadership adalah seseorang yang
percaya akan kebebasan memilih kepada bawahannya dan lebih membiarkan
bawahannya sendiri sehingga mereka dapat melakukan apa yang mereka mau.
Berdasarkan teori di atas sosok Bill pada kasus 6.2 menerapkan gaya
kepemimpinan yaitu Autocratic leadership, Itu bisa dilihat dari caranya
mengambil keputusan tentang kegiatan musim liburan pada kasus tersebut. Bill
mengambil keputusan berdasarkan idenya sendiri tanpa meminta pendapat
atau masukan dari orang-orang yang dipimpinnya. Gaya kepemimpinan yang
diterapkan Bill tidak cocok dengan lingkungan tempat dia memimpin dan juga
tidak cocok dengan jenis penugasan yang dia berikan. Sehingga menimbulkan
masalah seperti penolakan dan ketidaksetujuan. Gaya autocratic leadership
yang diterapkan oleh Bill menuntut adanya kepatuhan penuh dari bawahannya
tanpa meminta adanya pembangkangan atau keraguan. Gaya kepemimpinan ini
umumnya diterapkan di beberapa organisasi yang mempunyai budaya rantai
hierarki yang ketat, seperti militer, polisi, dan organisasi yang sangat birokrasi.
Gaya kepemimpinan yang cocok digunakan dalam kasus Bill adalah democratic
leadership, dengan melibatkan partisipasi bawahan dalam pengambilan
keputusan organisasi. Pemimpin hanya bertindak berdasarkan kepercayaan,
integritas, kejujuran, kesetaraan, keterbukaan, dan saling menghormati. Gaya
ini menekankan akan pentingnya kerjasama tim sementara dirinya
memposisikan sebagai fasilitator untuk membangun sinergi antara individu
didalam kelompok.
Contoh : Fidel Castro (Presiden Kuba 1976-2008).
Semasa memerintah Fidel Castro dikenal sebagai sesosok
pemimpin yang otoriter. Ia dikenal sebagai figur pemimpin yang
tegas, keras, bahkan angkuh.Dalam hal ini, di Kuba kebijakan
kebijakan publik yang dibangun bersifat elitis dengan bertumpu
pada sosok Fidel Castro. Fidel Castro lebih menekankan mobilisasi
massa rakyat dan menghalangi setiap oposisi yang dijalankan oleh
kelompok-kelompok yang berusaha menentang Castro. Dari sini
dapat kita lihat bahwa banyak kebijakan publik lebih mencerminkan
padangan- pandangan elit Castro dibandingkan dengan pandangan-
pandangan rakyat. Gaya kepemimpinan Fidel Castro inilah yang
membuatnya dibenci sekaligus dicintai warganya. Meskipun ia
sangat otoriter tetapi tidak dapat dipungkiri ia mampu membangun
Kuba menjadi lebih baik, misalnya dengan melakukan pendidikan
gratis, kebijakan agraria dengan sistem pembagian tanah,
peningkatan penghasilan pertanian, dan peningkatan kesehatan.