Anda di halaman 1dari 14

TEOLOGI SAINTIFIK

Kelompok 1
ANGGOTA Lailatul Muawanah
01
KELOMPOK 2019140044

02 Majda Naila
2019140051

Alfan Safik
03 2019140090
TEOLOGI SAINTEK
Teologi Saintek adalah saintek yang mendasarkan pada keimanan kepada
TEOLOGI Allah dan hari kiamat. Teologi Saintek adalah teologi yang value bound,
untuk kemaslahatan umat manusia, bukan value free yang boleh dipakai
SAINTEK apa saja. Dalam bidang saintek, seni-budaya dan peradaban, asasnya
adalah al-maslahah al ummah, kemaslahatan umat. Jadi tidak seperti yang
diserukan oleh Fir'aun kepada Perdana Menteri Haman yang
memerintahkan kepadanya untuk membangun gedung pencakar langit
untuk mengintai Tuhan yang diimani Nabi Musa as.

Dalam teologi saintek mencakup teologi budaya dan peradaban


(hadhariyah wa rsaqafiyah) Al-Qur'an tidak melarang adanya akulturasi
sainstek, tradisi, budaya dan peradaban dari mana pun selama tidak
bertentangan dengan ajarannya. Sebagai contoh di bidang bangunan masjid
misalnya, pembangunan menara masjid Makah al-Mukarramah ataupun
Madinah al-Munawwarah dan hampir semua masjid di dunia. Kalau
dirunut sejarahnya, baik masjid Makah maupun masjid Nabawi di
Madinah zaman Nabi Saw. tidak memiliki menara. Karena menara, bahasa
Arab manaarah, dari kata naarun (api).
manaarun-tempat api, yaitu budaya Persia kuno yang menyembah api
yang ditempatkan di bangunan atas tempat penyembahan. Terkadang
terhadap hal seperti ini sebagian juru dakwah masih mempersoalkan.
Apakah dengan demikian menara menjadi sebuah bid'ah yang
membawa pembangunnya kelak dicampakkan ke dalam neraka?
Padahal menara sebagai bangunan tinggi sudah dialihkan fungsinya
dari penyembhan api pada keindahan dan tempat menyuarakan azan
agar didengarkan banyak orang yang ketika itu belum ada pengeras.
Di Jawa dan Indonesia pada umumnya, Walisongo tidak mengalami
benturan dengan kebudayaan masyarakat Nusantara. Pasalnya, kata
Clifford Geertz, dalam menyebarkan agama Islam mereka tidak hanya
berperan sebagai pendakwah yang menyiarkan agama Islam, akan
tetapi juga sebagai cultural broker, makelar budaya.

Menara Masjid Agung Demak


TEOLOGI SAINTIFIK
TEOLOGI Dalam teologi saintifik, yang dimaksudkan adalah alur menaik dari
penemuan sains menuju ke keimanan. Artinya saintis sebelumnya orang
SAINTIFIK yang atheis (tidak percaya adanya Tuhan atau seorang skeptis yang
meragukan adanya Tuhan) kemudian menjadi beriman setelah meneliti
fenomena sains dalam pengalaman hidupnya. Mereka seperti seorang
insekrolog Rusia bernama Fabre. Ketika ia dididik untuk tidak bertuhan
karena guru dan lingkungannya menganggap Tuhan tidak ada, setelah
merenungkan anasir serangga yang memiliki bahan baku kimiawi yang
sama, lalu kenapa ada yang menjadi jangkrik, belalang, kupu-kupu yang
beraneka warna dengan lukisan-lukisan penih pesan-pesan keindahan yang
simetris-estetis-matematis. Maka ketika ia ditanya oleh seorang jurnalis
bernama Maria Levinskaya Antonov, "Fabre, do You be lieve in God?"
Jawabnya: "No, but I see Him everywhere".
Dengan paparan tersebut saatnya sekarang manusia tidak hanya
membuktikan adanya Tuhan, tetapi bagi kaum ateis dan skpetis
juga harus bisa membuktikan ketidak-adaan Tuhan Ratusan
ilmuwan Barat yang di antaranya Prof. Dr, Maurice Bucaille dari
Perancis yang secara tekun dan genius membuktikannya. Meskipun
begitu, sayangnya keikhlasan Bucaille ini menjadi penyakit bagi
umat Islam sekarang, karena begitu gembiranya umat Islam akan
keharmonisan Al-Qur'an dengan Sains, terlahirlah mazhab
Prof. Dr, Maurice Bucaille
Bucaillesme yang berhenti dengan kesenangan dan kepuasan tanpa
berusaha meniru jejak langkahnya yang brilian. Seorang ilmuwan
Yahudi, pakar genetika, Robert Guilhem, bersyahadat setelah
membuktikan ayat Al Qur'an yang berbicara tentang iddah (masa
tunggu) wanita Muslimah yang dicerai suaminya seperti yang
diatur Islam. Akhirnya umat hanya bisa mencocokkan antara ayat
kauniyah dan qauliyah, antara hukum Al Qur'an sebagai word of
God dengan hukum alam sebagai work of God, antara kalamullah
dengan sunnatullah.
Robert Guilhem
SAINTIFIKASI
TEOLOGI
Saintifikasi teologi dimaksud adalah doktrin teologi khususnya dari yang Al-
SAINTIFIKASI Qur'an atau hadits kemudian dicerna menurut alur sains. Kesan yang didapat dari
TEOLOGI metode ini adalah mencocok-cocokkan ayat dengan sains. Hal ini tidak mengapa,
karena ketika Al-Qur'an membicarakan teologi, ternyata mengiringi diktumnya
dengan argumentasi sains, logika, retorika dan perangkat-perangkat epistemologi.
Al-Qur'an menyatakan bahwa Allah Swt. menurunkan agama selaras dengan
fitrah manusia.
Atas dasar kasih-Nya, memberikan fitrah untuk mampu berlogika, beretorika
perangkat epistemologi seperti contoh bawah Pertama, Ia menyatakan ke-Esa-an
Diri-Nya dengan argumentasi jika ada Allah Swt. Dan ada pula yang lain selain
Diri-Nya, maka dan bumi pasti akan hancur. Logikanya, kalau ada dua Tuhan
mestinya memiliki kemauan sama dan atau berbeda. Kalau alam wujud atas
kesamaan kehendak mereka, berarti Tuhan bekerja sama dengan Tuhan satunya.
berarti Tuhan tidak Maha sempurna karena membutuhkan yang lain. Sebaliknya
kalau mereka berselisih kehendak,berarti ini tidak akan terwujud.
PERBANDINGAN
AL-QURAN DENGAN SAINS
PERBANDINGAN Dari berbagai pandangan para ahli agama dalam hal ini Al-Qur'an dan sains, para
saintis menyatakan hal-hal sebagai berikut: bahwa karakter Al-Qur'an bersifat
AL-QURAN holistik, kebenaran, apriori, haqqul yaqin, mutlak tanpa syarat, dan menunjukkan
DENGAN SAINS arah serta kepastian hidup. Sementara karakter sains bersifat parsial, kebetulan,
aposteriori, ilmul yaqin, relatif kondisional dan tidak menunjukkan arah hidup
dengan pasti. Demikianlah secara objektif rasional dapat dibuktikan oleh
mayoritas saintis yang memiliki kepedulian dengan Al-Qur'an. Dengan demikian,
keberagamaan umat Islam tidak boleh menjadi peluang kritik dedengkot ateis
seperti Karl Marx yang menyatakan bahwa keberagamaan seseorang adalah
karena kalah bersaing dalam politik dan ekonomi. Atau Nietsche yang menilai
sebagai pelarian kepada Kekuasaan Mutlak untuk menghabisi lawannya. Atau
seperti Freud yang menganggap beragama sebagai orang yang miskin kasih
sayang sehingga mendambakan Dzat Yang Maha Kasih.
KESIMPULAN

Kesimpulan dari pembahasan diatas menyatakan bahwa Teologi Saintek adalah saintek yang
mendasarkan pada keimanan kepada Allah dan hari kiamat. Teologi Saintek adalah teologi yang value
bound, untuk kemaslahatan umat manusia, bukan value free yang boleh dipakai apa saja. Dalam
teologi saintifik, yang dimaksudkan adalah alur menaik dari penemuan sains menuju ke keimanan.
Saintifikasi teologi dimaksud adalah doktrin teologi khususnya dari yang Al-Qur'an atau hadits
kemudian dicerna menurut alur sains.
Perbandingan Al-Qur’an dan Sains karakter Al-Qur'an bersifat holistik, kebenaran, apriori, haqqul
yaqin, mutlak tanpa syarat, dan menunjukkan arah serta kepastian hidup. Sementara karakter sains
bersifat parsial, kebetulan, aposteriori, ilmul yaqin, relatif kondisional dan tidak menunjukkan arah
hidup dengan pasti.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai