Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia mendapat julukan sebagai The Largest
Archipelago Country in The World. Sekitar 75% dari wilayah
Indonesia, didominasi oleh lautan (Dahuri, 2002). Dari 94 kota
otonom di Indonesia, 47 kota diantaranya berkarakter geografis
kawasan peisisr (Lubis, 2011). Hal tersebut mengindikasikan
melimpahnya potensi sumberdaya perikanan tangkap yang
dimiliki oleh Indonesia, yaitu sebesar 6,4 juta ton per tahun
(Sunoto, 2010). Namun dari sekian banyaknya potensi
sumberdaya perikanan yang ada, kontribusi perikanan Indonesia
terhadap produk domestik bruto di Negara Asia masih tetap kalah
dibandingkan negara-negara lainnya, seperti Jepang, RRC, dan
Korea Selatan (Riyadi, 2004). Dalam Sosialisasi Nasional
Program Marginal Fishing Community Development Pilot
(MFCDP) tahun 2004, diterangkan bahwa Indonesia dengan
panjang garis pantai 95.151 km, hanya berkontribusi sebesar 20%
atau 28 milyar US$. Sementara Jepang mampu berkontribusi
sebesar 54% atau 21.400 milyar US$, dengan panjang garis pantai
34.386 km (DKP dalam Riyadi, 2004).
Pada kenyataannya, masyarakat pesisir Indonesia masih
memiliki keterbatasan dalam merasakan manfaat dari potensi
perikanan yang dimiliki. Hal ini membuat ekonomi masyarakat
pesisir berada pada taraf yang rendah. Menurut Sunoto (2010)
produk domestik bruto perikanan Indonesia baru mencapai 2,2% -
2,6% per tahun, dan nelayan masih miskin. Jumlah industri
perikanan lebih dari 17.000 buah, tapi sebagian besar tradisional,
berskala mikro dan kecil. Selain itu, jumlah industri pengolahan
ikan menengah dan besar 767 buah, tapi hanya menyerap tenaga
kerja 179.333 orang.
Lembaga Penelitian SEMERU di tahun 2002 menyatakan
bahwa wilayah pesisir Indonesia yang tingkat kemiskinannya
paling merata adalah di Pulau Jawa. Kemiskinan masyarakat

1
2

pesisir di Pulau Jawa berada pada tingkat kedua dari bawah


secara keseluruhan. Sementara untuk wilayah Jawa Timur sendiri,
kemiskinan penduduk hampir mendominasi ¾ kota/kabupaten
yang ada. Mayoritas kemiskinan penduduk memiliki prosentase
15-30%, termasuk diantaranya Kabupaten Lamongan (Putranto,
2010).
Semenjak masa reformasi tahun 1999, orientasi
pembangunan wilayah di Indonesia mulai bergeser dari daratan
menjadi ke arah pesisir. Semenjak itulah sistem Otonomi Daerah
(Otoda) mulai diberlakukan sehingga tiap daerah berwenang
untuk mengatur pembangunannya sendiri (Rudyanto, 2004).
Sebagai wujud perhatian dari pemerintah terhadap wilayah pesisir
Indonesia, diterbitkanlah Keputusan Menteri no.10/2002
mengenai Pedoman Umum Pengelolaan Pesisir Terpadu.
Kemudian di tahun 2004 mulai diterapkan Program Marginal
Fishing Community Development Pilot (MFCDP) untuk
membantu masyarakat pesisir dan nelayan kecil dalam mengatasi
akar permasalahan penyebab kemiskinan (Bappenas,2004).
Berikutnya pembangunan wilayah pesisir lebih difokuskan lagi
dengan adanya Peraturan Menteri no.12/2010 mengenai
Minapolitan.
Konsep Minapolitan betujuan untuk mendorong percepatan
pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan dengan
pendekatan dan sistem manajemen kawasan cepat tumbuh
layaknya sebuah kota (Sunoto, 2010). Berdasarkan Permen No.
12 Tahun 2010, terdapat tiga azas yang menjadi dasar penerapan
Konsep Minapolitan, yaitu:
1. Demokratisasi ekonomi kelautan dan perikanan pro rakyat.
2. Pemberdayaan masyarakat dan keberpihakan dengan
intervensi negara secara terbatas (limited state intervention).
3. Penguatan daerah dengan prinsip: daerah kuat – bangsa dan
negara kuat.
3

Sebagai salah satu elemen dalam dasar rumusan Konsep


Minapolitan, pemberdayaan masyarakat pun mendapat perhatian
dari Departemen Perikanan dan Kelautan. Untuk mengatasai
permasalah kemiskinan di wilayah peisisr, Departemen Perikanan
dan Kelautan telah mengeluarkan strategi pemberdayaaan
masyarakat, diantaranya adalah program pemberdayaan
masyarakat pesisir di bidang ekonomi, yaitu dengan cara:
1. Pengembangan keuangan mikro, akses ke Corporate Social
Responsibility (CSR) serta Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan (PKBL),
2. Pengembangan usaha mikro: Solar Packed Dealer Nelayan
(SPDN), Kedai Pesisir, Budidaya Garam Rakyat, dan Klinik
Bisnis (Ditjen KP3K, 2010).
Kabupaten Lamongan termasuk ke dalam 197
kabupaten/kota dari 33 provinsi yang menjadi Kawasan
Minapolitan (Kepmen Perikanan dan Kelautan no.32/2010) dan
merupakan daerah penghasil ikan laut terbesar di Jawa Timur
(data Kabupaten Lamongan tahun 2006). Salah satu wilayah
pesisir yang dimiliki Kabupaten Lamongan adalah Kecamatan
Brondong. Sesuai dengan SK Bupati Lamongan no.188 tahun
2011, Kecamatan Brondong ditetapkan sebagai sentra kawasan
Minapolitan Tangkap dengan hinterland Kecamatan Paciran.
Wilayah pesisir Kecamatan Brondong meliputi empat
kelurahan/desa yaitu Kelurahan Brondong, Desa Sedayulawas,
Desa Labuhan dan Desa Lohgung.
Terbentuk beberapa kegiatan pemberdayaan ekonomi
masyarakat di wilayah pesisir Kecamatan Brondong, baik yang
formal (disponsori pemerintah dan swasta) maupun informal
(diprakarsai oleh masyarakat sendiri). Kegiatan pemberdayaan
ekonomi masyarakat dari segi formal yang telah dilakukan, yaitu:
1. Pembentukan Lembaga Keuangan Mikro berupa KUD “Mina
Tani” Brondong pada tahun 1980. KUD ini mengelola 8 unit
usaha yaitu: Simpan Pinjam (SP), Pelayanan Kesehatan
(Yankes) berupa apotik dan poliklinik, Mitra Produksi Sigaret
Kretek Tangan (SKT) yang bekerjasama dengan PT. H.M.
4

Sampoerna Tbk., TPI, Pabrik Es, Cold Storage, Unit


Pelistrikan (UP), dan Perdagangan Umum. KUD Mina Tani
Brondong merupakan salah satu koperasi terbaik di Tingkat
Jawa Timur dan Nasional (PUSKUD Jatim, 2012).
2. Pengadaan SPDN Brondong yang dikelola oleh Perum
Prasarana Perikanan Samudra (PPS) untuk mengantisipasi
dampak kenaikan harga BBM terhadap nelayan. Akan tetapi
SPDN ini sempat mengalami kekurangan pasokan solar pada
tahun 2011 (kabarbisnis.com, 2011). Sehingga menyebabkan
para nelayan Brondong mengurangi jatah waktu melautnya,
yang kemudian berimbas pada berkurangnya hasil tangkapan.
3. Pengadaan Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) oleh
PT.Permodalan Nasional Madani (Persero) untuk
memberdayakan Usaha Mikro dan Kecil melalui layanan Jasa
Pembiayaan dan Jasa Manajemen. ULaMM memberikan
layanan pinjaman untuk modal usaha serta bimbingan,
pelatihan dan pendampingan kepada usaha mikro dan kecil
untuk mengembangkan usahanya agar dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan mempersiapkan pengusaha
mikro dan kecil yang memiliki daya saing.
Sementara, dari segi informal, kegiatan pemberdayaan
ekonomi masyarakat yang telah dilakukan adalah kegiatan
pengolahan ikan berupa penegeringan dan pemindangan ikan.
Kegiatan tersebut dimiliki dan dikelola sendiri oleh warga
setempat di area permukiman.
Keberadaan penduduk miskin di wilayah pesisir
Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan didukung oleh
pernyataan Bupati Lamongan dalam Surabaya Post 2011. Beliau
menyatakan bahwa jumlah penduduk miskin di Kabupaten
Lamongan termasuk yang terbesar di Indonesia, yakni mencapai
21,5 % dari sekitar 1,5 juta jiwa penduduk Kabupaten Lamongan.
Jumlah tersebut sama dengan 84.694 Rumah Tangga Miskin
(RTM) atau sekitar 300.000 jiwa. Di samping itu, pada Pendataan
Program Perlindungan Sosial (PPLS) Kecamatan Brondong tahun
2008, didapatkan bahwa sebesar 43% RTM di kecamatan ini
5

terdapat pada wilayah pesisir Kecamatan Brondong (Kelurahan


Brondong, Desa Sedayulawas, Desa Lohgung, dan Desa
Labuhan). Prosentase ini sama dengan 1.835 RTM atau sekitar
7.000 jiwa penduduk.

Brondong Lembor
10% 6% Tlogoretno
Sumberagung
3%
5%
Sidomukti
Sedayulawas 11%
15% Lohgung
7%
Labuhan
11%
Sendangharjo Brengkok
17% 15%
Gambar 1.1
Grafik Prosentase Jumlah Rumah Tangga Miskin
di Kecamatan Brondong
Sumber: PPLS Kecamatan Brondong, 2008

Dalam PPLS tersebut, RTM dibagi menjadi tiga kategori,


yaitu: “Sangat Miskin”, “Miskin”, dan “Hampir Miskin”. Secara
lebih rinci, jumlah RTM di wilayah pesisir Kecamatan Brondong,
digambarkan pada grafik berikut.

400
316
292
Jumlah Rumah Tangga

300 268
213 203 Sangat Miskin
Miskin (RTM)

200 157 Miskin


95 116
68 69 Hampir Miskin
100
27 11
0
Brondong Sedayulawas Labuhan Lohgung
Nama Kelurahan/Desa
Gambar 1.2
Grafik Jumlah Rumah Tangga Miskin
di Wilayah Pesisir Kecamatan Brondong
Sumber: PPLS Kecamatan Brondong, 2008
6

Selain itu, tingkat kemiskinan penduduk di wilayah pesisir


Kecamatan Brondong juga ditunjukkan dalam data Jumlah
Keluarga Pra Sejahtera di Kecamatan Brondong tahun 2011. Dari
data tersebut didapatkan bahwa sebesar 39% keluarga Pra
Sjahtera terdapat pada wilayah pesisir Kecamatan Brondong.
Prosentase ini sama dengan 2.098 keluarga atau sekitar 8.000 jiwa
penduduk.
Brondong Lembor Tlogoretno
10% 6% 7%
Sumberagung
7% Sidomukti
10%
Sedayulawas Lohgung
14% 5%
Labuhan
Sendangharjo 10%
11% Brengkok
Gambar 1.3 20%
Grafik Prosentase Jumlah Keluarga Pra Sejahtera
di Kecamatan Brondong
Sumber: BPS Kab.Lamongan, 2011
Jumlah keluarga yang bekerja pada sub-sektor perikanan di
Kecamatan Brondong tergolong cukup mendominasi wilayah ini,
yaitu sebesar 37 %. Hal ini Berdasarkan data BPS Kabupaten
Lamongan tahun 2011 yang menunjukkan 12.953 keluarga atau
sekitar 50.000 jiwa penduduk di Kecamatan Brondong bekerja
pada sub-sektor perikanan. Berikut grafik jumlah keluarga di
Kecamatan Brondong yang bekerja pada sektor pertanian.
Perikanan Kehutanan Tanaman
37% 1% Pangan
52%

Peternakan Perkebunan
9% 1%
Gambar 1.4
Grafik Jumlah Keluarga di Kecamatan Brondong
yang Bekerja pada Sektor Pertanian
Sumber: BPS Kabupaten Lamongan, 2011
7

Banyaknya penduduk yang bekerja pada sub-sektor


perikanan atau nelayan, membuktikan bahwa sebagian besar
penduduk di Kecamatan Brondong adalah masyarakat nelayan
yang bertaraf ekonomi rendah. Secara lebih rinci, jumlah
penduduk yang bekerja pada sub-sektor perikanan atau nelayan di
wilayah pesisir Kecamatan Brondong dapat dilihat pada grafik
berikut.
Jumlah Nelayan (jiwa)

3000
2198
2000 1292
1000 489 517
0
Brondong Sedayulawas Labuhan Lohgung
Nama Kelurahan/Desa
Gambar 1.5
Grafik Jumlah Penduduk yang Bekerja pada Sub-Sektor
Perikanan/ Nelayan di Wilayah Pesisir Kecamatan Brondong
Sumber: BPS Kabupaten Lamongan, 2012

Semenjak diberlakukannya Konsep Minapolitan di wilayah


pesisir Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, kegiatan
pemberdayaan ekonomi masyarakat diharapkan mampu
meningkatkan kesejahteraan penduduk di wilayah tersebut. Hal
ini dikarenakan kesejahretaan penduduk menjadi salah satu
indikasi dalam pengembangan suatu wilayah. Sebagaimana tujuan
dasar Konsep Minapolitan yang mendorong percepatan
pembangunan ekonomi kelautan dengan pendekatan kawasan
cepat tumbuh. Untuk itu penelitian ini akan menganalisa
pengaruh dari kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat dalam
Konsep Minapolitan yang telah ada, terhadap pengembangan
wilayah pesisir di Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan.
Hingga kemudian akan muncul arahan pengembangan wilayah
8

pesisir yang dapat meningkatkan kesejahteraan penduduknya


melalui pemberdayaan ekonomi masyarakat.

1.2 Rumusan Permasalahan


Di tengah keberadaan kegiatan pemberdayaan ekonomi
masyarakat di wilayah pesisir Kecamatan Brondong, Kabupaten
Lamongan, masih terdapat banyak penduduk miskin wilayah
tersebut. Dari rumusan masalah tersebut pertanyaan penelitian
yang dapat ditarik adalah: Faktor-faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi pengoptimalan kegiatan pemberdayaan ekonomi
masyarakat terhadap pengembangan wilayah pesisir dalam
Konsep Minapolitan di Kecamatan Brondong, Kabupaten
Lamongan?

1.3 Tujuan dan Sasaran


Tujuan penelitian ini adalah menentukan arahan
pengembangan wilayah pesisir berbasis pemberdayaan ekonomi
masyarakat dalam Konsep Minapolitan di Kecamatan Brondong,
Kabupaten Lamongan.
Berdasarkan tujuan tersebut, maka sasaran yang dituju
dalam penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi karakteristik ekonomi eksisting masyarakat
pesisir di Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan.
2. Menganalisis pengaruh kegiatan pemberdayaan ekonomi
masyarakat dalam Konsep Minapolitan terhadap
pengembangan wilayah pesisir di Kecamatan Brondong,
Kabupaten Lamongan.
3. Merumuskan arahan pengembangan wilayah pesisir berbasis
pemberdayaan ekonomi masyarakat dalam Konsep
Minapolitan di Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan.
9

1.4 Ruang Lingkup


Ruang lingkup studi ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu
ruang lingkup wilayah, ruang lingkup pembahasan, dan ruang
lingkup susbstansi. Ruang lingkup wilayah, menjelaskan batasan
wilayah studi secara fisik dan administratif. Kemudian ruang
lingkup pembahasan, menjelaskan mengenai pembahasan batasan
cakupan penelitian terkait. Sementara itu, ruang lingkup substansi
merupakan penjelasan mengenai cakupan pembahasan yang
terkait dengan penelitian.
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup penelitian ini adalah wilayah pesisir
Kecamatan Brondong, yang meliputi empat desa yaitu Kelurahan
Brondong, Desa Sedayulawas, Desa Labuhan dan Desa Lohgung.
Peta batas wilayah pesisir Kecamatan Brondong dapat dilihat
pada Gambar 1.6 berikut ini.
10

(Halaman ini sengaja dikosongkan)


11
12

(Halaman ini sengaja dikosongkan)


13

1.4.2 Ruang Lingkup Pembahasan


Ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini akan
mencakup hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pemberdayaan
ekonomi masyarakat baik formal maupun informal, serta
mengenai kesejahteraan masyarakat dalam pengembangan
wilayah.
1.4.3 Ruang Lingkup Teori
Substansi pustaka yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pengembangan wilayah pesisir berkelanjutan, pengelolaan
wilayah pesisir terpadu, pemberdayaan ekonomi masyarakat
pesisir, partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan
pembangunan, dan karakteristik ekonomi masyarakat pesisir.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini dapat digunakan sebagai
referensi untuk penelitian dalam disiplin ilmu bidang Perencanaan
Wilayah dan Kota, khususnya Perencanaan Kawasan Pesisir,
maupun penelitian sejenis.
1.5.2 Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini dapat digunakan sebagai
rekomendasi bagi pemerintah daerah dalam mengembangkan
wilayah pesisir melaui pemberdayaan ekonomi masyarakatnya.

1.6 Sistematika Penulisan


Laporan penelitian ini terdiri atas lima bab pembahasan,
yaitu:
 BAB I – Pendahuluan
Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penelitian,
rumusan permasalahan, tujuan dan sasaran penelitian,
ruang lingkup penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika pembahasan.
 BAB II - Tinjauan Pustaka
Bab ini menjelaskan mengenai teori-teori yang
digunakan atau dijadikan pedoman dalam melakukan
proses analisa dalam mencapai tujuan penelitian dimana
14

teori-teori yang diuraikan mengenai seputar penerapan


konsep minapolitan pada perekonomian masyarakat
pesisir.
 BAB III - Metodologi Penelitian
Bab ini menjelaskan mengenai pendekatan yang
digunakan dalam proses penelitian terutama dalam
melakukan analisa, teknik pengumpulan data serta
tahapan analisa yang digunakan dalam penelitian.
• BAB IV - Hasil dan Pembahasan
Bab ini menjelaskan gambaran umum wilayah, analisis
dan pembahasan.
• BAB V - Kesimpulan dan Saran
Bab merupakan penutup dalam laporan penelitian ini.
Pada bab ini berisi mengenai kesimpulan dari hasil
analisis dan pembahasan yang telah dilakukan. Serta
diberikan rekomendasi penulis mengenai pokok bahasan
yang telah dilakukan.
15

1.7 Kerangka Berpikir


Terjadi ketimpangan antara Terjadi pergeseran Terbentuk kegiatan pemberdayaan Keberadaan penduduk miskin
potensi kelautan yang dimilki pembangunan wilayah ke ekonomi masyarakat pesisir dalam di wilayah pesisir Kec.
Indonesia dengan kondisi ekonomi arah pesisir sehingga muncul Konsep Minapolitan di Kec. Brondong, Kab.Lamongan
masyarakat pesisir Indonesia Konsep Minapolitan Brondong, Kab.Lamongan masih cukup banyak

Latar Belakang

Di tengah keberadaan kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat di wilayah pesisir Kec. Brondong,
Kab. Lamongan, masih terdapat banyak penduduk miskin wilayah tersebut
Rumusan Masalah

Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi pengoptimalan kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat
terhadap pengembangan wilayah pesisir dalam Konsep Minapolitan di Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan?
Pertanyaan Penelitian

Menentukan arahan pengembangan wilayah pesisir berbasis


pemberdayaan ekonomi masyarakat dalam Konsep
Minapolitan di Kec. Brondong, Kab. Lamongan Tujuan

. Menganalisis pengaruh kegiatan Merumuskan arahan pengembangan


Mengidentifikasi karakteristik pemberdayaan ekonomi masyarakat dalam wilayah pesisir berbasis pemberdayaan
ekonomi eksisting Konsep Minapolitan terhadap pengembangan ekonomi masyarakat dalam Konsep
masyarakat pesisir di Kec. wilayah pesisir di Kec. Brondong, Kab. Minapolitan di Kec. Brondong, Kab.
Brondong, Kab. Lamongan Lamongan Lamongan
Sasaran

Arahan pengembangan wilayah pesisir berbasis pemberdayaan ekonomi masyarakat


(Halaman
dalam Konsep Minapolitan iniBrondong,
di Kec. sengaja dikosongkan)
Kab. Lamongan Output

Gambar 1.7
Skema Kerangka Berpikir
16

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

Anda mungkin juga menyukai