A. Pendahuluan
Dalam peradaban manusia sekarang ini segala aspek kehidupan tidak lepas dari
berorganisasi, karena pada kodratnya manusia merupakan makhluk sosial yang cenderung untuk
selalu hidup bermasyarakat. Hal ini nampak baik di dalam kehidupan rumah tangga, organisasi
kemasyarakatan, terlebih pada saat seseorang memasuki dunia kerja. Seseorang tersebut akan
berinteraksi, dan masuk menjadi bagian dalam organisasi tempatnya bekerja. Organisasi adalah unit
sosial yang dengan sengaja dikelola, terdiri atas dua orang atau lebih, yang berfungsi secara relative
terus-menerus untuk mencapai satu sasaran atau serangkaian sasaran bersama (Robbins, 2006: 6).
Guna mencapai tujuan maupun sasaran yang diinginkan dalam sebuah organisasi, maka
sudah semestinya seorang pemimpin mengetahui tipe dan gaya seperti apa yang layak dipergunakan
dalam memimpin bawahannya.
1. Definisi Kepemimpinan
Sebelum kita menjelaskan secara komprehensif mengenai macam-macam tipe atau gaya
kepemimpinan dalam pendidikan, sudah seharusnya kita mengetahui pengertian dari pemimpin dan
kepemimpinan itu sendiri. Agar nantinya memudahkan kita dalam memahami berbagai tipe dan
gaya kepemimpinan, maka dari itu pada bagian awal kita jelaskan terlebih dahulu mengenai
pengertian kepemimpinan.
Kepemimpinan adalah proses dalam mengarahkan dan mempengaruhi para anggota dalam
hal berbagai aktivitas yang harus dilakukan. Konsep kepemimpinan dan pemimpinan mempunyai
kaitan yang erat sekali. Pemimpin berasal dari kata asing leader dan kepemimpinan berasal dari
leadership. Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki superioritas tertentu, sehingga dia
memiliki kewibawaan dan kekuasaan untuk menggerakkan orang lain melakukan usaha bersama
guna mencapai sasaran tertentu (Kartono, 2005: 148).
Pemimpin memiliki peran yang sangat besar dalam pencapaian tujuan pendidikan
sebagaimana yang ada dalam teori manajemen. Suatu organisasi akan berhasil atau gagal sebagian
besar ditentukan oleh kepemimpinan lembaga itu. Tipe kepemimpinan akan identik dengan gaya
kepemimpinan seseorang melaksanakan suatu kepemimpinan.
2. Tipe-tipe Kepemimpinan
Berbagai gaya atau tipe kepemimpinan banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari–hari,
termasuk di sekolah. Walaupun pemimpin pendidikan khususnya sekolah atau madrasah formal
adalah pemimpin yang diangkat secara langsung baik oleh pemerintah maupun yayasan, atau
melalui pemilihan (Sutikno, 2009: 71).
1. Tipe Autocratic
Autokratik yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) menggunakan kata
autokrasi yang berarti kekuasaan yang tidak terbatas dalam artian bentuk pemerintahan
dengan kekuasaan mutlak pada diri seseorang, kediktatoran. Istilah lain dari autokrasi adalah
otoriter yang mana kita lebih mengenal kata otoriter daripada autokrasi itu sendiri. Otoriter
yang berarti berkuasa sendiri, sewenang-wenang. Merupakan bentuk pemerintahan dengan
kekuasaan pada diri pemimpin itu sendiri dilakukan dengan sewenang-wenang.4
Menurut Dwiwibawa (2012: 14). Pemimpin yang bertipe otokrasi adalah tipe
seorang pemimpin yang sombong. Seorang pemimpin tipe ini akan mencampuradukan
antara kepentingan pribadi dan organisasi. Ia juga akan melakukan segala cara, yang penting
tujuannya tercapai. Dalam menjalankan tugasnya, seorang autokrasi akan,
(b) Bersikap kaku dalam menegakkan disiplin, tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk
mengemukakan alasan atau argumen.
(d) Jika bawahan melakukan kesalahan, pemimpin tipe ini cenderung menggunakan
pendekatan punitif atau memberi hukuman, dan
(e) Selalu berprinsip menang-kalah, pemimpin harus menang dan bawahan harus kalah.
2. Tipe Democratic
Dari kata “demokratis” ini tergambar bahwa apa yang akan kita putuskan dan
laksanakan itu disepakati dan dilakukan bersama-sama. Tipe demokratis berlandaskan pada
pemikiran bahwa aktifitas dalam organisasi akan dapat berjalan lancar dan dapat mencapai
tujuan yang telah ditetapkan apabila berbagai masalah yang timbul diputuskan bersama
antara pejabat yang memimpin maupun para pejabat yang dipimpin. Seorang pemimpin
yang demokratis menyadari bahwa organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga
mengambarkan secara jelas beragam tugas dan kegiatan yang harus dilaksanakan demi
tercapainya tujuan organisasi (Suryosubroto, 2010: 290).
Tipe demokratik ini merupakan tipe kepemimpinan yang banyak sekali disukai para
bawahannya. Karena, segala macam pemikiran dan juga ide diputuskan secara bersama
guna mencapai tujuan yang diinginkan. Tipe Democratic dari kata “demokratis” ini
tergambar bahwa apa yang akan kita putuskan dan laksanakan itu disepakati dan dilakukan
bersama-sama. Tipe demokratis berlandaskan pada pemikiran bahwa aktifitas dalam
organisasi akan dapat berjalan lancar dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan
apabila berbagai masalah yang timbul diputuskan bersama antara pejabat yang memimpin
maupun para pejabat yang dipimpin. Seorang pemimpin yang demokratis menyadari bahwa
organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga mengambarkan secara jelas beragam
tugas dan kegiatan yang harus dilaksanakan demi tercapainya tujuan organisasi
(Suryosubroto, 2010: 290).
Tipe demokratik ini merupakan tipe kepemimpinan yang banyak sekali disukai para
bawahannya. Karena, segala macam pemikiran dan juga ide diputuskan secara bersama
guna mencapai tujuan yang diinginkan.6
Adapun sifat kepemimpinan laissez faire seolah-olah tidak tampak, sebab pada tipe
ini seorang pemimpin memberikan kebebasan penuh kepada para anggotanya dalam
melaksanakan tugasnya. Disini seorang pemimpin mempunyai kenyakinan bahwa dengan
memberikan kebebasan yang seluas-luasnya terhadap bawahan maka semua usahanya akan
cepat berhasil. Tingkat keberhasilan organisasi atau lembaga yang dipimpin dengan gaya
laissez faire semata-mata disebabkan karena kesadaran dan dedikasi beberapa anggota
kelompok dan bukan karena pengaruh dari pemimpinnya (Sutikno, 2009: 157).
Pemimpin tipe laissez faire biasanya menjadikan bawahan itu sebagai rekan kerja
karena bersama-sama melaksanakan tugasnya sampai kepada tujuan yang diinginkan.
4. Tipe Patternalistic
Tipe kepemimpinan seperti ini biasa terdapat di lingkungan masyarakat desa yang
masih bersifat tradisional dan agraris. Seorang pemimpin paternalistik memiliki gaya
memimpin yang kebapakan, melindungi tapi juga menggurui. Dalam menjalankan tugasnya,
seorang paternalistik selalu mengutamakan kepentingan bersama/kebersamaan. Ia selalu
memperlakukan setiap orang dalam organisasinya sama, tidak ada yang lebih menonjol.
Artinya seorang paternalistik berusaha memperlakukan semua orang dan semua satuan
kerja yang terdapat ddalam organisasi seadil dan semerata mungkin (Dwiwibawa, 2012: 15)
Karena paternalistik ini mempunyai arti sifat kebapaan, maka pemimpin tipe seperti
ini cenderung mengayomi dan menjadikan bawahannya itu sebagai anaknya.
5. Tipe Karismatik
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), yang dimaksud dengan karisma adalah
keadaan atau bakat yang dihubungkan dengan kemampuan yang luar biasa dalam hal
kepemimpinan seseorang untuk membangkitkan pemujaan dan rasa kagum dari masyarakat
terhadap dirinya. Menurut Dwiwibawa (2012: 15), seorang pemimpin yang karismatik adalah
pemimpin yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun mereka tidak dapat menjelaskan
secara konkret mengapa ia mengaguminya.
3. Gaya Kepemimpinan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), yang dimaksud dengan gaya yang berarti
kesanggupan untuk berbuat dan sebagainya atau bisa juga diartikan dengan kekuatan. Dengan
demikian gaya kepemimpinan bisa diartikan pola tingkah laku yang dirancang sedemikian rupa untuk
mempengaruhi bawahannya agar dapat memaksimalkan kinerja yang dimiliki bawahannya sehingga
kinerja organisasi dan tujuan organisasi dapat dimaksimalkan.
Dari beberapa pengertian di atas gaya kepemimpinan merupakan suatu pola tingkah laku
baik dalam bentuk kata-kata maupun tindakan yang digunakan pemimpin dalam berinteraksi dengan
bawahan.
1. Gaya Persuasive
2. Gaya Represif
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), yang dimaksud dengan represif adalah
menekan, mengekang, menahan atau menindas. Dengan kata lain gaya kepemimpinan
dengan cara memberi tekanan, mengekang, bahkan sampai menindas sehingga para
bawahan merasa takut.
Menurut Sutrisno (2010: 242), gaya pemimpin represif adalah gaya kepemimpinan
dengan cara memberikan tekanan-tekanan, ancaman-ancaman, sehingga bawahan merasa
ketakutan.
Dengan kata lain gaya represif merupakan gaya kepemimpinan dengan cara memberikan
tekanan-tekanan, ancaman-ancaman, sehingga bawahan merasa ketakutan yang bertujuan
mengembalikan keserasian.
3. Gaya Partisipatif
4. Gaya Inovatif
Gaya pemimpin Inovatif adalah pemimpin yang selalu berusaha dengan keras untuk
mewujudkan usaha-usaha pembaruan didalam segala bidang, baik bidang politik, ekonomi,
sosial, budaya atau setiap produk terkait dengan kebutuhan manusia (Sutrisno, 2010: 244).
Dengan kata lain gaya pemimpin seperti ini selalu memiliki inovasi pembaharuan
demi lancarnya suatu organisasi baik dalam hal pemecahan masalah maupun dalam hal
menciptakan produk terkait kebutuhan manusia dan perkembangan zamannya.
5. Gaya Motivatif
6. Gaya Edukatif
Kaitan gaya dengan tipologi sangat berperan dalam keberhasilan sebuah organisasi,
kepemimpinan yang baik harus memiliki penyesuaian baik dalam gaya yang diperlukan
dalam memimpin dan tipe yang digunakan dalam menggerakan organisasi. Ketika pemimpin
memilih gaya kepemimpian yang baik dan tidak di dorong dengan tipe kepemimpinan dalam
interaksipersonal maka semua akan memiliki kendala dalam mencapai tujuan berorganisasi.
Kesimpulan
Suatu organisasi akan berhasil atau gagal sebagian besar ditentukan oleh kepemimpinan
lembaga itu sendiri termasuk lembaga pendidikan baik sekolah maupun madrasah. Kepemimpinan
yang dimiliki setiap pemimpin akan berpengaruh besar terhadap pencapaian tujuan pendidikan. Ada
banyak tipe kepemimpinan yang ada dalam manajemen sebagaimana yang telah dipaparkan pada
bagian sebelumnya. Tipe kepemimpinan ini juga dipengaruhi oleh gaya seseorang yang memimpin
itu.
Tipe kepemimpinan adalah gaya atau corak kepemimpinan yang dibawakan oleh seorang
pemimpin dalam mempengaruhi para pengikutnya. Gaya seorang pemimpin dalam menjalankan
kepemimpinan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain faktor pendidikan, pengalaman, usia,
karakter tabiat atau sifat yang ada pada diri pemimpin tersebut. Orang yang ambisius untuk
menguasai setiap situasi apabila menjadi pemimpin cenderung akan bersifat otoriter. Orang yang
mempunyai sifat kebapakan apabila menjadi pemimpin cenderung akan menjalankan kepemimpinan
yang bertipe paternalistik sedangkan pemimpin yang tidak menguasai bidang tugas yang menjadi
wewenangnya akan menyerahkan segala sesuatunya pada bawahan sehingga gaya
kepemimpinannya cenderung bersifat laissez faire.