Anda di halaman 1dari 27

DAMPAK MOBILITAS PENDUDUK

Kondisi Perekonomian Indonesia


 Mobilitas Penduduk merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi persebaran penduduk
 Mobilitas penduduk menjadi salah satu faktor yang

mendorong perubahan kondisi sosial ekonomi suatu


wilayah
 Mobilitas penduduk yang tidak terkendali akan

menyebabkan penurunan daya dukung dan daya


tampung lingkungan
Wilayah Sulawesi

KESENJANGAN WILAYAH Share PDRB thd


Nasional
4,60%

Pertmbh Ekonomi 7.72%


Wilayah Sumatera Wilayah Kalimantan Pendapt perkapita 4,98 jt
Share PDRB thd 21,55% Share PDRB thdp 8,83% Pendudk miskin 2,61 jt
Nasional Nasional (17,6%)
Pertumb. Ekonomi 4,65% Pertumb. Ekonomi 5.26% Wilayah Papua
Pendaptn perkapita 9,80 jt Pendaptn perkapita 13,99 jt Share PDRB thd 1,28%
Nasional
Penduduk miskin 7,3 jt Pendudk miskin 1,21 jt (9%)
(14,4%) Pertmbuh Ekonomi 0,60%
Pendaptn perkapita 8,96 jt
Pndudk miskin 0,98 jt
(36,1%)

Wilayah Jawa Bali


Share PDRB thd 62,00%
Nasional
Pertumbh Ekonomi 5.89%
Wilayah Maluku
Pendapt perkapita 11,27 jt
Wilayah Nusa Tenggara Share PDRB thd 0,32%
Pendudk miskin 20,19 jt Nasional
(12,5%) Share PDRB thd 1,42%
Nasional Pertumbh Ekonomi 4,94%
Pertmbuh Ekonomi 3,50% Pendaptn Perkapita 2,81 jt
Sumber : diolah dari BPS, 2008 Pendapt 3,18 jt Pendudk Miskin 0,49 jt
Ket : Harga Konstan perkapita (20,5%)
Pendudk miskin 2,17 jt
(24,8%)
Persebaran Penduduk Miskin
Perkembangan IPM Indonesia 1996 - 2011
74.00
72.27 72.27
71.76
72.00 71.17
70.59
70.10
69.60 69.57
70.00
67.70
68.00
65.80
66.00
64.30
64.00

62.00

60.00
1996 1999 2002 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

90
80
IPM per provinsi 2010- 70
2011 60
50
40
30
20
10 2010
2011
0
Tema Pembangunan &
Interkonektivitas Koridor Ekonomi (MP3EI)

“Pusat Produksi dan


“Pusat Produksi dan
Pengolahan Hasil
“Sentra Produksi Pengolahan Hasil
Pertanian, Perkebunan,
dan Pengolahan Tambang dan
Perikanan, Migas dan
Hasil Bumi dan Lumbung Energi
Pertambangan Nasional”
Lumbung Energi Nasional”
Nasional”

“Pusat
Pengembangan
Pangan, Perikanan,
Energi dan
Pertambangan
Nasional”
“Pendorong “Pintu Gerbang
Industri dan Pariwisata dan
Jasa Nasional” Pendukung Pangan
Nasional”

ADA GULA ADA SEMUT  PEOPLE FOLLOW JOBS


Pertumbuhan dan Ketimpangan di Indonesia (BPS 2010)
7

6 6.2
5.6 6.0
5.5
5 5.1

4 4.3 4.5 4.5

1
0.329 0.32 0.32 0.363 0.33 0.36 0.35 0.36
0
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

G ini R atio (% ) E c onomic G rowth

Meski secara nasional menurun (0.331), ketimpangan pendapatan masyarakat di


perdesaan justru melonjak pada tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya.
Penurunan rasio Gini hanya terjadi di perkotaan dari 0,362 menjadi 0,352, sedangkan
di perdesaan justru meningkat menjadi 0,297 dari 0,288.
Ketimpangan Pertumbuhan
Rata-Rata Pertumbuhan
Terjadi disparitas konsentrasi maupun Nasional
Provinsi
1990-2000*
6,8
2001-2009
5,1
pertumbuhan ekonomi antar-daerah Sumatera
Jawa
5,6
7,4
3,1
5,2
Bali-Nusa Tenggara 9,5 4,6
 Porsi ekonomi masih terkonsentrasi di wilayah Kalimantan 6,6 3,7
Jawa dan Sumatera dengan pangsa mencapai Sulampua 8,3 4,3
Aceh 2,7 -0,8
61,0% dan 20,9% (rata-rata tahun 2001-2009). Sumut 7,9 5,4
Sumbar 6,7 5,3
 Pertumbuhan ekonomi wilayah Sulampua relatif Riau 4,7 0,4
lebih rendah (4,3%), di bawah pertumbuhan Jambi
Sumsel
7,5
5,4
6,1
4,3
ekonomi nasional 5,1% (rata-rata 2001-2009). Bengkulu 6,6 5,2
Lampung 7,4 5,0
 Disparitas pertumbuhan ekonomi antar-daerah Jakarta 8,0 5,6
Jabar 6,0 5,0
sedikit melebar setelah otonomi daerah. Jateng 6,3 4,9
DIY 6,0 4,4
Pertumbuhan Ekonomi Daerah (%, yoy) Jatim 6,8 5,2
Bali 7,5 4,8
NTB 14,6 4,2
NTT 12,9 5,3
Kalbar 7,4 4,6
Kalteng 7,4 5,4
Kaltim 6,1 2,7
Kalsel 7,7 6,0
Sulteng 7,5 6,8
Sulsel 7,2 4,9
Sultra 7,3 7,2
Sulut 8,2 5,2
Maluku 5,3 4,1
Irian Jaya 9,8 1,8
*) excluding 1998 & 1999
Prasyarat Mutlak
Pengembangan Wilayah Berbasis Kependudukan 
Kombinasi Supply-Demand Side Strategy
Supply side Demand side
 Adanya sektor basis yang memiliki • Peningkatan akses pada pusat-pusat
keunggulan comparative dan competitive pelayanan untuk menciptakan
income multiplication
 Pengembangan sektor unggulan yang • Menurunkan biaya-biaya
menciptakan multiplier effect thdp konsumsi barang dan jasa
pembangunan regional (khususnya • Kebocoran:
kemiskinan dan penyerapan TK) jika orientasi mengkonsumsi barang
dan jasa banyak dilakukan di luar
 Peningkatan produksi sektor2 unggulan,
diversifikasi hulu-hilir sektor/komoditas
unggulan Membangun &
 Kebocoran: mengembangkan
permukiman yang
Kegiatan produksi dikuasai/dimiliki oleh berdaya saing
penduduk di luar kawasan
Proses peningkatan nilai tambah
berlangsung di luar daerah.
Hambatan dan Tantangan Peningkatan Kualitas
Penduduk
 Terbatasnya infrastruktur dan sumber daya pendukung
 Bervariasinya kebijakan di setiap daerah dalam peningkatan
kualitas penduduk pasca pemberlakuan otonomi daerah
 Adanya perbedaan persepsi yang mungkin terjadi antara
penduduk sebagai penerima manfaat dengan pemerintah
dalam upaya peningkatan kualitas penduduk
 Perbedaan kondisi geografis, demografis, sosial-budaya, serta
taraf ekonomi di setiap daerah
 Tingginya komponen biaya administrasi dan transaksi dalam
setiap program pembangunan.
 Ketersediaan data kualitas penduduk di setiap daerah
Persentase PendudukMenurut Pulau 1930-2010

Sumber: BPS, berbagai publikasi


Pola Migrasi di Negara Berkembang

Migrasi merupakan respon manusia atas


kesempatan-kesempatan yang ada dalam
rangka meningkatkan taraf hidup.

Pola migrasi di negara-negara berkembang


mencerminkan distribusi kesempatan
ekonomi yang tidak merata.

Pola migrasi di negara berkembang


menggambarkan pola yang mengutub,
dimana arus migrasi cenderung menuju ke
tempat-tempat tertentu saja.
Migrasi Angkatan Kerja Antar Provinsi, 201010

Jakarta Bali Kalimantan Timur Kepulauan riau


Persentase Migran Risen Neto antar Pulau di Indonesia,
1980-2005

Pulau 1980 1990 1995 2000 2005

Sumatra 53,85 6,52 -12,50 0,14 -3,15

Jawa -63,36 -18,75 6,36 -2,87 -3,06

Kalimantan 8,36 8,47 4,30 2,89 -0,33

Sulawesi 3,11 0,53 0,85 0,32 2,15

Kepulauan Lain -2,07 3,24 1,00 -0,47 4,39


Masalah yang Ditimbulkan Adanya
Urbanisasi yang Cepat
 Penurunan daya dukung dan daya tampung
lingkungan
 Perluasan daerah kumuh dan daerah informal di
perkotaan  pertanahan, administrasi
kependudukan, kriminalitas, status kesehatan,
status pendidikan, air tanah dll.
 Fasilitas
 Transportasi
Jumlah Penduduk Perkotaan
di 12 Kota Besar di Indonesia, 2010
Kota Jumlah Penduduk
Jakarta 9,607,787
Surabaya 2,765,487
Bandung 2,394,873
Bekasi 2,334,871
Medan 2,097,610
Tangerang 1,798,601
Depok 1,738,570
Semarang 1,555,984
Palembang 1,455,284
Makassar 1,338,663
Tangerang Selatan 1,290,322
Batam 1,137,894

diproyeksikan sekitar 60% penduduk yang tinggal di perkotaan berada di Jawa Pada
tahun 2025.
7 Metropolitan Area di Indonesia
Metropolitan Regions (Daerah Inti) Daerah Sekitarnya

Mebidang Kota Medan Kab. Deli Serdang


(Medan Binjai Deli Serdang) Kota Binjai
Jabodetabek Kota Jakarta Kab. Bogor
(Jakarta Bogor Depok Tangerang Bekasi) Kab. Bekasi
Kota Bogor
Kota Bekasi
Kota Depok
Kab. Tangerang
Kota Tangerang
Bandung Raya Kota Bandung Kab. Bandung
Kab. Sumedang
Kota Cimahi
Kedungsepur Kota Semarang Kab. Demak
(Kendal Ungaran Semarang Purwodadi) Kab. Semarang
Kab. Kendal
Gerbangkertosusila Kota Surabaya Kab. Sidoarjo
(Gresik Bangkalan Mojokerto Surabaya Sidoarjo Lamongan) Kab. Mojokerto
Kab. Gresik
Kab. Bangkalan
Kab. Lamongan
Kota Mojokerto
Mamminasata Kota Makasar Kab. Takalar
(Makasar Maros Sungguminasa Takalar) Kab. Goa
Kab. Maros
Sarbagita Kota Denpasar Kab. Badung
(Denpasar Badung Gianyar Tabanan) Kab. Gianyar
Kab. Tabanan
Proporsi Penduduk Perkotaan (Angka Urbanisasi)
menurut Provinsi di Indonesia
Proyeksi Angka
Proyeksi Urbanisasi
Urbanisasi Tahun 2000-2025
Menurut Provinsi

Jumlah penduduk perkotaan meningkat antara 20-40 persen.


Mobilitas Non Permanen
 Mobilitas non permanen seringkali dibahas dalam
lingkup mikro
 Belum ada data nasional, tetapi SUPAS 2005 atau

Sakernas 2007 sudah memasukkan data mobilitas


non permanen khusus pekerja (lihat tabel berikut)
 Bagaimana mencatat mobilitas non permanen

sehingga hak-hak dasar mereka terpenuhi.


 Kenyataan bahwa mobilitas non permanen menunjukkan

peningkatan terutama mobilitas desa-kota


Faktor penyebab mobilitas non
permanen
 Ketimpangan Pembangunan Antar Daerah Terutama antar
Perkotaan dan Pedesaan
 Kelangkaan Pekerjaan di sektor pertanian dan Kepemilikan
Tanah
 Kelangkaan Fasilitas Pelayanan Sosial (Pendidikan,
Kesehatan dll)
 Peningkatan Harga tanah dan biaya hidup di kota, dll
 Peningkatan sarana dan prasarana transportasi dan proses
industrialisasi
Jumlah Penduduk yang melakukan Ulang Alik di 7 Daerah
Metropolitan di Indonesia

Metropolitan Area # Population # Commuters % Commuters

Mebidang 3 866 226 319 683 9.24

Jabodetabek 23 673 955 2 659 561 12.36

Jakarta 8 860 381 1 092 538 13.45

Bodetabek 14 813 574 1 567 023 11.70

Bandung Raya 7 173 726 486 479 7.45

Kedungsepur 4 253 420 162 437 4.15

Gerbangkertosusila 8 619 447 288 582 3.65

Mamminasata 2 314 981 134 863 6.52

All of Metropolitans 49 901 755 4 051 605 8.93

Powerpoint Templates
Page 22
Situasi bidang mobilitas saat ini
 mobilitas antar daerah tetap meningkat hanya di
beberapa daerah terjadi penurunan
 Peningkatan konsentrasi penduduk di perkotaan
 peningkatan mobilitas non permanen
 peningkatan mobilitas internasional
 peningkatan arus mobilitas tenaga kerja dari
luar negeri

23
Isu pembangunan saat ini
 peningkatan mobilitas non permanen perlu
penyediaan berbagai fasilitas sosial, ekonomi,
budaya dan administrasi dll
 penataan wilayah penyangga
 Ruang kota
 kekumuhan

24
Kebijakan Penyerasian Kependudukan
 Pengarahan mobilitas penduduk untuk :

◦ menumbuhkan kondisi kondusif bagi terjadinya migrasi internal yang harmonis;

◦ memberikan perlindungan penduduk yang terpaksa pindah karena keadaan


(pengungsi);

◦ memberikan kemudahan, perlindungan dan pembinaan terhadap para migran


internasional dan keluarganya;

◦ menciptakan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan daya dukung dan daya


tampung lingkungan;

◦ mengendalikan kuantitas penduduk disuatu daerah/wilayah tertentu;

◦ mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru;

◦ memperluas kesempatan kerja produktif;

◦ meningkatkan ketahanan nasional.

25
Untuk menangani Mobilitas Penduduk
PP No 57 tahun 2009
 Untuk melakukan kebijakan pengarahan mobilitas
penduduk diperlukan GRAND DESIGN Mobilitas
Penduduk dengan memperhatikan :
◦ arah, volume, tujuan pelaku mobilitas
◦ Karakteristik pelaku mobilitas penduduk
◦ daya dukung dan daya tampung lingkungan
◦ arah pembangunan masing-masing daerah
 Identifikasi : kelembagaan : siapa berbuat apa.
TERIMA KASIH

27

Anda mungkin juga menyukai