Anda di halaman 1dari 51

METODOLOGI PENELITIAN

AKUNTANS DALAM PERSPEKTIF


NON-POSITIVIS
PENELITIAN KUALITATIS SECARA UMUM
OLEH

LA ODE HASIARA
DARI POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
KALIMANTAN TIMUR
SELAMAT MENGENAL DUNIA
KUALITATIF
• Kata lain dari penelitian adalah research;
• Dan research diberbagai referensi berasal
dari kata re artinya kembali;
• Dan to search adalah men­cari;
PEND
AHU • Jadi research berarti kembali mencari atau
LUA
N mencari kembali, dengan kata lain
melakukan penyelidikan untuk menemukan
fakta-fakta atau data-data untuk
memperoleh tambahan informasi.
• Simpulan bahwa penelitian adalah penyelidikan
terhadap sesuatu dilakukakan secara cermat, hati-
hati, kritis dgn.metode ilmiah u/mencari fakta2 dan
data2 guna menetapkan suatu keilmuan (sesuatu
yang ilmiah).
• Ditinjau dari jenisnya secara umum penelitian
dibagi dua metode yaitu metode penelitian
kuantitatfi dan metode penelitian kualitatif
• Bila dari segi sifatnya, maka dapat dibagi pula
menjadi dua bagian, yaitu: penelitan dasar (basic
research) dan penelitian terapan (applied
research).
• Penelitian dasar seringkali disebut sebagai
penelitian murni (pure rese­arch) yaitu
penyelidikan terhadap sesuatu disebabkan adanya
kepe­duli­an dan keingintahuan terhadap suatu
objek.
• Biasanya penelitian dasar diilaku­kan tanpa
memikirkan penerapannya, atau mengabaikan
pertim­bangan peng­gunaannya dari penemuan
objek yang diteliti.
• Hasil dari penelitian dasar merupakan kumpulan
dari pengetahuan umum dan penger­tian­-
pengertian tentang alam serta hukum-hukumnya
penelitian dasar terdiri atas pemilihan sebuah
Menurut masalah yang unik dari sumber manapun.
Charten Penelitian ini dilakukan secara berhati-hati
(1925)
dalam meme­cah­kan masalah, tanpa memper-
timbangkan keinginan sosial ekonomi dan
masya­rakat

Sebaliknya jenis peneliti­an terapan


(peneliti­an praktikal/­practical research)
Sebalikny merupakan penyeli­dik­an secara hati-hati,
a Jenis
Penelitian
siste­ma­tis, dan terus menerus terhadap
Terapana suatu masalah dengan tujuan praktis atau
terapan, sehingga hasilnya segera dapat
dimanfaatkan untuk keperluan tertentu
Namun demikian, antara penelitian
dasar dan peneliti­an terapan pada
dasarnya juga saling terkait, sebab
penelitian terapan berfungsi untuk
memerinci temuan penelitian dasar
untuk kepentingan praktis (Arifi,­
1994:1-2).

Sedangkan ditinjau dari jenis datanya


penelitian dibagi dua pendekatan, yaitu
(1) pendekatan kuanti­tatif, dan
(2) pen­dekatan kualitatif.
PERBEDAAN METODE PENELITIAN
KUANTITATIF DAN KUALITATIF
Metode penelitian Kualitatif & Kuantitatif
 Dari cara pengumpulan data dan pengolahannya, tetapi keduanya
berbeda secara konseptual dalam melihat feno­mena,
 pendekatan kuantitatif melihat fenomena dari aspek materi, yang
tampak, kajian dampak, factor-­faktor yang mempengaruhi sebagai
suatu gabungan variabel,
 Sedangkan pendekatan kualitatif melihat fenomena dari aspek non
materi, dibalik yang tampak, kajian makna sebagai sesuatu yang
holistik,
 Pendekatan kuantitatif bercirikan realitas objektif, positivis­tik,
hipotetik deduktif, surface behavior dan particu­laristik,
 Sedang­kan pendekatan kualitatif bercirikan realitas subjektif,
fenomenologi, induktif, inner behavior dan holistik (Subadi, 2004).
Jenis
Penelitian

Kualitatif
Kuantitatif Non materi
Aspek materi dibalik yang
(yang tampak tampak

Dampak, actor
Hubungan Proses dan
sebab-akibat makna

Relitas Realitas
objektif subjektif

Perspektif Perspektif
Positif Fenomenolo
gi
Kuantitatif Kualitatif
 Paradigma merupakan pandangan
fundamental tentang apa yg menjadi
pokok permasalahan dlm.ilmu
pengetahuan
 Para­digma membantu meru­mus­kan apa
Paradi
yg harus dipelajari, pertanyaan­
gma pertanyaan apa yg semestinya dijawab,
Peneli bagaimana semes­tinya pertanyaan-
tian pertanyaan itu diajukan, & aturan-aturan
Kualit apa yg harus diikuti dlm.menafsirkan
atif jawaban yg diperolah.
 Paradigma adalah kesatuan konsensus
yang terluas dalam suatu bidang ilmu
pengetahuan dan membantu
membedakan antara instrumen-
instrumen ilmu­wan yang satu dengan
komunitas ilmuwan yang lain
Kajian ilmu sosial termasuk juga dlm.
Paradigma
menggolong- kajian pendi­dik­an terdapat 4
golongkan,
mende­fini­si­ paradigma:
kan dan
menghubung
yaitu;
kan antara
teori-teori,
(1) paradigma fenomena sosial,
dan metode- (2) paradigma fakta sosial,
metode serta
instrument-­ (3) paradigma perilaku social, dan
instrumen
yang (4) paradigma psikologi sosial.
terdapat di
dalamnya
 Membahas penelitian kualitatif
berarti membahas sebuah metode
penelitian kualitatif yang di
dalamnya membahas dan ter­kait
dengan pandangan filsafat,
 Menelitian mengenai discip­lined
Hakikat inquary dan realitas dari subjek
Penelitian  Penelitian dalam kebia­saan
Kualitatif penelitian ilmu-ilmu sosial termasuk
pene­litian pendi­dikan dan agama.
Metode penelitian kualitatif sudah
menjadi tradisi ilmiah digunakan
dalam penelitian bidang ilmu,
khususnya ilmu-ilmu sosial, budaya,
psikologi dan pendidikan.
Perbedaan Penelitian Kualitatif dan Penelitian Kuantitatif

Keterangan Penelitian Kualitatif Penelitian Kuantitatif

 Interpretivisme  Positivisme
 Paradigma  Memahami  Menjelaskan
 Tujuan Fenomenea Fenomena
 Alsan dibalik tindakan  Hubungan Kausal
 Pusat
 Etika  Hubungan antara
Perhatian  Rasionalitas
Variable
 Tema Budaya
Perbedaan Penelitian Kualitatif dengan Kuantitatif
Model Nasution (1988)
Penelitian Kualitatatif Penelitian Kuantitatif
 Mencoba memperoleh gambar  Mempelajari permukaan
an yang lebih mendalam masalah atau bagian luaranya
 Bertujuan mencapai generalisai
 Memahami makna (meaning)
Guna meramalkan atau mempre
atau verstehen.
diksi
 bersifat deterministik tertuju
 Memandang hasil penelitian
Kepada kepastian dengan
sebagai spekulatif.
menguji hipotesis.
Secara umum terdapat beberapa teori penelitian kualitatif,
secara ringkat ditunjukkan sebagai berikut.

•NoNJJnggunaa
Jenis Penelitian Tujuan Penggunaan Contoh

Mempertanyakan
Memahami makna sesuatu
makna sekolah
1 Fenomenologi berdasarkan pengalaman
bagi orang
dan pengertian sehari-hari
tua/anak
Mempertanyak
Kata behavioral,
an
memahami budaya suatu
bgmana tradisi
kelompok masyarakat.
2 Etnografi Pada tataran kogniti, me­ma­
gotong‑royong
dlm suatu
hami nilai-nilai di baik
kelompok
tradisi.
masy.
Memahami dunia Mempertanyakan
bagaimana orang
konstruksi,partisipan
Tionghoa di mata
yang tercermin dalam orang
percakapan sehari-hari yg
3 Etnometodologi menunjuk kan bagaimana
Jawa berdasarkan
konstruksi dalam
merekamemandang,menilai, percakapan sehari-
me­nafsir dan pemak­nakan hari.
LANJUTAN
Mempertanyakan
Memahami secara utuh bagaimana dan
dan mendalam suatu mengapa Gusdur
4 Studi Kasus kasus : kasus bersifat bisa terpilih
unik (intrinsic case sebagai presiden
(kasus)
Mempertanyakan
Mengembangkan teori mengapa dokter RSU
Penelitian (theory building) secara memberikan layanan
5 Grounded induktif berdasarkan yang berbeda
Data terhadap para pasien
yang tengah sekarat
Memahami kisah hidup
Mempertanyakan
seorang atau kelompok,
"jalan cerita"
termasuk peristiwa-
(perjalanan hidup)
Studi Life per­istiwa penting yang
yang mengantar
6 menentukan arah
kan sese-orang
History (turning points) dalam
menjadi penjahat
perjalanan hidup orang
ulung yang sangat
atau kelom­pok
ditakuti.
Bersangkutan
LANJUTAN
Mempertanyakan
Memahami tafsiran
mengapa Firman
terhadap teks yg tidak
Tuhan yang me
semata-mata
nyerukan untuk
berdasarkan
Studi "melayani"
7 Hermeneutika
acuan gramatika ke
bahasaan, melainkan
Tuhan oleh juru tafsir
A dimaknai berbeda
(terutama) berdasarkan
dengan tafsiran yang
konteks historis suatu
diberikan oleh juru
penafsiran
tafsir B
Mempertanyakan tema‑
tema dan atau kategori‑
Memahami tema dan kategori yg tertuang
Studi atau kategori yang dalam gagasan mengenai
8 Analisis tertuang dalam pesan
Isi pada suatu teks, masyarakat Indonesia
baru, khususnya pada
transkrip/narasi tulisan para pakar satu
tahun terakhir

Sumber : Arifin 2009


Karakteristik Penelitian Kualitatif
Berpegang pada pandangan bahwa
realitas sosial itu bersifat maknawi, yaitu
1 tak terlepas dari sudut pandang, frame,
definisi dan atau makna yang terdapat
pada diri manusia yang meman­dangnya.
Mengacu pada pemikiran teoretis yang menempatkan
manusia sebagai aktor, setidak-tidaknya sebagai agen
(bukan sekedar role player) sebagaimana yang
2 ditawarkan oleh sejumlah aliran teori seperti
fenomenologi, etnometodologi, interaksionisme
simbolik, serta teori budaya ideasionalisme.

Tertuju untuk memahami makna yang


tersembunyi di balik suatu tindakan,
3 “perilaku”, atau hasil karya yang dijadikan
fokus penelitian.
LANJUTAN
Penelitian melakukan pada latar yg
4 sifatnya alamiah (natural setting), bukan
pd situasi buatan.

Dlm pelaksanaan penelitian, instrumen utamanya adalah


peneliti itu sendiri karena dialah yang harus secara jeli
dan cerdas menentukan arah “penyelidikan dan
5 penyidikan” (sesuai dengan perkembangan data yang
diperoleh) di dalam proses pengumpulan dan menganalis
data.

Kegiatan pengumpulan data dan analisis data


berlangsung serempak (simultan), serta prosesnya tidak
berlangsung linear sebagaimana studi verikatif
6 konvensional, melainkan lebih berbentuk siklus dan
interaktif antara kegiatan koleksi data, reduksi data,
pemaparan data dan penarikan kesimpulan.
LANJUTAN
 Teknik observasi dan wawancara mendalam bersifat
sangat utama dalam proses pengumpulan data di
lapangan.
7  Observasi diperlukan untuk mema­­hami pattern of
life yang dijadikan fokus penelitian, sedangkan
wawan­cara mendalam diperlukan untuk menyingkap
dunia makna yg tersem­bunyi sebagai pattern for life.

Data hasil observasi dan wawancara (termasuk data


yang diperoleh dengan teknik-teknik lain) dijadikan
dasar dari konseptualisasi dan kategorisasi, baik
9 dalam rangka penyusunan deskripsi maupun
pengembangan teori (theory building) sehingga setiap
konsep, kategori, deskripsi dan teori yang dihasilkan
benar­benar berdasarkan data.

Untuk mencapai tujuan understanding of


understanding, sangat mempeduli­kan dan bahkan
10 mengutamakan perspektif emik ketimbang
perspektif etik.
LANJUTAN
Lebih mempedulikan segi kedalaman ketimbang
11
segi keluasan cakupan dari suatu penelitian.

Generalisasinya lebih bersifat tranferabilitas


12 ketimbang statiskal ala penelitian kuantitatif
konvensional.

Mengacu pada konsep dan teknik theoretical


sampling ketimbang pada konsep dan teknik
13
statistical sampling ala penelitian kuantitatif
konvensional.

Berpegang pada patokan kredibilitas,


14 transferabilitas, depen­da­bili­tas dan konfir­
mabilitas guna menghasilkan temuan penelitian
yang bisa dipertang­gung­jawabkan kebenarannya.
TEORI PENELITIAN KUALITATIF
Teori Fenomenologi
 Penelitian yg menggunakan
pendekatan fenomenologis berusaha
u/memahami makna peristiwa serta
interaksi pada orang-orang biasa
dalam situasi ttt.
 Pendekatan ini menghendaki adanya
sejumlah asumsi yg berlainan dgn cara
yg digunakan u/mendekati perilaku
orang dgn maksud menemukan “fakta”
atau “penyebab”.
 Penyelidikan fenomenologis bermula
dari diam.
 Keadaan “diam” merupakan upaya
untuk menangkap apa yg dipelajari
dengan menekankan pd aspek-aspek
subyektif dari perilaku manusia.
 Fenomenologis berusaha untuk bisa
masuk ke dalam dunia konseptual
subyek penyelidikannya agar dapat
memahami bagaimana & apa makna yg
disusun subyek tersebut di sekitar
kejadiankej adian dalam kehidupan
sehari-harinya.
• Penyelidikan fenomenologis bermula
dari diam.
• Keadaan “diam” merupakan upaya
u/menangkap apa yg dipelajari dgn
menekankan pada aspek-aspek
subyektif dari perilaku manusia.
• Fenomenologis berusaha u/bisa masuk
ke dlm.dunia konseptual subyek
penyelidikannya agar dpt memahami
bagaimana & apa makna yg disusun
subyek tersebut di sekitar kejadian-
kejadian dlm.kehidupan sehari-
harinya.
• Singkatnya, peneliti berusaha memahami
subyek dari sudut pandang subyek itu
sendiri, dgn.tidak mengabaikan membuat
penafsiran, dgn.membuat skema
konseptual.
• Para peneliti kualitatif menekankan
pemikiran subyektik karena menurut
pandangannya, dunia itu dikuasai oleh
angan-angan yg mengandung hal-hal yg
lebih bersifat simbolis dari pd konkret.
• Jika peneliti meng­gunakan perspektif
fenomenologi dgn.paradigma definisi sosial
biasanya penelitian ini bergerak pada kajian
mikro.
• Perspektif fenomenologi dengan paradigma
definisi sosial ini akan mem­beri peluang individu
sebagai subjek penelitian,
• Informan penelitian melakukan interpretasi,
• Kemudian peneliti melakukan interpretasi
terhadap interpretasi itu sampai mendapatkan
makna yang berkaitan dengan pokok masalah
penelitian,
• Berger menyebutnya dengan first order under­
standing dan second order understanding.
• First order understanding dimaksudkan
peneliti memberikan pertanyaan2 kepada
pihak yg diteliti/informan.
• Sedangkan second order understanding, a/
peneliti memberikan interpretasi terhadap
interpretasi informan tersebut di atas
sampai memperoleh suatu makna yg baru &
benar (ilmiah)
• Dan perhatikan tidak boleh bertentangan
dgn.interpretasi dari informan penelitian.
• Gordon, (1991: 43 8-491) memberikan
komentar bahwa pendekatan fenomenologi
mengakui adanya kebenaran “empirik etik”
Husserl menempatkan sebagai, metode
pengkajian untuk:
• Menge­nali,
• Menjelaskan,
• Menafsirkan penglaman indrawi dan
makna
• Dan mengenali apa yang dialami
subjek,
• Dalam posisi semacam ini Husserl
mengan­jurkan peneliti melakukan
observasi partisipan agar dapat
mengetahui secara pasti apa yang
dialami orang lain
• Fenomenologi Husserl terfokus pada logika
yang merujuk pada “makna” u/mengenali
apa yang dialami.
• Oleh karena itu, Husserl menganjurkan
peneliti melakukan observasi partisipatif
agar dapat mengetahui secara pasti apa yg
dialami orang lain.
• Menurut Husserl bahwa suatu fenomena yg
tampak sebenarnya merupakan refleksi yg
tidak berdiri sendiri, karena yg tampak
a/sebagai objek penuh dengan makna yg
transendental.
• Maka untuk bisa memahami makna haruslah
mampu menerobos sesuatu di balik sesuatu yg
tampak tsb. (Waters, 1994: 31).
• Oleh karena itu, penggunaan
fenomenologi menurut Husserl
a/harus kembali pd “data” dan tdk.kpd
“pemikiran.
• Sumbernya a/ apa yg ada pd halnya
sendiri/yg menampakkan dirinya
sendiri.
• Husserl menyatakan bahwa hasil pengetahuan
sejati bukan rekayasa pikiran u/membentuk teori,
melainkan kehadiran data dalam kesadaran budi.
• Berbeda dengan fenomenologi Sheller
yg memberikan penekanan pada
hakikat.
• Dia mengajarkan agar peneliti melakukan
“penilikan hakikat” dgn. menggunakan
pengertian nilai dan pribadi.
• Penekanan feno­me­nologi Sheller terletak
pada perhatiannya kepada manusia,
sehingga menjadi­kan “kasih” sebagai dasar
ajarannya.
• Husserl mengenai “fenomena murni”
sebagai akar dari idealisme intelektual
belaka yg pd dasarnya telah menghindari
adanya realitas secara empiris yg dilakukan
secara bersama
Alasan-Alasan dari Makna Tindakan
 Perkembangan teori ilmu sosial, perspektif
fenomenologi sebagai pendekatan dikenal sbg
cikal bakal dari teori konstruksi sosial.
 Collin (1997) menyatakan bahwa; sejumlah
alasan u/status konstruksi sosial didasarkan
pengamatan bahwa “aksi/tindakan diilhami dari
makna subjek­tif
 Menurut Collin, bahwa; aksi tidak hanya perilaku,
tidak hanya sekedar gerakan tubuh, tetapi
memiliki suatu inside “kedalaman” yg terdiri dari
proses mental pelakunya.

 Kedalaman memberi­kan esensi individual


pada setiap aksi tertentu.
Meaning fullness of Action
menurut Wilhelm Dilthey
 Ungkapan Collin (1997:104) menyatakan
bahwa “perilaku manusia penuh makna
karena di­penga­r uhi oleh pengalaman.

 Pengalaman adalah dasar dan


sumber perilaku manusia.

 Pengalaman terdiri dari kehidupan


mental manusia yg bersifat
subjektif.
LANJUTAN
 Pengalaman terdiri dari kehidupan mental
manusia yg bersifat subjektif.
 Konsepsi ini melihat perilaku manusia yg muncul
dari 2 sumber mental yg terpisah yakni
kepercayaan dan keinginan.
 Pengalaman juga disebut sbg sumber perilaku yg
berasal dari pikiran & keinginan yg menyatu.
 Dan ini disebut Dilthey sebagai kesatuan holistik
dari kehidupan” (Collin, 1997: 104).
 Menurut Delthey, bahwa pemikir fenomenologi Berger bahwa
peristiwa sejarah dapat dipahami dalam tiga proses, yaitu: (1)
memahami gagasan para pelaku asli (2) memahami arti dari
makna kegiatan mereka pada hal-hal yang secara langsung
berhubungan dgn.peristiwa sejarah (3) menilai peristiwa­
peristiwa tersebut berdasarkan gagasan yg berlaku pada saat
sejarawan itu hidup
Perkembangan Argumen
Fenomenologi
Argumen fenomenologi semata-mata menyatakan
bahwa; manusia & fakta (kenyataan) sosial terbentuk
ketika perilaku manusia disatukan dgn.makna
(meaning) yg diperlihatkan oleh agen
 Selain itu, makna tsb.membentuk fakta perilaku
murni.
 Makna menciptakan tindakan & berperan
sbg.suatu komponen atau aspek.

 Makna adalah aspek tin­dakan “inner” (batin) yg bersatu


dgn. aspek tindakan “eksternal” u/mem­bentuk suatu
kesatuan tindakan (Collin, 1997: 115).
 Makna ini hasil suatu fakta melebihi fakta
tentang perilaku yg murni.
LANJUTAN
• Dengan cara ini, formula konstruktivis
dipenuhi.
• Formula itu menentukan konstruktivisme
sbg.posisi bahwa pikiran, keyakinan,
manusia menciptakan fakta sosial.
• Terkait dengan argumen fenomenologi yang
direkonstruksi.
• Collin (1997), pembahasan tentang
psikologisme yg menyatakan bahwa
argumen fenomenologi diwarisi dari Weber
& Schutz.
Mungkinkah Fakta Sosial
dibentuk oleh Makna?
 Collin (1997:121) berpandangan yg dibentuk
o/argu­men meaningfullness kurang menarik dari
pd pandangan yg dirancang o/broad argument
walau tdk.mendapat dukungan.

 Tidaklah cukup bila dikatakan bahwa


makna a/ kondisi yg seharusnya bagi
fakta-fakta sosial.

 Makna-2 manusia hanyalah satu aspek


dari fakta sosial, o/karena itu
menghasilkan fakta sosial yg bersamaan
dgn. aspek-2 lainaspek-aspek lain.
Ruang Lingkup Argumen
Fenomenologi
 Banyak pakar mendukung versi argumen
fenomenologi yg sudah direkonstruksi &
menyimpulkan bahwa; ”fakta-2 sosial ttt
dimunculkan o/makna-2 agen.

 Fakta bahwa konsep sosial mengandung


arti eksistensi objektif dari suatu hal,
dan kondisi-2 subjektif sebuah agen.

 Konsep-2 tsb. mempunyai implikasi-2 eksternal” Collin,


(1991: 131), dijelaskan; fakta sosial yg diwujudkan o/
makna itu sendiri & menimbulkan keterbatasan.
Kebanyakan fenomena sosial
terdiri dari berbagai sifat-2
eksternal & objektif.
Makna mencakup pengakuan
bahwa seseorang memiliki status
khusus.
Berbagai hasil kajian menjelaskan
bahwa kecenderungan di antara
ilmuwan sosial mengabaikan
implikasi ekternal itu sendiri.
Kelebihan & Kelemahan
Fenomenologi
KELEBIHAN KEKURANGAN

 Fenomenologi mampu
menjelaskan sesuai dari realitas
 Pada sisi lain jika ditinjau dari
subyektif.
 Sebagai metode penelitian aspek positivistik &
sosial yg pd awal­nya telah rasionalistik tidak diterima.
didasari teori kefilsafatan yang
dikembangkan o/Hegel.  Pendekatan fenomenologi dan
 Pada sisi yang lain dgn. realisme me­tap­hisik pd sisi
kesungguhan Weber dalam yg lain, juga lemah menurut
mengembangkan teori sosial yg pandangan posistivistik.
berada di dalam paradigma
definisi sosial.
 Sedangkan pendekatan
 Fenomenologi banyak digunakan
sbg.alat analisis terhadap fenomenologi dan rea­lis­me
fenomena sosial (Gordon, 1991: metaphisik mengakui adanya
43 8-492). kebenaran empirik etik.
Fenomenologi yg Digunakan
 Dari sekian uraian perspektif fenomenologi
tersebut di atas, maka feno­menologi yang
digunakan dalam penelitian adalah Feno­me­nologi
Berger.

 Berger dlm.penelitian ini, u/mengkaji pengetahuan


tentang pemahaman sesuatu terhadap makna.
 Prosesnya sbg. realitas subjektif, dgn. pertimbangan
bahwa pendekatan ini dgn. paradigma definisi sosial yg
bergerak pd kajian mikro.
 Sehingga memberi peluang individu sbg.subjek penelitian
melakukan interpretasi.

Berger menyabutnya dgn.first order understanding


(meminta peneliti u/menanyakan kpd.pihak yg
diteliti guna mendapatkan penjelasan yg benar.
B. Interaksionisme Simbolik
 Teori interaksionisme simbolis a/salah 1 cabang
dlm.teori sosiologi yg mengemukakan tentang
diri sendiri (the self) dan dunia luarnya.

 Teori ini menyatakan bahwa interaksi sosial


pada hake­katnya a/interaksi simbolik, manusia
berinteraksi dgn.yg lain dgn.cara menyampaikan
simbol, yg lain memberi makna atas simbol tsb.

 Herbert Blumer dan George Herbert Mead a/yg


pertama-tama mendefinisikan teori symbolic
interactionism.
 Pada awalnya, Mead memang tdk.pernah
menerbitkan gagasannya secara sistetematis.
LANJUTAN
• Teori ini sangat menekankan arti pentingnya
“proses mental” atau proses berpikir bagi manusia
sebelum mereka bertindak

 Tindakan manu­sia itu sama sekali bukan stimulus


respon, melainkan stimulus proses berpikir
respons.

 Jadi, terdapat unsur yg menjem­batani antara


stimulus dgn.respon, yaitu proses mental atau
proses berpikir, yg tdk. lain a/interpretasi.
 Teori interaksionisme simbolik memandang bahwa arti/makna
muncul dari proses interaksi sosial yg telah dilakukan.
 Arti dari sebuah benda tumbuh dari cara-2 dimana orang lain
bersikap terhadap orang tersebut.
 Teori ini, juga mempelajari sifat interaksi yg
merupakan kegiatan sosial yg dinamis sosial

manusia .
 Bagi perspektif ini, individu bersifat aktif, reflektif
dan kreatif, menafsirkan, menampilkan perilaku yg
rumit & sulit diramal­kan.
 Paham ini menolak gagasan bahwa individu a/organisme pasif yg
perilakunya ditentukan oleh kekuatan-kekuatan struktur yg ada di
luar dirinya.
 Interaksilah yg dianggap penting penting yg menentukan perilaku
manusia, bukan struktur masyarakat.

 Esensi interaksionisme simbolik adalah suatu


aktivitas yg merupakan ciri khas manusia, yakni
komunikasi atau pertukaran simbol yg diberi
makna
 Teori ini menyarankan bahwa perilaku
manusia harus dilihat sebagai proses

• Perilaku mereka dgn. mempertimbangkan


ekspektasi orang lain yg menjadi mitra inter­
aksi mereka

 Manusia bertindak hanya berdasarkan definisi atau


penafsiran mereka atas objek-2 di sekeliling
mereka.

Pandangan perspektif ini, sebagaimana


ditegaskan Blumer, proses sosial dlm.
kehidupan ke­lom­poklah yg menciptakan &
menegakan aturan-2, bukan atur­an-2 yg
menciptakan & menegakan kehidupan
kelompok.
 Menurut teoritisi perspektif ini, kehidupan
sosial adalah “interaksi manusia dgn.
menggunakan simbol-2
• Penganut interaksionisme sim­bolik
berpandangan, perilaku manusia a/
produk dari interpretasi mereka atas
dunia di sekeliling mereka.
 Perspektif teori interaksionisme sim­bolik
merupakan salah satu pendekatan atau paradigma
yg dpt diguna­kan apabila kita ingin meneliti
fenomena-2 sosioal.

 Teori ini muncul pd saat Teori Aksi tdk berjalan


baik.
 Dalam keadaan kosong itu muncul suatu perspektif
baru yg pd akhirnya menjadi kekuatan utama ilmu
sosiologi.
• Kata interaksionalisme simbolik, dimaksudkan u/
mencakup pemahaman timbal-balik & penafsiran
isyarat-2 & percakapan merupakan kunci bagi
masyarakat /manusia (Campbell, terjemahan
Hardiman, 1994: 253).

Teori interaksionisme simbolik mewarisi


tradisi & posisi intelektual yg berkembang
di Eropa pd abad 19 kemudian menyeberang
ke Amerika terutama di Chicag$o (Ritzer,
terjemahan Alimandan, 1985: 58).
 Teori interaksionisme simbolik ini akan
mengarahkan perhatian kita pd konsep
mengenai “ interaksi “, baik interaksi dgn
diri sendiri (self-interaction) maupun
interaksi antar indivi.
Interaksionisme Simbolik oleh George
Herbert Mead
• Teori interaksi Simbolik dikembangkan o/kelompok
The Chicago School dgn.tokoh penggagas George
H. Mead dan tokoh pengikutnya yaitu Herbert
Blummer & ada yang menyatakan teori ini
tdk.valid.
• Mead mem­berikan kontribusi besar dalam
mengemukakan pandangannya mengenai
pemikiran (mind), kedirian (self) & masyarakat
(society).
• Menurut Mead, ada beberapa aspek perilaku &
interaksi manusia yg secara langsung tidak dijem­
batani o/pemikiran.
• Contohnya manusia secara refleks dapat mengepal­
 Hal inilah yg sering kita maksud dgn “bahasa“ atau
komunikasi melalui simbol-simbo/isyarat makna.

 Isyarat-isyarat dlm bentuk inilah yg


akan membawa pd suatu tindakan dan
respon yg dipahami o/kelompok­-2,
komunitas & masyarakat yg ada.
 Melalui isyarat-2 & simbol-2 inilah maka
akan terjadi pemikiran; yakni yg disebut
dengan “mind”.
 Sementara “Kedirian“ (self) dpt bersifat sebagai
obyek maupun subyek; ia merupakan obyek bagi
dirinya sendiri.
 Seseorang yg sudah dewasa telah memiliki “
kediriannya sendiri “
• U/memperjelas konsep mengenai “Kedirian“/self,
Mead kemu­dian juga mengemukakan konsep
mengenai “I“ & “Me“ (Henslin: 69 dlm. http
://one.indoskripsi.com ). “I” adalah diri sebagai
subyek, bagian diri yg aktif, spontan & kreatif
 Sebaliknya, “Me“ merupakan diri sebagai
obyek. “
 Me“ terdiri atas sikap yg telah kita yg
bersifat internalisasi dari interaksi kita
dgn.orang lain.
Mead memilih kata ganti tersebut karena
dlm.bahasa inggris “I“ merupakan agen yg
aktif, seperti dlm kalimat “Aku
mendorongnya“sedangkan “Me“ merupakan
obyek tindakan.
2. Interaksionisme Simbolik oleh
Herbert Blumer.
• Selanjutnya Blumer sebagai tokoh modern
dari teori Interaksionalisme Simbolik
(Ritzer. terjemahan, Alimandan, 1985:61)
menjelaskan bahwa sifat khas dari manusia
a/berinteraksi antar manusia.
 Manusia saling mem­beri & menerima.
 Interaksi antar individu terhadap individu lainnya
berdasar atas makna yang diberikan terhadap
tindakan individu lainnya.
 Interaksi tsb. ditandai dgn. adanya penggunaan
simbol-simbol, interpretasi/dgn. saling berusaha
u/saling memahami maksud dari tindakan masing-2
individu.
TERIMA KASIH

Dr. La Ode Hasiara, Drs., S.E, M.M., M.Pd.,Ak., CA.


HP. 085 33 44 11 262 atau 08 12 49 999 262

Anda mungkin juga menyukai