Anda di halaman 1dari 6

UJIAN TENGAH SEMESTER

MATA KULIAH KEPEMIMPINAN


Dosen Pengampu :
Dr. H. Muhammad Riza Firdaus, SE. , MM.

Oleh : MUHAMMAD RIFQI -1710312210028


 KASUS 6.2

 Bill Smith telah menjadi guru kelormpok musik SMA selama 15


tahun. Setiap Rabu dia harus membuat rencana dan
melaksanakan jenis konser yang berbeda di musim liburan. Tahun
ini, rencananya adalah menampilkan program jazz khusus dalam
hubungannya dengan paduan suara siswa senior. Untuk sejumlah
alasan, kelompok musik dan paduan suara menentang Bill dan
langsung memberi dia masalah. Kelompok musik dan paduan
suara adalah aktivitas ekstrakurikuler di mana siswa berpartisipasi
secara sukarela. Saat mengambil manajemen kelas di universitas
setempat, Bill mengisi skala LPC, dan nilainya adalah 44.
 Kepemimpinan adalah sifat dan nilai yang dimiliki oleh seorang
leader. Teory kepemimpinan telah berkembang sejak puluhan
tahun yang lalu dan sudah banyak berbagai referensi dalam
bentuk beraneka macam mengenai topic ini yang dihasilkan dari
berbagai penelitian. Fungsi kepemimpinan dalam sebuah
organisasi atau kelompok sangat penting karena fungsi
kepemimpinanlah sebuah organisasi dapat mencapai tujuannya
melalui jalan dan cara yang benar. Memahami dengan baik
mengenai konsep kepemimpinan sangat membantu seseorang
dan organisasi bekerja lebih efektif dan efisien dalam mencapai
tujuan dan kondisi yang diinginkan. Pembagian konsep
kepemimpinan dalam berbagai aspek telah banyak dilakukan oleh
para peneliti dan ahli. Pembagian style kepemimpinan yang paling
dasar dan sekaligus mendasari perkembangan klasifikasi
kepemimpinan sampai saat ini adalah berdasarkan hasil penelitian
Lewin (1939). Beliau membagi style kepemimpinan menjadi 3
kategori utama yaitu autocratic leadership, democratic
leadership, dan delegative leadership.
 Autocratic Leadership
adalah style kepemimpinan yang menuntut adanya kepatuhan penuh dari
bawahannya tanpa meminta adanya pembangkangan atau keraguan. Style
kepemimpinan seperti ini senangnya membuat keputusan berdasarkan pemikiran
sendiri dan jarang sekali mau menerima masukan orang lain. Autocratic leadership
bersifat absolute dan mengontrol total bawahannya

 Democratic Leadership
adalah style kepemimpinan yang melibatkan partisipasi bawahan dalam pengambilan
keputusan organisasi. Pemimpin hanya bertindak berdasarkan kepercayaan,
integritas, kejujuran, kesetaraan, keterbukaan, dan saling menghormati. Democratic
leadership mengakui, menghormati dan memperhatikan orang lain dengan
mendengarkan dan memahami dengan empathetic. Mereka memotivasi bawahan
agar terus mencapai kemampuan dan hasrat tertingginya.

 Delegative Leadership
Gaya ini disebut juga Laissez-Faire, Delegative Leadership adalah seseorang yang
percaya akan kebebasan memilih kepada bawahannya dan lebih membiarkan
bawahannya sendiri sehingga mereka dapat melakukan apa yang mereka mau.
 Berdasarkan teori di atas sosok Bill pada kasus 6.2 menerapkan gaya
kepemimpinan yaitu Autocratic leadership, Itu bisa dilihat dari caranya
mengambil keputusan tentang kegiatan musim liburan pada kasus tersebut. Bill
mengambil keputusan berdasarkan idenya sendiri tanpa meminta pendapat
atau masukan dari orang-orang yang dipimpinnya. Gaya kepemimpinan yang
diterapkan Bill tidak cocok dengan lingkungan tempat dia memimpin dan juga
tidak cocok dengan jenis penugasan yang dia berikan. Sehingga menimbulkan
masalah seperti penolakan dan ketidaksetujuan. Gaya autocratic leadership
yang diterapkan oleh Bill menuntut adanya kepatuhan penuh dari bawahannya
tanpa meminta adanya pembangkangan atau keraguan. Gaya kepemimpinan ini
umumnya diterapkan di beberapa organisasi yang mempunyai budaya rantai
hierarki yang ketat, seperti militer, polisi, dan organisasi yang sangat birokrasi.

 Gaya kepemimpinan yang cocok digunakan dalam kasus Bill adalah democratic
leadership, dengan melibatkan partisipasi bawahan dalam pengambilan
keputusan organisasi. Pemimpin hanya bertindak berdasarkan kepercayaan,
integritas, kejujuran, kesetaraan, keterbukaan, dan saling menghormati. Gaya
ini menekankan akan pentingnya kerjasama tim sementara dirinya
memposisikan sebagai fasilitator untuk membangun sinergi antara individu
didalam kelompok.
Contoh :  Fidel Castro (Presiden Kuba 1976-2008).
Semasa memerintah Fidel Castro dikenal sebagai sesosok
pemimpin yang otoriter. Ia dikenal sebagai figur pemimpin yang
tegas, keras, bahkan angkuh.Dalam hal ini, di Kuba kebijakan
kebijakan publik yang dibangun bersifat elitis dengan bertumpu
pada sosok Fidel Castro. Fidel Castro lebih menekankan mobilisasi
massa rakyat dan menghalangi setiap oposisi yang dijalankan oleh
kelompok-kelompok yang berusaha menentang Castro. Dari sini
dapat kita lihat bahwa banyak kebijakan publik lebih mencerminkan
padangan- pandangan elit Castro dibandingkan dengan pandangan-
pandangan rakyat. Gaya kepemimpinan Fidel Castro inilah yang
membuatnya dibenci sekaligus dicintai warganya. Meskipun ia
sangat otoriter tetapi tidak dapat dipungkiri ia mampu membangun
Kuba menjadi lebih baik, misalnya dengan melakukan pendidikan
gratis, kebijakan agraria dengan sistem pembagian tanah,
peningkatan penghasilan pertanian, dan peningkatan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai