Anda di halaman 1dari 19

PROSEDUR DAN

LANGKAH-LANGKAH UMUM
PENELITIAN KUALITATIF
01 02
Tahap akses Tahap “time-
lapangan dan out” dan
pemilihan tipe merancang
kualitatif proposal

03 04
Tahap melibatkan Tahap analisis
diri dalam “belakang
kehidupan meja” dan
lapangan penyimpulan
Tahap akses lapangan dan pemilihan tipe
kualitatif

 Pengamatan dalam penelitian


kualitatif haruslah didasari oleh
“modal akses”
 Peneliti mengambil posisi sebagai
“orang bodoh”. Memasuki lapangan
dengan “kepala kosong”
 Peneliti mengambil posisi “kepala
terisi”
TIPE-TIPE PENELITIAN KUALITATIF
Renata Tesch mengkategorikan tipe-tipe
penelitian kualitatif dalam 3 golongan, yaitu:
1) Berorientasi-bahasa (language-oriented
approaches)
2) Deskriptif/interpretif
(descriptive/interpretive approaches)
3) Membangun-teori (theory-building
approaches)
1.
TIPE PENELITIAN KUALITATIF BERDASARKAN AJANG RISET

Analisis Analisis Naratif Interaksionism


Riset Dialogis
Percakapan dan Semiotika e Simbolik

Psikologi Psikologi Fenomenologi


Riset Etnografi
Ekologis Eksperiensial Empiris

Fenomenologi Riset
Transendental Grounded
2.
TIPE PENELITIAN KUALITATIF BERDASARKAN STRATEGI ANALISIS

Riset Karya-Seni dan


Riset Heuristik Hermeneutika
Kritisisme

Hermeneutika Ganda dan


Studi Kasus
Analisis Hermeneutika Sosial
Bersusun
3.
TIPE PENELITIAN KUALITATIF BERDASARKAN MAKSUD KHUSUS RISET

Studi Kualitatif Dasar atau Jenerik

Riset Feminis/Jender
Tahap “time-out” dan merancang proposal

Calon peneliti untuk melakukan perenungan fenomena


lapangan untuk menemukan makna yang lebih abstrak
dari interpretasi lapangan sampai menemukan satu atau
dua konsep teoritik yang dijadikan konsep utama dalam
judul penelitian.

Calon peneliti kemudian mencari teori terkait,


melakukan pengkajian teori, konsultasi, dan diskusi
untuk menetapkan tujuan penelitian dan menyusun
kerangka kategoris penyusunan proposal penelitian
Penyusunan proposal penelitian melalui proses mulai dari kerangka
dasar umum (pra-proposal) ke spesifik yaitu pemfokusan masalah
dengan memodifikasi pra-proposal menjadi proposal.
Pra-proposal berisi 3 bagian pokok:
a) Latar belakang : uraian konteks, pemaparan data awal atau fakta lapangan
dan pemaknaannya
b) Permasalahan : rumusan masalah, tujuan dan manfaat, serta ringkasan teori
yang relevan
c) Metode penelitian
Proposal berisi: (a) latar belakang; (b) rumusan masalah; (c) tujuan dan manfaat
penelitian; (d) kajian pustaka; dan (e) metode penelitian
Tahap melibatkan diri dalam kehidupan
lapangan
Peneliti kualitatif dengan berbekal proposal memasuki lapangan untuk melakukan
penelitian. Saat memasuki lapangan, peneliti melakukan partisipasi dan observasi.
Partisipasi mengacu pada keterlibatan peneliti di dalam proses-proses yang
diamatinya.
Partisipasi dapat digolongkan menjadi 4, yaitu:
1) Partisipasi penuh (complete participation)
2) Partisipasi aktif (active participation)
3) Partisipasi moderat (moderat participation)
4) Partisipasi pasif (passive participation)
Sejalan dengan partisipasi, peneliti juga didukung dengan interview
terstruktur atau interview mendalam (in-depts interview)
Analisis di lapangan merupakan seperangkat
aktivitas merefleksikan data berdasarkan
fenomena yang diamati atau hasil interview Mencatat temuan lapangan secara
sistematis dan sesegera mungkin.

Semua fenomena yang dipandang sebagai


data dicatat secara cermat di dalam “buku
 Apa yang sedang terjadi catatan kancah”
 Bagaimana terjadinya
 Mengapa terjadi demikian

Data dalam rekaman suara harus segera dicatat ulang secara tertulis

Gambar bergerak dalam rekaman audio-visual atau gambar rekaman foto juga perlu dideskripsikan
berupa pernyataan-pernyataan verbal hasil interpretasi
Tahap analisis “belakang meja” dan
penyimpulan
Analisis “belakang meja” melibatkan 3 aktivitas ilmiah
pokok. Miles and Huberman, 1984, mengemukakan 3
langkah analisis data: (1) data reduction (reduksi data);
(2) data display (penyajian data); dan (3) conclusion
drawing (penarikan kesimpulan)

Sebelum melakukan analisis “belakang


meja”, hendaknya melengkapi kembali atau
menulis ulang catatan lapangan berdasarkan
kejadian yang sungguh terjadi yang masih
diingatnya
Simpulan riset kualitatif harus Pertanggungjawaban dilakukan dengan pembeberan
dapat dipertanggungjawabkan secara jelas adanya masalah, rasionel identifikasi
secara empiris serta dapat masalah, prosedur dan metode pemecahan masalah,
dikomunikasikan dengan baik dan alur logika penyimpulan

Menghubungkan secara
Mendeskripsikan Mengklasifikasikan
sistematis dan cermat
TIPE PENELITIAN KUALITATIF DALAM
BIMBINGAN DAN KONSELING
Berfokus pada aspek subjektif dari perilaku orang,
memahami arti peristiwa dan kaitannya terhadap
orang-orang yang berada dalam situasi tersebut

Penelitian fenomenologi dalam Bimbingan dan


Konseling digunakan untuk menghayati secara
sungguh-sungguh mengenai fenomena yang
dialami oleh peneliti di lapangan guna mendapat
Fenomenologi deskripsi komprehensif menurut pengalaman
subjek secara empiris

 Konsep Diri Siswa Autis Sekolah Autis Jodipati (Kajian


Analisis Fenomenologi Empiris)
 Hasanah, dkk (2021), Denial Syndrome terhadap Pandemi
Covid-19 pada Masyarakat Kabupaten Pamekasan Madura
 Wati, dkk (2021), Studi Fenomenologi Dampak Psikologis
Anak Selama Belajar di Rumah Akibat Pandemi Covid-19
 Hermeneutika Gadamerian :
Hermeneutika • Prafitralia (2015), Nilai-nilai Probadi Ideal Konseli
dalam Serat Wulangreh
• Gumilang dan Krisphianti (2016), Karakter Semar
 Hermeneutika ganda : sebagai Model Pribadi Konselor

• Arifin (2012), Implementasi Nilai-  Hermeneutika fenomenologis “Paul Ricoeur” :


nilai At-Tawazun dalam Konseling
(Studi di Lembaga Pendidikan • Zubaidah (2014), Telaah Nilai-nilai Pepatah Petitih
Formal pad Pondok Pesantren Minangkabau dan Kontribusinya dalam Pelaksanaan
Salafi’iyah Sukorejo) Konseling

Dalam Bimbingan dan Konseling Dalam Bimbingan dan Konseling digunakan dalam
digunakan dalam penelitian penelitian konseling lintas budaya dengan menggunakan
konseling lintas budaya dengan media buku teks
menggunakan media buku teks dan
gabungan tipe riset lainnya
Uraian dan penafsiran suatu budaya
atau sistem kelompok sosial

Etnografi dalam Bimbingan dan Konseling


digunakan dalam penelitian konseling
lintas budaya, karena dalam budaya
Etnografi termuat beberapa esensi seperti agama,
suku, paradigma berpikir, komunikasi, dll

 Identifikasi Kepribadian Konselor menurut Perspektif


Etnik Jawa di Kota Surakarta (Kajian Analisis Perspektif
Etnografi Kritik Eric Fromm)
 Fuad (2013), Halaqah sebagai Model Bimbingan
Kelompok untuk Mengembangkan Kepribadian Muslim:
Studi Etnografis pada Komunitas Jama’ah Tarbiyah di
Kota Purwokerto
Mengeksplorasi masalah dengan batasan
terperinci, memiliki pengambilan data
yang mendalam, dan menyertakan
berbagai sumber informasi

Studi kasus dalam Bimbingan dan


Konseling digunakan untuk meneliti
gejala dan fenomena kasus yang muncul
Studi Kasus
 Profil Siswa Korban Bullying (Kajian Studi Kasus di
SMA Amarta)
 Trimartati (2014), Studi Kasus tentang Gaya Hidup
Hedonisme Mahasiswa Bimbingan dan Konseling
Angkatan 2011 Universitas Ahmad Dahlan
 Fauzan (2019), Konsep Bimbingan dan Konseling
dalam Mengatasi Kenakalan Siswa (Studi Kasus di
MTS Al-Gozali Kecamatan Jatibarang)

Anda mungkin juga menyukai